Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

KECERDASAN ANAK USIA DINI DAN PENGUKURANNYA


KECERDASAN JAMAK

Kelas A
Dosen Pembimbing:
Senny Weyara Dienda Saputri, S.Psi., M.A
M.Haidlor, Lc.,M.Pd.I

Disusun oleh
Gufron Yulianto (170210205022)
Wini (170210205016)

PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
TAHUN 2020

ii
KATA PENGANTAR

Assalamuallaikum. Wr.Wb.
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah Swt, karena dengan rahmat, karunia,
serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini
dapat kami selesaikan karena dukungan dan bantuan dari banyak pihak. Maka
kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak terutama kepada dosen
pengampu mata kuliah “Kecerdasan anak usia dini dan pengukurannya” Kepada
Ibu Senny Weyara Dienda Saputri, S.Psi., M.A ,dan juga kepada Bapak
M.Haidlor, Lc.,M.Pd.I, yang telah membimbing dan memberikan ilmu ilmunya
kepada kami.
Tujuan kami membuat makalah ini adalah menyelesaikan tugas dari
dosen kami selain itu tujuan pembuatan makalah ini yaitu untuk mempelajari
lebih dalam tentang “Kecerdasan Jamak”
Dalam penyelesaian Makalah ini, penulis banyak mengalami kesulitan,
terutama disebabkan kurangnya ilmu pengetahuan. Namun, berkat k kesungguhan
dalam menyelesaikan makalah ini, akhirnya dapat diselesaikan dengan baik.
Makalah ini kami buat dengan sebaik-baiknya, jika terdapat kesalahan atau
kekurangan dalam penulisan dalam makalah ini kami bersedia menerima kritik
dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Kami berharap makalah yang kami buat dapat memberikan manfaat
kepada pembaca, serta mohon maaf apabila terdaat kesalahan dalam penulisan.
Wasalamu’alaikum Wr.Wb

Jember 15 Maret 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

JUDUL..................................................................................................................

KATA PENGANTAR.........................................................................................i

DAFTAR ISI........................................................................................................ii

BAB 1 PENDAHULUAN....................................................................................1

1.1 Latar Belakang..................................................................................1

1.2 Rumusan masalah..............................................................................2

1.3 Tujuan perumusan.............................................................................2

BAB 2 PEMBAHASAN......................................................................................3

2.1 Pengertian kecerdasan jamak...........................................................3

2.2 Pendapat para ahli tentang kecerdasan jamak...................................4

2.3 Karakteristik kecerdasan jamak........................................................4

2.4 Upaya mengembangkan potensi kecerdsan jamak............................9

BAB 3 PENUTUP................................................................................................11

3.1 Kesimpulan..........................................................................................11

3.2 Saran-Saran..........................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................12

ii
1

BAB 1 PENDAHULUAN

Pada bab pertama ini memaparkan (1.1) Latar belakang, (1.2) Rumusan
masalah dan (2.3) Tujuan perumsan

1.1 Latar Belakang

Anak usia dini merupakan amanah titipan yang harus dijaga, dibimbing,
dididik dan dirawat oleh pendidik baik itu orang tua, masyarakat maupun guru,
Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu lembaga pendidikan yang dapat
menghasilkan sumber daya manusia baik dalam jalur formal maupun non formal.
Hal ini tertuang dalam undang undang pasal 1 ayat 1 undang undang Republik
indonesia tahun 2003 tentang pendidikan nasional yaitu

pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan


suasana belajar dan proses belajar agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengenalan diri, kepribadian,kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yangdiperlukan dirinya,
Masyarakat bangasa dan negara

Undang undang Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional


berkaitan dengan pendidikan anak usia dini tertulis pada pasal 28 ayat 1 yaitu

“Pendidikan anak usia dini diselenggarakan bagai anak


sejak lahir sampai dengan enam tahun dan merupakan
prasyarat untuk mengikuti pendidikan dasar”

Pengembangan kecerdasan manusia hendaknya dilakukan sejak anak usia dini.


Pada anak usia sekitar lima tahun merupakan masa keemasan (Golden age) yang
perkembangan kecerdasannya mencapai 50 % kapasitas kecerdasan orang dewasa.
Dalam diri manusia terkandung banyak kemampuan atau kecerdasan.

Salah satu dari kecerdasan itu adalah kecerdasan interpersonal yang


menggambarkan kemampuan seseorang untuk berhubungan dengan orang lain,
2

kecerdasan ini merupakan kemampuan untuk menggambarkan perasaan dan


memahami orang disekitarnya.

1.2 Rumusan masalah

1.2.1 Apa Pengertian Kecerdasan jamak?

1.2.2 Bagaimana Pendapat para ahli tentang kecerdasan jamak?

1.2.3 Apa saja karakteristik kecerdasan jamak?

1.2.4 Bagaimana upaya mengembangkan kecerdasan jamak?

1.3 Tujuan perumusan

Makalah ini bertujuan untuk menjelaskan rumusan masalah yang telah


diuraikan pada rumusan masalah yaitu untuk menjelaskan tentang:

1.3.1 Apa Pengertian Kecerdasan jamak?

1.3.2 Bagaimana pendapat para ahli tentang kecerdasan jamak?

1.3.3 Apa saja karakteristik kecerdasan jamak?

1.3.4 Bagaimana upaya mengembangkan kecerdasan jamak?


3

BAB 2 PEMBAHASAN

Pada bab ini menjelaskan tentang (2.1 ) pengertian kecerdasan jamak (2.2)
Pendapat para ahli tetang kecerdasan jamalk, (2.3) Karakteristik kecerdasan jamak
dan (2.4) Upaya mengembangkan kecerdasan jamak.

2.1 Pengertian kecerdasan jamak

Kercedasan jamak adalah ungkapan dari cara berpikir seseorang yang dapat
dijadikan modalitas dalam belajar melalui bermain. Berdasarkan penelitiannya,
Gardner (1999:8) menemukan bahwa , setiap manusia memiliki depalan spektrum
kecerdasan yang berbeda-beda dan menggunakannya dengan cara-cara yang
sangat individual, setiap orang dapat mengembangkan kesemua kecerdasan
sampai mencapai suatu tingkat yang memadai, setiap kecerdasan bekerjasama satu
sama lain secara kompleks karena dalam tiap kecerdasan ada berbagai cara untuk
menumbuhkan salah satu aspeknya.bagi Gardner tidak ada anak yang bodoh atau
pintar, yang ada adalah anak menonjol dalam salah satu atau beberapa jenis
kecerdasan.

Setiap individu memiliki cara yang berbeda untuk mengembangkan berbagai


kecerdasan yang ada dalam dirinya. Untuk itulah, dalam proses pendidikan dan
pembelajaran khususnya setiap anak harus mendapat perlakuan yang berbeda
sesuai dengan potensi kecerdasannya masing-masing. Untuk hal ini dikenal
adanya istilah “the right man on the right competences” artinya seorang anak
akan dapat belajar bidang pengembangan apapun apabila anak diberi kesempatan
untuk mempelajarinya sesuai dengan kecerdasan yang dimilikinya.

Intelegensi seseorang dapat dikembangkan melalui pendidikan dan jumlahnya


banyak, hal ini berbeda dengan konsep lama yang menyatakan bahwa inteligensi
seseorang tetap mulai sejak lahir sampai kelak dewasa, dan tidak dapat diubah
secara signifikan. Bagi Gardner suatu kemampuan disebut inteligensi bila
menunjukkan suatu kemahiran dan keterampilan seseorang untuk memecahkan
masalah dan kesulitan yang ditemukan dalam hidupnya. Hal ini memicu upaya
keras dari Howard Gardner untuk melakukan penelitian dengan melibatkan para
4

ahli dari berbagai disiplin ilmu yang pada akhirnya melahirkan teori multiple
intelligences (kecerdasan jamak).

2.2 Pendapat para ahli tentang kecerdasan jamak

Gardner (2003) mengemukakan kecerdasan majemuk didasari bahwa orang


mempunyai kekuatan memahami berbeda dan gaya pemahaman yang kontras.
Membawa visi alternatif yang didasarkan pada panganan mengenai pikiran yang
berbeda secara radikal, dan visi menghasilkan pandangan mengenai sekolah yang
amat berbeda, sekolah yang terpusat pada individual, yang menerima pandangan
multi dimensi dari kecerdasan.

Menurut Amstrong, teori kecerdasan jamak (multiple intelegences)


menekankan pada cara orang melaksanakan pekerjaan dalam hidup, khususnya di
masa yang akan datang, sehingga teori kecerdasan jamak (multiple intelegences)
sebetulnya membantu anak-anak dalam merancang karier pekerjaan. Walaupun
demikian, para guru di Taman Kanak-kanak diusahakan tidak terlalu dini
mencocokan kecenderungan anak pada karier tertentu. Dengan melihat deretan
atau spektrum bidang pekerjaan yang terkait dengan setiap kecerdasan melalui
kegiatan kunjungan, karyawisata atau dengan melihat dari tayangan media visual,
anak-anak dapat mulai mengambil keputusan sendiri tentang apa yang dirasa
benar, dan apa yang tidak cocok dengan panggilan hidup mereka. Dalam kegiatan
pembelajaran di kelas, anak-anak dapat juga mengambil manfaat dari diskusi
periodik tentang “ingin jadi apa jika mereka besar nanti.

2.3 Karakteristik kecerdasan jamak

Mengenal karakteristik kecerdasan jamak, menurut Teori kecerdasan


jamak (multiple intelegence) yang dikembangkan tahun 1983 oleh Howard
Gardner (dalam Agustin, 2013). Gardner berpendapat bahwa kecerdasan yang
berdasarkan pada tes IQ, yang merupakan pandangan tradisional amatlah terbatas.
Gardner mengemukakan definisi kecerdasan yang berbeda untuk mengukur
cakupan yang lebih luas tentang potensi manusia, baik anak-anak ataupun orang
dewasa. Ia membaginya dalam (delapan) jenis kecerdasan. Kedelapan kecerdasan
5

tersebut bisa saja dimiliki oleh individu, hanya saja dalam taraf yang berbeda.
Selain itu, kecerdasan ini juga tidak berdiri sendiri, terkadang bercampur dengan
kecerdasan lain. Misalnya saja, bila anak pintar bernyanyi sebagai kecerdasan
musikal, ia juga biasanya akan cerdas dalam gerak tubuh pada saat mengikuti dan
menyesuaikan dengan ritme /alunan musik yang didendangkan. Secara umum
deskripsi tentang kecerdasan jamak pada anak beserta indikatornya yang
dicetuskan oleh Howard Gardner diuraikan sebagai berikut ini.

Secara umum Gardber menggambarkan delapan kecerdasan sebagai


berikut

a. Kecerdasan Linguistik/Verbal

Kecerdasan ini merupakan suatu kemampuan untuk menggunakan


kata-kata secara efektif, baik lisan ataupun tulisan. Pada kecerdasan ini
termasuk kemampuan untuk memanipulasi sintaks atau struktur bahasa,
fonologi atau bunyi dalam bahasa, semantik atau pemaknaan bahasa, dan
dimensi pragmatik atau penggunaan secara praktis bahasa. Di antara
penggunaannya termasuk retorik (mempengaruhi orang lain untuk
bertindak), menemonik (menggunakan bahasa untuk mengingat
informasi), menjelaskan (menggunakan bahasa untuk menjelaskan) dan
metabahasa (menggunakan bahasa untuk membahasnya sendiri). Adapun
ciri-cirinya yang menonjol tampak pada aktivitas anak sebagai berikut
ini.suka menyanyikan lagu lagu sederhana, mengenal beberapa sajak
menyukai permainan dengan jari jemari, dan senang berbicara di depan
teman temannya.

b. Kecerdasan Logika-Matematika
Kemampuan menggunakan bilangan secara efektif dan tinggi
dalam berargumentasi. Dalam kecerdasan ini termasuk kepekaan terhadap
pola-pola logis dan hubungan-hubungannya, pernyataan dan proporsi.
Jenis proses yang digunakan dalam pemecahan logika matematika
termasuk : kategorisasi, klasifikasi, inferensi, generalisasi kalkulasi dan tes
6

hipotesis. Adapun ciri-cirinya pada anak adalah sebagai berikut ini:


memiliki kemampuan dalam mengolah angka atau kemahiran
menggunakan logika, tertarik memanipulasi lingkungan serta cenderung
suka menerapkan strategi coba-ralat, memiliki rasa ingin tahu yang besar
terhadap suatu peristiwa atau pengalaman yang dialam, dan suka
menyusun permainan yang sifatnya kategori dan hierarki.

c. Kecerdasan Spasial

Kemampuan untuk mempersepsikan dunia visual spasial secara


tepat dan kemampuan mentransformasikan pada persepsi-persepsi
demikian. Kecerdasan ini melibatkan kepekaan terhadap warna, garis,
bentuk, ukuran, luas dan hubunganhubungan yang ada pada unsur itu. Di
dalamnya termasuk kemampuan memvisualisasikan, dan secara grafis
menggambarkan ide-ide visual dan spasial, serta secara tepat
mengorientasikan diri sendiri ke dalam matriks spasial. Adapun ciri-
cirinya yang tampak pada aktivitas anak adalah sebagai berikut ini:
memiliki kepekaan terhadap warna, garis, bentuk, ruang dan bangunan,
memiliki kemampuan membayangkan sesuatu, melahirkan ide secara
visual dan spasial, memiliki kemampuan mengenali identitas objek ketika
objek itu ada pada sudut pandang yang berbeda, mampu memperkirakan
jarak dan keberadaan dirinya dengan sebuah objek, suka mencoret-coret,
membentuk gambar, mewarnai dan menyusun unsur-unsur bangunan, dan
dapat membentuk sesuatu yang memiliki makna bagi dirinya.

d. Kecerdasan Kinestetik (bodily –kinestetic)


Kemampuan dalam menggunakan keseluruhan potensi tubuh untuk
mengekspresikan ide-ide dan perasaan. Memiliki kemampuan untuk
menggunakan tangan untuk memproduksikan atau mentransformasikan
hal/benda. Dalam hal ini, termasuk keterampilan khusus seperti
koordinasi, keseimbangan, kekuatan, fleksibilitas, dan kecepatan. Adapun
ciri-cirinya yang menonjol pada anak adalah sebagai berikut ini:
(menonjol dalam kemampuan olah raga dibandingkan dengan teman-
7

teman sebayanya, cenderung suka bergerak, tidak bisa duduk diam


berlama-lama, mengetuk-ngetuk sesuatu, dan suka meniru gerak atau
tingkah laku yang menarik perhatiannya, senang pada aktivitas yang
mengandalkan kekuatan tubuh nya.

e. Kecerdasan Musikal

Kemampuan mempersepsikan, membedakan dan mengekspresikan


bentuk - bentuk musik. Kecerdasan ini melibatkan kepekaan terhadap
ritme, melodi, dan bunyi musik lainnya dari sesuatu ciptaan musik.
Termasuk dalam kecerdasan ini adalah memiliki kemampuan pemahaman
musik, baik pemahaman dari atas ke bawah atau sebaliknya ataupun
kedua-duanya (global ataupun intuitif, ataupun dalam analitik dan
teknikal). Adapun ciri-cirinya yang dapat dicermati adalah sebagai berikut
ini:
cepat menghapal lagu-lagu dan bersemangat ketika dikenalkan
kepadanya lagu, menikmati lagu dan menggerakan tubuh sesuai dengan
irama musik tersebut, mengetuk-ngetukkan benda ke meja pada saat
menulis atau menggambar, senang bermain alat musik atau bahkan
bermusik dengan benda-benda tak terpakai, senang bernyayi,
bersenandung atau bersiul, sudah mengenali suara-suara yang ada
disekitarnya seperti suara sepeda motor, burung, gemercik air ataupun
tiupan angin, mudah mengenali suatu lagu hanya dengan mendengar
nada-nada pertama lagu tersebut, dan peka terhadap suarasuara di
lingkungan sekitar

f. Kecerdasan Interpersonal

Kemampuan mempersepsikan dan membedakan dalam modus,


maksud tertentu, motivasi dan perasaan dari orang lain. Di dalam
kecerdasan ini termasuk kepekaan ekspresi muka, suara dan gerak-gerik.
Memiliki kemampuan untuk membedakan hal-hal dari banyak jenis tanda-
tanda interpersonal.
8

Memiliki kemampuan untuk bereaksi secara efektif terhadap tanda-


tanda demikian secara pragmatik. Ciri-ciri yang menonjol dari kecerdasan
ini adalah sebagai berikut ini: kemampuan berempati pada teman-
temannya, mengorganisasi teman-temannya untuk melakukan
tugas,mampu mengenali dan membaca pikiran orang lain, memiliki
banyak teman dan mampu menjalin hubungan dengan teman-
temannya,cenderung mudah memahami perasaan orang lain,sering
menjadi pemimpin di antara teman-temannya,dan memiliki perhatian yang
besar kepada temantemannya sehingga acapkali mengetahui berita-berita
di seputar mereka.

g. Kecerdasan Intrapersonal
Berpengetahuan sendiri dan kemampuan untuk bertindak secara
adaptif atas dasar pengetahuan sendiri. Dalam kecerdasan ini termasuk
memiliki gembaran akurat tentang diri sendiri (kekuatan sendiri dan
keterbatasan sendiri).
Kesadaran tentang perasaan dalam diri sendiri , intensi, motivasi,
temperamen dan keinginankeinginan, dan kemampuan untuk disiplin diri
sendiri, pemahaman sendiri dan percaya diri.
Ciri-ciri yang tampak dari kecerdasan ini adalah sebagai berikut
ini: memperlihatkan sikap mandiri, memiliki kemauan yang keras, penuh
percaya diri dan memiliki tujuan tertentu,bersikap realistis terhadap
kekuatan dan kelemahan diri sendiri, tidak banyak mengalami masalah
apabila harus belajar sendiri, mampu belajar dari kegagalan dan
memahami kelebihan serta kelemahan diri sendiri, mampu menghargai diri
sendiri dan memiliki kemampuan untuk berkreasi dan berhubungan secara
dekat,dan dapat dengan tepat mengekspresikan perasaan.

h. Kecerdasan Naturalis
Kecerdasan ini berkaitan dengan seluruh yang terdapat di alam
dunia ini. Kecerdasan ini sangat sensitif untuk disimulasikan dengan
semua aspek alam, mencakup bertanam, binatang, cuaca, dan gambaran
9

fisik dari bumi. Di dalamnya mencakup keterampilan mengenali berbagai


kategori dan varitas dari binatang, serangga, tanaman dan bunga. Ini
mencakup kemampuan menanam sesuatu, memelihara dan melatih
binatang. Ini juga mencakup kepekaan untuk dan mencintai bumi,
sebagaimana keinginan untuk memeliharanya dan melindungi sumber-
sumber alam.
Ciri-cirinya yang tampak pada perilaku anak adalah sebagai
berikut ini:
cenderung menyukai alam terbuka, akrab dengan hewan
peliharaan, dan menghabiskan waktu dekat tempat-tempat hewan; (gemar
mengoleksi mainan binatang tiruan,menikmati komunikasi dengan
binatang piaraan dan memberi mereka makanan,memiliki perhatian yang
relatif besar terhadap binatang, tumbuhan dan alam, tidak takut memegang
atau menyentuh binatang dan bahkan cenderung ingin selalu
dekat,memahami topik-topik tentang sistem kehidupan,dan terlibat dalam
hobi atau proyek yang dikerjakan sendiri.

2.4 Upaya mengembangkan potensi kecerdasan jamak

Menurut Gardner (Dalam Jurnal Mubiar Agustin tahun 2013) anak yang
cerdas dalam linguistik mungkin telah menguasai kemampuan membaca dan
menulis lebih dini daripada anak-anak seusianya. Cara belajar terbaik bagi anak-
anak yang cerdas dalam bidang linguistik adalah dengan mengucapkan,
mendengarkan, dan melihat tulisan.

Cara terbaik memotivasi mereka adalah dengan cara mengajak mereka


berbicara, menyediakan banyak buku-buku, rekaman, serta menciptakan peluang
mereka untuk menulis dan membaca

Ditinjau dari sisi media pembelajaran, perlu disediakan peralatan yang


mendorong anak-anak untuk membuat tulisan, menyediakan tape recorder, mesin
ketik, atau key board untuk belajar mengidentifikasi huruf dalam kata-kata. Selain
itu, berikan dongeng pada anak-anak dan berikan tanggung jawab. Sesekali,
10

membawa anak-anak ke toko buku atau perpustakaan merupakan langkah yang


tepat.

Kecerdasan linguistik ini dapat dikembangkan dengan mempraktikan


aktivitasaktivitas sebagai berikut : mengajak anak berbincang-bincang tentang
kejadian, benda ataupun aktivitas yang dilakukan anak, membacakan cerita
tentang hewan, tumbuhan ataupun tokoh-tokoh yang sudah dikenal anak,
mengajak anak bermain huruf dan angka, merangkai cerita,berdiskusi dan bermain
peran, dan memperdengarkan lagu anak-anak.

Sedangkan upaya mengembangkan kecerdasan matematis-logis dapat


dilakukan dengan cara memberikan materi-materi konkret yang dapat dijadikan
bahan percobaan seperti permainan mencampur warna, permainan aduk garam,
aduk pasir.

Kecerdasan matematis logis dapat juga ditumbuhkan melalui interaksi positif


yang mampu membangkitkan rasa ingin tahu anak. Oleh karena itu, guru atau
orang tua harus dapat menjawab pertanyaan - pertanyaan anak dan memberikan
penjelasan logis. Selain itu, perlu diberikan permainan-permainan yang
merangsang logika anak seperti maze, permainan misteri, permainan yang
menggunakan kemampuan membandingkan, dan permainan yang membutuhkan
kemampuan memecahkan masalah. Apabila perlu, ajaklah anak-anak untuk
mendatangi tempattempat yang dapat mendorong pemikiran ilmiah, seperti ke
tempat pameran komputer ataupun museum.

Guru dan orang tua dapat merangsang kecerdasan spasial dengan melakukan
berbagai program seperti melukis, membentuk sesuatu dengan plastisin,
mengecap dan menyusun potongan gambar. Dalam hal ini, guru pun perlu
menyediakan berbagai fasilitas yang memungkinkan anak untuk mengembangkan
daya imajinasi mereka.

Lwin seorang pakar perkembangan anak asal singapora menegaskan bahwa


ketika guru dan orang tua mengajarkan kepada anak untuk benar-benar
memperhatikan apa yang dia lihat di sekitarnya dan untuk menciptakan secara
11

konstruktif gambaran dalam pikirannya menggunakan imajinasinya, maka guru


dan orang tua pada akhirnya akan menemukan bahwa anak akan semakin kreatif.
Hal ini karena visualisasi kreatif dan imajinasi merupakan dua aspek utama
kecerdasan spasial dan menjadi dasar pemikiran kreatif.

BAB 3 PENUTUP

Pada bab ini menjelaskan tentang (3.1) Kesimpulan dan juga (3.2)
menjelasakan tentang saran

3.1 Kesimpulan

Bahwasanya kecerdasan pada naka usia dini memiliki potensi besar untuk
terus dikembangkan dan dioptimalkan dengan mengenali karakteristik dari setiap
kemampuan yang dimiliki oleh seorang anak pendidik dapat memberikan stimulus
yang sesuai dengan dengan karakteristik yang dimiliki oleh seorang anak

Kecerdasan pada anak memiliki perbedaan dari anak yang dan anak yang
lainnya sehingga sebagai pendidik haruslah benar benar memahami karakteristik
tersebut untuk menerapkan stikulasi yang sesuai dengan kemampuan yang
dimiliki oleh anak.

Guru dan orang tua dapat merangsang kecerdasan dengan melakukan


berbagai program stimulasi kepada anak seperti melukis, membentuk sesuatu
dengan plastisin, mengecap dan menyusun potongan gambar. Dalam hal ini, guru
pun perlu menyediakan berbagai fasilitas yang memungkinkan anak untuk
mengembangkan daya imajinasi mereka.

3.2 Saran

Dalam pembuatan makalah ini kami menyerankan kepada para pembaca


untuk menggunakannya sebagai ilmu pengetahuan, dan apabila ada kekeliruan
dalam penulisan dan isi kami menerima kritik dan saran dari para pembaca.
12

Selain itu makalah ini sebagai refrensi untuk karya karya selanjutnya, kami
sebagai penulis lebih menyarankan kepada pembaca agar makalah ini menjadi
pedoman pengetahuan agar lebih memerhatikan dan mengoptimalkan kecerdasan
anak supaya anak sebagai penerus bangsa dapat tumbuh dan berkembang secara
otimal serta menjadai sumber daya manusia yang berkualitas

DAFTAR PUSTAKA

Agustin, M. (2013). MENGENALI DAN MENGEMBANGKAN POTENSI.


Cakrawala Dini : Vol. 4 No. 2, 113.

Amstrong, Thomas. 2002. Multiple Intellingences in teh


Classroom, terjamahan Yudhi Murtanto. Jakarta: Kaifa.

(http://www.family-discovery.com/detail.-asp?menu=detail&id=6)
diakses tanggal 14 Maret 2020

Gardner, Howard. 1999. Intellingences Reframed: Multiple


Intellingences for 21 th Century. USA: Basic Books.

Anda mungkin juga menyukai