Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

“INOVASI ALAT PERMAINAN”

Mata Kuliah :
Pendidikan Jasmani Adaptif

Dosen Pengampu :
Utomo, M.Pd

Disusun Oleh :
1. M. Ridho Illahi (
2. Mardiah (1710127320014)
3. Takhmidah Rahida (
4. Tri Haryanto (1710127310031))

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KHUSUS


JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami hadiahkan atas rahmat dan berkah


Tuhan Yang Maha Kuasa. Yang mana dengan kemudahan dan
karunia-Nya lah kami dapat menyelesaikan tugas laporan ini.
Adapun lapoan ini kami buat guna memenuhi
persyaratan nilai tugas dalam mata kuliah Pendidikan Jasmani
Adaptif.
Terima kasih juga kami ucapkan kepada dosen
pengampu mata kuliah ini, karena telah memberikan kami
tugas sehingga menambah pengetahuan dan pengalaman kami
serta membentuk kebersamaan dan sinergi dalam kelompok
kami ini. Dan secara khusus kami juga mengucapkan terima
kasih kepada kedua orang tua kami yang senantiasa memberikan
semangat dan dukungan serta do’a yang selalu mengiringi kami.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya
bahwa pasti masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat
maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka
kami menerima segala saran dan kritik agar kami dapat
memperbaiki laporan ini.

Banjarmasin, 09 September 2019

Penyusun

Kelompok 7 A01

iii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI s
BAB I PENDAHULUAN iii
A. Latar Belakang .......................................................... 1
B. Rumusan Masalah .....................................................
C. Tujuan .......................................................................
BAB II PEMBAHASAN
BAB III PENUTUP
A. Simpulan ..................................................................
B. Saran ........................................................................
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DESKRIPSI TUGAS ANGGOTA KELOMPOK

iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan Jasmani Khusus didefinisikan sebagai satu
sistem penyampaian pelayanan yang komprehensif yang
dirancang untuk mengidentifikasi, dan memecahkan masalah
dalam ranah psikomotor. Pelayanan tersebut mencakup
penilaian, program pendidikan individual (PPI), pengajaran
bersifat pengembangan dan/atau yang disarankan, konseling dan
koordinasi dari sumber atau layanan yang terkait untuk
memberikan pengalaman pendidikan jasmani yang optimal
kepada semua anak dan pemuda.
Pelayanan ini dapat diberikan oleh spesialis dalam
pendidikan jasmani khusus atau oleh seorang guru Pendidikan
Jasmani yang telah memperoleh latihan khusus untuk
melaksanakan berbagai macam tugas.
Secara singkat dapat dikatakan bahwa pendidikan jasmani
khusus adalah satu bagian khusus dalam pendidikan jasmani
yang dikembangkan untuk menyediakan program bagi individu
dengan kebutuhan khusus. Selain itu diketahui pula bahwa
tujuan pendidikan jasmani bagi yang berkelainan adalah untuk
membantu mereka mencapai pertumbuhan dan perkembangan
jasmani, mental, emosional dan sosial yang sepadan dengan
potensi mereka melalui program aktivitas pendidikan jasmani
biasa dan khusus yang dirancang dengan hati-hati. Maka dari itu

1
disusunlah makalah ini untuk menambah pengetahuan pembaca
mengenai pendekatan penjas adaptif.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu pendidikan jasmani adaptif?
2. Bagaimana tujuan pendidikan jasmani adaptif?
3. Apa saja manfaat dari penjas adaptif?
4. Sebutkan dan jelaskan apa saja Inovasi alat permainan
pendidikan jasmani adaptif untuk anak berkebutuhan
khusus?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian pendidikan jasmani
adaptif.
2. Untuk mengetahui tujuan pendidikan jasmani adaptif.
3. Untuk mengetahui apa saja inovasi alat permainan
untuk anak berkebutuhan khusus.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pendidikan Jasmani Adaptif


Menurut Beltasar Tarigan (2000:8) berkaitan dengan
pendidikan jasmani (penjas) adaptif, perlu ditegaskan bahwa
siswa yang memiliki kecacatan mempunyai hak yang sama
dengan semua yang tidak cacat dalam memperoleh pendidikan
dan pembelajaran pada setiap jenjang pendidikan. Para siswa
yang cacat, sesuai dengan kecacatanya akan memperoleh
pembinaan melalui pendidikan jasmani yang menjadi tugas utama
para guru penjas yang telah mendapatkan mata kuliah penjas
adaptif.
Menurut Mulyono (2009: 145-146) yang dikutip oleh Fakih
Gunawan (2013:23) Pendidikan jasmani adaptif adalah
pendidikan jasmani yang telah dimodifikasi untuk
mempertemukan kebutuhan-kebutuhan anak yang menyandang
ketunaan. Tujuannya adalah untuk membantu anak tersebut
mengambil manfaat kenikmatan aktivitas rekreasi seperti yang
diperoleh anakanak lain, yang sangat bermanfaat bagi
perkembangan jasmani, emosi, dan sosial yang sehat. Menurut
Yani Meimulyani dan Asep Tiswara (2013:24) bahwa pendidikan
jasmani adaptif adalah suatu penyampaian layanan yang bersifat
menyeluruh (Comprehensif) dan dirancang untuk mengetahui,
menemukan dan memecahkan masalah dalam ranah

3
psikomotorik. Tujuannya adalah untuk menolong siswa
mengkoreksi kondisi yand dapat diperbaiki, membantu siswa
melindungi diri sendiri dari kondisi apapun yang memperburuk
keadaannya melalui Penjas tertentu.
Pendidikan Jasmani Adaptif adalah program atau
pendidikan yang bersifat individual yang meliputi fisik atau
jasmani, kebugaran gerak, pola dan keterampilan gerak dasar,
keterampilan-keterampilan dalam aktifitas permainan olahraga
baik individu ataupun beregu yang didesain untuk anak
berkebutuhan khusus. Pendidikan olahraga harus menekankan
pada program aktifitas fisik yang aktif. Untuk mendapatkan
program aktifitas fisik yang aktif para guru harus melibatkan
orang tua, siswa, guru dan bagian administrasi dan bidang
disiplin ilmu lainnya untuk bersamasama menentukan program
Pendidikan Jasmani yang baik (Yudi Hendrayana, 2007: 6).

B. Tujuan Pendidikan jasmani adaptif


Secara kodrati anak-anak cacat memiliki hak dan kewajiban
yang sama seperti anak-anak yang normal baik dalam pendidikan
atau di masyarakat. Siswa yang memiliki kecacatan mempunyai
hak yang sama dengan semua yang tidak cacat dalam
memperoleh pendidikan dan pembelajaran pada setiap jenjang
pendidikan. Demikian halnya dalam pembelajaran pendidikan
jasmani bahwa, para siswa yang cacat sesuai dengan
kecacatannya akan memperoleh pembelajaran pendidikan

4
jasmani yang didasarkan pada kecacatan pada diri siswa. Secara
umum tujuan pendidikan jasmani adaptif sama dengan tujuan
pendidikan jasmani untuk anak normal. Namun demikian di
dalam pendidikan jasmani adaptif ada beberapa perbedaan yang
harus ditanamkan kepada anak-anak cacat.
Berkaitan dengan tujuan pendidikan jasmani adaptif
Beltasar Tarigan (2000: 10) menyatakan:
Tujuan pendidikan jasmani dan kesehatan adaptif bagi anak
cacat juga bersifat holistic, seperti tujuan penjaskes untuk anak-
anak normal, yaitu mencakup tujuan untuk meningkatkan
pertumbuhan dan perkembangan jasmani, keterampilan gerak,
sosial dan intelektual. Di samping itu, proses pendidikan itu
penting untuk menanamkan nilai-nilai dan sikap positif terhadap
keterbatasan kemampuan baik dari segi fisik maupun mentalnya
sehingga mereka mampu bersosialisasi dengan lingkungan dan
memiliki rasa percaya diri dan harga diri.
Pendapat tersebut menunjukkan bahwa, tujuan pendidikan
jasmani adaptif sama dengan tujuan pendidikan jasmani untuk
anak-anak normal. Namun dalam pendidikan jasmani adaptif
banyak menanamkan nilai-nilai dan sikap yang positif bahwa
kecacatan atau keterbatasan yang dimilikinya bukan menjadi
masalah untuk melakukan kegiatan olahraga. Di samping itu juga,
melalui pendidikan jasmani adaptif anak-anak cacat diharapkan
mampu bersosialisasi dengan lingkungan dan memiliki rasa

5
percaya diri dan harga diri bahwa dirinya memiliki hak dan
kewajiban yang sama seperti orang normal.

C. Peran dan Fungsi pendidikan jasmani adaptif


Peran dan Fungsi Pendidikan jasmani adaptif Gerak
merupakan kebutuhan setiap manusia baik manusia yang normal
ataupun cacat. Hal ini karena, manusia yang kurang gerak justru
akan muncul suatu penyakit yang sering disebut penyakit kurang
gerak atau hipokinetik. Seseorang yang kurang gerak akan
muncul beberapa penyakit degeneratif seperti: penyakit jantung,
diabetes militus, paru-paru, hipertensi yang pada saat ini
merupakan penyebab kematian paling tinggi. Anak cacat
memiliki gerak yang sangat terbatas tergantung dari
kecacatannya. Oleh karena itu, guru pendidikan jasmani adaptif
sangat berperan dalam membelajarakan siswa yang cacat dengan
baik dan benar. Seorang guru pendidikan jasmani adaptif
berperan untuk merancang pembelajaran dengan benar sesuai
dengan kecacatan siswa yang dihadapi. Hal ini seperti
dikemukakan Beltasar Tarigan (1999/2000: 11) bahwa: Para guru
penjas sering menghadapi anak-anak yang memiliki kemampuan
terbatas karena kondisi fisik, mental dan sosialnya terganggu,
namun harus turut serta dalam pendidikan jasmani. Anak-anak
seperti ini digolongkan sebagai orang yang lemah atau cacat,
sehingga proses pembelajaran harus dirancang dengan baik agar
mereka dapat terlibat secara aktif dan mencapai hasil optimal.

6
Pendapat tersebut menunjukkan bahwa, guru penjas adaptif
mempunyai peran penting dalam membelajarkan anak-anak
cacat. Seorang guru penjas harus merancang bentuk pembelajaran
yang sesuai dengan kecacatan siswa, sehingga siswa yang cacat
dapat terlibat aktif dalam kegiatan belajar mengajar pendidikan
jasmani.
Berdasarkan kecacatan yang dimiliki siswa, maka siswa
yang cacat tentunya memiliki gerak yang sangat terbatas. Namun
dalam hal ini guru harus bertindak sebaik mungkin, dimana harus
mengetahui jenis olahraga yang bagaimana yang dapat dilakukan
secara bersama-sama antara anak cacat dan anak normal. Disisi
lain, guru harus mampu menciptakan kondisi pembelajaran yang
tepat untuk anak-anak cacat di antaranya dengan memodifikasi
pembelajaran yang disesuaikan dengan tingkat kecacatan dan
kondisi fisiknya. Keputusan untuk membedakan aktivitas yang
berbeda bagi siswa cacat, sungguh sulit bagi seorang guru penjas.
Sangat disadari bahwa, memberikan perbedaan materi dan jenis
olahraga kepada siswa cacat berdampak pada kondisi psikologis
anak. Namun hal ini perlu diberikan penjelasan kepada anak
tersebut dan teman-teman sekelasnya, sehingga semua pihak
memahami dan menerimanya secara wajar. Cara ini merupakan
startegi dalam upaya membudayakan nilai-nilai pendidikan
jasmani kepada seluruh siswa. Agar dapat memberikan pelayanan
secara optimal kepada siswa cacat, guru penjaskes adaptif
seyogyanya memiliki kemampuan dan keterampilan khusus

7
dalam mengelola pembelajaran penjas untuk siswa cacat.
Kemampuan tersebut dapat diperoleh melalui praktek langsung
dan melalui pelatihan-pelatihan yang dilakukan oleh lembaga
terkait. Misalnya para guru penjas yang telah berpengalaman
dilatih khusus sehingga memilki kemampuan dan keterampilan
dalam bidang penjas adaptif. Di samping itu dapat pula dilakukan
melalui pengadaan program mata kuliah penjas adaptif di
lembaga pendidikan olahraga. Melalui perkuliahan tersebut teori-
teori yang diperoleh di kelas dapat diaplikasikan dalam proses
pembelajaran.

D. Inovasi Alat Permainan


Seiring dengan perkembangan penelitian dunia olahraga
yang sudah maju, maka diperoleh beberapa hasil yang
memberikan manfaat yang seluas-luasnya bagi yang melakukan
aktivitas olahraga baik secara fisik maupun mental. Mesikpun
olahraga mempunyai manfaat yang sangat penting bagi banyak
orang namun tidak semua orang melakukan olahraga. Maka dari
itu sejak usia dini hendaknya harus dibiasakan untuk gemar
berolahraga dengan memberikan pengalaman gerak sebanyak-
banyaknya dan variasi gerak yang cukup sehingga mereka akan
suka dengan kegiatan olahraga (Mutohir, dkk, 2011:7).
Namun pada kenyataannya masih banyak anggapan bahwa
anak berkebutuhan khusus tidak mungkin dapat melakukan
kegiatan olahraga. Masih banyak masyarakat di Indonesia

8
menganggap bahwa kecacatan dipandang secara negatif. Anak
yang berkebutuhan khusus dianggap tidak mampu melakukan
kegiatan apa-apa termasuk berolahraga. Hal ini sering dijumpai
dalam pembelajaran pendidikan jasmani, anak yang
membutuhkan pelayanan khusus sering tidak diikutsertakan
dalam kegiatan belajar mengajar pendidikan jasmani.
Pengalaman menunjukkan bahwa guru penjas umumnya
memberikan dispensasi kepada siswa yang memiliki kondisi
fisik, organis, dan fungsional untuk tidak ikut serta dalam
pembelajaran penjas. Dispensasi tersebut didasarkan pada rasa
belas kasihan terhadap anak yang lemah atau cacat. Masih ada
pandangan masyarakat bahwa anak cacat tidak etis diikutsertakan
dalam penjas kerena kemampuannya berbeda dengan anak
normal (Tarigan, 1999/2000:11).
Pendidikan jasmani adaptif pada dasarnya merupakan
olahraga yang diperuntukkan bagi orang pada umumnya
kemudian disesuaikan dengan kondisi ABK karena mereka akan
mengalami hambatan beraktifitas olahraga jika olahraga tersebut
tidak disesuaikan. Pendidikan jasmani adaptif bisa juga bukan
merupakan adaptasi olahraga yang ada, namun menciptakan
olahraga baru yang “inovatif” yang perencanaan dan
pelaksanaannya mempertimbangkan karakteristik, hambatan dan
kemampuan kompensatoris/program khusus ABK. Atas dasar
kedua wilayah tersebut (adapasi jenis olahraga yang sudah ada
dan penciptaan olahraga baru/kreatif) maka pendidikan jasmani

9
adaptif memerlukan beberapa penysesuaian. Penyesuaian
pendidikan jasmani adaptif lebih ditekankan pada ruang lingkup
pengetahuan dan keterampilan olahraga adaptif , sedangkan ruang
lingkup yang lain tidak terlalu banyak menekankan penyesuaian.
Penyesuaian bidang olahraga diperlukan bagi ABK, karena
hal ini termasuk dalam teori aksesibilitas, seperti yang
diungkapkan oleh Tarsidi (2008) “Sesungguhnya para
penyandang ketunaan tidak mengharapkan dan tidak pula
memerlukan lebih banyak hak daripada orangorang pada
umumnya. Mereka hanya menghendaki agar dapat bergerak di
dalam lingkungannya dengan tingkat kenyamanan, kemudahan
dan keselamatan yang sama dengan warga masyarakat lainnya,
memperoleh kesempatan yang sama untuk berpartisipasi dalam
kehidupan yang normal, dapat semandiri mungkin dalam batas-
batas kemampuannya.” Salah satu ruang lingkup adaptasi
olahraga yang diperlukan adalah adaptasi sarana dan prasarana
atau biasa disebut alat.
Adaptasi sarana dan prasarana dalam pendidikan jasmani
adaptif sepertinya yang paling banyak mendapat kajian. Hal itu
biasanya menjadi tolak ukur penyesuaian terhadap kemampuan
dan hambatan yang dimiliki oleh ABK. Pengadaptasian sarana
dan prasarana olahraga akan membawa perubahan/adaptasi
lainnya seperti adaptasi cara bermain, adaptasi peraturan
permainan, adaptasi waktu yang dibutuhkan, adaptasi petugas

10
olahraga yang mengawasinya, termasuk wasit dan adaptasi-
adaptasi lainnya.
Beberapa contoh adaptasi sarana/peralatan olahraga
diantaranya adalah:
1. Lari

Balap kursi roda atau wheelcair race adalah balap kursi


roda di trek atau lintasan pada atletik dan jalan raya dengan
peraturan yang hampir sama pada cabang trek diatletik.
Tujuan yang paling penting untuk kursi roda balap adalah
untuk mendapatkan dan mempertahankan kecepatan rata-
rata lebih besar dari lawan.
Balap kursi roda terbuka untuk atlet dengan jenis
kualifikasi difabel, amputasi, cedera tulang belakang,
cerebral palsy dan sebagian terlihat (bila dikombinasikan
dengan cacat lain).
2. Bola voli

11
Meski memiliki banyak kesamaan dengan voli
konvensional, namun juga memiliki beberapa perbedaan,
yang sebagian besar timbul karena keterbatasan fisik para
praktisi.
Ini hampir sama dengan bola voli biasa. Ini dibagi
dengan set, menjadi yang terbaik dari lima, jadi siapa pun
yang mendapatkan set 3 memenangkan pertandingan. Di
setiap set harus menandai titik 25 dan harus ada perbedaan
dua poin sehingga kedua tim bisa memenangkan set. Jika 2
× 2 berakhir di set, satu set terakhir disebut dasi istirahat,
yang sama dengan yang lain, tapi ini berakhir di titik 15.
Setiap tim terdiri dari pemain 12, hanya 6 yang ada di
lapangan, dibagi oleh pemain yang sedang menyerang.
3. Bola basket

12
4. Catur

Pada papan catur Tunanetra, di bagian kotak putih dan


kotak hitam tidak memiliki penampang yang sama rata.
Biasanya untuk kotak putih permukaannya lebih tinggi
daripada kotak hitam. Permukaan yang tidak sama rata ini
digunakan sebagai penanda posisi, pemain catur Tunanetra
sedang berada di wilayah kotak putih atau kotak hitam.
Pada bagian tengah kotak-kotak dibuat lubang,
gunanya sebagai tempat menancapkan gagang bidak catur
agar tidak bergeser. "Di bawah bidak catur juga dibuat
gagang seperti paku, yang berfungsi untuk menancapkan
bidak pada lubang-lubang di permukaan papan catur," ujar
Pujiono.
Selain permukaan papan yang tidak sama rata, bidak
catur untuk Tunanetra juga diberi tanda. Misalnya, untuk
bidak catur berwarna putih, di bagian paling atas bidak
diberi paku payung, agar Tunanetra dapat membedakan
mana yang putih dan mana yang hitam. Sementara itu,

13
teknik permainan yang dilakukan hampir sama dengan
orang melihat. Hanya saja, Tunanetra lebih banyak
menggunakan daya ingat dalam bermain.
5. Bowling

Tenpin Bowling merupakan permainan yang


dimainkan dengan menggelindingkan bola khusus
menggunakan satu tangan. Bola bowling itu nantinya akan
digelindingkan ke pin yang berjumlah sepuluh buah yang
telah disusun menjadi bentuk segitiga jika dilihat dari atas.
Cabang olahraga tenpin bowling khusus para
penyandang disabilitas ini sejatinya tidak memiliki
perbedaan yang berarti dengan tenpin bowling untuk
manusia yang normal. Hanya saja memiliki banyak
klasifikasi nomornya. Olahraga ini dapat dimainkan oleh
individu dan juga tim. Terdapat 4 kategori yang akan
dikompetisikan, yakni single, ganda, trio, dan beregu yang
berisikan 5 pemain. Keempat kategori tersebut berlaku
untuk pria dan wanita.

14
6. Tenis meja

Salah satu jenis olahraga adaptif yang berkembang di


Indonesia adalah Tenis meja Tunanetra. Walaupun para
tunanetra mengalami gangguan penglihatan, namun bukan
berarti mereka tidak bisa bermain tenis meja. Permainan
tenis meja tunanetra pertama kali diciptakan oleh seorang
guru SLB/A Pembina Tingkat Nasional Lebak Bulus
Jakarta yang bernama Drs. Suradji (Andam Zuriadi dalam
slbaykabsurakarta.blogspot.com).
Arena tenis meja adalah tempat dimana lapangan tenis
meja diletakkan. Arena juga mengandung lingkungan
sekitar lapangan. Olahraga tenis meja tunanetra
membutuhkan arena yang aksisibel. Kategori akses
mengandung makna bahwa para pemain tunanetra dapat
bermain tenis meja dengan aman, mudah, dan mandiri.

15
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Pendidikan Jasmani Adaptif adalah program atau
pendidikan yang bersifat individual yang meliputi fisik atau
jasmani, kebugaran gerak, pola dan keterampilan gerak
dasar, keterampilan-keterampilan dalam aktifitas permainan
olahraga baik individu ataupun beregu yang didesain untuk
anak berkebutuhan khusus. Pendidikan olahraga harus
menekankan pada program aktifitas fisik yang aktif.
Tujuan pendidikan jasmani dan kesehatan adaptif bagi anak
cacat juga bersifat holistic, seperti tujuan penjaskes untuk
anak-anak normal, yaitu mencakup tujuan untuk
meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan jasmani,
keterampilan gerak, sosial dan intelektual.
Seiring dengan perkembangan penelitian dunia
olahraga yang sudah maju, maka diperoleh beberapa hasil
yang memberikan manfaat yang seluas-luasnya bagi yang
melakukan aktivitas olahraga baik secara fisik maupun
mental. Mesikpun olahraga mempunyai manfaat yang
sangat penting bagi banyak orang namun tidak semua orang
melakukan olahraga. Maka dari itu sejak usia dini
hendaknya harus dibiasakan untuk gemar berolahraga
dengan memberikan pengalaman gerak sebanyak-
banyaknya dan variasi gerak yang cukup sehingga mereka

16
akan suka dengan kegiatan olahraga. Adapaun jenis
olahraga yang diadaptasi yaitu lari, bola voly, bola basket,
catur, dan tenis meja dan bowling.
B. Saran
sebaiknya dalam inovasi penjas adaptif lebih
memperhatikan hambatan yang dimilki pada setiap individu
dengan demikian olahraga dapat diinovasi sesuai hambatan
yang dimiliki karena anak berkebutuhan khusus juga
memerlukan kesehatan jasmani dan rohani melalui
pendidikan penjas adaptif

17
DAFTAR PUSTAKA
Meimulyani Yani dan Asep Tiswara. 2013. Pendidikan Jasmani
Adaptif. Luxima metro media. Jakarta

Aip Syarifuddin dan Muhadi. 1992. Pendidikan Jasmani dan


Kesehatan. Jakarta: Depdikbud. Dirkendikti. Proyek
Pembinaan Tenaga Kependidikan.

Beltasar Tarigan. 2000. Penjas Adaptif. Depdikbud. Direktorat


Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Bagian Proyek
Penataran Guru SLTP Setara D-III.

18
LAMPIRAN

19
DESKRIPSI TUGAS ANGGOTA KELOMPOK

20

Anda mungkin juga menyukai