Anda di halaman 1dari 16

HAK ANAK DALAM ISLAM

KEBUTUHAN JASMANI DAN ROHANI AUD


Makalah Ini Disusun Guna untuk Memenuhi Salah Satu Tugas
Mata Kuliah:
Konsep Dasar Pengasuhan AUD

Dosen Pembimbing :
LILIS RAHMAWATI, M.Pd

Disusun Oleh :
Fitria Khofifah

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ANAK USIA DINI


JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM MIFTAHUL ‘ULA
NGLAWAK KERTOSONO NGANJUK
2019
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah yang telah berkenan melimpahkan rahmat dan taufiq-Nya
kepada saya sehingga dapat menyelesaikan sebuah makalah dengan judul Hak Anak Dalam
Islam Kebutuhan Jasmani dan Rohani AUD, dalam rangka untuk memenuhi salah satu
tugas mata kuliah Konsep Dasar Pengasuhan AUD.

Ucapan terimakasih yang sebanyak-banyaknya saya sampaikan kepada Ibu Lilis


Rahmawati, M.Pd. selaku desen pembimbing Konsep Dasar Pengasuhan AUD, yang telah
memeberi tugas kepada saya, sehingga saya bisa memahami tentang Hak Anak Dalam
Islam Kebutuhan Jasmani dan Rohani AUD.

Saya sangat berharap makalah ini berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengenai Hak Anak Dalam Islam Kebutuhan Jasmani dan Rohani AUD.
saya juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangannya,
Oleh sebab itu, saya berharap kritik, dan saran demi perbaikan makalah yang telah saya
buat, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat bermanfaat bagi saya dan siapapun yang
membaca dan umumnya bagi dunia pendidikan.

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....…………………………………….………… i

DAFTAR ISI………………...………………………………….……… ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang masalah……………………….…………....…... 1


B. Rumusan masalah…………………………….…………….…... 2
C. Tujuan penelitian…………………………….……………….… 2
BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Islam Memperhatikan Hak Anak...............…....……...………... 3


B. Kebutuhan Pendidikan Jasmani Anak.......................................... 3
C. Kebutuhan Pendidikan Rohani Anak............................................ 6
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan………….……………………………………..…...
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Anak usia dini adalah kelompok anak yang berada dalam proses
pertumbuhan dan perkembangan unik. Anak memiliki pola pertumbuhan dan
perkembangan, daya pikir, daya cipta, bahasa dan komunikasi yang tercakup
dalam kecerdasan intelektual (IQ), kecerdasan emosional (EQ), kecerdasan
spiritual (SQ) atau kecerdasan agama atau religius (RQ), sesuai dengan tingkat
pertumbuhan dan perkembangan anak.

Upaya yang dapat dilakukan mencakup stimulasi intelektual,


pemeliharaan kesehatan, pemberian nutrisi, dan penyediaan kesempatan yang
luas untuk mengeksplorasi dan belajar secara aktif. Oleh karena itu pendidikan
usia dini di arahkan dalam rangka pemberian upaya untuk menstimulasi,
membimbing, mengasuh, dan pemberian kegiatan pembelajaran yang akan
menghasilkan kemampuan dan ketrampilan pada anak.

Masa usia dini merupakan masa unik dalam kehidupan anak-anak, karena
merupakan masa pertumbuhan paling hebat dan sekaligus paling sibuk.
Dengan demikian anak membutuhkan pendidikan baik jasmani maupun rohani.
Sebab anak merupakan dambaan bagi setiap orang tua dan generasi penerus
bangsa.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka makalah ini dapat merumuskan
masalah-masalah sebagai berikut:
1. Islam Memperhatikan Hak Anak ?
2. Kebutuhan Pendidikan Jasmani Anak ?
3. Kebutuhan Pendidikan Rohani Anak?

C. Tujuan Makalah
Dari rumusan masalah diatas maka tujuan makalah ini adalah:
1. Mengetahui Islam Memperhatikan Hak Anak.
2. Mengetahui Kebutuhan Pendidikan Jasmani Anak.
3. Mengetahui Kebutuhan Pendidikan Rohani Anak.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Islam Memperhatikan Hak Anak

Anak merupakan investasi unggul untuk melanjutkan kelestarian


peradaban sebagai penerus bangsa, maka haruslah diperhatikan pendidikan dan
hak-haknya.1 Orang tua memiliki tugas yang amat penting dalam menjaga dan
memperhatikan hak-hak anak.2

Agar masyarakat memperhatikan urusan anak, Islam menyatakan bahwa


usaha orang tua dan para pendidik dalam membina dan mendidik anak serta
memenuhi kebutuhan mereka adalah sama dengan ibadah dan berjuang di jalan
Allah. Rasulullah bersabda bahwa satu hari bagi seorang pemimpin yang
bersikap adil jauh lebih baik daripada ibadah selama 70 tahun. Bertahan dan
tabah dalam menghadapi kesulitan kehidupan rumah tangga dan anak
merupakan jihat dijalan Allah.

B. Kebutuhan Pendidikan Jasmani Anak


1. Anak Diberikan Susu Ibu
a. Pentingnya Ibu Menyusui Anak
Menyusui berarti memberikan makanan kepada bayi agar dapat
berkembang dan tumbuh secara sempurna, baik fisik maupun psikisnya.
Hal itu sebagai bukti kasih sayang seorang ibu kepada anaknya,
menyusui hendaknya dilakukan sampai bayi berumur dua tahun.3
Selain bayi dapat merasakan hangatnya kasih sayang ibu, pertumbuhan
fisik dan perkembangan rohaninya dapat berlangsung dengan baik,
maka demi kebaikan anaknya, ibu hendaknya membrikan air susu ibu
yang benar-benar halal dan baik. Karena saat menyusui, saripati
makanan ibu tersedot oleh anak, maka makanan dan minuman yang

1
Mansur, Mendidik Anak Sejak Dalam Kandungan, Mitra Pustaka Yogyakarta, 2004, hlm. 60.
2
Muhammad Baqir Hujjati, Pendidikan Anak Dalam Kandungan, Cahaya, Bogor, 2003, hlm. 163.
3
Nipan Abdul Halim, Anak Saleh Dambaan Keluarga, Mitra pustaka, Yogyakarta, 2001, hlm. 175.
masuk ke perut ibu hendaklah makanan dan minumam yang halal dan
baik.
Rasulullah bersabda bahwa bagi anak tidak ada air susu yang
lebih baik daripada air susu ibu. Al-Qur’an menyatakan “Para ibu
hendaklah menyusui anak-anaknya selama dua tahun penuh yaitu bagi
yang ingin menyempurnakan penyusuan” (QS. Al-Baqarah: 233),
dengan demikian, berdasarkan perintah Allah dan tuntunan alam, anak
harus diberi air susu ibu, sebab sebaik air susu adalah air susu ibu.

b. Menyusui Anak Bermanfaat Bagi Ibu


Islam amat memperhatikan pembinaan dan perawatan anak
secara detail dan rinci, karena itu ia mendorong para ibu agar menyusui
anaknya. Perlu diketahui, para ibu yang menyusui anaknya akan
merasakan kebahagiaan tersendiri. Akan tetapi ada sebagian ibu yang
enggan melakukannya, mereka tak menyambut ajakan fitrah dan
nalurinya. Padahal para kaisar Rusia menyusui anaknya dengan ASI ibu
mereka dan sama sekali tidak menyewa ibu susu.

c. Masa Menyusui Anak


Masa sempurna menyusui anak adalah 2 tahun bagi yang ingin
menyempurnakan penyusuannya, namun ibu dapat menyusui anaknya
kurang dari 2 tahun. Dengan menyebutkan masa 2 tahun. Dengan
menyebutkan masa 2 tahun (maksudnya) bila anak tidak mengonsumsi
susu sebagaimana mestinya ia tidak akan sehat dan kuat secara rima.
Allah menyerahkan masa menyusui kepada ibu, sehingga ibu
diharapkan memperhatikan kepentingan anaknya.
Selama masa 2 tahun, secara bertahap ibu dapat mengurangi
pemberian ASI dan memberikan makanan tambahan. Biasanya
makanan tambahan (bubur) diberikan tatkala anak telah berusia tujuh
bulan. Pada usia delapan bulan dapat diberikan makanan tambahan
sebanyak dua kali sehari.4 Air susu ibu (ASI) mampu memberikan hasil
yang maksimal pada anak, ada beberapa hal yang harus diperhatikan :
a) Ibu harus dalam keadaan sehat dan normal.
b) Ibu harus makan berbagai jenis makanan dalam porsi cukup serta
mengandung berbagai vitamin yang diberlukan tubuh.
c) Ibu tidak boleh minum-minuman yang beralkohol.
d) Rasa sedih, gelisah, takut dan bingung, selain mengurangi jumlah air
susu juga akan mempengaruhi komposisi air susu.
e) Berjalan-jalan ditempat yang terbuka dan segar akan memperbanyak
jumlah air susu.
f) Wanita yang menyusui harus lebih banyak mengonsumsi makanan
basah dan cair.5

2. Anak Diajarkan Berolahraga


Tubuh manusia tidak dapat dipisahkan dengan akal dan rohani. Oleh
karena itu islam menganjurkan agar orang tua melakukan pembinaan
jasmani dan rohani anak serta menjaga keseimbangan antara keduanya.
Islam mewajibkan shalat dan wudhu, mengajrkan panahan, renang, dan
menunggang kuda. Pada dasarnya islam mendorong manusia untuk meraih
kekuatan jasmani dan rohani. Shalat merupakan ibadah yang merupakan
bentuk olahraga jasmani. Jihad dan perang merupakan salah satu
kewajiban agama, dan modal dasar pasukan perang adalah olahraga,
menunggang kuda, dan berbagai latihan jasmani lain. Gerakan dan
aktivitas merupakan asa kehidupan, dan manusia yang tida bergerak dan
beraktivits tak ubahnya seperti benda mati.6 Dengan demikian, gerak
adalah kehidupan, sementara diam dan tak bersemangat adalah kematian.
Masa kanak-kanak merupakan dasar bagi pertumbuhan dan perkembangan
manusia, oleh karena itu pada masa ini anak harus diberi kebebasan untuk
bermain dan beraktivitas.

4
Muhammad Baqir Hujjati, op.cit., hlm.149-150.
5
Ibid., hlm. 153.
6
Ibid., hlm. 167.
Gemar bermain merupakan karakteristik masa anak-anak, baik
manusia maupun bukan manusia alias binatang. Jika menginginkan anak
menjadi sehat dan bahagia, maka harus diberi kesempatan untuk bermain
dan menggerakkan tubuhnya. Oleh karena itu, dalam tahun pertama
kehidupan anak harus memiliki kebebasan penuh dalam berolahraga dan
bermain.
Manfaat anak dalam bermain dan berolahraga adalah dapat meraih
tenaga dan kekuatan. Sebab, bermain, terlebih dalam bentuk olahraga
ringan, bukan merupakan hal yang sia-sia dan buang-buang waktu, namun
justru dapat memberikan hasil dan manfaat yang cukup besar.
Olahraga dan bermain merupkan sarana untuk memperkuat dan
membantu bertumbuhan jasmani, menjaga kesehatan, serta membangkit
kan semangat. Olahraga juga bukan hanya membantu pertumbuhan akal
dan badan, namun juga akan menjadikan manusia kuat dan tegar.

C. Kebutuhan Pendidikan Rohani Anak


1. Dikumandangkan Adzan di Telinga Bayi
Ketika bayi lahir kemudian diltelinganya dikumandangkan adzan
dan iqomat, berarti pendidikan pertama begitu anak lahir ialah diperkenal
kan kalimat tauhid di telinganya. Di telinga kanan dikumandangkan
adzan dan ditelinga kiri dikumandangkan iqomat.7 Dengan memper
dengarkan adzan dan iqomat ketelinga bayi yang baru lahir, berarti
pendidikan tauhid (akidah) telah dimulai sebelum bayi mendengarkan
suara dan ucapan lain, terlebih dahulu diperdengarkan kalimat tauhid,
sehingga akan teringat kembali pada ikrar tauhidnya yang dilakukan
sebelum dilahirkan ke dunia.
Oleh karena itu, islam sangat memperhatikan pendidikan anak
sejak dini, sewaktu anak lahir hendaknya ucapkan adzan di telinga kanan
dan iqomat ditelinga kiri, dicukur rambutnya dihari ketujuh lalu
ditimbang rambutnya diukur dengan emas kemudian di sedekahkan
kepada fakir miskin, dan diberikan nama yang baik. Jika anak hendak

7
Nipan Abdul Halim, op.cit., hlm. 165.
belajar bicara maka diucapkan Allah supaya lidahnya mula-mula
menyebut nama Allah.

2. Anak di Beri Nama yang Baik


Kandungan makna pada nama anak, selain menjadi harapan bagi
orang tua yang memberikan nama itu, kelak juga akan menjadi bahan
peringatan selama hayatnya dan akan terus melekat pada diri anak yang
bersangkutan. Dengan demikian kebaikan orangtua terhadap anaknya
yang beru lahir adalah memberikan nama baik.
Maka seharusnya para orangtua muslim memberikan nama baik
pada anak-anaknya. Berilah nama yang baik dan memiliki kandungan arti
yang baik pula, agar dengan nama itu anak merasa terdidik olehnya.
Terdorong untuk berbuat baik dan terdorong pula untuk menjauhi
perbuatan-perbuatan tidak baik. Adapun cara-cara memberikan nama
yang baik itu antara lain:
a) Menggunakan kata-kata yang memiliki arti baik.
b) Mencontoh nama-nama Nabi.
c) Merangkaikan sebuah kata yang memiliki arti baik.
d) Atau menggunakan nama Allah (asmaul husna)

3. Anak Diaqiqahi
Setelah pada hari pertama kelahiran bayi diperdengarkan kalimat
tauhid, maka pada hari ketujuh diberikan nama yang baik dan sekaligus
diaqiqahi sebagai bukti kasih sayang orangtua dan sekaligus sebagai
penebus gadaian yang berbentuk ibadah. Anak pada hakikatnya tergadai
dan tebusan satu-satunya adalah dengan aqiqah.
Jadi aqiqah merupakan salah satu ajaran Islam yang harus diperhati
kan oleh pemeluknya. Bentuk kasih sayang dengan melakukan aqiqah
bagi anak yang baru lahir ini tetu saja mengandung unsur pendidian
tersendiri, hanya saja sifatnya yang abstrak.
4. Anak Dikenalkan Keteladanan Yang Baik
Model keteladanan yang tepat yakni dengan akhlak yang mulia,
dan hal itu sangat penting bagi pendidikan. Untuk menumbuhkan
kepribadian anak agar mampu menyesuaikan diri ditengah-tengah
masyarakat, maka Rasul memerintahkan orang tua dan penaggung jawab
anak untuk menghormati anak dan tidak menghinakannya.
Sebab anak yang direndahkan dan dihinakan atau tidak
diperhatikan maka akan merasa rendah diri bahkan menderita tekanan
jiwa. Anak yang senantiasa direndahkan dan dihina dalam hidupnya,
maka tidak akan pernah senang dan bahagia, senantiasa sedih, murung,
dan enggan melakukan aktivitas apapun. Kondisi seperti itu akan tampak
berlebihan pada anak yang memilii persaan yang peka. Rasa rendah diri
disebabkan oleh kurangnya perhatian, sehingga anak menjadi pemarah
dan senantiasa pesimis atas kehidupan itu, serta berburuk sangka
terhadap orang-orang disekitarnya.
Dan janganlah kalian membiasakan untuk secara mudah memenuhi
apa yang diinginkan anak, karena semakin mudah mereka memperoleh
apa yang mereka inginkan maka keinginannya akan semakin banyak.
Cepat atau lambat, lantaran tidak mampu, kalian akan terpaksa untuk
tidak memenuhi keinginannya sehingga mereka yang telah terbiasa
memperoleh keinginannya akan merasa terpukul lantaran keinginannya
tidak dipenuhi. Tentu anak yang telah terbiasa demikian, tidak akan
pernah puas dengan apa yang telah didapatkannya, bahkan akan
merengek-rengek dan meminta apa saja yang dilihatnya.

5. Anak Diberikan Ciuman


Anak juga membutuhkan kebutuhan rohani yakni setiap anak
sangat senang dipeluk dan dicium oleh ayahnya, ibunya dan saudaranya.
Disamping itu anak juga ingin menunjukkan emosinya dengan
memberikan ciuman kepada ayahnya, ibunya dan sanak saudaranya.8

8
Muhammad Baqir Hujjati, op.cit., hlm.177.
Dengan demikian mencium anak merupakan hal yang mampu memenuhi
kebutuhan akan rasa kasih sayang.
Rasul bersabda yang intinya agar memperbanyak mencium
anaknya karena setiap ciuman adalah satu derajat di syurga dan jarak
antara derajat yang satu dengan yang lain adalah 500 tahun. Jika
seseorang mencium anaknya, maka Allah akan menuliskan untuknya
satu kebaikan. Jika menggembiran anaknya, maka pada hari kiamat Allah
akan menggembirakannya. Jika mengajarkan Al-Qur’an maka pada hari
kiamat ia akan diberi pakaian dari cahaya sehingga wajah para penghuni
surga menjadi terang dan bercahaya.
Kebaikan sebuah keluarga amat bergantung pada cinta dan kasih
sayang secara timbal balik. Oleh karena itu ayah dan ibu harus
menciptakan suasana keluarga yang penuh cinta dan kasih sayang, serta
menanamkan kepada jiwa anak semangat kerjasama dan saling
pengertian. Anak yang dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang
penuh kasih sayang, maka akan mampu memindahkan lingkungan itu
kuluar dari rumahnya dan akan mampu bergaul dengan masyarakat
dengan penuh cinta dan kasih sayang.

6. Anak Dilatih Menepati Janji


Dalam kehidupan sehari-hari tak jarang seseorang membuat janji
dengan orang lain. Sayangnya banyak orang suka berjanji tetapi juga
suka mengingkari, padahal janji adalah hutang dan hutang wajib dibayar.
Bahkan Nabi saw menggolongkan ingkar janji sebagai salah satu sifat
orang munafik. Tanda-tanda orang munafik ada tiga: jika berbicara
mereka berdusta, jika berjanji dia ingkar, jika dipercaya dia berkhianat.
Dengan demikian sebagai orangtua atau pendidik, hendaknya
berhati-hati jika berjanji pada anak-anak. Jika banyak berjanji tetapi tidak
ditepati, bisa jadi anak-anak sering kecewa dan tidak percaya apa yang
dikatakan. Hubungannya dengan anak pun bisa tidak lagi mesra.
Repotnya lagi, anak-anak akan mudah meniru kebiasaan orangtua atau
pendidik yang suka ingkar janji.
7. Anak Dilatih Kerjasama
Dalam keluarga tidak mungkin tidak (pasti) ada masalah atau
konflik. Oleh karena itu anggota keluarga hendaknya mampu
memanagemen konflik yang terjadi di dalam keluarga. Untuk
mengatasi konflik keluarga maupun diluar keluarga ada tiga metode
penyelesaiannya jika di lihat menang atau kalahnya. Tiga cara
memanagemen konflik :
a) Menang – Kalah → Orang tua menang karna wewenang.
b) Kalah – Menang → Orang tua kalah karna kewalahan.
c) Menang – Menang → Orang tua dan anak adanya kerjasama yang
baik.9
Cara menang-menang inilah yang membentuk suatu kekuatan dan
kemampuan keluarga dengan bentuk kekompakan atau kedua orangtua
mampu membina keluarga yang lengkap yaitu lebih mengutamakan
urusan anak dan mampu membenahi kesiapan kondisi rumah tangga
yang akhirnya mampu mencari atau menggali alternatif jalan yang luwes
yakni berupa empati dan simpati.

8. Anak Dilatih Sifat Keberanian


Sebagai orang tua kadang melihat anaknya mempunyai rasa takut
terhadap sesuatu, baik bertahap yang terlihat nyata maupun yang tidak.
Seperti takut terhadap kucing, takut terhadap tikus, takut berenang, takut
terhadap setiap orang yang baru dikenalnya, maupun tarhadap sesuatu
yang disebut hantu. Perasaan takut itu sebenarnya muncul atau terjadi
karena orangtua memperlihatkan rasa takut atau rasa lemahnya terhadap
sesuatu.
Rasa takut juga bisa terjadi karena orang disekitar atau teman
sebayanya, yang sering menakut-nakuti anak dengan sesuatu. Akibat
pengaruh itu anak akan belajar bahwa dia juga harus takut terhadap
sesuatu itu. Rasa takut yang dialami anak memang tidak mudah. Namun

9
Mansur, Pendidikan Anak Usia Dini Dalam Islam, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2009, hlm. 185.
sebagai makhluk kecil yang sedang mengenal berbagai hal dari
lingkungannya. Tayangan televisi tentang horor atau segala sesuatu yang
mengejutkan dan respon kita terhadap tayangan itu juga dapat
memberikan pelajaran bagi anak bagaimana bersikap terhadap tayangan
itu.
Dalam menghadapi rasa takut anak, orangtua biasanya berusaha
memberikan ketenangan atau merangkul anak sambil memberikan
makanan kecil kesukaan anak agar anak menjadi tenang. Atau sebaliknya
orangtua yang agak disiplin akan memaksa anak untuk mendekatkan
anak dengan obyek yang ditakuti. Ketidakhati-hatian orang tua dalam
mendidik anak, bisa jadi justru malah memperkuat rasa takut anak. Anak
akan merasa bahwa rasa takut ternyata malah membuat anak merasa
makin disayang dan dilindungi orang tua. Atau sebaliknya anak akan
membenci dua hal sekaligus,yaitu obyek yang ditakuti dan orang tua
yang terlalu memaksa. Mengatasi rasa takut anak sebaiknya dilakukan
secara perlahan dengan menjadikan orang tua sebagai contoh. Kalau anak
takut kucing, orang tua bisa memberi contoh memegang kucing dan
biarkan anak menyaksikannya. Bisa juga anak diajak membeli boneka
kucing yang lucu-lucu tanpa merasa terpaksa.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Anak merupakan investasi unggul untuk melanjutkan kelestarian


peradaban sebagai penerus bangsa, maka haruslah diperhatikan pendidikan dan
hak-haknya. Agar masyarakat memperhatikan urusan anak, Islam menyatakan
bahwa usaha orang tua dan para pendidik dalam membina dan mendidik anak
serta memenuhi kebutuhan mereka adalah sama dengan ibadah dan berjuang di
jalan Allah. Rasulullah bersabda bahwa satu hari bagi seorang pemimpin yang
bersikap adil jauh lebih baik daripada ibadah selama 70 tahun. Bertahan dan
tabah dalam menghadapi kesulitan kehidupan rumah tangga dan anak
merupakan jihat dijalan Allah.

Tubuh manusia tidak dapat dipisahkan dengan akal dan rohani. Oleh
karena itu islam menganjurkan agar orang tua melakukan pembinaan jasmani
dan rohani anak serta menjaga keseimbangan antara keduanya. Islam amat
memperhatikan pembinaan dan perawatan anak secara detail dan rinci, karena
itu ia mendorong para ibu agar menyusui anaknya. Perlu diketahui, para ibu
yang menyusui anaknya akan merasakan kebahagiaan tersendiri. Akan tetapi
ada sebagian ibu yang enggan melakukannya, mereka tak menyambut ajakan
fitrah dan nalurinya. Padahal para kaisar Rusia menyusui anaknya dengan ASI
ibu mereka dan sama sekali tidak menyewa ibu susu.

Selain diberi kebutuhan jasmani anak juga harus diberi kebutuhan rohani
misal, dikumandangkan adzan di telinga bayi, ketika bayi lahir kemudian
diltelinganya dikumandangkan adzan dan iqomat, berarti pendidikan pertama
begitu anak lahir ialah diperkenal kan kalimat tauhid di telinganya. Dan
diaqiqahi, diberi nama yang baik, diberi teladan yang baik, dan masih banyak
lagi.
DAFTAR PUSTAKA

Halim, Nipan Abdul, Anak Saleh Dambaan Keluarga, Mitra Pustaka, Yogyakarta,
2001.
Hujjati, Muhammad Baqir, Pendidikan Anak Dalam Kandungan, Cahaya, Bogor,
2003.
Mansur, Mendidik Anak Sejak Dalam Kandungan, Mitra Pustaka, Yogyakarta,
2004.
Mansur, Pendidikan Anak Usia Dini Dalam Islam, Pustaka Pelajar, Yogyakarta,
2009.

Anda mungkin juga menyukai