Anda di halaman 1dari 38

STRATEGI DAN METODE PEMBELAJARAN KEAKSARAAN

FUNGSIONAL DALAM MEMBERANTAS BUTA HURUF DI


LINGKUNGAN MASYARAKAT

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Pendidikan Luar
Sekolah

Dosen Pengampu: Saeful Anwar, S.Ag,M.Ag

Asisten Dosen : Ase Kurniawan, M.Pd

Disusun Oleh:

1. Ai Alin Nuroiyah : 1921007 7. Misbah : 1921022


2. Anis Nurul Millah : 1921031 8. Muhammad Ali R : 1921052
3. Asri Isnaeni : 1921046 9. Restu Vannesa : 1921019
4. Cahyati : 1921001 10. Rina Nurrahmawati : 1921010
5. Lutfia Azizah : 1921035 11. Robi Sobana : 1921013
6. Maudi Andini : 1921029 12. Sakinah Amiliani. W : 1921025

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM LATIFAH MUBAROKIYAH

SURYALAYA-TASIKMALAYA 2021
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Warohmatullohi Wabarokatuh

Segala Puja dan Puji kita Panjatkan kepada Alloh SWT yang mana atas
karunia-Nya penyusun dapat menyelsaikan Makalah ini. Salawat serta Salam
semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Tak lupa kepada
keluarga Sahabat dan para Ummatnya sampai Ahkir zaman. Aamiin.

Adapun tujuan dari penulisan Makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Dosen
mata kuliah Pendidikan Luar Sekolah. Selain itu, Makalah ini juga bertujuan
untuk menambah wawasan bagi para pembaca dan juga penulis.

Selanjutnya kami ucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada


bapak Saeful Anwar, S.Ag,M.Ag Selaku Dosen mata kuliah Pendidikan Luar
Sekolah yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan
dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni.

Kami juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah


membagi pengetahuannya sehingga kami dapat menyelsaikan Makalah ini.

Penyusun menyadari masih banyak terdapat kekurangan dalam


penyusunan Makalah ini. Untuk itu kritik dan saran yang sifatnya membangun
sangat penyusun harapkan demi perbaikan kedepannya. Mudah-mudahan dengan
begitu maka kesalahan yang sama pada waktu yang lain tidak akan terulang.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan kepada kita semua. Dan selalu
mengingat Allah SWT untuk mendapatkan keimanan menuju keselamatan dunia
dan akhirat.

Tasikmalaya, 03 November 2021

Penulis,
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................3
C. Tujuan...........................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................4
A. Pengertian Pendidikan Keaksaraan...............................................................4
B. Pengertian Strategi dan Metode Pembelajaran.............................................5
C. Kriteria Pemilihan Strategi Pembelajaran.....................................................8
D. Jenis Strategi dan Metode Pembelajaran Keaksaraan................................10
1. Participatory Rural Appraisal (PRA)......................................................10
2. Pengertian Metode Problem Possing.......................................................15
3. Language Experience Approach.............................................................20
4. Metode SAS (Strukturan Analitik Sintetik)............................................23
5. Kata Kunci (Key Words).........................................................................25
6. Penerapan metode suku kata.............................................................26
7. Poster Abjad............................................................................................28
8. Transliterasi.............................................................................................29
BAB III PENUTUP...............................................................................................31
A. Kesimpulan.................................................................................................31
B. Saran............................................................................................................31
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................33
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Budaya berbahasa lisan dan tulisan pada masyarakat Indonesia saat
ini sudah menunjukkan kemajuan yang berarti. Meskipun kecenderungan
masyarakat untuk lebih banyak berbahasa lisan daripada berbahasa tulis
masih sering ditemui dalam memanfaatkan waktu luangnya. Hal itu
diharapkan akan menepis pendapat Baradja (2000) bahwa kebiasaan baca-
tulis belum berkembang dengan baik pada masyarakat.

Pendidikan merupakan salah satu strategi dalam mewujudkan


pembangunan nasional. Pendidikan yang paling mendasar adalah
pendidikan keaksaraan. Melek aksara merupakan modal awal dalam
memperoleh informasi di dunia ini. Agama Islam pun mengajarkan "Iqra"
yang artinya adalah "baca". Melek aksara bukan hanya sekedar mampu
membaca tulis dan hitung, sebagaimana disebutkan dalam sebuah artikel
yang berjudul A new tool for assessing and monitoring literacy.

Bebas buta aksara ini bukan berarti semua warga sudah cerdas dan
mampu membaca secara aktif, karena tidak menutup kemungkinan bahwa
ada yang buta aksara kembali akibat kurangnya pembinaan pasca
pembelajaran keaksaraan yang pernah diikuti baik secara formal di sekolah
maupun non formal di masyarakat.

Fenomena seperti tersebut di atas semakin menguatkan wacana


bahwa budaya baca-tulis sangat diperlukan bagi setiap insan terutama
insan pendidikan.

Kondisi lain menunjukkan bahwa kebiasaan baca-tulis sangat


menunjang pemerolehan informasi ilmu pengetahuan dan teknologi

1
(IPTEK). Baca-tulis memiliki peranan penting dalam kehidupan.
Membaca merupakan sarana bagi manusia untuk mengembangkan

2
2

jiwanya. Jika seseorang terampil dan suka membaca maka ia memiliki


kesempatan untuk mengenal dan memahami dunianya dengan lebih cermat
dan teliti. Kecermatan dan ketelitian ini akan mengembangkan jiwa secara
lebih baik. Sifat "teliti/cermat" akan mendukung terwujudnya insan yang
berkarakter. Dengan demikian budaya baca-tulis sangat bermanfaat bagi
kehidupan bangsa yang berkarakter.

Mengingat pentingnya peranan baca-tulis dalam kehidupan, maka


selayaknya baca-tulis dikembangkan dalam pembelajaran di sekolah mulai
sekolah dasar (SD) sampai perguruan tinggi (PT). Pada pembelajaran
baca-tulis di kelas I SD tujuan diarahkan pada kepemilikan terhadap
kegemaran dan keterampilan baca-tulis untuk meningkatkan pengetahuan
dan memanfaatkannya dalam kehidupan sehari-hari. Untuk menunjang
tujuan tersebut, tugas guru adalah menyediakan fasilitas pembelajaran
baca-tulis bagi pembelajar sehingga kegiatan baca-tulis menjadi karakter
mereka.

Pembelajaran baca-tulis dapat diciptakan dengan melibatkan siswa


sebanyak banyaknya untuk mengungkapkan pengalaman bahasa mereka.
Dikatakan oleh Jalongo (1992) bahwa penggunaan pengalaman bahasa
siswa akan membangkitkan kesadaran pribadi yang positif. Melalui
pengalaman bahasanya, siswa dapat mengawali kegiatan menulisnya
dengan rasa senang. Mereka menulis apa yang dirasakan dan
dipikirkannya kemudian mereka membaca apa yang dirasakan dan
dipikirkannya. Hal itu menguatkan pendapat Ellis, dkk. (1989) bahwa
skemata siswa merupakan bekal yang baik pembelajaran keterampilan
berbahasa.

Kondisi ini mendorong peneliti untuk mencari metode


pembelajaran yang tepat dalam pembelajaran membaca, menulis, dan
berhitung pada masyarakat
3

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Pengertian Pendidikan Keaksaraan?
2. Bagaimana Pengertian Strategi dan Metode Pembelajaran ?
3. Bagaimana Pemilihan Strategi Pembelajaran?
4. Bagaimana Jenis-Jenis Strategi Pendidikan Keaksaraan?

C. Tujuan
1. Mengetahui Bagaimana Pengertian Pendidikan Keaksaraan.
2. Mengetahui Bagaimana Pengertian Strategi dan Metode Pembelajaran.
3. Mengetahui Bagaimana Bagaimana Pemilihan Strategi Pembelajaran.
4. Bagaimana Jenis-Jenis Strategi Pendidikan Keaksaraan.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pendidikan Keaksaraan

Keaksaraan fungsional (functional literacy) dapatdiartikan sebagai


kemampuan untuk membaca danmenulis. Menurut Arief dan Napitupulu
(1997), keaksaraan didefinisikan sebagai pengetahuan dasardan
keterampilan yang diperlukan oleh semua di dalamdunia yang berubah
cepat, merupakan hak asasimanusia. Adapun menurut (Kusnadi et al.,
2003:53), keaksaraan fungsional merupakan salah satu bentuklayanan
Pendidikan Luar Sekolah bagi masyarakat yangbelum dan ingin memiliki
kemampuan calistung dansetelah itu menggunakannya serta berfungsi
bagikehidupannya. Mereka tidak hanya memiliki kemampuan calistung
serta keterampilan berusahaatau bermata pencaharian saja, tetapi juga
dapatbertahan dalam dunia kehidupannya.
Keaksaraan merupakan katalisator untuk berperan serta dalam kegiatan
sosial, kebudayaan,politik, ekonomi dan pemberdayaan masyarakat,
sertamerupakan arena untuk belajar sepanjang hayat.Keaksaraan
fungsional menekankan pada suatukemampuan untuk dapat mengatasi
suatu kondisi baruyang tercipta oleh lingkungan masyarakat agar
wargabelajar dapat memiliki kemampuan fungsional, yaituberfungsi bagi
diri dan masyarakatnya.
Tujuan keaksaraan fungsional adalah bagaimana mengupayakan
kemampuan, pemahaman, sertapenyesuaian diri guna mengatasi kondisi
hidup danpekerjaannya. Lebih luas, keaksaraan berusaha
untukmembangun masyarakat melalui perubahan pada levelindividu dan
masyarakat dengan adanya persamaan(equity), kesempatan, dan
pemahaman global.
Menurut Coombs and Manzoor (1994), terdapat tiga kategori besar
tentang definisi keaksaraan. Setiap kategori didasari oleh asumsi yang

4
sangat berbeda dariperan keaksaraan dalam kehidupan setiap individu dan
dalam kehidupan masyarakat. Kategori yang dimaksud,yaitu:(1)

5
5

keaksaraan merupakan seperangkat keterampilan dan kemampuan atau


kompetensi dasar, (2) keaksaraan sebagai dasar untuk
meningkatkankualitas kehidupan yang lebih baik, serta (3)
Keaksaraanmerupakan refleksi dari kenyataan politik dan struktur.1
Pendidikan keaksaraan adalah salah satu bentuk layanan pendidikan non
formal atau pendidikan luar sekolah bagi warga masyarakat yang belum
dapat membaca, menulis dan berhitung.
Program pendidikan keaksaraan merupakan bentuk layanan pendidikan
luar sekolah untuk membelajarkan warga masyarakat penyandang buta
aksara agar memiliki kemampuan menulis, membaca dan berhitung,
mengamati dan menganalisis yang berorientasi pada kehidupan sehari-hari
dengan meman-faatkan potensi yang ada di lingkungansekitarnya, untuk
peningkatan mutu dan taraf hidupnya.2

B. Pengertian Strategi dan Metode Pembelajaran

1. Pengertian Strategi Pembelajaran


Dalam dunia pendidikan, strategi bisa diartikan sebagai suatu cara atau
metode kegiatan untuk mencapai suatu tujuan pendidikan. Jadi definisi
strategi pembelajaran bisa diartikan sebagai sebuah perencanaan yang
berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai
tujuan-tujuan pendidikan tertentu.
Strategi pembelajaran di dalamnya mencakup pendekatan, model,
metode dan teknik pembelajaran secara spesifik. Strategi pembelajaran
memiliki beberapa kegunaan dan manfaat di antaranya adalah siswa

1
Sumardi, Kamin. MODEL PEMBELAJARAN KEAKSARAAN DASAR
MENGGUNAKAN KOMBINASI METODE REFLECT, LEA, DAN PRA. Jurnal
Ilmiah VISI PTK-PNF - Vol. 3, No.2 – 2008. Hlm. 109-110.
2
Buku Saku Tutor Pendidikan Keaksaraan, h. 1.
(https://www.academia.edu/37479777/Apa_itu_Pendidikan_Keaksaraan )
6

terlayani kebutuhannya mengenai belajar cara berfikir dengan lebih


baik.
Adapun Pengertian strategi pembelajaran secara umum adalah suatu
rencana dan cara mengajar yang akan dilakukan guru dengan
menetapkan langkah-langkah utama mengajar sesuai dengan tujuan
pengajaran yang akan dicapai dan telah digariskan.
Strategi pembelajaran juga bisa diartikan sebagai serangkaian rencana
kegiatan yang termasuk didalamnya penggunaan metode dan
pemanfaatan berbagai sumber daya atau kekuatan dalam suatu
pembelajaran.
Pengertian Strategi Pembelajaran Menurut Para Ahli :
a. Menurut Sanjaya, Wina (2007)
Strategi pembelajaran merupakan pola umum perbuatan guru-peserta
didik di dalam perwujudan kegiatan belajar-mengajar. Sehingga
strategi menunjuk kepada karakteristik abstrak rentetan perbuatan
guru-peserta didik di dalam peristiwa belajar-mengajar.
b. Menurut Gropper (1998)
Strategi pembelajaran merupakan pemilihan atas berbagai jenis latihan
tertentu yang sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.
Mereka menegaskan bahwa setiap tingkah laku yang diharapkan dapat
dicapai oleh peserta didik dalam kegiatan belajarnya harus dapat
dipraktekkan.

2. Pengertian metode pembelajaran


Metode pembelajaran adalah cara sistematis dalam bentuk konkret
berupa langkah-langkah untuk mengefektifkan pelaksanaan suatu
pembelajaran. Pernyataan tersebut diperkuat oleh pendapat
Iskandarwassid dan Sunendar yang mengatakan bahwa metode
pembelajaran adalah cara kerja yang sistematis untuk memudahkan
pelaksanaan berbagai kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan
yang diinginkan atau ditentukan. Sementara itu, Sutikno berpendapat
7

bahwa pengertian “metode” secara harfiah berarti “cara”, metode


adalah suatu cara atau prosedur yang digunakan untuk mencapai tujuan
tertentu. Dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran adalah cara
kerja sistematis yang memudahkan pelaksanaan pembelajaran berupa
implementasi spesifik langkah-langkah konkret agar terjadi proses
pembelajaran yang efektif mencapai suatu tujuan tertentu seperti
perubahan positif pada peserta didik.
Pengertian Metode Pembelajaran Menurut Para Ahli :
a. Menurut Abu Ahmadi & Joko Tri Prasetya
Metode pembelajaran adalah teknik yang dikuasai pendidik atau
guru untuk menyajikan materi pelajaran kepada peserta didik di
kelas, baik secara individu maupun kelompok agar materi pelajaran
dapat diserap, dipahami dan dimanfaatkan oleh peserta didik
dengan baik.
b. Nur Hamiyah & Muhammad Jauhar
Sedangkan Hamiyah dan Jauhar, mengartikan metode sebagai cara
untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam
bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan
pembelajaran.
c. Sofan Amri
Menurut Amri metode belajar mengajar dapat diartikan sebagai
cara-cara yang dilakukan untuk menyampaikan atau menanamkan
pengetahuan kepada subjek didik, atau anak melalui sebuah
kegiatan belajar mengajar, baik di sekolah, rumah, kampus,
pondok, dan lain-lain.
d. Komalasari
Komalasari mengemukakan bahwa metode pembelajaran dapat
diartikan sebagai salah satu cara yang dilakukan seseorang dalam
mengimplementasikan metode secara spesifik.3

3
https://www.zonareferensi.com/pengertian-strategi-pembelajaran/
8

C. Kriteria Pemilihan Strategi Pembelajaran

Bambang Warsita menjelaskan bahwa Kriteria strategi


pembelajaran adalah aturan tentang menentukan peringkat-peringkat
kondisi sesuatu atau rentangan-rentangan nilai agar data yang diperoleh
dari lapangan dapat dipahami oleh orang lain dan bermakna bagi
pengambilan keputusan dalam rangka memilih strategi pembelajaran yang
terbaik, tepat, dan sesuai dengan kebutuhan dan kondisi peserta didik.
Model pembelajaran semacam ini hanya dapat terlaksana dengan baik
apabila guru mampu mengembangkan strategi pembelajaran yang efektif.
Artinya bahwa di dalam setiap kegiatan pembelajaran guru pasti
menggunakan berbagai strategi, namun strategi itu belum tentu semua
sama efektifnya dalam mencapai tujuan pembelajaran. Untuk itu,
dibutuhkan kreativitas guru dalam mengembangkan dan memilih strategi
pembelajaran yang efektif. 
Bambang Warsita mengutip Mayer, menjelaskan beberapa kriteria
yang dapat digunakan dalam memilih strategi pembelajaran yakni:
1. Berorientasi pada tujuan pembelajaran
2. Pilih metode dan teknik pembelajaran yang sesuai dengan ketrampilan
yang diharapkan dapat memiliki peserta didik saat bekerja nanti
(berorientasi pada dunia kerja).
3. Gunakan media pembelajaran yang sebanyak dan sevariasi mungkin
untuk memberikan rangsangan pada semua indra peserta didik.
Berdasarkan kriteria penggunaan media di atas, maka pemilihan
strategi pembelajaran pada dasarnya membandingkan antara satu jenis
strategi pembelajaran dengan jenis strategi pembelajaran yang lain.
Memilih strategi pembelajaran hendaknya tidak dilakukan dengan
sembarangan, tetapi hendaknya dilakukan atas kriteria, tolok ukur atau
standar tertentu.

https://serupa.id/metode-pembelajaran-pengertian-jenis-macam-menurut-para-
ahli/
9

a. Pemilihan Strategi Pembelajaran 


Secara teknis, strategi pembelajaran adalah metode dan prosedur
yang ditempuh oleh siswa dan guru dalam proses pembelajaran untuk
mencapai tujuan instruksional berdasarkan materi pengajaran tertentu dan
dengan bantuan unsur penunjang tertentu pula (Hamalik, 1994). Dalam hal
ini, Twelker (dalam tim pengajar, 2000) mengemukakan bahwa pada
dasarnya strategi pembelajaran mencakup empat hal, yaitu: 
1) Penetapan tujuan pengajaran. 
2) Penetapan sistem pendekatan pembelajaran. 
3) Pemilihan dan penetapan metode, teknik dan prosedur pembelajaran.
Termasuk penetapan alat, media, sumber dan fasilitas pengajaran
serta penetapan langkah langkah strategi pembelajaran (kegiatan
pembelajaran dan pengelolaan waktu) 
4) Penetapan kriteria keberhasilan proses pembelajaran dari dan dengan
evaluasi yang digunakan. 
Sehubungan dengan penetapan strategi pembelajaran, ada empat
masalah pokok yang sangat penting yang dapat dijadikan pedoman untuk
pelaksanaan kegiatan pembelajaran agar berhasil sesuai dengan yang
diharapkan (Djamarah, 2002), yaitu : 
1) Mengidentifikasi serta menetapkan spesifikasi dan kualifikasi
perubahan tingkah laku dan kepribadian anak didik sebagaimana
yang diharapkan.
2) Memilih sistem pendekatan pembelajaran berdasarkan aspirasi dan
pandangan hidup masyarakat.
3) Memilih dan menetapkan prosedur, metode, dan teknik
pembelajaran yang dianggap paling tepat dan efektif sehingga
dapat dijadikan pegangan oleh para guru dalam menunaikan
kegiatan mengajarnya.
4) Menetapkan norma-norma dan batas minimal atau kriteria serta
standar keberhasilan sehingga dapat dijadikan pedoman oleh guru
dalam melakukan evaluasi hasil kegiatan belajar mengajar yang
10

selanjutnya akan dijadikan umpan balik untuk penyempurnaan


sistem instruksional yang bersangkutan secara keseluruhan. 
 Namun demikian, dalam pemilihan dan penetapan strategi
pembelajaran ada beberapa hal yang perlu dijadikan sebagai pertimbangan,
antara lain:
1) Kesesuaian dengan tujuan instruksional yang hendak dicapai. 
2) Kesesuaian dengan bahan bidang studi yang terdiri dari aspek-aspek
pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai
3) Strategi pembelajaran itu mengandung seperangkat kegiatan
pembelajaran yang mungkin mencakup penggunaan beberapa metode
pengajaran yang relevan  dengan tujuan dan materi pelajaran
4) Kesesuaian dengan kemampuan profesional guru bersangkutan
terutama dalam rangka pelaksanaannya di kelas. 
5) Cukup waktu yang tersedia, Karena erat kaitannya dengan waktu
belajar dan banyaknya bahan yang harus disampaikan 
6) Kesediaan unsur penunjang, khususnya media instrusional yang
relevan dan peralatan yang memadai. 
7) Suasana lingkungan dalam kelas dan lembaga pendidikan secara
keseluruhan.
8) Jenis-jenis kegiatan yang serasi dengan kebutuhan dan minat siswa,
karena erat kaitannya dengan tingkat motivasi belajar untuk mencapai
tujuan instruksional. 
Semua faktor tersebut mendasari pemilihan dan penggunaan
strategi pembelajaran yang dinilai lebih sesuai bagi pembelajaran..4

D. Jenis Strategi dan Metode Pembelajaran Keaksaraan

1. Participatory Rural Appraisal (PRA)

Participatory Rural Appraisal (PRA) adalah penilaian


/pengkajian/ penelitian keadaan desa secara partisipatif. Maka dari itu,
4
Source: https://www.mandandi.com/2021/03/kriteria-pemilihan-strategi.html
11

metode PRA adalah cara yang digunakan dalam melakukan


pengkajian/ penilaian/ penelitian untuk memahami keadaa atau kondisi
desa/wilayah/lokalitas tertentu dengan melibatkan partisipasi
masyarakat. Participatory Rural Appraisal (PRA) adalah suatu metode
pemahaman lokasi dengan cara belajar dari, untuk dan bersama
masyarakat, untuk mengetahui, menganalisis dan mengevaluasi
hambatan dan kesempatan melalui multidisiplin.
Sejarah Perkembangan Participatory Rural Appraisal (PRA) di
Indonesia : Tahun 1970 ; Konsep-konsep kemandirian dan prinsip-
prinsip pembangunan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat telah
dicantumkan dalam GBHN, dimana kebijakan pembangunan masih
sangat bersifatsentralistik., Tahun 1980 ; Telah menemukan cara
pendekatan dengan partisipasi. Dan berhubung penerapan partisipasi
sangat rumit maka penerapannya cenderung kembali ke praktekpraktek
sentralistik, Tahun 1999 ; Dengan keluarnya UU No. 22 Tahun1999,
tentang Otonomi Daerah maka pendekatan sentralistik mulai diubah ke
arah pendekatan desentralistik.
Prinsip-Prinsip dalam Participatory Rural Appraisal (PRA)
a) Prinsip mengutamakan yang terabaikan (keberpihakan)
Prinsip ini mengutamakan masyarakat yang terabaikan agar
memperoleh kesempatan untuk memiliki peran dan mendapat
manfaat dalam kegiatan program pembangunan. Keberpihakan
ini lebih pada upaya untuk mencapai keseimbangan perlakuan
terhadap berbagai golongan yang terdapat di suatu masyarakat,
mengutamakan golongan paling miskin agar kehidupannya
meningkat.
b) Prinsip pemberdayaan (penguatan) masyarakat
Pendekatan PRA bermuatan peningkatan kemampuan
masyarakat, kemampuan itu ditingkatkan dalam proses
pengkajian keadaan, pengambilan keputusan dan penentuan
12

kebijakan, sampai pada pemberian penilaian dan koreksi kepada


kegiatan yang berlangsung.
c) Prinsip masyarakat sebagai pelaku dan orang luar sebagai
fasilitator
PRA menempatkan masyarakat sebagai pusat dari kegiatan
pembangunan. Orang luar juga harus menyadari peranannya
sebagai fasilitator. Fasilitator perlu memiliki sikap rendah hati
serta kesediannya belajar dari masyarakat dan menempatkannya
sebagai narasumber utama dalam memahami keadaan
masyarakat itu. Pada tahap awal peranan orang luar lebih besar,
namun seiring dengan berjalannya waktu diusahakan peran itu
bisa berkurang dengan mengalihkan prakarsa kegiatan PRA para
masyarakat itu sendiri.
d) Prinsip saling belajar dan menghargai perbedaan
Salah satu prinsip dasarnya adalah pengakuan akan pengalaman
dan pengetahuan tradisional masyarakat. Hal ini bukan berarti
bahwa masyarakat selamanya benar dan harus dibiarkan tidak
berubah, sehingga harusnya dilihat bahwa pengalaman dan
pengetahuan masyarakat serta pengetahuan orang luar saling
melengkapi dan sama bernilainya, dan bahwa proses PRA
merupakan ajang komunikasi antara kedua sistem pengetahuan
itu agar melahirkan sesuatu yang lebih baik.
e) Prinsip Santai dan informal
Kegiatan PRA diselenggarakan dalam suasana yang bersifat
luwes, terbuka, tidak memaksa dan informal. Situasi ini akan
menimbulkan hubungan akrab, karena orang luar akan berproses
masuk sebagai anggota masyarakat, bukan sebagai tamu asing
yang oleh masyarakat harus disambut secara resmi.
f) Prinsip Triangulasi
Salah satu kegiatan PRA adalah usaha mengumpulkan dan
menganalisis data atau informasi secara sistematis bersama
13

masyarakat. Untuk mendapatkan informasi yang kedalamnnya


bisa diandalkan kita dapat menggunakan Triangulasi yang
merupakan bentuk pemeriksaan dan pemeriksaan ulang (check
and recheck) informasi. Triangulasi dilakukan melalui
penganekaragaman keanggotaan tim (keragaman disiplin ilmu
atau pengalaman), penganekaragaman sumber informasi
(keragaman latar belakang golongan masyarakat, keragaman
tempat, jenis kelamin) dan keragaman teknik.
g) Prinsip mengoptimalkan hasil
Prinsip mengoptimalkan atau memperoleh hasil informasi yang
tepat guna menurut metode PRA adalah:
 Lebih baik kita "tidak tahu apa yang tidak perlu kita
ketahui" (ketahui secukupnya saja)
 Lebih baik kita "tidak tahu apakah informasi itu bisa
disebut benar seratus persen, tetap diperkirakan bahwa
informasi itu cenderung mendekati kebenaran" (daripada
kita tahu sama sekali) .
h) Prinsip orientasi praktis
PRA berorientasi praktis yaitu pengembangan kegiatan. Oleh
karena itu dibutuhkan informasi yang sesuai dan memadai, agar
program yang dikembangkan bisa memecahkan masalah dan
meningkatkan kehidupan masyarakat. Perlu diketahui bahwa
PRA hanyalah sebagai alat atau metode yang dimanfaatkan
untuk mengoptimalkan program-program yang dikembangkan
bersama masyarakat.
i) Prinsip keberlanjutan dan selang waktu
Metode PRA bukanlah kegiatan paket yang selesai setelah
kegiatan penggalian informasi dianggap cukup dan orang luar
yang memfasilitasi kegiatan keluar dari desa. PRA merupakan
metode yang harus dijiwai dan dihayati oleh lembaga dan para
pelaksana lapangan, agar problem yang mereka akan
14

kembangkan secara terus menerus berlandaskan pada prinsip-


prinsip dasar PRA yang mencoba menggerakkan potensi
masyarakat.
j) Prinsip belajar dari kesalahan
Terjadinya kesalahan dalam kegiatan PRA adalah suatu yang
wajar, yang terpenting bukanlah kesempurnaan dalam
penerapan, melainkan penerapan yang sebaik-baiknya sesuai
dengan kemampuan yang ada. Kita belajar dari kekurangan-
kekurangan atau kesalahan yang terjadi, agar pada kegiatan
berikutnya menjadi lebih baik.
k) Prinsip terbuka
Prinsip terbuka menganggap PRA sebagai metode dan perangkat
teknik yang belum selesai, sempurna dan pasti benar.
Diharapkan bahwa teknik tersebut senantiasa bisa
dikembangkan sesuai dengan keadaan dan kebutuhan setempat.
Sumbangan dari mereka yang menerapkan dan menjalankannya
di lapangan untuk memperbaiki konsep, pemikiran maupun
merancang teknik baru yang akan sangat berguna dalam
mengembangkan metode PRA.
Pengelompokan dalam Teknik-Teknik Participatory Rural
Appraisal (PRA)
a. Teknik-teknik yang bersifat mengumpulkan informasi umum yang
biasanya digunakan pada tahap awalpengembangan program dan
bersifatpenjajagan (eksploratif).
b. Teknik-teknik yang berkenan dengan“tata ruang” spatial.
c. Teknik-teknik yang berkenan dengan“waktu” temporal.
d. Teknik-teknik yang berkenan dengan“kelembagaan “ institusional.
e. teknik-teknik yang berkenan dengan“aspek-aspek ekonomi” dan
“matapencaharian”.
f. teknik-teknik yang berkenaan dengan“aspek-aspek kemasyarakatan
“ sosial.
15

g. Teknik yang berkenan dengan“aspek-aspek teknik tertentu” topik


teknis, seperti tentang hama dan penyakittanaman, kesehatan.
Langkah-Langkah Pengembangan Participatory Rural Appraisal
(PRA) :
a. Pengenalan masalah/kebutuhan dan potensi, dengan maksud untuk
menggali informasi tentang keberadaan lingkungan dan masyarakat
secara umum.
b. Perumusan masalah dan penetapan prioritas guna memperoleh
rumusan atas dasar masalah dan potensi setempat.
c. Identifikasi alternatif pemecahan masalah atau pengembangan
gagasan guna membahas berbagai kemungkinan pemecahan
masalah melalui urun rembug masyarakat.
d. Pemilihan alternatif pemecahan yang paling tepat sesuai dengan
kemampuan masyarakat dan sumber daya yang tersedia dalam
kaitannya dengan swadaya.
e. Perencanaan penerapan gagasan dengan pemecahan masalah
tersebut secara konkrit agar implementasinya dapat secara mudah
dipantau.
f. Penyajian rencana kegiatan guna mendapatkan masukan untuk
penyempurnaannya di tingkat yang lebih besar.
g. Pelaksanaan dan pengorganisasian masyarakat sesuai dengan
kebutuhan dan tingkat perkembangan masyarakat.
h. Pemantauan dan pengarahan kegiatan untuk melihat kesesuaiannya
dengan rencana yang telah disusun.
i. Evaluasi dan rencana tindak lanjut untuk melihat hasil sesuai yang
diharapkan, masalah yang telah terpecahkan, munculnya massalah
lanjutan, dll.

2. Metode Problem Possing

Pembelajaran Keaksaraan Usaha Mandiri adalah kegiatan


peningkatan kemampuan keberak-Saraan melalui pembelajaran
16

ketrampilan usaha untuk Meningkatan produktivitas warga belajar


yang telah Mencapai kompetensi keaksaraan dasar. Metode
pembelajaran adalah cara menyampaikan materi Pembelajaran
sehingga peserta didik menguasai materi yang diajarkan dan mencapai
kemampuan yang Diharapkan. As’ari (2000:5), mengartikan Problem
Posing dengan pembentukan soal atau merumuskan Soal atau
menyusun soal. Belajar dengan Problem Posing mengandung arti
bahwa warga belajar belajar Mengatasi masalah sendiri sesuai dengan
situasi yang ada. Persoalan seperti ini tidak mudah bagi warga belajar
karena dalam membentuk masalah warga belajar Harus memikirkan,
menceritakan ide-idenya dalam bentuk masalah sampai kepada taraf
pengungkapan Melalui diskusi secara klasikal. Pengungkapan atau
komentar warga belajar setiap proses pembelajaran Terhadap masalah
yang dirumuskan dapat meningkatkan keterampilan berpikir warga
belajar untuk Memahami konsep yang dipelajari.
Penerapan Metode Problem Possing
Metode yang digunakan pada keaksaraan usaha Mandiri,
awalnya hanya menggunakan metode ceraMah. Selanjutnya dilakukan
metode problem possing. Dengan menggunakan metode problem
possing ini, Warga belajar dan tutor saling belajar, Peran tutor Berarti
tutor tidak dapat memberikan pengalamannyaDan pandangannya,
karena tutor juga merupakan Peserta dalam keseluruhan proses. Dalam
proses Pembelajaran metode Problem Possing, tutor dan Warga belajar
terjadi interkasi belajar multi arah, diMana mereka berbagi
pengalaman baru antara satu Dengan yang lainnya. Kelompok warga
belajar salah satunya mengeMukan ide ketrampilan yang di milikinya
untuk diang-Kat dalam pembelajaran keaksaraan usaha mandiri Yaitu
sebagai tutor sebaya dalam mengembangkanKetrampilan yang dimiliki
menjadi topic pembahasan Dalam praktek. Pada akhirnya ditingkatkan
dalam Usaha mandiri untuk menambah penghasilan dan Meringankan
beban kehidupan keluarganya.Dalam proses pembelajaran warga
17

belajar Diberi kesempatan untuk mengembangkan sendiri Materi –


materi pembelajarannya, sehingga tumbuh Rasa memiliki terhadap
rencana belajar dan rencana Kerja/aksi yang berasal dari gagasan
mereka, sehingga Pada akhirnya mengubah prilaku dan sikapnya.
DalamProses belajarnya, baik warga belajar maupun tutor Sama-sama
balajar, dan sama-sama memiliki Masing-masing,serta menggali
potensi yang ada di Dalam diri mereka untuk berubah kearah yang
lebih Positif. Tiap orang memiliki potensi yang dapat dimoTivasi, dan
dikembangkan, dan diberdayakan. Karena Itu dalam proses
pembelajaran keaksaraan usaha Mandiri bagi warga belajar maupun
tutor harus dapatBerkembang secara mandiri.Dalam proses belajar
keaksaraan usaha Mandiri, warga belajar dan tutor saling belajar, Peran
Tutor adalah untuk mengembankan proses analisis Dapat memberikan
pengalamannya dan pandanganNya, karena tutor juga merupakan
peserta dalam kesEluruhan proses. Dalam proses pembelajaran metode
Problem Possing, tutor dan warga belajar terjadi Interkasi belajar multi
arah, dimana mereka berbagi Pengalaman baru antara satu dengan
yang lainnya.
Metode pembelajaran problem posing memiliki Kekuatan
sebagai berikut:
a. Memberi penguatan terhadap konsep yang diterima atau
memperkaya konsep-konsep dasar.
b. Diharapkan mampu melatih siswa meningkatkan Kemampuan
dalam belajar.
c. Orientasi pembelajaran adalah investigasi dan Penemuan yang pada
dasarnya adalah pemecahan masalah. (Suyitno, 2003:7-8).Bagi
warga belajar, pembelajaran problem Posing merupakan
keterampilan mental, warga belajar Menghadapi suatu kondisi
dimana dia menghadapi Permasalahan dan dia memecahkan
masalah tersebut.
18

d. Pentingnya Metode Problem Possing Pada Pembelajaran


Keaksaraan Usaha Mandiri sebagai suatu institusi baru yang
bergerak dalam berbagai kegiatan pendidikan non formal di
Tingkat keaksaraan dasar dan lanjutan, pembelajaran Keaksaraan
berkembang secara dinamis didukung oleh berbagai pijakan
kerangka teoritik dan akademik Yang memadai. Pengembangan
kecakapan dalamKetrampilan hidup sepenuhnya didasarkan atas
pengalaman di lapangan yang situasi kondisinya sangat
beragam.Dengan sendirinya Konsep pembelajaran keaksaraan
usaha mandiri, berkembang sangat bervariasi. Proses pembelajaran
sebanyak 79 persen Materi pembelajaran berupa praktek langsung
dengan Bahan praktek yang dapat dikuasai warga belajar.
Kompetensi metode pembelajaran keaksaraan Usaha Mandiri
memperoleh skor tertinggi, yaitu sebesar 85 Dari rentang skor 1-
100; Setelah mengikuti pembelaJaran keaksaraan Usaha Mandiri,
warga belajar memPeroleh temuan kecakapan hidup berupa
ketrampilanPraktis membuat tolak ukur yang dikuasai oleh
wargaBelajar. Penguasaan warga belajar atas
ketrampilanPenguasaan ketrampilan praktis, membuat mukena Dan
hantaran berbagai hiasan, dompet dan tas serta boneka ondel-ondel
ciri khas betawi. Dari hasil pembeLajaran usaha Mandiri upaya
bekal mencari tambahanPenghasilan dan meringankan beban hidup
keluarga.
e. Penerapan Metode Problem Possing KeaksaraanUsaha Mandiri
Penerapan model pembelajaran problem posing dilakukan sebagai
berikut (Suyitno, 2004:31-32) :
1) Tutor menjelaskan materi pelajaran kepada paraWarga
belajar. Penggunaan alat peraga untuk Memperjelas konsep
sangat disarankan.
2) Tutor memberikan latihan soal secukupnya.
19

3) Warga belajar diminta mengajukan 1 atau 2 buah Soal yang


menantang, dan warga belajar yangBersangkutan harus
mampu menyelesaikannya. Tugas ini dapat pula dilakukan
secara kelompok.
4) Pada pertemuan berikutnya, secara acak, guruMenyuruh
warga belajar untuk menyajikan soal Temuannya di depan
kelas. Dalam hal ini, tutorDapat menentukan siswa secara
selektif berdasarKan bobot soal yang diajukan oleh warga
belajar.
5) Tutor memberikan tugas rumah secara individual.Penerapan
Metode Pembelajaran KeaksaraanUsaha Mandiri didasarkan
atas hasil pengalaman di Lapangan yang bersifat khusus
terhadap berbagai Pengalaman tutor dan warga belajar.
Penerapan Metode pembelajaran ini pun terus berkembang
seiring Dengan berbagai inovasi yang muncul dalam
pengalaMan pengembangan pembelajaran yang ditemui di
Lapangan
Tujuan Bahan Ajar Metode Problem Possing Adalah: (1)
memperkuat kemampuan (lifeskill) dalam Mata pencarian kehidupan
ekonomi warga belajar, (2) Memberikan kemudahan warga belajar
dalam memPeroleh informasi ketrampilan dalam wirausaha, (3)
Mengembangkan kesadaran kritis dalam hal bakat keterampilan warga
belajar, (4) membentuk sikap mental Rasional/logis pada warga
belajar, (5) berorientasi pada Pengetahuan,sikap dan ketrampilan yang
diinginkanWarga belajar, (6) memberikan motivasi kepada warga
Belajar untuk meningkatkan gaya hidup yang lebih baik Dari
sebelumnya. 5

5
Yatimah, D. (2012). Penerapan Metode Problem Possing Pada Program Keaksaraan
Usaha Mandiri di PKBM. 12-14.
20

3. Language Experience Approach

Language Experience Approach (LEA) merupakan pendekatan


dalam pembelajaran bahasa utamanya pada baca-tulis. LEA
berpedoman padapenggunaan pengalaman bahasa siswa sebagai
bahan/sumber belajar. Dinyatakan oleh Combs (1996) bahwa
pembelajaran bahasa merupakan suatu keutuhan dan kepaduan,
keterampilan membaca dipadukan dengan keterampilan menyimak,
berbicara, dan menulis. Dalam pembelajaran berdasarkan PPB, guru
membelajarkan membaca. kepada siswa melalui karangan-karangan
yang dikembangkan oleh seorang siswa atau sekelompok siswa atau
secara klasikal dengan bimbingan guru. LEA didasarkan pada
beberapa kerangka teori, yakni teori belajar bahasa dan teori
pengalamanbahasa. Menurut Goodman (1986) bahwa belajar bahasa
akan berlangsung dengan mudah jika bersifat nyata, relevan,
bermakna, dan kontekstual. Hal itu sejalan denganteori pengalaman
bahasa yang dikemukakan oleh Allen (1976). Pembelajaran
dilaksanakan dengan mengajak para siswa untuk menceritakan
pengalamannya. menuliskan ceritanya, dan membaca yang
ditulisnya.Belajar bahasa pada hakikatnya adalah belajar
berkomunikasi. Hal itu sejalan dengan prinsip LEA sebagaimana
dikemukakan Combs (1996) bahwa LEA menekankan pada
komunikasi, bahan belajar yang dikembangkan dalam cerita
merupakan pengalaman bahasa siswa. Pada kelas awal, ketika para
siswa belum lancar baca-tulis, guru dapat membantu mereka untuk
menuliskan kalimat-kalimat yang diucapkan oleh siswa. Oleh karena
itu, belajar membaca hendaknya selalu didahului oleh kegiatan
menyimak dan berbicara. Melalui berbicara dan menyimaksiswa dapat
menguasai bahasa yang ada di lingkungannya. Kelancaran kegiatan
berbahasa ditentukan oleh faktor-faktor berikut: persepsi, latar
pengalaman, berpikir, belajar, asosiasi (Jalongo, 1992). Oleh karena
itu, pengalaman berbahasa siswa akan menentukan kegiatan
21

pembelajaran bahasa. Pengalaman berbahasa lisan siswa yang baik


akan merupakan bekal dalam pembelajaran bahasa tulis. Dalam LEA,
baca-tulis dikonsepsikan sebagai suatu proses yang dimulai sejak kecil.
Kemampuan baca-tulis dibangun melalui keterampilan pemahaman
secara lisan, kepekaan terhadap lingkungan, dan kesadaran
metalinguistik (Jalongo, 1992)
LEA merupakan pendekatan alamiah yang berpangkal dari
wawasan whole language dan teori pengalaman bahasa (Jalongo, 1992;
Spodek, 1994). Whole language merupakan suatu pandangan tentang
hakekat proses belajar bahasa yang dikembangkan dari berbagai
wawasan dan hasil penelitian dari berbagai disiplin ilmu dan
dikembangkan dari pengalaman praktis para guru (Syafi'ie, 1995).
Tesis-tesis yang mendasari pandangan whole language bersumber dari
teori belajar bahasa, teori ilmu bahasa, dan teori pembelajaran bahasa.
Karakteristik dan Prosedur Pembelajaran LEA Pada hakikatnya
pembelajaran bahasa diarahkan untuk meningkatkan kompetensi
komunikatif yakni kemampuan siswa dalam berkomunikasi dengan
bahasa Indonesia baik secara lisan maupun tertulis (Depdikbud, 2004).
Aspek-aspek yang tercakup dalam pembelajaran bahasa ialah
menyimak, membaca, berbicara, dan menulis. Keempat aspek tersebut
dikembangkan bersama-sama sejak kelas I SD dan penekanan pada
kemampuan baca-tulis. Pembelajaran akan lebih mudah bagi siswa jika
belajar bahasa itu bersifat nyata, relevan, kontekstual, dan bermakna
(Goodman,1986).
Pembelajaran baca-tulis dengan LEA menekankan pada
komunikasi sertamenggabungkan kegiatan menyimak, berbicara,
membaca, dan menulis. Anak-anakberpikir, berbicara, menuliskan,
kemudian membacanya. Bahasa dan pemikiranmereka digunakan
sebagai dasar untuk belajar baca-tulis. Materi baca-tulis adalahhal-hal
yang mereka alami dan mereka ketahui serta ada di sekitar mereka
(Combs,1996). LEA mengacu langsung pada pengalaman dan bahasa
22

siswa (Dixon & Nessel, 1983).Belajar membaca dengan LEA


didasarkan pada asumsi bahwa minat,pengalaman, dan pengetahuan
tentang nilai pribadi akan menciptakan motivasi dalam belajar
membaca. Membaca akan lebih mudah dan menyenangkan jika bahasa
yang digunakan sesuai dengan bahasa pembaca (Nessel & Jones dalam
Combs, 1996:216). Karena materi belajar berasal dari mereka maka
variasi-variasi kegiatan belajar akan lebih menarik untuk diajarkan,
berguna, dan tepat sasaran.
Langkah pembelajaran baca-tulis dengan LEA meliputi
kegiatan: (1) penjajakan, (2) pembahasan, (3) penulisan, (4)
penyempurnaan, dan (5) pemanfaatan (Dixon & Nessel 1983). Berikut
ini dipaparkan lima tahapan pembelajaran baca-tulis dengan LEA
a. Penjajakan
Sebelum pembelajaran (kegiatan inti) dimulai, guru menjajaki
latar belakang pengetahuan dan pengalaman bahasa siswa. Guru
mengidentifikasi kebutuhandan minat siswa. Guru memotivasi
siswa untuk berpikir dan berbicara. Hal itu dapat dilakukan
dengan menunjukkan gambar atau melalui pengalaman
langsungdan atau melalui penjelasan verbal, serta bertanya jawab.
b. Pembahasan
Siswa bersama-sama guru mendiskusikan pengalaman mereka.
Guru mengarahkan para siswa untuk berinteraksi. Apabila sisiwa
kesulitan mengungkapkan hal yang mereka pikirkan, guru
memancing dengan pertanyaan-pertanyaan. Gurumembimbing
siswa dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan penuntun.
Pembahasan dapat dilakukan secara kelompok atau klasikal
dengan bimbinganguru.
c. Penulisan
Menuliskan pengalaman sendiri merupakan hal yang sangat
menyenangkan. Jika siswa belum dapat menulis, guru dapat
menuliskan kata dan kalimat yang dituturkan oleh para siswa.
23

Guru mengarahkan agar kalimat-kalimat yang dibuat oleh siswa


dapat tersusun menjadi suatu cerita. Penulisan dapat dilakukan
secara klasikal, dalam kelompok kecil, atau individual. Hal itu
terutama bertujuan untuk menjadikan baca-tulis sebagai
keterampilan yang bermakna dan mudah dimengerti oleh siswa.
Sebagaimana dikemukakan oleh Jalongo (1992) bahwa
pengalaman dan pengetahuan siswa berbahasa akan
membangkitkan kesadaran pribadi yang positif.
d. Penyempurnaan
Ketika menuliskan kata dan kalimat di papan tulis, guru tidak
mengubah bahasa siswa meskipun terdapat kesalahan. Para siswa
diberi kesempatan untuk membaca bacaan yang telah dibuat
bersama-sama. Pembetulan dilakukan pada tahap penyempurnaan
ini. Guru bersama siswa menyempurnakan bahasa dan struktur
kalimat yang kurang tepat.
e. Pemanfaatan
Menghasilkan suatu tulisan merupakan kebanggaan tesendiri bagi
para siswa terutama bagi siswa yang belum lancar baca-tulis.
Pembelajaran baca-tulis berdasarkan pengalaman bahasa mereka
akan lebih menarik (Jalongo, 1992). Bacaan yang telah
disempurnakan dapat digunakan untuk melatihkan keterampilan
baca-tulis. Misalnya membaca dengan lafal dan intonasi yang
benar, membaca kelompok kata, membaca kalimat, membaca
paragraf, serta6

4. Metode SAS (Strukturan Analitik Sintetik)

Metode SAS (Struktur Analisis Sintesis) adalah suatu cara atau


teknik membelajarkan masyarakat buta aksara denganmembaca dan

6
Suparti. (2019). Membangun Karakter Peserta Didik Mampu Berbahasa Melalui Pembelajaran
Leanguage Experience Approuch. UPBJUT-Surabaya , 50-62.
24

menulis yang menekankan padastruktur kalimat (SPO) terlebih dahulu


dengan mengurai menjadi bagian-bagian kata, suku katadan huruf serta
merangkai kembali menjadi sukukata, kata, dan kalimat.
Metode SAS menekankan bahwa wargabelajar membaca dan
menulis akan bermanfaatserta menarik minat warga belajar,
jikamenggunakan informasi yang dekat dengan
dirimereka.Ketertarikan semacamituakanbertambah jika apa yang
dipelajarinya memangdiperlukan oleh warga belajar dan fungsional
bagikehidupannya. Adapun tahapan yang harusdilakukan adalah
sebagai berikut:
Tahap 1 : (Struktur)
Tutor menyusun struktur kalimat lengkapyang terdiri dari subyek-
predikat-obyek danketerangan (SPOK).
Tahap 2 : (Analisis)
Memberikanpembelajaranentangbagaimana memahami suatu arti
kalimat,kemudian diuraikan menjadi kata, suku kata,dengan huruf
(analisis). Disamping itu, warga belajar menghafal dan melafalkan
huruf-huruf yang membangun kata dan kalimat tersebut.
Tahap 3 : (Sintesis)
Warga belajar diminta untuk menyusunhuruf-huruf menjadi suku kata,
kata dan kalimatsemula (sintesis). Tahap ini bertujuan untuk
memberikan penguatan terhadap hafalan danstruktur dari hasil proses
pada tahap selanjutnya.
Sebagai contoh:
SAYA MENANAM PADI DI SAWAH
SAYA –MENANAM – PADI – DI – SAWAH
SA-YAME - NA – NAMPA – DIDI SA – WAH
S A Y A M E N A N A M P A D I D I SA W A H
SA-YA ME - NA – NAMPA – DIDI SA – WAH
SAYA – MENANAM – PADI – DI – SAWAH
SAYA MENANAM PADI DI SAWAH
25

Metode SAS menekankan bahwa belajarmembaca dan menulis


dapat bermanfaat serta Menarikminatwarga belajar,
apabilamenggunakan berbagai informasi yang dekatdengan diri
mereka. Ketertarikan itu akanbertambah jika apa yang dipelajarinya
memangdiperlukan oleh warga belajar dan fungsional
bagikehidupannya. Dalam pelaksanaan pembelajaran,metode SAS
akan tepat jika diterapkanpada pembelajaran membaca dan menulis.

5. Kata Kunci (Key Words)

Merupakan metode yang berbasis pada proses penyadaran warga


belajar tentang dunia kehidupannya. Salah satu teknik yang digunakan
adalah menyajikan gambar-gambar yang melukiskan situasi kehidupan
nyata dalam bentuk simbol atau gambar. Alasan penggunaan metode
ini adalah berdasarkan pertimbangan pentingnya menghubungkan baca
– tulis – hitung dengan kehidupan nyata sehari-hari.
Key Words (Kata Kunci) merupakan salah satu metode yang
dikembangkan oleh Paulo Freire berbasis penyadaran warga belajar
tentang dunia kehidupan.
Dalam proses pembelajarannya, metode Key Words
menggunakan tema – tema penggerak (generative themes) dan kata –
kata kunci (key words) yang diangkat dari kehidupan masyarakat dan
mengandung makna langsung bagi kehidupan warga belajar. Kata –
kata kunci tersebut, dipilih dari berbagai alternatif kata yang diajukan
oleh para warga belajar, kemudian kata – kata yang dipilih digunakan
untuk memancing pikiran kritis warga belajar, sejak awal kegiatan
sampai dengan akhir kegiatan pembelajaran.
Langkah-langkah Penggunaan Kata Kunci
a. Tutor mengajak warga belajarberfikir dan menemukan masalah yang
menjadi persoalan bersama namun kurang disadari oleh warga belajar
melalui penyajian ceritadan penggunaan berbagai media belajar
26

(poster, gambar, dan sebagainya). Menyampaikan dan


memperkenalkan berbagai masalah kehidupan sehari - hari.
b. Tutor bersama warga belajar mendiskusikan masalah dan berbagai
gagasan yang berkaitan dengan masalah yang dihadapi tersebut.
c. Tutor bersama warga belajarmencari dan mendiskusikan Kata Kunci
berkaitan dengan masalah tersebut untuk dijadikan pemicu
pembelajaran di kelompok belajar. Yang berhubungan dengan masalah
dan gagasan yang berkaitan dengan kehidupan sehari - hari.
d. Warga belajar berlatih dengan menggunakan kata-kata baru yang
berkaitan dengan masalah di atas.
e. Warga belajar diajak berfikir dan bertindak untuk mencoba
menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya.7

6. Penerapan metode suku kata

Metode suku kata, sebagaimana Metode Abjad, Metode Bunyi


adalah metode untuk belajar membaca permulaan. Prosedur yang
ditempuh hampir sama dengan metode itu. Anak-anak harus
menguasai suku kata lebih dulu untuk dapat membaca sebuah kata.
Metode ini dikenal juga dengan nama Metode KRS (Kupas Rangka
Suku kata). Metode ini cenderung menggabungkan antara suku kata
dengan sukun kata lain dan pada tahap awal anak-anak masih terbiasa
menggunakan tanda sambung untuk menggabungkan suku kata-suku
kata tersebut.
Metode suku kata menurut Depdikbud (1992:12) metode suku
kata adalah suatu metode yang memulai pengajaran membaca
permulaan dengan menyajikan kata-kata yang sudah di rangkai
menjadi suku kata, kemudian suku-suku kata itu di rangkai menjadi
kata yang terakhir merangkai kata menjadi kalimat. Sedangkan

7
http://rizalcayoo.blogspot.com/2011/06/strategi-dan-metode-pembelajaran.html?
m=1
27

pendapat Muhammad Amin (1995:207) metode suku kata adalah “


suatu metode yang di mulai dengan mengajar suku-suku kata
kemudian suku kata di gabungkan menjadi kata dan diuraikan menjadi
huruf”. Jadi metode suku kata ada dua macam. Kedua metode ini
dalam penerapannya menggunakan cara mengurai dan merangkaikan.
Metode Kupas Rangkai Suku kata, Penerapannya menggunakan
langkah-langkah sebagai berikut:
a. Guru mengenalkan huruf kepada siswa
b. Merangkaikan suku kata menjadi huruf
c. Menggabungkan huruf menjadi suku kata
Misalnya: bu – ku
b–u–k–u
bu - ku
Metode Kata Lembaga, Penerapannya menggunakan langkah-
langkah sebagai berikut:
a. Membaca kata yang sudah dikenal siswa
b. Menguraikan huruf menjadi suku kata
c. Menguraikan suku kata menjadi huru
d. Mengabungkan huruf menjadi suku kata
e. Menggabungkan suku kata menjadi kata
Misalnya: buku
bu – ku
b–u–k–u
bu – ku
buku
Keunggulan Metode Suku Kata
Setiap metode memiliki keuntungan dan kelemahan masing-
masing. Hal ini sesuai dengan pendapat Makmur Karim (1984) yang
mengatakan keuntungan dari metode suku kata yang membantu anak
dalam membaca permulaan, antara lain:
28

a. Dalam membaca tidak ada mengeja huruf demi huruf sehingga


mempercepat proses penguasaan kemampuan membaca permulaan
b. Dapat belajar mengenal huruf dengan mengupas atau menguraikan
suku kata yang dipergunakan dalam unsur-unsur hurufnya
c. Penyajian tidak memakan waktu yang lama
d. Dapat secara mudah mengetahui berbagai macam kata
Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat di tegaskan
keuntungan metode suku kata ini adalah untuk membantu anak
kesulitan belajar yang cepat bosan, sehingg metode suku kata ini dapat
di gunakan untuk meningkatkan motivasi belajar membaca anak
kesuliatn belajar.
Kelemahan Metode Suku Kata
Bagi anak kesuliatan belajar yang kurang mengenal huruf, akan
mengalami kesulitan merangkaikan huruf menjadi suku kata.8

7. Poster Abjad

Metode Poster Abjad sangat efektif untuk membantu warga


belajar buta aksara murni. Konsep utama dalam metode ini tidak
sekedar mempelajari abjad dari a-z seperti anak-anak SD belajar abjad,
tetapi dengan menggunakan benda-benda nyata yang ditempelkan
sesuai huruf pertama nama benda tersebut. Warga belajar menyamakan
huruf-huruf yang terdapat dalam benda tersebut dengan
mencocokkannya pada poster abjad. Kemudian tutor meminta mereka
mengulangi, menghafal dan berlatih tentang semua huruf baik
konsonan maupun vocal yang terdapat dalam poster itu.
Poster abjad juga bisa memudahkan warga bealajar untuk
membuat kamus abjad. “Kamus Abjad”adalah media pembelajaran
untuk membantu warga belajar dalam menyusun katakata yang
dipelajari melalui poster abjad dan metode SAS (Stuktur Analisis
8
Sumber https://www.e-jurnal.com/2013/12/metode-suku-kata.html
29

Sintetik).Marsela, salah satu Tutor yang sangat aktif dalam


membelajarkan warga belajar keaksaraan,mengatakan bahwa “pada
langkah awal pembelajaran pengenalan huruf kepada warga belajar
pemula, metode abjadlah yang paling efektif.” Observasi di lapangan
menguatkan statement Marsela. Terlihat warga belajar yang baru saja
ikut serta dalam pembelajaran keaksaraan begitu antusias untuk
belajar, peserta juga dengan penuh semangat untuk mengenal dan
menuliskan huruf-huruf yang diajarkan oleh para Tutor.Metode ini
sangat efektif untuk membantu warga belajar buta aksara murni.
Konsep utama dalam metode ini tidak sekedar mempelajari a-z tetapi
dengan menggunakan benda-benda nyata yang ditempelkan sesuai
huruf pertama nama benda tersebut.

8. Transliterasi

Pengertian Transliterasi
a. Onions (dalam Darusuprapta 1984: 2), adalah suntingan yang
disajikan dengan jenis tulisan lain.
b. Baried (1994: 63) berpendapat bahwa transliterasi adalah
penggantian jenis tulisan, huruf demi huruf dari satu abjad ke abjad
yang lain.
c. Transliterasi dalam Kamus Istilah Filologi (1977: 90), didefinisikan
sebagai “pengubahan teks dari satu tulisan ke tulisan yang lain atau
dapat disebut alih huruf atau alih aksara, misalnya dari huruf Jawa
ke huruf Latin, dari huruf Sunda ke huruf Latin, dan sebagainya”.
Manfaat Transliterasi
a. lestarian naskah, tujuan pelestarian naskah yaitu untuk melestarikan
kandungan informasi yang terdapat di dalam naskah.
b. pengenalan naskah
Metode Transliterasi
30

a. Transliterasi metode diplomatik, yaitu penggantian jenis tulisan, huruf


demi huruf dari abjad yang satu ke abjad yang lain apa adanya,
b. Transliterasi metode ortografis atau transliterasi kritik, yang disebut
juga transliterasi standar yaitu penggantian tulisan huruf demi huruf
dari abjad yang satu ke abjad yang lain dalam hal ini dari huruf Jawa
ke huruf Latin yang disesuaikan dengan Ejaan Yang Disempurnakan
(EYD).
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Keaksaraan fungsional (functional literacy) dapatdiartikan


sebagai kemampuan untuk membaca danmenulis, Keaksaraan merupakan
katalisator untuk berperan serta dalam kegiatan sosial, kebudayaan,politik,
ekonomi dan pemberdayaan masyarakat, sertamerupakan arena untuk
belajar sepanjang hayat.Keaksaraan fungsional menekankan pada
suatukemampuan untuk dapat mengatasi suatu kondisi baruyang tercipta
oleh lingkungan masyarakat agar wargabelajar dapat memiliki kemampuan
fungsional, yaituberfungsi bagi diri dan masyarakatnya. Pendidikan
keaksaraan adalah salah satu bentuk layanan pendidikan non formal atau
pendidikan luar sekolah bagi warga masyarakat yang belum dapat
membaca, menulis dan berhitung.
Strategi pembelajaran secara umum adalah suatu rencana dan cara
mengajar yang akan dilakukan guru dengan menetapkan langkah-langkah
utama mengajar sesuai dengan tujuan pengajaran yang akan dicapai dan
telah digariskan
Bambang Warsita mengutip Mayer, menjelaskan beberapa kriteria
yang dapat digunakan dalam memilih strategi pembelajaran yakni:
1) Berorientasi pada tujuan pembelajaran
2) Pilih metode dan teknik pembelajaran yang sesuai dengan
ketrampilan yang diharapkan dapat memiliki peserta didik saat
bekerja nanti (berorientasi pada dunia kerja).
3) Gunakan media pembelajaran yang sebanyak dan sevariasi
mungkin untuk memberikan rangsangan pada semua indra peserta
didik.

31
32

Jenis Strategi dan Metode Pembelajaran Keaksaraan diantaranya:


Participatory Rural Appraisal (PRA), Metode Problema Possing, Language
Experience Approach, Metode SAS (Strukturan Analitik Sintetik), Kata Kunci
(Key Words), Penerapan metode suku kata, Poster Abjad dan Transliterasi.

B. Saran
Dalam menyusun makalah ini pastilah makalah ini jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu bagi para mahasiswa, pembaca dan
khususnya kepada dosen pembimbing mata kuliah Pendidikan Luar
Sekolah, kami sangat mengharapkan keritik dan saran.
DAFTAR PUSTAKA
Sumardi, Kamin. MODEL PEMBELAJARAN KEAKSARAAN DASAR
MENGGUNAKAN KOMBINASI METODE REFLECT, LEA, DAN PRA. Jurnal
Ilmiah VISI PTK-PNF - Vol. 3, No.2 – 2008. Hlm. 109-110.
Buku Saku Tutor Pendidikan Keaksaraan, h. 1.
(https://www.academia.edu/37479777/Apa_itu_Pendidikan_Keaksaraan)

https://www.zonareferensi.com/pengertian-strategi-pembelajaran/

https://serupa.id/metode-pembelajaran-pengertian-jenis-macam-menurut-para-
ahli/

https://www.mandandi.com/2021/03/kriteria-pemilihan-strategi.html

Yatimah, D. (2012). Penerapan Metode Problem Possing Pada Program


Keaksaraan Usaha Mandiri di PKBM. 12-14.
Suparti. (2019). Membangun Karakter Peserta Didik Mampu Berbahasa Melalui
Pembelajaran Leanguage Experience Approuch. UPBJUT-Surabaya , 50-62.

http://rizalcayoo.blogspot.com/2011/06/strategi-dan-metode-pembelajaran.html?
m=1

https://www.e-jurnal.com/2013/12/metode-suku-kata.html

33

Anda mungkin juga menyukai