Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

JUDUL MAKALAH

TEORI PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

Dosen Pengampu :…………………..

NAMA : DORA ZULIANA

NIM : 2017 62 020

PROGRAM STUDI PGPAUD

UNIVERSITAS SULAWESI TENGGARA

(UNSULTRA)

TAHUN 2017
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................. 1
A. Latar Belakang................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah........................................................................... 2
C. Tujuan............................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................. 3
1. Tokoh-tokoh Pendidikan Anak Usia Dini....................................... 3
2. Teori dan Metode Pendidikan Anak Usia Dini............................... 6
BAB III PENUTUP...................................................................................... 8
A. Kesimpulan.................................................................................... 8

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Usia dini atau usia prasekolah adalah masa dimana anak belum memasuki
pendidikan formal. Rentang usia dini merupakan saat yang tepat dalam
mengembangkan potensi dan kecerdasan anak. Dalam rentang usia dini ini juga
anak berada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan yang unik. Anak
memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan (koordinasi motorik halus dan
kasar), daya piker, daya cipta, bahasa dan komunikasi sesuai dangan tingkat
pertumbuhan dan perkembangan anak.
Masa usia dini adalah masa yang unik dalam kehidupan anak-anak, karena
merupakan masa pertumbuhan yang paling hebat dan paling sibuk. Tidak semua
orang tua atau pendidik memahami cara yang tepat dalam mendidik anak usia
dini. Maka anak membutuhkan suatu lingkungan yang cocok untuk
mengembangkan seluruh potensi yang dimilikinya. Ilmu pendidikan telah
berkembang pesat dan terspesialisasi. Salah satu diantaranya adalah Pendidikan
Anak Usia Dini (PAUD). PAUD membahas tentang pendidikan anak usia 0-6
tahun. Anak usia tersebut dipandang memiliki karakteristik yang berbeda dengan
anak usia di atasnya sehingga pendidikannya dipandang perlu untuk dikhususkan.
Landasan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah upaya pembinaan dan
pengembangan segenap potensi secara optimal yang ditujukan bagi anak usia 0-6
tahun yang dilakukan dengan memberikan rangsangan pendidikan untuk
membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak
memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan yang lebih lanjut. Pemberian
rangsangan pendidikan tersebut meliputi aspek spiritual, emosional, social,
bahasa, kognitif dan psikomotorik. Perkembangan inilah yang akan berpengaruh
besar pada proses tumbuh kembang anak di masa depannya.
Inilah peletak dasar pentingnya pendidikan anak usia dini, sejak dini anak
harus dibekali berbagai ilmu (dalam bentuk berbagai stimulant atau rangsangan).
Tetapi realita yang ada di lapangan belum menunjukan bahwa penyelenggaraan
PAUD sudah sesuai dengan tujuan diselenggarakannya pendidikan anak usia dini.
Oleh sebab itu, para orang tua dan pendidik mesti memahami tentang anak dalam
segala hal khususnya dalam bidang pendidikan.

1
B. Rumusan Masalah
1. Siapa saja tokoh-tokoh pendidikan anak usia dini.
2. Apa sajateori dan metode pendidikan anak usia dini

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui tokoh-tokoh pendidikan anak usia dini.
2. Untuk mengetahui teori dan metode yang dapat digunakan dalam PAUD.

2
BAB II
PEMBAHASAN

1. Tokoh-Tokoh Pendidikan Anak Usia Dini

a. KI HAJAR DEWANTARA
Pahlawan dan sebagai Pendidik asli Indonesia,Ki Hajar Dewantara melihat
manusia lebih pada sisi kehidupan psikologiknya. Menurutnya manusia memiliki
daya jiwa yaitu cipta, karsa dan karya. Pengembangan manusia seutuhnya
menuntut pengembangan semua daya secara seimbang. Pengembangan yang
terlalu menitikberatkan pada satu daya saja akan menghasilkan ketidakutuhan
perkembangan sebagai manusia. Beliau mengatakan bahwa pendidikan yang
menekankan pada aspek intelektual belaka hanya akan menjauhkan peserta didik
dari masyarakatnya.
Para guru hendaknya menjadi pribadi yang bermutu dalam kepribadian
dan kerohanian, baru kemudian menyediakan diri untuk menjadi pahlawan dan
juga menyiapkan para peserta didik untuk menjadi pembela nusa dan bangsa.
Dengan kata lain, yang diutamakan sebagai pendidik pertama-tama adalah
fungsinya sebagai model atau figure keteladanan, baru kemudian sebagai
fasilitator atau pengajar.
Oleh karena itu, nama Hajar Dewantara sendiri memiliki makna sebagai guru
yang mengajarkan kebaikan, keluhuran, keutamaan. Pendidik atau Sang Hajar
adalah seseorang yang memiliki kelebihan di bidang keagamaan dan keimanan,
sekaligus masalah-masalah sosial kemasyarakatan. Modelnya adalah Kyai Semar
(menjadi perantara antara Tuhan dan manusia, mewujudkan kehendak Tuhan di
dunia ini). Sebagai pendidik yang merupakan perantara Tuhan maka guru sejati
sebenarnya adalah berwatak pandita juga, yaitu mampu menyampaikan kehendak
Tuhan dan membawa keselamatan.
Semboyan dalam pendidikan yang beliau pakai adalah: tut wuri handayani.
Semboyan ini berasal dari ungkapan aslinya Ing Ngarsa Sung Tulada, Ing Madya
Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani. Hanya ungkapan tut wuri handayani saja
yang banyak dikenal dalam masyarakat umum. Arti dari semboyan ini secara
lengkap adalah: tut wuri handayani (dari belakang seorang guru harus bisa
memberikan dorongan dan arahan), ing madya mangun karsa (di tengah atau di
antara murid, guru harus menciptakan prakarsa dan ide), dan ing ngarsa sung
tulada (di depan, seorang pendidik harus memberi teladan atau contoh tindakan
baik).
Ki Hajar Dewantara juga pernah melontarkan konsep belajar 3 dinding.
Yang dimaksud belajar dengan 3 dinding bukanlah belajar dikelas dengan jumlah
dinding 3 buah ( salah satu dari 4 sisi dinding tidak ada ), tetapi konsep tersebut

1
mencerminkan tidak ada batas atau jarak antara di dalam kelas dengan realita di
luar.  Belajar bukan sekedar teori dan praktek disekolah, tetapi juga belajar
menghadapi realitas dunia. Sekolah dan Dunia menurut konsep ini berarti tidak
terpisah. Dengan itu diharapkan para guru mengajarkan ilmu teori serta praktek di
dunia dan juga kepada siswa jika tidak sungkan-sungkan menanyakan apa saja hal
yang tidak diketahuinya tentang dunia kepada guru mereka masing-masing.
Tujuan dari konsep ini, agar para lulusan sekolah dapat mampu hidup dan bisa
berbuat banyak setelah lulus dari sekolah.

b. JOHN DEWEY (1859 – 1952)


Pandangan Dewey tentang manusia bertolak dari konsepnya tentang situasi
kehidupan manusia itu sendiri. Manusia adalah makhluk sosial, sehingga segala
perbuatannya, entah baik atau buruk akan diberi penilaian oleh masyarakat. Akan
tetapi di lain pihak, manusia menurutnya adalah yang menciptakan nilai bagi
dirinya sendiri secara alamiah. Masyarakat di sekitar manusia dengan segala
lembaganya, harus diorganisir dan dibentuk sedemikian rupa sehingga dapat
memberikan perkembangan semaksimal mungkin. Itu berarti, seorang pribadi
yang hendak berkembang selain berkembang atas kemungkinan alamiahnya,
perkembangan juga turut didukung oleh masyarakat yang ada disekitarnya.
Dewey juga berpandangan bahwa setiap pribadi manusia memiliki struktur-
struktur kodrati tertentu. Misalnya insting dasar yang dibawa oleh setiap manusia.
Insting-insting dasar itu tidak bersifat statis atau sudah memiliki bentuk baku,
melainkan sebagai fleksibel. Fleksibelitasnya tampak ketika insting bereaksi
terhadap kesekitaran. Pokok pandangan Dewey di sini sebenarnya ialah bahwa
secara kodrati struktur psikologi manusia atau kodrat manusia mengandung
kemampuan-kemampuan tertentu. Kemampuan-kemampuan itu diaktualisasikan
sesuai dengan kondisi sosial kesekitaran manusia. Bila seseorang berlaku yang
sama terhadap kondisi kesekitaran, itu disebabkan karena “kebiasaan”, cara orang
bersikap terhadap stimulus-stimulus tertentu. Kebiasaan ini dapat berubah sesuai
dengan tuntutan kesekitarannya.
Dalam banyak tulisannya, Dewey sering memberikan kritik terhadap sistem
sekolah tradisional, yang dapat dijelaskan di sini bahwa dalam sekolah tradisional,
pusat perhatian berada diluar anak, apakah itu guru, buku, teks dan sebagainya.
Kondisi ini merupakan kegagalan untuk melihat anak sebagai makhluk hidup
yang tumbuh dalam pengalaman dan di mana dalam kapasitasnya untuk
mengontrol pengalaman dalam transaksinya dengan lingkungan. Hasilnya pokok-
persoalan terisolasi dari anak dan hubungan menjadi formal, simbolik, statis, mati;
sekolah menjadi tempat untuk mendengarkan, untuk instruksi massal, dan
selanjutnya terpisah dari hidup.

2
Bagi Dewey, kehidupan  masyarakat yang berdemokratis adalah dapat
terwujud bila dalam dunia pendidikan hal itu sudah terlatih menjadi suatu
kebiasaan yang baik. Ia mengatakan bahwa ide pokok demokratis adalah
pandangan hidup yang dicerminkan dengan perluanya pastisipasi dari setiap
warga yang sudah dewasa dalam membentuk nilai-nilai yang mengatur hidup
bersama. Ia menekankan bahwa demokrasi merupakan suatu keyakinan, suatu
prinsip utama yang harus dijabarkan dan dilaksanakan secara sistematis dalam
bentuk aturan sosial politik. Sehubungan dengan hal tersebut maka Dewey
menekankan pentingnya kebebasan akademik dalam lingkungan pendidikan.
Sekolah demokratis harus mendorong dan memberikan kesempatan kepada semua
siswa untuk aktif berpartisipasi dalam pengambilan keputusan, merancang
kegiatan dan melaksanakan rencana tersebut.
Pendidikan sangat penting dalam rangka mengubah dan membaharui suatu
masyarakat. Dewey menganggap pendidikan dapat berfungsi sebagai sarana untuk
peningkatan keberanian dan pembentukan kemampuan inteligensi. Dengan itu,
dapat pula diusahakan kesadaran akan pentingnya penghormatan pada hak dan
kewajiban yang paling fundamental dari setiap orang. Baginya ilmu mendidik
tidak dapat dipisahkan dari filsafat. Maksud dan tujuan sekolah adalah untuk
membangkitkan sikap hidup yang demokratis dan untuk mengembangkannya.
Pendidikan merupakan kekuatan yang dapat diandalkan untuk menghancurkan
kebiasaan yang lama dan membangun kembali yang baru.Pendidikan  harus pula
mengenal hubungan yang erat antara tindakan dan pemikiran, antara eksperimen
dan refleksi. Pendidikan yang merupakan kontiunitas dari refleksi atas
pengalaman juga akan mengembangkan moralitas dari anak-anak didik.
Belajar dalam arti mencari pengetahuan, merupakan suatu proses yang
berkesinambungan. Dalam proses ini, ada perjuangan yang terus menerus untuk
membentuk teori dalam konteks eksperimen dan pemikiran. Ia juga mengkritik
sistem kurikulum yang hanya “ditentukan dari atas” tanpa memperhatikan
masukan-masukan dari bawah.Dunia pendidikan itu sendiri memiliki titik
kelemahan. Dewey secara realistis mengkritik praktek pendidikan yang hanya
menekankan pentingnya peranan guru dan mengesampingkan peranan para siswa
dalam sistem pendidikan. Penyiksaan fisik dan indoktrinasi dalam bentuk
penerapan doktrin-doktrin menghilangkan kebebasan dalam pelaksanaan
pendidikan. Dewey mengadakan penelitiannya mengenai pendidikan di sekolah-
sekolah dan mencoba menerapkan teori pendidikannya dalam praktek di sekolah-
sekolah. Hasilnya, ia meninggalkan pola dan proses pendidikan tradisional yang
mengandalkan kemampuan mendengar dan menghafal. Sebagai gantinya, ia
menekankan pentingnya kreativitas dan keterlibatan siswa dalam diskusi dan
pemecahan masalah.

3
c. FROBEL
Frobel merumuskan tujuan umum pendidikan adalah membimbing anak didik
untuk semakin sadar akan jati diri sebagai anak sebagai anak Allah dan anak alam,
pertumbuhan dalam pengetahuan dan pengertian, juga menghargai perasaannya
sebagai cara mengetahui yang berlaku, supaya anak dapat memecahkan masalah-
masalah secara tangkas, bermoral dan adil terhadap diri sendiri, sesamanya dan
dunia alam, secara memenuhi panggilannya dalam masyarakat. Semua itu
dilaksanakan berdasarkan kehormatan terhadap bakat setiap pelajar dan
keinginannya untuk memprakarsai pelajarannya.

d. MARIA MONTESSORI
Tujuan pembahasan Montessori adalah mengoptimalkan seluruh
kemampuan anak melalui stimulasi yang dipersiapkan. Untuk dapat memberikan
stimulasi yang maksimal maka guru harus mempersiapkan lingkungan
pembelajaran yang tenang dan teratur. Kelas yang terdiri dari bermacam-macam
usia membuat anak dapat belajar dari anak yang lebih tua usiannya selain juga
belajar dari guru. Walaupun anak belajar secara individual, namun anak dilatih
mandiri. Model pembelajaran Montesori berpusat pada anak dan lebih
mengedepankan pemberian bekal keterampilan hidup agar anak menjadi pribadi
yang mandiri dan siap menghadapi kehidupan selanjutnya

e. JEAN PIAGET
Teori kognitif dari Jean Piaget ini masih tetap diperbincangkan dan diacu
dalam bidang pendidikan. Teori ini mulai banyak dibicarakan lagi kira-kira
permulaan tahun 1960-an. Pengertian kognisi sebenarnya meliputi aspek-aspek
struktur intelek yang digunakan untuk mengetahui sesuatu. Piaget menyatakan
bahwa perkembangan kognitif bukan hanya hasil kematangan organisme, bukan
pula pengaruh lingkungan semata, melainkan hasil interaksi diantara keduanya.
Menurut Piaget, perkembangan kognitif mempunyai empat aspek, yaitu 1)
kematangan, sebagai hasil perkembangan susunan syaraf; 2) pengalaman, yaitu
hubungan timbal balik antara orgnisme dengan dunianya; 3) interaksi social, yaitu
pengaruh-pengaruh yang diperoleh dalam hubungannya dengan lingkungan social,
dan 4) ekullibrasi, yaitu adanya kemampuan atau system mengatur dalam diri
organisme agar dia selalu mempau mempertahankan keseimbangan dan
penyesuaian diri terhadap lingkungannya.System yang mengatur dari dalam
mempunyai dua factor, yaitu skema dan adaptasi. Skema berhubungan dengan
pola tingkah laku yang teratur yang diperhatikan oleh organisma yang merupakan
akumulasi dari tingkah laku yang sederhana hingga yang kompleks. Sedangkan
adaptasi adalah fungsi penyesuaian terhadap lingkungan yang terdiri atas proses
asimilasi dan akomodasi.

4
Piaget mengemukakan penahapan dalam perkembangan intelektual anak yang
dibagi ke dalam empat periode, yaitu :
 Periode sensori-motor ( 0 – 2,0 tahun )
 Periode pra-operasional (2,0 – 7,0 tahun )
 Periode operasional konkret ( 7,0 – 11,0 tahun )
 Periode opersional formal ( 11,0 – dewasa )
Piaget memperoleh gelar Ph.D dalam biologi pada umur 21, ia kemudian
tertarik pada psikologi dan mempelajari anak-anak abnormal di salah satu rumah
sakit di Paris. Pada periode hidupnya, Piaget semakin tertarik pada logika anak
dan metode berpikir yang berbeda-beda yang digunakan anak dalam menjawab
peertanyaan pada usia yang berbeda pula. Selanutnya Piaget bekerja melakukan
penelitian selama kurang lebih 40 tahun. Studinya dipusatkan pada persepsi anak
dalam pemahamannya mengenai alam/benda, jumlah, waktu, perpindahan, ruang,
dan geometri. Ia menganalisis operasi-operasi mental yang digunakan oleh anak,
cara berpikir simbolis dan logika mereka

f. VYGOTSKY
Sumbangan penting teori Vygotsky adalah penekanan pada hakekatnya
pembelajaran sosiokultural. Inti teori Vygotsky adalah menekankan interaksi
antara aspek “internal” dan “eksternal” dari pembelajaran dan penekanannya pada
lingkungan sosial pembelajaran. Menurut teori Vygotsky, fungsi kognitif berasal
dari interaksi sosial masing-masing individu dalam konsep budaya. Vygotsky juga
yakin bahwa pembelajaran terjadi saat siswa bekerja menangani tugas-tugas yang
belum dipelajari namun tugas- tugas itu berada dalam “zone of proximal
development” mereka. Zone of proximal development adalah jarak antara tingkat
perkembangan sesungguhnya yang ditunjukkan dalam kemampuan pemecahan
masalah secara mandiri dan tingkat kemampuan perkembangan potensial yang
ditunjukkan dalam kemampuan pemecahan masalah di bawah bimbingan orang
dewasa atau teman sebaya yang lebih mampu.
Teori Vygotsky yang lain adalah “scaffolding“. Scaffolding adalah
memberikan kepada seorang anak sejumlah besar bantuan selama tahap-tahap
awal pembelajaran dan kemudian mengurangi bantuan tersebut serta memberikan
kesempatan kepada anak untuk mengambil alih tanggung jawab yang semakin
besar segera setelah ia mampu mengerjakan sendiri. Bantuan yang diberikan guru
dapat berupa petunjuk, peringatan, dorongan, serta menguraikan masalah ke
dalam bentuk lain yang memungkinkan siswa dapat mandiri.
Vygotsky menjabarkan implikasi utama teori pembelajarannya. Pertama,
menghendaki setting kelas kooperatif, sehingga siswa dapat saling berinteraksi
dan saling memunculkan strategi-strategi pemecahan masalah yang efektif dalam
masing-masing zone of proximal development mereka. Kedua, pendekatan

5
Vygotsky dalam pembelajaran menekankan scaffolding. Jadi teori belajar
Vygotsky adalah salah satu teori belajar sosial sehingga sangat sesuai dengan
model pembelajaran kooperatif karena dalam model pembelajaran kooperatif
terjadi interaktif sosial yaitu interaksi antara siswa dengan siswa dan antara siswa
dengan guru dalam usaha menemukan konsep-konsep dan pemecahan masalah

2. Teori Dan Metode Pendidikan Anak Usia Dini

a. Prinsip dasar Montessori


 Respect the child – menghargai keunikan masing-masing anak.
 Absorbent mind – di awal kehidupan, anak mampu menyerap sagala
informasi dan belajar melalui pengalaman fisiknya.
 Critical period – masa-masa tertentu ntuk belajar ketrampilan baru
 Prepared environment – lingkungan yang mendukung pembelajaran di
masa kritis
 Auto-education – self-education, dimana anak belajar sendiri di
lingkungan yang telah disiapkan

Area yang dikembangkan


 Practical life or motor education
Misalnya: belajar memasang kancing, greeting, menyapu, membawa piring di
atas nampan
 Sensory materials for training the senses
Alat-alat untuk mendukung kemampuan berpikir, pembentukan konsep,
misalnya menara balok
 Academic materials for teaching writing, reading, and mathematics.
Kemampuan menulis sebelum membaca, konsep anak belajar calistung tanpa
menyadari mereka sedang mempelajari ketrampilan akademis

b. High / Scope
Program pendidikan untuk anak usia dini dengan basis teori perkembangan
Piaget
 Pengetahuan dibangun atas pengalaman langsung individu, penerapan ide-
ide dan logika dalam memecahkan masalah
 Perlu perancangan lingkungan belajar untuk memungkinkan anak
mencapai pengalaman- pengalaman langsung

6
5 elemen dasar high/scope
1. Active Learning Pengetahuan, konsep dan ketrampilan anak berasal dari
keterlibatannya dengan lingkungan belajar (material, kurikulum, partner
belajar)
2. Classroom Arangement Ruang belajar diatur sedemikian rupa agar anak
mampu menemukan material pembelajaran, terdiri dari beberapa area
3. Daily Schedule keteraturan jadwal dimana anak mengetahui waktu-waktu
bergantinya jadwal. Kegiatan plan-do-review
4. Assessment Pencatatan significant behavior dan model port folio
5. Curriculum Berdasarkan ketertarikan anak dan sesuai dengan teori
perkembangan Piaget

7
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Metode dari berbagai tokoh pendidikan hanyalah sebagian dari banyak filosofi
pendidikan yang cocok untuk PAUD. Semua pendekatan tersebut berkaitan
dengan konsep child – centered dan play – based. Dan pada prakteknya saat ini,
PAUD mengambil beberapa konsep dan memadukannya

Anda mungkin juga menyukai