Anda di halaman 1dari 5

BAB 10 PANDANGAN PENDIDIKAN TENTANG MANUSIA

SEBAGAI ANIMAL EDUCANDUM

A. Pengertian Manusia sebagai animal educandum

Manusia sebagai animal educandum, secara bahasa berarti bahwa manusia merupakan
hewan yang dapat dididik dan harus mendapatkan pendidikan. Secara tidak langsung pengertian
tersebut menunjukkan bahwa terdapat perbedaan antara manusia dengan hewan. Perbedaan
manusia dengan hewan adalah manusia dapat dididik dan harus mendapatkan pendidikan agar
dapat membedakan yang baik dan benar, sedangkan hewan tidak dapat membedakan perbuatan
baik ataupun buruk.

Pada dasarnya, hewan berperilaku hanyalah berdasarkan atas insting atau nalurinya.
Hewan tidak dapat membedakan perbuatan baik ataupun buruk, mana perbuatan bermoral
maupun tidak bermoral. Beberapa ekor binatang memang dapat dilatih untuk melakukan
gerakan-gerakan tertentu secara terus menerus atau mengenal tanda-tanda, namun hal itu
hanyalah terjadi secara mekanis tanpa melibatkan proses berpikir. Hasil berpikir secara
intelektual melibatkan simbol-simbol misalnya bahasa hanya dapat dilakukan oleh manusia
namun tidak dapat dilakukan oleh hewan karena hewan hanya dapat menerima sinyal, tidak
sampai pada bahasa sebagai simbol.

1. Mengapa Manusia Harus Dididik

Beberapa asumsi yang memungkinkan manusia harus dididik dan memperoleh


pendidikan yaitu:

a. Manusia dilahirkan dalam keadaan tidak berdaya.


b. Manusia lahir tidak langsung dewasa, untuk sampai pada kedewasaan itu sendiri
memerlukan proses yang panjang dan waktu yang lama.
c. Manusia (anak didik) hakikatnya adalah makhluk sosial, ia hidup bersama dengan
sesamanya ini akan terjadi hubungan pengaruh timbal balik dimana setiap individu
akan menerima pengaruh dari individu yang lainnya. Sebab itu, maka sosialitas
mengimplikasikan bahwa manusia akan perlu dididik.

d. Manusia merupakan makhluk yang dapat dididik, memungkinkan untuk memperoleh


pendidikan.

2. Manusia sebagai Makhluk yang Dapat Dididik

Manusia belum selesai menjadi manusia, ia dibebani keharusan untuk menjadi


manusia, tetapi ia tidak dengan sendirinya menjadi manusia, untuk menjadi manusia ia
perlu dididik dan mendidik diri. ”Manusia dapat menjadi manusia hanya melalui
pendidikan”,demikian kesimpulan Immanuel Kant dalam teori pendidikannya. Peryataan
tersebut sejalan dengan hasil studi M.J. Langeveld yang memberikan identitas kepada
manusia dengan sebutan ”Animal Educandum” atau hewan yang perlu didik dan
mendidik diri (M.J.Langeveld, 1980). Langeveld merumuskan bahwa manusia
adalah animal educandum yang artinya manusia yang perlu dididik, agar ia dapat
melaksanakan kehidupannya sebagai manusia, agar ia dapat melaksanakan tugas
hidupnya secara mandiri. Anak memiliki inisiatif dan daya kreatif, merupakan
manifestasi dari kebebasan yang secara prinsip telah dimiliki anak bersamaan dengan
kelahirannya, sehingga menyiratkan bahwa manusia atau anak adalah makhluk yang
dapat dididik. Anak berada dalam keadaan perlu bantuan dan memungkinkan pendidik
bertindak sebagai pendidiknya. Inti dari kegiatan pendidikan adalah pemberian bantuan
kepada anak dalam rangka mencapai kedewasaannya.

B. Anak Manusia dalam Kondisi Perlu Bantuan

Anak manusia untuk bisa menjadi manusia yang mandiri, membutuhkan suatu proses
yang lama dan tidak akan dengan sendirinya tanpa bantuan orang lain untuk mencapainya.
Karena itu anak manusia memerlukan bantuan orang lain yang berada di sekitarnya salah satunya
adalah kasih sayang dari orang tua, pergaulan dengan sesama maupun bimbingan dari guru. Bagi
anak manusia, insting, nafsu, dan semua potensi itu belum mencukupi untuk dapat langsung
menjalani dan mengahadapi kehidupan serta untuk dapat mengatasi semua masalah dan
tantangan dalam hidupnya. Untuk dapat mewujudkan semua potensinya itu, anak manusia
mempunyai ketergantungan kepada orang dewasa.
1. Manusia Lahir Tidak Berdaya

a. Manusia memiliki kelebihan


b. Manusia Belum dapat Menolong Dirinya Sendiri
c. Manusia Dilahirkan dalam Lingkungan Manusiawi

2. Dunia Manusia sebagai Dunia Terbuka

a. Manusia belum siap menghadapi kehidupan


b. Manusia mampu menggunakan alat
c. Manusia sebagai makhluk yang perlu dididik

C. Dasar dan Ajar

Persoalan dalam hal ini adalah faktor yang mempengaruhi perkembangan anak baik, yang
berasal dari dalam dirinya maupun dari lingkungan.
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi Perkembangan Manusia

a. Faktor Keturunan
Anak memiliki warisan sifat-sifat bawaan yang berasal dari kedua orang tuanya,
merupakan potensi tertentu yang sudah terbentuk dan sukar diubah. Menurut H.C.
Witherington, hereditas adalah proses penurunan sifat-sifat atau ciri-ciri tertentu dari satu
generasi kegenerasi lain dengan perantaraan sel benih. Pada dasarnya yang diturunkan itu
adalah struktur tubuh, jadi apa yang diturunkan orang tua kepada anak-anaknya berdasar
perpaduan gen-gen yang pada umumnya hanya mencakup sifat atau ciri-ciri atau sifat
orang tua yang diperoleh dari lingkungan atau hasil belajar dari lingkungan.
b. Faktor Lingkungan
Lingkungan disekitar manusia dapat digolongkan kepada dua jenis, yaitu
lingkungan biotik dan lingkungan abiotik. Lingkungan abiotik adalah lingkungan makhluk
tidak bernyawa seperti batu, air, hujan, tanah dan musim. Lingkungan biotic adalah
lingkungan makhluk hidup bernyawa terdiri dari tiga jenis yaitu lingkungan nabati,
lingkungan hewani, dan lingkungan manusia (sosial, budaya dan spiritual). Lingkungan
social meliputi bentuk hubungan sikap atau tingkah laku manusia. Lingkungan budaya
meliputi adat istiadat, bahasa, norma-norma dan peraturan yang berlaku. Lingkungan
spiritual meliputi agama dan keyakinan.

2. Aliran-aliran Pendidikan

Pembawaan/dasar (nature) atau pendidikan/ajar memiliki 3 aliran pokok, yaitu:


a. Nativisme
Dalam pendidikan aliran nativisme dipelopori oleh Schoupenhauer. Aliran
nativisme berkeyakinan bahwa anak yang baru lahir membawa bakat, kesanggupan dan
sifat-sifat tertentu. Bakat, kemampuan, dan sifat-sifat yang dibawa sejak lahir sangat
menentukan dalam pertumbuhan dan perkembangan anak manusia.
b. Naturalisme
Aliran ini dipelopori oleh J.J Rousseau. Nature artinya alam atau apa yang dibawa
sejak lahir. Rousseau berpendapat bahwa semua anak yang dilahirkan berpembawaan
baik, namun akan menjadi rusak karena dipengaruhi oleh lingkungan dan pendidikan
yang diberikan oleh orang dewasa, sehingga bimbingan dari orang dewasa tidak
diperlukan.
c. Empirisme
Aliran ini dipelopori oleh John Locke yang mementingkan ransangan dari luar
dalam perkembangan manusia dan menyatakan bahwa perkembangan anak tergantung
kepada lingkungan dan sama sekali tidak memperhatikan pembawaan atau bakat anak.
Pengalaman yang diperoleh oleh anak dalam kehidupan sehari-hari diperoleh dari dunia
sekitarnya yang berupa stimulus-stimulus dari alam bebas atau diciptakan oleh orang
dewasa dalam bentuk program pendidikan.
d. Konvergensi
Aliran konvergensi dipelopori oleh William Stern. Dia berpendapat bahwa
perkembangan individu mendapat pengaruh, baik dari bawaan (dasar) maupun
lingkungan termasuk pendidikan (ajar). Keduanya bekerja sama. Perkembangan
seseorang tidak sekedar ditentukan oleh dasar saja melainkan juga ajar mempunyai
sahamnya. Keduanya tidak merupakan penjumlahan melainkan merupakan
keterjalinan. Implikasi teori ini terhadap pendidikan yakni dalam melaksanakan
pendidikan bakat dan lingkungan harus mendapat perhatian yang seimbang.

Anda mungkin juga menyukai