Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

Kewibawaan atau Gezag dalam Dunia Pendidikan

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ilmu Pendidikan

Disusun oleh:

1. AGUSTINA W (K1316005)
2. MUKHLIS K W (K1316041)
3. NURSITA S.N (K1316047)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2016
Kata Pengantar

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah tentang ilmu pendidikan.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan


bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah
ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ini memberikan manfaat


maupun inpirasi terhadap pembaca.

Surakarta,3 Oktober

Penyusun
Latar balakang.

Yang melatar belakangi saya menyusun makalah ini adalah untuk


memenuhi tugas yang di berikan ke pada saya tapi alasan lainnya adalah untuk
menambah wawasan saya baik itu dalam penyusunan makalah juga penguasaan
materi,karena sebagai mahasiswa,saya harus menguasai materi yang di berikan
pada saya. Materi yang saya susun pada kesempatan ini yaitu Kewibawaan dalam
Dunia Pendidikan.

Tujuan

1. Mahasiswa dapat mengerti arti kata kewibawaan


2. Mahasiswa dapat mencoba mengaplikasikan kewibawaan terhadap orang
lain
3. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang kewibawaan kepada kalayak umum
KEWIBAWAAN (GEZAG) DALAM PENDIDIK

Gezag berasal dari kata zeggen yang berarti “berkata”. Siapa yang
“perkataannya” mempunyai kekuasaan mengikat terhadap orang lain, berarti
mempunyai kewibawaan atau gezag terhadap orang itu.

Kewibawaan atau gezag adalah suatu daya pengaruh yang terdapat pada
seseorang,sehingga orang lain yang berhadapan dengan dia secara sadar dan
sukarela menjadi tunduk dan patuh kepada yang mempunyai kewibawaan. Yang
mempunyai gezag adalah orang tua dan guru sebab mereka ditunjuk sebagai
pendidik, tetapi ada perbedaan dari keduanya.

Kewibawaan ada dua macam , yaitu :

1. Kewibawaan lahir
Adalah kewibawaan yang timbul karena kesan-kesan lahiriah
seseorang, seperti : bentuk tubuh yang tinggi besar, pakaian lengkap dan
rapi, tulisan yang bagus, suara yang keras dan jelas, akan menimbulkan
kewibawaan lahir.
2. Kewibawaan batin
Adalah kewibawaan yang timbul dari keadaan batin seseorang,
seperti :
a) Adanya rasa cinta
Kewibawaan itu dapat dimiliki seseorang, apabila hidupnya penuh
kecintaan dengan atau kepada orang lain.
b) Adanya rasa demi kamu
Demi kamu atau you attitude adalah sikap yang dapat dilukiskan
sebagai suatu tindakan, perintah, atau anjuran bukan untuk kepentingan
orang yang diperintah, tetapi untuk kepentingan orang yang diperintah,
menganjurkan demi orang yang menerima anjuran , melarang juga demi
orang yang dilarang.
c) Adanya kelebihan batin
Seorang guru yang menguasai bidang studi yang menjadi tanggung
jawabnya, bisa berlaku adil dan objektif, bijaksana, merupakan contoh-
contoh yang dapat menimbulkan kewibawaan batin.
d) Adanya ketaatan kepada norma
Menunjukkan bahwa dalam tingkah lakunya dia sebagai
pendukung norma yang sungguh-sungguh, selalu menepati janji yang
pernah dibuat, disiplin dalam hal-hal yang telah digariskan.

Kewibawaan batin dibutuhkan oleh para pendidik dalam menjalankan


tugasnya. Kewibawaan merupakan syarat mutlak dalam pendidikan artinya jika
tidak ada kewibawaan maka pendidikan itu tidak mungkin terjadi. Sebab dengan
adanya kewibawaan, segala bentuk bimbingan yang diberikan oleh pendidik akan
diikuti secara sekarela oleh anak didik.
Kewibawaan yang dimiliki pendidikan itu, pada suatu saat akan mengalami masa
krisis, kadang tampak melemah, kadang tampak goyah, maka menjadi tugas
pendidik sendiri untuk tetap menegakkan kewibawaan yang dimilikinya itu.

Orang tua (ayah dan ibu) adalah pendidik yang terutama dan sudah
semestinya. Merekalah pendidik asli yang menerima tugasnya dari Allah untuk
mendidik anaknya. Karena itu sudah semestinay mereka mempunyai kewibawaan
terhadap anaknya.

Kewibawaan orang tua adalah :

1. Kewibawaan Pendidikan
Ini berarti bahwa dengan kewibawaan itu orang tua bertujuan
memelihara keselamatan anaknya agar dapat hidup terus dan berkembang
jasmani dan rohaninya menjadi manusia dewasa. Perbawa pendidikan itu
berakhir jika anak itu sudah menjadi dewasa.
2. Orang tua merupakan kepala dari suatu keluarga
Tiap anggota keluarga harus patuh terhadap peraturan yang
berlaku dalam keluarga itu. Dan orang tua sebagai kepala keluarga dan
dalam hubungan kekeluargaannya mempunya perbawa terhadap anggota
keluarganya. Kewibawaan keluarga itu bertujuan untuk pemeliharaan dan
keselamatan keluarga.

Kewibawaan Guru menerima jabatannya sebagai pendidik bukan dari Allah tapi
dari pemerintah.
Kewibawaan Guru :
1. Kewibawaan Pendidikan
Kewibawaan pendidikan yang ada pada guru ini terbatas oleh banyaknya
anak-anak yang diserahkan kepadanya.
2. Kewibawaan Memerintah
Selain memiliki kewibawaan pendidikan,guru, atau pendidik karena
jabatan juga mempunyai kewibawaan memerintah. Mereka telah diberi
kekuasaan (gezag) oleh pemerintah atau instansi yang mengangkat
mereka. Kekuasaan tersebut meliputi pimpinan kelas, di sanalah anak-anak
telahdiserahkan kepadanya.

Fungsi kebiwaan dalam pendidikan


Perbawa pendidikan artinya perbawa yang dipergunakan sampai pada
waktu si anak menjadi dewasa, dan sedudah dewasa gezag itu dihentikan. Macam
perbawa yang lain, seperti perbawa seorang saudara yang lebih tua atau perbawa
pekumpulan anak-anak muda di luar kehidupan keluarga (seperti pekumpulan
olahraga, dan lain-lain)
Pengaruh pendidikan ialah pengaruh yang menuju kedewasaan si anak
untuk menolong si anak menjadi orang yang kelak dapat atau sanggup
memenuhi tugas hidupnya dengan berdiri sendiri.
Lalu bagaimana sikap anak terhadap kewibawaan terhadap pendidik ?
Dalam hal ni Langeveld menjelaskan dengan dua buah kata, yaitu :
1. Sikap menurut atau mengikut (volgen), yaitu mengakui kekuasaan orang
lain yang lebih besar karena paksaan, takut, jadi bukan atau menurut
sebenarnya.
2. Sikap tunduk atau patuh (gehoorzamen), yaitu dengan sadar mengikuti
kewibawaan, artinya mengakui hak pada orang lain untuk memerintah
dirinya, dan dirinya merasa sendiri terikat akan memenuhi perintah itu.
Dalam hal terakhir inilah tampak fungsi perbawa pendidikan, yaitu
membawa anak kearah pertumbuhannya yang kemudian dengan sendirinya
mengakui perbawa orang lain dan mau menjalankan juga.

Dalam sebuah penelitian , kurang lebih umur 3 tahun pada anak terdapat
permulaan menentukan kepribadian (pembentukan “jati diri” ) terdapat suatu
kemungkinan untuk menurut , karena anak itu sendiri yang menghendakinya.
Tenta saja hal ini tidak segera ada dalam hentaknya yang sempurna. Itu harus
dicapai pada masa dewasa, jadi harus mengalami perkembangan.
Maka oleh karena itu, penggunaan kewibawaan pada oendidik harus berdasar
faktor berikut :
1. Dalam menggunakan kewibawaan itu hendaklah didasarkan atas
perkembangan anak itu sendiri sebagai pribadi. Pendidik hendaklah
mengabdi kepada pertumbuhan anak yang belum selesai
perkembangannya.
2. Pendidik hendaklah member kesempatan kepada anak untuk bertindak atas
inisiatif sendri. Kesempatan itu makin lama makin diperluas sesuai dengan
perkembangan dan bertambah umur anak.
3. Pendidik hendaknya menjalankan kewibawaannya atas dasar cinta kepada
si anak. Maksudnya hendak berbuat sesuatu untuk kepentingan anak,
bukannya malah memerintah atau melarang untuk kepentingan sendri.
Cinta itu perlu bagi pekerjaan mendidik. Sebab dari cinta dan kasih saying
untuk sang anak selalu memperhatikan kebahagiaan anak yang sejati.
Perbandingan perbawa dalam pendidikan dengan perbawa dalam masyarakat
orang dewasa, yaitu :
1. Dalam masyarakat orang dewasa anggota-anggotanya telah tahu norma-
norma hidup, dan kewibawaan itu untuk membuat orang hormat akan
perbawa masyarakat tersebut. Sedangkan dalam perbawa pendidikan
dengan norma-norma itu agar pendidik dapat membawa si anak agar
mengetahui, memiliki, dan hidup sesuai dengan norma itu.
2. Si pendidik memberi contoh dengan jalan menyesuaikan dirinya dengan
norma-norma itu sendiri. Dalam masyarakat orang dewasa hal tersebut
tidaklah menjadi syarat (walaupun tentunya lebih utama )
3. Perbawa dan pelaksanaan perbawa dalam masyarakat tetap, akan tetapi
dalam pendidikan akan selalu menjadi berkurang, dan akhirnya selesai bila
telah tercapai tingkat kedewasaan. Tugas seseorang pendidik ialah
berusaha agar dirinya tidak diperlukan lagi tetapi si pendidik hendak
berusaha membawa anak itu kearah kedewasaannya. Ini berarti, secara
berangsur-angsur anak dapat mengenal nilai-nilai hidup atau norma-norma
( sperti kesusilaan, keindahan, ketuhanan) dan menyesuaikan diri dengan
norma-norma tersebut dalam hidupnya.

Syarat mutlak dalam pendidikan ialah adanya kewibawaan pada si pendidik.


Tanpa kewibawaan itu, pendidik tidak tidak akan berhasil baik.
Dalam setiap macam kewibawaan terdapatlah suatu identifikasi, sebagai dasar,
artinya dalam melakukan kewibawaan itu si pendidik mempersatukan dirinya
dengan yang dididik, juga yang dididik mempersatukan dirinya dengan
pendidiknya.
Jadi dalam hal ini identifikasi mengandung dua arti, yaitu :
 Pertama : si pendidik mengidentifikasi dirinya dengan kepentingan dan
kebahagian si anak. Ia berbuat untuk anak karena anak belum dapat
berbuat sendiri. Si pendidik memilih , mempertimbangkan, dan
memutuskan untuk anak didiknya. Tetapi lambat laun campur tangan
orang tua atau pendidik itu harus makin berkurang. Itulah syarat untuk
membuat si anak berdiri sendiri.
 Kedua : si anak mengidentifikasikan dirinya terhadap pendidiknya.
Identifikasi anak sebagai makhluk yang sedang tumbuh, tentu saja berlain-
lainan menurut perkembangan umurnya dan pengalamannya.

Pada anak ada dua kemungkinan cara mengidentifikasi itu :


1. Ia dapat sama sekali melenyapkan dirinya sendiri, menurut dengan
sempurna, tidak menentang, perintah dan larangan dilakukan secara pasif
saja. Bahayanya ialah di dalam diri anak itu tumbuh kesadaran akan
norma-norma sehingga karena itu ia tidak akan mungkin sampai pada
tingkatan “penentuan sendiri”.
2. Karena ikatan dengan sang pemegang perbawa terlalu kuat erat sehingga
merintangi perkembangan “Aku” anak itu. Tetapi ikatan yang sangat erat
itu dapat juga menimbulkan usaha yang sangat aktif untuk mencapai
persamaan dengan pendidiknya. Anak yang menurut dapat memberikan
gambaran seakan akan kita mencapai hasil baik dalam pendidikan kita.
Tetapi kita harus ingat, bahwa si anak harus kita didik tidak saja dengan
hak, melainkan dengan kewajiban membawa dirinya kesuatu tingkatan
untuk makin dapat berdiri sendiri. Jadi hal itu berarti , identifikasi si anak
terhadap orang tua atau pendidiknya lambat laun harus dilepaskan dari
sifat perseorangan , dan harus ditunjukkan kepada norma-normanya.
Kesimpulan dari identifikasi:

Identifikasi pada diri seorang anak kecil mula-mula tertuju kepada diri
pribadi pendidiknya, dan kemudian tertuju ke pada nilai-nilai dan norma-
normanya,setelah itu dia akan belajar mandiri dan lebih lagi menunjukkan dirinya
kepada nilai-nilai dan norma-norma itu.Jelaslah bahwa fungsi kewibawaan dalam
pendidikan ialah membuat si anak mendapatkan nilai-nilai dan norma-norma
hidup.
Kesimpulan dari materi Kewibawaan

Kewibawaan atau gezag adalah suatu daya pengaruh yang terdapat pada
seseorang,sehingga orang lain yang berhadapan dengan dia secara sadar dan
sukarela menjadi tunduk dan patuh kepada yang mempunyai kewibawaan.Yang
mempunyai kewibawaan adalah guru dan orang tua,mereka pada awalnya
memberi contoh tapi lambat laun mereka mengupayakan agar si anak dapat
mengambil keputusan tanpa bantuan mereka yang mana tujuan dari keduanya
adalah memberikan contoh norma norma dan nlai nilai kehidupan agar si anak
dapat mandiri.

Anda mungkin juga menyukai