Anda di halaman 1dari 16

TUGAS PENGANTAR PENDIDIKAN

Landasn Sosial Budaya pada Pendidikan


Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas kelompok
Mata Kuliah Pengantar Pendidikan Semester I
Tahun Pelajaran 2014/2015

Kelas A5-14
Disusun Oleh :
1. Dian Pertiwi

(14144600193)

2. Kurnia Widyastanti

(14144600189)

3. Muhammad Hafizh Al Hanif (14144600215)


4. Nurul Fitria

(14144600175)

5. Yogo Triarso

(14144600177)

Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan


Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Universitas PGRI Yogyakarta
Jl. IKIP PGRI Sonosewu No. 117 Yogyakarta
2014

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji, puja serta syukur kita panjatkan ke hadirat


Illahi Rabbi, yang senantiasa memberikan curahan kasih rahmat-Nya kepada
hamba-Nya, yang benar-benar ingin mencari ridha serta inayah-Nya. Tidak lupa
rahmat serta keselamatan semoga tercurah limpah kepada paduka alam, uswah
kehidupan muslim serta penutup para Nabi dan Rasul Allah, yakni Nabi
Muhammad Saw. Akhirnya atas izin Allah SWT makalah ini dapat diselesaikan.
Makalah ini penulis sampaikan kepada dosen mata kuliah Landasan Pendidikan
sebagai salah satu tugas mata kuliah tersebut. Tidak lupa saya ucapkan terima
kasih kepada Bapak/Ibu dosen yang telah berjasa mencurahkan ilmu kepada
penulis.
Penulis memohon kepada dosen khusunya, umumnya para pembaca barang
kali menemukan kesalahan atau kekurangan dalam karya tulis ini baik dari segi
bahasan maupun isinya harap maklum. Selain itu, penulis mengharapkan kritik
dan saran yang bersifat membangun kepada semua pembaca demi lebih baiknya
karya-karya tulis yang akan datang.

Yogyakarta,08 November 2014

Penulis

DAFTAR ISI

Kata Pengantar..........................................................................................................i
Daftar Isi .................................................................................................................ii

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah......................................................................................1
B. Rumusan Masalah ..............................................................................................2
C. Tujuan Penulisan Makalah..................................................................................2

BAB II
PEMBAHASAN
A. Perubahan sosial budaya masyarakat .................................................................3
B. Landasan sosial budaya dalam pendidikan .........................................................3
1. Sosiologi dan pendidikan................................................................................3
2. Kebudayaan dan pendidikan...........................................................................7
3. Pendidikan dan pengembangan pendidikan....................................................7

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan ...........................................................................................................12
Daftar Pustaka .......................................................................................................13

ii

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia adalah makhluk hidup yang diberikan berbagai potensi oleh


Tuhan, setidaknya manusia diberikan panca indera dalam hidupnya. Namun tentu
saja potensi yang dimilikinya harus digunakan semaksimal mungkin sebagai bekal
dalam menjalani hidupnya. Untuk memaksimalkan semua potensi yang dimiliki
oleh kita sebagai manusia, tentunya harus ada sesuatu yang mengarahkan dan
membimbingnya, supaya berjalan dan terarah sesuai dengan apa yang diharapkan.
Mengingat begitu besar dan berharganya potensi yang dimiliki manusia, maka
manusia harus dibekali dengan pendidikan yang cukup sejak dini. Dikarenakan,
pendidikan itu adalah usaha yang disengaja dan terencana membantu
mempersiapkan generasi muda untuk terjun ke dalam kehidupan masyarakat
memberi bekal pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai untuk hidup, bekerja
dan mencapai perkembangan lebih lanjut di masyarakat.
Secara sosiologi, pendidikan adalah sebuah warisan budaya dari generasi
ke generasi, agar kehidupan masyarakat berkelanjutan, dan identitas masyarakat
itu tetap terpelihara. Sosial budaya merupakan bagian hidup manusia yang paling
dekat dengan kehidupan sehari-hari, dan hampir setiap kegiatan manusia tidak
terlepas dari unsur sosial budaya. Dan pada kenyataannya masyarakat mengalami
perubahan

sosial

yang

begitu

cepat,

maju

dan

memperlihatkan

gejala desintegratif yang meliputi berbagai sendi kehidupan dan menjadi masalah,
salah satunya dirasakan oleh dunia pendidikan. Tidak hanya perubahan sosial,
budaya pun berpengaruh besar dalam dunia pendidikan akibat dari pergeseran
paradigma pendidikan yaitu mengubah cara hidup, berkomunikasi, berpikir, dan
cara bagaimana mencapai kesejahteraan. Dengan mengetahui begitu pesatnya arus
perkembangan dunia diharapkan dunia pendidikan dapat merespon hal-hal
tersebut secara baik dan bijak. Sehingga, landasan sosial budaya merupakan
landasan yang dapat memberikan pemahaman tentang dimensi kesosialan dan

dimensi kebudayaan sebagai faktor yang mempengaruhi terhadap perilaku


individu.

B. Rumusan Masalah
Dari rumusan masalah diatas yang bersifat umum, dapat dijabarkan
beberapa pertanyaan sebagai berikut :
1. Bagaimana perubahan sosial budaya masyarakat?
2. Bagaimana landasan sosial budaya dalam pendidikan?
3. Apa sosiologi dan pendidikan?
4. Bagaimana hubungan kebudayaan dan pendidikan?

C. Tujuan Penulisan Makalah


1. Memahami perubahan sosial budaya masyarakat.
2. Memahami landasan sosial budaya dalam pendidikan.
3. Memahami sosiologi dan pendidikan.
4. Memahami hubungan kebudayaan dengan pendidikan.

BAB II
PEMBAHASAN

A. PERUBAHAN SOSIAL BUDAYA MASYARAKAT


Perubahan sosial budaya adalah sebuah gejala berubahnya struktur sosial dan
pola budaya dalam suatu masyarakat. Perubahan sosial budaya merupakan gejala
umum yang terjadi sepanjang masa dalam setiap masyarakat. Perubahan itu terjadi
sesuai dengan hakikat dan sifat dasar manusia yang selalu ingin mengadakan
perubahan. Hirschman mengatakan bahwa kebosanan manusia sebenarnya
merupakan penyebab dari perubahan.Perubahan sosial budaya terjadi karena
beberapa faktor, baik internal maupun eksternal. Faktor internal, antara lain:
komunikasi; cara dan pola pikir masyarakat; perubahan jumlah penduduk;
penemuan baru; terjadinya konflik atau revolusi; dan faktor eksternal seperti
bencana alam dan perubahan iklim, peperangan, dan pengaruh kebudayaan
masyarakat lain.
B. LANDASAN SOSIAL BUDAYA DALAM PENDIDIKAN
Aspek sosial dalam pendidikan sangat berperan pada pendidikan begitu pun
dengan aspek budaya dalam pendidikan. Dapat dikatakan tidak ada pendidikan
yang tidak dimasuki unsur budaya. Materi yang dipelajari anak-anak adalah
budaya, cara belajar mereka adalah budaya, begitu pula kegiatan-kegiatan mereka
dan bentuk-bentuk yang dikerjakan juga budaya. Maka, bisa dikatakan
bahwa pengertian

sosiologi

pendidikan yaitu ilmu

pengetahuan

yang

mempelajari tentang hubungan dan interaksi manusia, baik itu individu atau
kelompok dengan peresekolahan sehingga terjalin kerja sama yang sinergi
dan berkesinambungan antara manusia dengan pendidikan.Berikut akan
dibahas mengenai sosial dan budaya pada pendidikan, sebagai berikut :
1. Sosiologi dan Pendidikan
Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dalam
kelompok-kelompok dan struktur sosialnya. Salah satu bagian sosiologi,

yang dapat dipandang sebagai sosiologi khusus adalah sosiologi


pendidikan.
Wuradji (1988) menulis bahwa sosiologi pendidikan meliputi :
1. Interaksi guru-siswa.
2. Dinamika kelompok di kelas dan di organisasi intra sekolah.
3. Struktur dan fungsi sistem pendidikan.
4. Sistem masyarakat dan pengaruhnya terhadap pendidikan.

Wujud Dari Sosiologi Pendidikan Adalah Tentang Konsep Proses Sosial


Proses sosial merupakan suatu cara berhubungan antar idividu, antar
kelompok atau antara individu dan kelompok yang menghasilkan bentuk
hubungan tertentu.
Interaksi dan proses sosial dapat terjadi sebagai akibat dari salah satu atau
gabungan dari faktor-faktor berikut:
1. Imitasi
Imitasi atau peniruan bisa bersifat positif dan bisa pula bersifat negatif
2. Sugesti
Sugesti akan terjadi kalau seorang anak menerima atau tertarik pada
pandanganatau sikap orang lain yang berwibawa atau berwewenang
atau mayoritas.
3. Identifikasi
Seorang anak dapat juga mensosialisasikan diri lewat identifikasi yang
mencobamenyamakan dirinya dengan orang lain, baik secara sadar
maupun di bawah sadar.
4. Simpati
Simpati akan terjadi manakala seseorang merasa tertarik kepada orang
lain.
Adapun, sosiologi mempunyai ciri-ciri sebagai uraian berikut :

1. Empiris

: bersumber dan diciptakan dari kenyataan yang terjadi di

lapangan.
2. Teoretis

: merupakan peningkatan fase penciptaan, bisa disimpan

dalam waktu lama, dan dapat diwariskan kepada generasi muda.


3. Kumulatif

: berkomulasi mengarah kepada teori yang lebih baik.

4. Nonetis

: menceritakan apa adanya, tidak menilai apakah hal itu

baik atau buruk.


Untuk memudahkan terjadi sosialisasi dalam pendidikan, maka guru perlu
menciptakan situasi, terutama pada dirinya, agar faktor-faktor yang mendasari
sosialisasi itu muncul pada diri anak-anak.
Interaksi sosial akan terjadi apabila memenuhi dua syarat berikut :
1. Kontak sosial
Kontak sosial bisa menghasilkan interaksi positif atau interaksi negatif.
Kontak sosial berlangsung dalam tiga bentuk, yaitu:
a. Kontak antar individu
b. Kontak antara individu dengan kelompok atau sebalikya.
c. Kontak antar kelompok
2. Komunikasi
Adalah proses penyampaian pikiran dan perasaan seseorang kepada
orang lain atau sekelompok orang. Ada sejumlah alat yang dapat dipakai
mengadakan komunikasi. Alat-alat yang dimaksud adalah:
Langsung : Lisan dan isyarat
Tidak Langsung: tulisan dan alat-alat bantu
Ada sejumlah bentuk interaksi sosial, yaitu sebagai berikut :
Kerjasama

: belajar kelompok

Akomodasi : meredakan pertentangan


Asimilasi atau akulturasi : penyatuan pikiran
Persaingan : kompetisi
Pertikaian : pertentangan/konflik

Diketahui bersama bahwa manusia selain sebagai makhluk individu juga


merupakan mahluk sosial. Oleh karena itu dalam melakukan interaksi sosial
manusia terkadang membentuk kelompok sosial. Kelompok sosial berarti
himpunan sejumlah orang, paling sedikit dua orang, yang hidup bersama, karena
cita-cita yang sama.
Ada beberapa persyaratan untuk terjadinya kelompok sosial, yaitu :

Setiap anggota memiliki kesadaran sebagai anggota kelompok

Ada interaksi timbal balik antar anggota

Mempunyai tujuan yang sama

Membentuk norma yang mengatur ikatan kelompok

Ada struktur dalam kelompok yang membentuk peranan dan status sebagai
dasar ikatan \kegiatan kelompok

Dalam dunia pendidikan, kelompok sosial inipun dapat dibedakan menjadi


2 kelompok yaitu, berdasarkan keakraban hubungan (kelompok primer dan
sekunder) dan berdasarkan peraturan (kelompok formal dan informal). Ada dua
teori yang dipakai untuk meningkatkan produktivitas kelompok sosial, yaitu:
(Wuraji, 1988 dan Sudarja, 1988) :
Teori Struktural Fungsional

Setiap struktur (bagian-bagian) kelompok memiliki fungsi masing-masing.

Setiap bagian memiliki kebebasan untuk berkreasi, berinisiatif, dan


mengembangkan ide untuk kemajuan kelompok

Teori konflik
Perubahan atau perbaikan kelompok dilakukan dengan prinsip-prinsip
pemaksaan melalui peraturan
Ada implikasi konsep sosial pada pendidikan, yaitu ;

Sekolah dan masayarakat sekitarnya harus saling menunjang

Perlu dibentuk badan kerjasama antara sekolah dan tokoh masyarakat

Pendidikan (Sekolah) harus berfungsi secara maksimal sebagai wahana


proses sosialisasi anak.

Dinamika kelompok harus diarahkan untuk kepentingan belajar


6

2. Kebudayaan dan Pendidikan


Kebudayaan menurut Taylor adalah totalitas yang kompleks yang
mencakup pengetahuan, kepercayaan, seni, hukum, moral, adat, dan kemampuankemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang diperoleh orang sebagai anggota
masyarakat (Imran Manan, 1989). Kebudayaan produk perseorangan ini tidak
disetujui Hasan (1983) dengan mengemukakan kebudayaan adalah keseluruhan
dari hasil manusia hidup bermasyarakat berisi aksi-aksi terhadap dan oleh sesama
manusia sebagai anggota masyarakat yang merupakan kepandaian, kepercayaan,
kesenian,

moral,

hukum,

adat

istiadat,

dan

lain-lain

kepandaian.

Sedangkan Kneller mengatakan kebudayaan adalah cara hidup yang telah


dikembangkan oleh anggota-anggota masyarakat.
Dari ketiga devinisi kebudayaan diatas, tampaknya devinisi terakhir yang
paling tepat, sebab mencakup semua cara hidup ditambah dengan kehidupan
manusia

yang

diciptakan

oleh

manuasia

itu

sendiri

sebagai

warga

masyarakat (Made Pidarta, 1997 : 157). Bisa dikatakan bahwa, kebudayaan


adalah hasil cipta dan karya manusia berupa norma-norma, nilai-nilai,
kepercayaan, tigkah laku, dan teknologi yang dipelajari dan dimiliki oleh semua
anggota masyarakat.
Antara pendidikan dan kebudayaan terdapat hubungan yang sangat erat dalam arti
keduanya berkenaan dengan suatu hal yang sama yaitu nilai-nilai. Pendidikan
membuat orang berbudaya, pendidikan dan budaya bersama dan memajukan.
3. Pendidikan dan Pengembangan/Pembangunan Pendidikan
Pendidikan mempunyai misi pembangunan. Mula-mula membangun
manusianya, selanjutnya manusia yang sudah terbentuk oleh pendidikan menjadi
sumber daya pembangunan/pengembangan. Pembangunan yang dimaksud baik
yang bersasaran lingkungan fisik maupun yang bersasaran lingkungan sosial yaitu
diri manusia itu sendiri. Jika manusia memiliki jiwa pembangunan sebagai hasil
pendidikan maka diharapkan lingkungannya akan terbangun dengan baik.
Sumbangan pendidikan terhadap pengembangan/pembangunan dapatdilihat dari

segi sasarannya, lingkungan pendidikan, jenjang pendidikan, dan sektor


kehidupan. Secara khusus sumbangan pendidikan terhadap pembangunan adalah
pembagunan/pengembangan atas penyempurnaan sistem pendidikan itu sendiri.

Esensi Pendidikan dan Pembangunan Serta Titik Temunya


Kata pembangunan lazimnya diasosiasikan dengan pembangunan ekonomi
dan industri, selanjutny diasosiasikan dengan dibangunnya pabrik-pabrik,
jalan,

jembatan

sampai

kepada

pelabuhan,

alat-alat

transportasi,

komunikasi, dan sejenisnya. Sedang yang mengenai sumber daya manusia


ialah secara langsung terlihat sebagai sasaran pembicaraan. Kemajuan
ekonomi, industri ditandai kenaikan GNP, volume eksport dan sebagainya.
Sebagai indikatornya, ternyata tidak otomatis membawa kesejahteraan
masyarakat. Dengan demikian pembangunan ekonomi dan industri saja
belum menggambarkan esensi yang sebenarnya dari pembangunan, jika
kegiatan-kegiatan tersebut belum dapat mengatasi masalah yang hakiki,
yaitu terpenuhinya hajat hidup dari rakyat banyak material dan spiritual.

Sumbangan Pendidikan Pada Pembangunan


Pendidikan sebagai upaya yang bulat dan menyeluruh hasilnya tidak dapat
dilihat. Ada jarak penantian yang cukup panjang antara dimulainya proses
usaha dengan tercapainya hasil. Sumbangan pendidikan terhadap
pembangunan dapat dilihat pada beberapa segi:
1. Segi Sasaran Pendidikan. Pendidikan adalah usaha sadar yang
ditujukan pada peserta didik agar menjadi manusia yang
berkepribadian kuat dan utuh serta bermoral tinggi. Jadi tujuan
citra manusia pendidikan adalah terwujudnya citra manusia yang
dapat menjadi sumber daya pembangunan yang manusiawi.
2. Segi Lingkungan Pendidikan. Lingkungan keluarga (pendidikan
informal), lingkungan sekolah (pendidikan formal), lingkungan
,masyarakat (pendidikan non formal).
3. Segi Jenjang Pendidikan. Jenjang pendidikan dasar, pendidikan
menengah

dan

pendidikan

tinggi

(PT).

Pendidikan

dasar

merupakan basic education, yang memberikan bekal dasar bagi


jenjang pendidikan diatasnya.
4. Segi Pembidangan Kerja/ Sektor Kehidupan. Bidang ekonomi,
hukum, sosial politik, keuangan, perhubungan, komunikasi,
pertanian, pertambangan, pertahanan, dll.

Pembangunan Sistem Pendidikan Nasional.


Pertanyaaan yang muncul adalah:
1. Mengapa sistem pendidikan harus dibangun.
Setiap pendidikan selalu berurusan dengan manusia, karena hanya
manusia yang dapat dididik dan harus selalu dididik. Bayi hanya
akan menjadi manusia jika melalui pendidikan. Sedangkan
manusia adalah satu-satunya mahkluk yang dikaruniai potensi
untuk selalu menyempurnakan diri. Padahal kesempurnaan itu
sendiri adalah suatu kondisi yang tidak akan kunjung dpat dicapai
oleh

manusia.

Disamping

itu

pengalaman

manusia

juga

berkembang. Itulah sebabnya mengapa sistem pendidikan sebagai


sarana yang menghantar manusia untuk menemukan jawaban atas
teka-teki mengenai dirinya juga selalu disempurnakan. Selanjutnya
masalah pendidikan juga dapat dilihat sebagai persoalan nasional
karena pendidikan berhubungan dengan masa depan bangsa. Jika
rencana pembangunan masyarakat Indonesia akan berubah dari
masyarakat agraris menjadi industri, makan pola pikir dan perilaku
yang dilandasi oleh situasi dan kondisi agraris harus berubah
kearah situasi dan kondisi dimana manusia disibukkan dengan
kegiatan industri. Kriteria kualitas manusia tentu berubah sesuai
dengan tuntutan masyarakat yang berkembang. Sistem pendidikan
harus banyak berubah untuk dapat menyongsong suasana hidup
yang diperlukan, jangan sampai pendidikan sebagai an agent of
social change (agen perubahan sosial).
2. Wujud pembangunan sistem pendidikan.

Secara makro, sistem pendidikan meliputi banyak aspek yang satu


sama lain bertalian erat, yaitu:
a. Hubungan antar aspek-aspek, dimana aspek filosofis,
keilmuan dan yuridis menjadi landasan bagi butir-butir
yang lain, karena memberikan arah serta mewadai butirbutir. Dengan demikian struktur pendidikan, kurikulum,
dan lain-lain harus mengacu pada aspek filosofis, aspek
keilmuan, dan aspek yuridis. Oelh karena itu perubahan
apapun yang terjadi pada struktur pendidikan, kurikulum,
dan lain-lain tersebut harus tetap berada didalam wadah
filosofis dan yuridis.
b. Aspek filosofis dan keilmuan. Aspek filosofif berupa
penggarapan tujuan nasional pendidikan. Rumusan tujuan
nasional

yang

tentunya

memberikan

peluang

bagi

pengembangan sifat hakikat manusia yang bersifat kodrati


yang berarti pula bersifat wajar. Sifat kodrati paralel dengan
jiwa pancasila. Filsafat pancasila ini menggantikan secara
total falsafah pendidikan jaman penjajah. Sedang aspek
keilmuan memberikan sumbangan penting terhadap sistem
pendidikan. Dalam usaha mencapai tujuan yang telah
dirumuskan oleh filsafat itu, sistem pendidikan memerlukan
tunjangan dari teori keilmuan.
c. Aspek yuridis atau perundang-undangan. Undang-undang
dasar 1945 sebagai landasan hukum pendidikan sifatnya
relatif tetap. Hal ini dimungkinkan oleh karena UUD 1945
isinya ringkas sehingga sifatnya lugas. Beberapa pasal
melandasi pendidikan baik yang bersifat eksplisit, maupun
implisit. Pasal-pasal tersebut yang sifatnya masih sangat
global dijabarkan lebih rinci

kedalam

bentuk

UU

pendidikan. Berdasarkan UU pendidikan inilah sistem


pendidikan disusun dan dilaksanakan.

10

d. Aspek struktur. Aspek struktur pembangunan sistem


pendidikan berperan pada upaya pembenahan struktur
pendidikan yang mencakup jenjang dan jenis pendidikan,
lama waktu belajar dari jenjang yang satu ke jenjang yang
lain, sebagai akibat dari perkembangan sosial budaya dan
politik.
e. Kurikulum yang meliputi materi, metodologi, pendekatan,
orientasi. Aspek filosofis, keilmuan, dan yuridis menjadi
landasan bagi butir-butir yang lain karena memberikan arah
serta mewadahi butir-butir yang lain. Artinya struktur
pendidikan, kurikulum dan lain-lain harus mengacu pada
aspek filosofis, keilmuan, dan aspek yuridis. Meskipun
sebagai landasan, tetapi tidak berarti setiap kali ada
perubahan filosofis dan yuridis harus didikuti dengan
perubahan aspek-aspek yang lain secara total. Contoh:
Undang-undang pendidikan no.12 tahun 1954 diubah
menjadi undang-undang no.2 tahun 1989 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, tetapi struktur pendidikan tetap saja
seperti yang dulu: pendidikan dasar, pendidikan menengah,
dan pendidikan tinggi.

11

BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN

Dengan demikian dapat kita simpulkan bahwa pendidikan adalah bagian dari
kebudayaan. Bila kebudayaan berubah maka pendidikan juga bisa berubah dan
bila pendidikan berubah akan dapat mengubah kebudayaan. Pendidikan adalah
suatu proses membuat orang kemasukan budaya, membuat orang berprilaku
mengikuti budaya yang memasuki dirinya. Sekolah sebagai salah satu dari tempat
enkulturasi suatu budaya sesungguhnya merupakan bahan masukan bagi anak
dalam mengembangkan dirinya. Dapat dituliskan bahwa hubungan antara
kebudayaan dan pendidikan adalah :
1. Pendidikan membentuk atau menciptakan kebudayaan
2. Pendidikan melestarikan kebudayaan
3. Pendidikan menggunakan dan berdasarkan kebudayaan
Ada Implikasi Konsep Kebudayaan pada Pendidikan, yaitu :
1. Materi pelajaran banyak dikaitkan dengan keadaan dan msalah masyarakat
setempat (melalui MULOK)
2. Metode belajar ditekankan pada kegiatan siswa baik individual maupun
kelompok.

12

DAFTAR PUSTAKA

Pidarta, Made. 1997. Landasan Kependidikan. Stimulus Ilmu Pendidikan


Bercorak Indonesia Jakarta : Rineka Cipta.
Raka Joni, T.S.. 1981. Wawasan Kependidikan. Jakarta: Depdikbud.
http://sosbud.kompasiana.com/2011/03/29/landasan-sosial-budaya-terhadappendidikan/
http://id.wikipedia.org/wiki/Perubahan_sosial_budaya
http://www.scribd.com/doc/22738648/Lingkungan-Sosial-Budaya
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/22/landasan-kurikulum/

13

Anda mungkin juga menyukai