Anda di halaman 1dari 7

BIMBINGAN KONSELING UNTUK ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

A. Pengertian
1. Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)
National Information Center for Children and Youth with Disabilities (NICHCY)
menyatakan bahwa “Children with special needs or special needs refer to children who
have disabilities or who are at risk or developing disabilities”.[1] Anak Berkebutuhan
Khusus adalah anak yang mengalami keterbatasan atau keluarbiasaan, baik fisik, mental-
intelektual, social, maupun emosional, yang berpengaruh secara signifikan dalam proses
pertumbuhan atau perkembangannya dibandingkan dengan anak lain yang seusia
dengannya.
2. Bimbingan dan Konseling
Bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang diberikan seseorang atau
sekelompok orang secara terus menerus dan sistematis oleh pembimbing agar individu
atau sekelompok individu menjadi mandiri. Sedangkan “Konseling” dipandang sebagai
bagian dari kegiatan Bimbingan yang bermakna kontak antara dua orang (konselor dan
konseli) untuk menangani masalah konseli, dalam suasana keahlian yang laras dan
terintegrasi, berdasarkan norma-norma yang berlaku, untuk tujuan-tujuan yang berguna
bagi konseling.[2]

B. Dasar Pemikiran Bimbingan dan Konseling ABK


1. Landasan Filosofis
Secara Filosofis “semua anak adalah spesial”. Bersikap dan memandang mereka
sesuai dengan filosofi bahwa tidak ada indivdu yang sama, dimana semua individu adalah
unik dan mereka memiliki kemampuan untuk tumbuh mengembangkan potensi mereka.
Kemudian, pendidikan (Bimbingan dan Konseling) mengaktualisasikan perannya dalam
proses “memanusiakan manusia”, khususnya bagi mereka yang termasuk dalam kategori
ABK.
Anak berkebutuhan Khusus bebeda dengan Anak Luar Biasa, cacat dan
berkelainan. Hal ini didasari bahwa spektrum ABK lebih luas karena cakupannya ialah
bahwa ABK tidak hanya mencakup anak berkebutuhan khusus yang bersifat permanen
akibat dari kecacatan tertentu, tetapi juga bahwa ABK mencakup persoalan yang bersifat
temporer. Temporer disini mencakup PSTD (Post Traumatic Syndrome Disorder) akibat
Bencana Alam, Korban Kekerasan, Korban Perang. Kemudian anak dengan Gizi Buruk,
Kelahiran Prematur, Lahir dari Keluarga Miskin, anak berpenyakit kronis, kesulitan
belajar.
Anak berkebutuhan khusus adalah anak-anak yang mengalami penyimpangan,
kelainan atau ketunaan dalam segi fisik, mental, emosi dan sosial, atau gabungan dari hal-
hal tersebut sedemikian rupa sehingga mereka mebutuhkan pelayanan pendidikan yang
khusus, yang disesuaikan dengan penyimpangan, kelainan, atau ketunaan mereka.
Menerut Kauffman & Hallanah (2005: 28-45), ada 10 (sepuluh) jenis ABK antara lain
sebagai berikut: a) Tunagrahita, b) Tunanetra, c) Kesulitan Belajar, d) Autis, e) Gangguan
Perilaku, f) Tunadaksa, g) Tunalaras, h) Tunaganda, i) Tunarungu dan j) Anak
Berbakat.[3]

C. Ruang Lingkup ABK


1. Klasifikasi ABK
a. ABK Temporer
Kategori ini terjadi karena suatu persoalan yang bersifat sementara, seperti
masalah Kesulitan Belajar, Anak Berbakat, Hiperaktif, Indigo dan masalah lain
dalam diri individu. Masalah tersebut dikatakan bersifat sementara karena,
terdapat kemungkinan jika masalah tersebut dapat teratasi dengan langkah-
langkah tapeutik yang tepat.[4]
b. ABK Permanen
ABK permanen merupakan kasus dimana kelainan pada anak merupakan
sesuatu yang bersifat tetap dan kemungkinan untuk berubahnya kecil. ABK
permanen dapat dilihat pada anak yang menderita Tunagrahita, Tunanetra Cerebal
Palsy (Lumpuh Otak) Tunadaksa, Tunalaras, Tunaganda dan Autis.[5]
2. Faktor Penyebab
a. Faktor Internal
Faktor internal dapat dikatakan sebagai faktor yang ada atau berasal dari
diri anak, seperti faktor bawaan atau hereditas. Dimana hal tersebut terjadi bukan
karena ada pengaruh dari pihak luar atau suatu sebab yang berada dari luar diri
anak. Contohnya kecacatan sejak lahir, atau kekurangan kemampuan otak.

b. Faktor Eksternal
Faktor eksternal adalah suatu bentuk kecacatan yang terjadi akibat dari
luar diri anak, seperti kecacatan akibat kecelakaan atau traumatik dari suatu
kejadian, seperti pada anak yang menjadi korban pasca konflik/perang, dll.

D. Metode dan Pendekatan Bimbingan dan Konseling ABK


Metode dan pendekatan dalam bimbingan terhadap ABK dibutuhkan untuk
pemberian layanan yang efektif pada anak, hal ini dimungkinkan untuk terjadinya
perubahan kearah yang lebih baik bagi anak. Adapun langkah-langkah yang dapat
ditempuh dalam layanan bimbingan dan konseling ABK, antara lain:
1. Memahami kebutuhan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK).
a. Adanya hubungan baik dalam pengasuhan yang berlangsung secara terus
menerus.
b. Perlindungan fisik dan rasa keamanan dengan aturan-aturan utnuk melindungi
kebutuhannya.
c. Adanya pengalam-pengalaman yang menekankan kepada perbedaan individual
untuk masing-masing perkembangan optimal anak.
d. Pemberian kesempatan yang tepat sebagai media untuk membangun keterampilan
kognitif, motorik, bahasa, emosional dan social.
e. Adanya harapan yang tepat dari orang dewasa
f. Adanya komunitas yang stabil dan konsisten[6]
2. Fokus Konselor dalam konseling ABK
a. Berfokus pada konsep diri dan evaluasi diri
Pada tahap awal konselor bergerak terhadap koseli ABK, maka yang
harus menjadi focus terhadap individu adal mengenai bagaimana mereka
mememahami diri mereka, dan bagimana mereka berfikir tentang diri mereka
sendiri.
b. Layanan BK lanjutan dalam bentuk bimbingan karir
Setelah individu mantap dengan pemahaman dirinya baik berupa self
esteem, self concept maupun efikasi dirinya, maka tindakan selajutnya adalah
membawa individu pada ranah actual dalam upaya mewujudkan eksistensinya.

E. Jenis Layanan Bimbingan dan Konseling ABK


1. Layanan Individu
Layanan individu pada ABK meliputi layanan pribadi sosial yang berfungsi
sebagai sarana ABK untuk dapat memiliki penerimaan diri, konsep diri yang baik dan
adaptasi terhadap lingkugannya.
2. Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok
Layanan bimbingan kelompok dimaksudkan untuk memberikan bantuan
kepada individu melalui kegiatan kelompok.[7] Didalam kegiatan tersebut terjadi
dinamika yang menyeluruh bagi seluruh peserta layanan, sehingga pesan utama dari
setiap materi layanan dapat ditangkap dengan baik oleh anak.
3. Bimbingan Belajar
Adalah kegiatan bimbingan yang diberikan kepada anak agar dapat mencapai
keberhasilan belajar secara optimal. Dimana bimbingan belajar secara kebih spesifik
diperuntukan bagi ABK yang mengalami masalah kesulitan belajar.[8] Kesulitan
belajar disni dapat mencakup beberapa dimensi yang diderita oleh ABK sebagaimana
termaktub dalam ketoriasi ABK di awal. Diamana gangguan seperti disleksia,
diskalkulia, dan disgrafika merupakan suatu hambatan yang harus dapat dipecahkan
bersama oleh konselor dan konseli.[9]
4. Bimbingan Karir
Bimbingan karir bagi ABK tetap merupakan suatu keharusan yang harus
diberikan, hal ini sesuai dengan prinsip bimbingan yang melihat individu secara utuh
dalam hal bakat dan potensi yang harus dikembangkan. Bimbingan karir dapat
dimaknai sebagai sebuah usaha untuk mengarahkan ABK untuk dapat memahami
potensi dirinya, mengetahui jenis-jenis karir yang tepat dan memahami konteks ruang
lingkup dunia karir yang akan dijalani, hal ini berkaitan dengan proses adaptasi serta
penyikapan terhadap hambatan-hambatan dalam berkarir.[10]
5. Referal
Layanan referal atau alih tangan kasus dimaksudkan sebagai sebuah tibdak
lanjut bilamana dirasa program layanan yang ada di sekolah tidak cukup mampu
untuk mengatasi masalah anak ABK, sehingga perlu untuk dirujuk kepada pihak lain
yang lebih ahli dalam memberikan jenis bantuan yang sesuai dengan kebutuhan anak.
Kegiatan ini memerlukan sinergisitas yang baik antara berbagai pihak yang terkait
dengan ABK, dalam hal ini tentu saja adalah lembaga sekolah, orang tua, guru BK
dan para ahli terkait.[11]

Footnote

[1] Dina Dwinita, Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling Anak Berkebutuhan Khusus, dalam
Jurnal Ilmiah Pendidikan Khusus Vol. 1 No. 3 Sept. 2012.,(Padang:UNP,2012), hlm. 142

[2] Dewa Ketut Sukardi & Desak P.E. Nila Kesumawati, Proses Bimbingan Dan Konseling Di
Sekolah, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), hlm. 6.

[3] Dina Dwinita, Pelaksanaan Bimbingan..,hlm. 145.

[4] Ibid., hlm. 146

[5] Ibid., hlm. 146.

[6]Ibid., hlm. 148

[7] Tohirin, Bimbingan dan Konseling Di Sekolah Madrasah: Berbasis Integrasi, (Jakarta:
Rajawali Pers, 2009), hlm. 170.
[8] Saring Marsudi,dkk., Layanan Bimbingan Konseling di Sekolah, (Surakarta: UMP Press,
2010), hlm. 110.

[9] Mulyono Abdurrahman, Anak Berkesulitan Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2012), hlm. 2

[10] Bimo Walgito, Bimbingan dan Konseling: Studi dan Karir, (Yogyakarta: Penerbit Andi,
2010), hlm. 201.

[11] Dewa Ketut Sukardi & Desak P.E. Nila Kusmawati, Program Bimbingan dan Konseling di
Sekolah, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), hlm. 91.

DAFTAR PUSTAKA

Dwinita, Dina, Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling Anak Berkebutuhan Khusus, dalam
Jurnal Ilmiah Pendidikan Khusus Vol. 1 No. 3 Sept. 2012., Padang:UNP,2012.

Sukardi, Dewa Ketut, Desak P.E. Nila Kesumawati, Proses Bimbingan Dan Konseling Di
Sekolah, Jakarta: Rineka Cipta, 2008.

Tohirin, Bimbingan dan Konseling Di Sekolah Madrasah: Berbasis Integrasi, Jakarta: Rajawali
Pers, 2009.

Marsud, Saring,dkk., Layanan Bimbingan Konseling di Sekolah, Surakarta: UMP Press, 2010.

Abdurrahman, Mulyono Abdurrahman, Anak Berkesulitan Belajar, Jakarta: Rineka Cipta, 2012.

Walgito, Bimo, Bimbingan dan Konseling: Studi dan Karir, Yogyakarta: Penerbit Andi, 2010..

Yusuf , Syamsu., LN, Juntika Nurihsan, Landasan Bimbingan dan Konseling, Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2010.
Sumber
Bimbingan Konseling Untuk Anak Berkebutuhan Khusus :
https://orionkonselingblog.wordpress.com/2016/01/20/makalah-tentang-anak-berkebutuhan-
khusus/
Jurnal Disleksia :
https://www.omicsonline.org/open-access/dyslexiaa-learning-difference-2376-0389-
1000203.php?aid=86563
Jurnal Diskalkulia :
https://www.researchgate.net/profile/Shalini_Agarwal9/publication/262188807_Dyscalculia_A_
Specific_Learning_Disability_Among_Children/links/00b4953705fd200253000000/Dyscalculia-
A-Specific-Learning-Disability-Among-Children.pdf

Anda mungkin juga menyukai