PROPOSAL TESIS
Oleh :
Mustika Al Fatikhah
20711251002
ILMU KEOLAHRAGAAN
JURUSAN ILMU KEOLAHRAGAAN
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2021
1
BABI
PENDAHULUAN
perlu mendapat bantuan. Oleh karena itu individu yang memiliki keterbatasan
fisik ataupun mental, atau memiliki kelumpuhan disebut juga anak berkebutuhan
khusus.
satunya adalah penyandang mental atau sering disebut sebagai anak tunagrahita.
dibawah rata-rata dan disertai dengan ketidak mampuan dalam adaptasi perilaku
yang muncul dalam masa perkembangan (Yani Meimulyani dan Caryoto, 2013 :
15). Adapun macam-macam dari tunagrahita itu sendiri yaitu : tunagrahita ringan,
tunagrahita sedang, dan tunagrahita berat. Dengan kondisi tersebut maka anak
dan sosialnya.
2
disekolah semua orang pun sudah tau makna Pancasila, dan semua orang sudah
tujuan Pancasila, untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur maka
Salah satu bidang yang serius dikembangkan oleh pemerintah adalah bidang
kualitas manusia Indonesia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha
beretos kerja secara profesional, bertanggung jawab dan produktif serta sehat
jasmani dan rohani. Dalam Pancasila juga terdapat macam aspek pertumbuhan
anak di didik melalui kegiatan jasmani, maka pendidikan jasmani dalam sebuah
aktif, sikap sportif dan kecerdasan emosi. Pendidikan jasmani menjadi mata
pelajaran umum maupun khusus kepada jenjang pendidikan terendah yaitu Taman
Kanak - Kanak (TK), pendidikan dasar yaitu Sekolah Dasar / Sekolah Dasar Luar
Biasa (SD &SDLB ) sampai dengan jenjang pendidikan menengah yaitu Sekolah
Menegah Pertama/ Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa (SMP & SMPLB),
pendidikan atas yaitu Sekolah Menengah Atas / Sekolah Menengah Atas Luar
3
Biasa (SMA & SMALB). Untuk Siswa yang memiliki keterbatasan atau memiliki
kebutuhan khusus, tetap diadakan mata pelajaran pendidikan jasmani, namun lain
berkebutuhan khusus agar mereka dapat melakukan aktivitas yang sama dengan
anak normal secara aman dan sesuai dengan kebutuhan belajar mereka (Beltasar
akuatik (aktivitas air)***, dan pendidikan luar kelas. Dalam pendidikan jasmani
perkembangan yang terdapat dalam diri manusia, yaitu kognitif, afektif, dan
psikomotorik.
4
Aktivitas akuatik adalah aktivitas yang dilakukan di dalam air. Aktivitas
akuatik dapat dilakukan di sungai, laut, pantai, kolam renang, atau danau.
jenis aktivitas di air. Jika kegiatan ini dilakukan di pantai maka dikenal sebagai
berlayar, fishing, sky diving atau menyelam, selancar angin, dan boating. Jika
kegiatan dilakukan sungai dan danau di kenal sebagai olahraga dayung, kayaking,
sebagai aktivitas renang, loncat indah, polo air(Ermawan Susanto, 2005: 118).
pembelajaran akuatik ada beberapa cabang yang di pelajari yaitu pengenalan air,
permainan air, renang gaya dan renang keselamatan. Dari beberapa cabang
Renang adalah olahraga yang menyehatkan, sebab hampir semua otot tubuh
bergerak sehingga seluruh otot berkembang dengan pesat dan kekuatan perenang
bertambah meningkat (Muhajir, 2004: 166). Macam – macam gaya renang itu
sendiri ada 4 macam gaya yaitu: gaya crawl , gaya dada, gaya punggung, dan gaya
kupu-kupu.
5
yang seimbang serta menjadikan peserta didik yang sehat jasmani dan rohani.
ringan ) memiliki peran penting meliputi: membentuk karakter sosial, kerja sama,
kolam renang, pelampung, dan alat-alat lain yang digunakan untuk permainan
dalam air sesuai dengan kebutuhan. Tujuan akhir yang diharapkan dari
pembelajaran renang adalah tercapainya proses dan hasil belajar yang diharapkan
didalamnya mencakup sebuah keaktifan anak didik yang dapat bergerak dalam
menyenangkan. Keaktifan sendiri ialah kegiatan yang dilakukan baik berupa fisik
maupun yang non fisik. Keaktifan menjadi sebuah tujuan yang harus dicapai,
keaktifan disini sendiri yang dimaksud adalah anak aktif dalam bertanya,
karena rasa ingin tahu terhadap aktivitas tersebut,bergerak saat kegiatan belajar
6
mereka miliki sejak dini menjadi sebuah patokan bagaimana keaktifan penampilan
geraknya saat menginjak usia remaja, lalu menjadi sangat penting saat beranjak
dewasa dan usia tua. Keaktifan juga digunakan sebagai penilaian dalam sebuah
pembelajaran renang, anak yang aktif maka akan bergerak dan menimbulkan
anak autis, ADHD dan anak tuna ganda. Kelas-kelas tersebut terbagi dari jenjang
Yogyakarta telah memahami dan melaksanakan gerak spesifik salah satu gaya
renang dengan koordinasi yang baik setiap 2 minggu sekali. Dari keempat jenjang
tersebut SMPLB adalah jenjang dimana pendidikan dan pembelajaran dasar mulai
diterapkan disini namun dipengaruhi oleh berbagai faktor, misalnya saja masalah
masa peralihan dari anak besar beralih menjadi remaja. Usia remaja atau
tubuh, kematangan ciri-ciri seks primer dan sekunder, perkembangan pada sistem
pernapasan dan kerja jantung, dan perkembangan sistem syaraf dan endoktrin
7
sebagian siswa yang kurang antusisas dalam proses pembelajaran renang, proses
waktu untuk memberikan materi lain di mata pelajaran pendidikan jasmani, selain
siswa kurang memahami pembelajaran renang, masih banyak siswa yang tidak
mau bertanya, tidak mau bergerak ketika pelajaran penjas berlangsung terlebih
saat pembelajaran renang dengan materi ajar yang diajarkan oleh guru . Saat
diakui memiliki kekurangan dari segi jumlah yang kurang sepadan dengan jumlah
siswa yang ada. Jadwal pembelajaran renang hanya diadakan 2 minggu sekali,
dikarenakan dekat dengan sekolah. Guru yang mengawasi pun terdapat 1 guru
yakni keaktifan di dalam kelas dan keaktifan di luar kelas. Keaktifan anak di
dalam kelas misalnya anak mau berinteraksi, dengan bertanya kepada guru atau
memberi jawaban saat ditanya, sedangkan keaktifan anak di luar kelas misalnya
anak bersedia mengikuti intruksi dari guru, melakukan gerakan yang benar, aktif
gembira.
8
Anak Tunagrahita Ringan Sekolah Menengah Pertama dalam Mengikuti
B. Identifikasi Masalah
C. Batasan Masalah
batasan penelitian ini hanya dalam keaktifan anak tunagrahita ringan Sekolah
Yogyakarta.
D. Rumusan Masalah
E. Tujuan Penelitian
9
pembelajaran renang dalam aspek afektif, kognitif, dan psikomotorik di SLB N 2
Yogyakarta.
F. Manfaat Penelitian
Sesuai dengan tujuan penelitian diatas, maka manfaat penelitian ini adalah:
adaptif serta dapat menjadi bahan rujukan dan inspirasi dalam mengajar diranah
10
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Keaktifan
Keaktifan adalah kegiatan yang bersifat fisik maupun mental, yaitu berbuat
dan berfikir sebagai suatu rangkaian yang tidak dapat dipisahkan (Sardiman,
dan pengalaman belajar. Aktif yang berhasil harus melalui berbagai macam
aktivitas, baik aktivitas fisik maupun psikis. Aktivitas fisik adalah siswa giat aktif
dengan anggota badan, membuat sesuatu, bermain maupun bekerja, ia tidak hanya
duduk dan mendengarkan, melihat atau hanya pasif. Siswa yang memiliki
pemahaman atas persoalan atau segala sesuatu yang mereka hadapi dalam proses
11
menyatakan berkenaan dengan prinsip keaktifan mengemukakan bahwa individu
kegiatan yang bersifat fisik maupun non fisik siswa dalam proses kegiatan belajar
kondusif.
Banyak jenis aktivitas yang dapat dilakukan oleh siswa di sekolah. Aktivitas
siswa tidak hanya mendengarkan dan mencatat seperti yang lazim terdapat di
sekolah – sekolah tradisonal. Jenis - jenis 9 aktivitas siswa dalam belajar adalah
12
Salah satu penilaian proses pembelajaran adalah melihat sejauh mana
keaktifan siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar. Keaktifan siswa dapat
13
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan keaktifan siswa dapat dilihat
mengembangkan bakat yang dimilikinya, peserta didik juga dapat berlatih untuk
14
Keaktifan dapat ditingkatkan dan diperbaiki dalam keterlibatan siswa pada
saat belajar. Hal tersebut seperti dijelaskan oleh Moh. Uzer Usman (2009:26-27)
waktu yang lebih banyak untuk kegiatan belajar mengajar, tingkatkan partisipasi
siswa secara efektif dalam kegiatan belajar mengajar, serta berikanlah pengajaran
yang jelas dan tepat sesuai dengan tujuan mengajar yang akan dicapai. Selain
siswa atau keaktifan siswa dalam belajar. Cara meningkatkan keterlibatan atau
keaktifan siswa dalam belajar adalah mengenali dan membantu anak-anak yang
kurang terlibat dan menyelidiki penyebabnya dan usaha apa yang bisa dilakukan
kebutuhan individual siswa. Hal ini sangat penting untuk meningkatkan usaha dan
motivasi kepada siswa dan keaktifan juga dapat ditingkatkan, salah satu cara
15
keterampilan motorik, pengetahuan dan perilaku hidup sehat dan aktif, sikap
Pada pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan terdapat suatu tujuan yang
disebut keterampilan gerak. Keterampilan gerak ini dapat berarti gerak bukan
olahraga dan gerakan untuk berolahraga. Gerak untuk berolahraga, adalah kualitas
keputusan yang berkaitan dengan keterampilan yang dipilih Amung Ma’mun dan
pendidikan.
tindak dan karya untuk diberi bentuk isi dan arah menuju kebulatan kepribadian
16
b. Tujuan Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan
karena persepsi dari peserta didik pelajaran penjasorkes adalah olahraga semata.
(2006:46) :
17
3. Perkembangan mental. Tujuan ini berhubungan dengan kemampuan
berfikir dan menginterpretasikan keeluruhan pengetahuan tentang
pendidikan jasmani dalam lingkungannya,
4. Perkembangan sosial. Tujuannya ini berhubungan dengan kemampuan
siswa dalam menyesuaikan diri pada suatu kelompok atau masyarakat.
pertumbuhan dan perkembangan jasmani melalui aktivitas fisik. Selain itu dapat
pendidikan jasmani.
dalam kelas, di halaman sekolah, maupun di luar. Dengan arti lain yaitu, segala
18
berdarah, muntaber dan penyakit lain yang potensial untuk mewabah (Depdiknas,
2006: 3).
tahun 2006:
olahraga yang dilaksanakan sebagai bagian proses pendidikan yang teratur dan
19
Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan merupakan bagian integral
dari pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangakan aspek
kebugaran jasmani, keterampilan gerak, keterampilan berpikir kritis,
keterampilan sosial, penalaran, stabilitas emosional, tindakan moral, aspek
pola hidup sehat dan pengetahuan lingkungan bersih melalui aktivitas jasmani,
olahraga dan kesehatan yang dirancang secara sistematis dalam rangka
mencapai tujuan pendidikan nasional.
Sedangkan menurut Bucher (dalam Dwiyogo, 2010: 214) pendidikan jasmani
dan kesehatan adalah “bagian integral dari seluruh proses pendidikan yang
bertujuan untuk perkembangan fisik, mental, emosi, dan sosial melalui aktivitas
jasmani yang telah dipilih untuk mencapai hasilnya. Menurut Suparno ( 2007 )
Pendidikan luar biasa adalahpendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat
mental sosial, tetapi memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa. Menurut
meet the unique needs of a child with disability” yang berarti Pendidikan luar
sempurna sehingga mereka dapat menjadi manusia yang berdiri sendiri tanpa
menyandarkan diri pada pertolongan orang lain. Mereka pun mendambakan hidup
menjadi manusia dewasa dan menjadi warga negara yang dapat berpartisipasi bagi
20
pembangunan bangsa dan negaranya. Secara mendasar pendidikan jasmani adaptif
kemampuan belajar. Sebagian ABK bermasalah dalam interaksi sosial dan tingkah
laku. Dengan demikian dapat dipastikan bahwa peranan pendidikan jasmani bagi
ABK sangat besar dan akan mampu mengembangkan dan mengkoreksi kelainan
keterbatasannya).
Adapun ciri tersebut menurut Arma Abdoellah dalam buku yang berjudul
21
kesempatan kepada siswa yang berkelainan berpartisipasi dengan aman,
sukses, dan memperoleh kepuasan. Misalnya bagi siswa yang memakai korsi
roda satu tim dengan yang normal dalam bermain basket, ia akan dapat
kegiatan yang lainnya. Oleh karena itupendidikan Jasmani adaptif akan dapat
kelainan yang disandang oleh siswa.Kelainan pada Anak luar Biasa bisa
terjadi pada kelainan fungsi postur, sikap tubuh dan pada mekanika tubuh.
keadaanya.
perasaan siswa memiliki harga diri. Perasaan ini akan dapat membawa siswa
22
berprilaku dan bersikap sebagai subjek bukan sebagai objek di
lingkungannya.
Jasmani Adaptif” memerinci tujuan pendidikan Jasmani adaptif bagi ABK sebagai
berikut:
untuk membantu siswa dan melindungi siswa sendiri dalam kondisi apapun dan
23
programnya mengarah kepada perbaikan dan koreksi kelainan, dan programnya
program pengajaran atau pembinaan dapat diikuti bagi anak ABK maka perlu
berikut :
1) Tunagrahita
2) Tunarungu
3) Tunawicara
4) Tunalaras
5) Tunanetra
6) Autism
7) Tunadaksa
24
Penyesuaian dan modifikasi dari pengajaran penjas bagi ABK menurut Nana
Seorang ABK yang satu dengan yang lain, kebutuhan aspek yang dimodifikasi
tidak sama. ABK yang satu mungkin membutuhkan modifikasi tempat dan arena
bermainnya. ABK yang lain mungkin membutuhkan modifikasi alat yang dipakai
dalam kegiatan tersebut. Tetapi mungkin yang lain lagi disamping membutuhkan
modifikasi area bermainnya juga butuh modifikasi alat dan aturan mainnya.
Demikian pula seterusnya, tergatung dari jenis masalah, tingkat kemampuan dan
4. Renang
perasaan berani. Menurut Subagyo, dkk (2007: 1), akuatik adalah segala macam
bentuk aktivitas air yang dapat dilakukan disungai, danau, laut, pantai, maupun
menyelam, dayung dan beragam bentuk lainnya. Bentuk-bentuk aktivitas air dapat
25
Kemudian, ada pun kompetensi dasar yang di cantumkan di KI – KD PJOK
lengan tangan dalam aktivitas air gaya renang dalam aktivitas air secara
sekolah luar biasa ada 3 gaya yaitu gaya bebas, dan gaya dada.Dalam
karena hampir semua otot tubuh bergerak sehingga seluruh otot berkembang
yang dilakukan dengan menggerakkan badan di air, seperti menggunakan kaki dan
beberapa hal antara lain: prinsip mekanika dalam olahraga renang, prinsip
Olahraga renang pada prinsipnya bergerak melaju seperti kapal di air. Dalam
b. Prinsip psikologis
26
Dalam pembelajaran renang sangat terkait dengan prinsip-prinsip psikologis
karena situasi dan kondisi pembelajaran renang sangat jauh berbeda dengan
pembelajaran renang.
c. Pengenalan Air
Pengenalan air sangat dibutuhkan oleh para siswa yang belum pernah sama
sekali belajar renang. Karena kemungkinan peserta didik ada yang masih takut
masuk kedalam kolam. Untuk itu guru hendaknya memahami benar bentuk-
bentuk pengenalan air, karena hal ini sangat penting untuk dapat membawaa anak,
d. Gaya Bebas
kedua belah kaki secara bergantian dicambukkan naik turun keatas dan kebawah.
e. Gaya Dada
27
Gaya dada merupakan gaya yang paling populer dalam pembelajaran renang.
Gaya dada berenang dengan posisi dada menghadap ke permukaan air, namun
berbeda dari gaya bebas, batang tubuh selalu dalam keadaan tetap. Kedua belah
kaki menendang ke arah luar sementara kedua belah tangan diluruskan kedepan.
5. Tunagrahita
Banyak istilah yang digunakan untuk menyebut anak yang memiliki kondisi
misalnya lemah otak, lemah ingatan, lemah psikis. Beberapa ahli memberi batasan
Hillaard dan Kirman (Smith, et all, 2002: 43) memberikan penjelasan tentang
People who are mentally retarded over time have been referred to as dumb,
stupid immature, defective, subnormal, incompetent, and dull. Term such as
idiot, imbecility, defective, subnormal, incompetent, a dull, term such as
idiot\, imbecile moral, and feebleminded were commonly used historically
to label this population although the word food revered to those who care
mentally ill. And the word idiot was directed toward individuals who errs
severely retarded. These term were frequently used interchangeably.
dengan istilah dungu (dumb), bodoh (stupid), tidak masak (immature), cacat
Jadi seseorang dianggap cacat mental jika ditandai: (a) tidak berkemampuan
secara sosial dan tidak mampu mengelola dirinya sendiri sampai tingkat dewasa,
(b) mental di bawah normal, (c) terlambat kecerdasannya sejak lahir, (d) terlambat
28
tingkat kemasakannya, (e) cacat mental disebabkan pembawaan dari keturunan
atau penyakit, dan (f) tidak dapat disembuhkan. Menurut Mumpuniarti (2007: 5)
indonesia disebut istilah bodoh, tolol, dungu, tuna mental atau keterbelakangan
mental, sejak dikelurkan PP Pendidikan Luar Biasa No. 72 tahun 1991 kemudian
29
mengurus diri sendiri. Ada yang masih mampu dilatih mengurus diri sendiri,
adalah:
4) Micdocephal karena kekurangan gizi dan faktor radiasi, karena penyakit pada
masyarakat:
30
3) Tunagrahita Semu (debil) Yaitu anak yang menunjukkan penempilan sebagai
normal.
( Friable ) ( Moderate )
Perlu Rawat Berat / Sangat Berat Idiot
Sumber : sudut pandang disiplin ilmu (Mumpuniarti, 2007: 14)
1) Anak tunagrahita (mampu didik) IQ 50/55 -70/75 (debil), yaitu dapat dididik
lingkungan terdekat.
31
Moh. Amin (2005: 3) mengemukakan bahwa karakteristik anak tunagrahita
32
5) Anak tunagrahita ringan dapat melakukan pekerjaan yang semi trampil,
bahasa terbatas, masih mempunyai potensi untuk dilatih menahan diri dan
sederhana.
33
Pengetahuan tentang penyebab retardasi mental/tunagrahita dapat digunakan
1) Genetik
b) Abnormal kromosomal.
b) Faktor rhesus.
3) Penyebab Natal :
b) Sesak nafas.
c) Prematuritas.
a) infeksi.
b) Enceoholitis.
34
a. Belajar mengetahui konsep yang berhubungan dengan diri juga
dengan lingkungan.
b. Belajar memecahkan masalah yang sederhana.
c. Belajar mengambil keputusan.
d. Belajar mencari informasi.
e. Mencoba berpikir secara sistematik.
2) Aspek psikomotor (Keterampilan)
a. Keseimbangan yang baik.
b. Koordinasi yang baik.
c. Postur tubuh yang baik.
d. Melakukan aktifitas gerak yang baik:
- Berlari
- Melompat
- Meloncat
- Berjalan berkolok-kelok
e. Tangkas/lincah (Dexterity).
f. Stamina/ketahanan yang baik.
g. Gerak reflek yang baik.
3) Aspek afektif (Sikap)
a. Mempunyai sikap dan kepribadian yang baik.
b. Mempunyai motivasi yang baik.
c. Mempunyai keterbukaan/kejujuran.
d. Percaya diri.
e. Mempunyai sifat menghargai
digolongkan kedalam 3 (tiga) aspek yakni aspek kognitif, aspek psikomotor serta
aspek afektif. Contoh keaktifan anak dalam aspek kognitif saat pembelajaran
Aspek psikomotor misalnya adalah anak mau bergerak sesuai intruksi dari
guru, melaksanakan tahapan gerakan olahraga dengan baik, dan lainnya. Aspek
memiliki sikap pantang menyerah, memiliki motivasi diri yang baik, mau
35
menghormati antar sesama dalam melakukan pembelajaran penjas serta lain
sebagainya.
dengan kepala sekolah, wali kelas, orang tuapeserta didik dan salah satu siswa
Hasil tersebut didapat dari jumlah rata-rata dalam tigakali pengamatan yaitu
pendidikan jasmani. Keaktifan dipengaruhi oleh faktor intern dan ekstern anak
tunagrahita.
36
2. Muhammad Imam Majid (2012) yang berjudul “Survei Keaktifan Anak
sebesar 51,34%
C. Kerangka Berpikir
terhadap kebutuhan bagi anak tunagrahita dengan kemampuan yang dimiliki agar
37
mempunyai keaktifan pada saat kegiatan belajar mengajar dilangsungkan,
mudah lelah, kosenterasi kurang dan perhatian mudah teralihkan ke benda lain
38
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
dari lapangan secara langsung dari sumbernya, yang menjadi objek penelitian ini
hasil dari data primer. Selain itu penulis juga menggunakan penelitian
dimana data yang diperoleh dari dokumen-dokumen yang beisi data yang telah
yang bisa disebut juga dengan penelitian naturalistik karena penelitian dilakukan
pada kondisi yang sebenarnya terjadi pada lapangan atau alamiah (Sugiyono,
subyek penelitian. Maka dalam penelitian ini penulis menekankan pada makna.
C. Pendekatan Penelitian
39
Hasil akhir penelitian studi kasus adalah suatu naratif deskriptif yang bersifat
N 2 Yogyakarta.
D. Lokasi Penelitian
untuk penelitian. Dalam menyusun skripsi ini penulis melakukan penelitian yang
Obyek penelitian ini adalah keaktifan anak tunagrahita ringan jenjang SMP
F. Sumber data
Data adalah seluruh informasi yang didapatkan oleh penulis dan berkaitan
dengan semua hal tentang penelitian yang dilakukan. Dalam penelitian ini, penulis
mengambil dua jenis data, yaitu: (Idrus, 2009). Untuk menghasilkan suatu hasil
penelitian yang obyektif, dibutuhkan data yang valid dan representatif. Maka
1. Data primer
40
Data primer didapatkan melalui wawancara kepada Kepala Sekolah, Guru
2. Data sekunder
Data sekunder didapat dari berbagai literatur yang ada yang mana berupa
dokumen, buku, jurnal, website, dll. yang sesuai dengan masalah yang diangkat
oleh penulis.
akan dibutuhkan dalam penelitian. Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data
H. Instrumen penelitian
melakukan penelitian untuk mengumpulkan data agar dapat dipercaya dan dapat
1. Wawancara
41
Kisi – kisi pedoman wawancara :
Partisipan : ________________________
Pewawancara : ________________________
Tanggal : ________________________
Waktu : ________________________
Tempat :________________________
Pendahuluan:
Assalammualaikum, perkenalkan nama saya Mustika Al Fatikhah. Saya
mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta. Begini, saya sedang
melakukan penelitian tentang survey keaktifan anak tunagrahita ringan
khususnya jenjang SMP dalam pembelajaran renang. Saya tertarik untuk
meneliti tentang bagaimana keaktifan mereka dalam pembelajaran renang
tersebut.
Jika ibu bersedia untuk saya wawancarai, saya akan bertanya dan
merekam jawaban ibu, kira-kira saya akan bertanya kepada ibu sekitar 10
– 15 menit.
1. Pertanyaan 1?
Pertanyaanlanjutan:Sejauh mana partisipasi peserta didik SMP
tunagrahita ringan dalam mengikuti pembelajaran renang di SLB
N 2 Yogyakarta ini ?
2. Pertanyaan 2 ?
Pertanyaanlanjutan:Bagaimana cara sekolah mengembangkan
pelaksanaan pembelajaran renang untuk peserta didik SMP
tunagrhaita ringan di SLB N 2 Yogyakarta ?
3. Pertanyaan 3 ?
Pertanyaanlanjutan:........
4. ...............
5. ................
6. ...................
7. ..........................
2. Dokumentasi
42
Kisi – kisi lembar dokumentasi :
Gambar Keterangan
a. Gambar 1 ..........
b. Gambar 2
c. Gambar 3
PERTEMUAN 1
HARI/TANGGAL :
PUKUL :
TEMPAT :
Kelas 9
1.
43
Data yang diperoleh dalam penelitian ini ada dua jenis, data primer dan data
sekunder yang disajikan dalam uraian yang sesuai dengan hasil penelitian,
kemudian disusun secara teratur dalam bentuk skripsi. Data yang disajikan awal
kesimpulan. Dalam analisis data, data yang diperoleh dari hasil penelitian, baik
a) Reduksi data
pada hal-hal yang penting. Dengan begitu akan mempermudah peneliti dalam
b) Penyajian data
Dalam penelitian kualitatif, penyajian data dapat berupa uraian singkat, tabel
dan sejenisnya.
masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang
kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Akan tetapi
apabila kesimpulan awal didukung oleh keseluruhan bukti-bukti yang valid pada
44
DAFTAR PUSTAKA
45
Dimyati dan Mudjiono.(2009). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Rineka
Cipta
Dwiyogo, Wasis D. (2016). Pembelajaran berbasisblended learning (model
rancangan pembelaajaran).Malang : Wineka Media
Ermawan, Susanto. (2010). Pengembangan Tes Keterampilan Renang Anak Usia
Prasekolah. Yogyakarta: Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri
Yogyakarta.
Hamlaik,Oemar. (2011). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Idrus, M. (2009). Metode penelitian Ilmu Sosial. Yogyakarta: PT. Gelora Akasara
Pratama.
Majid, Muhammad Imam. (2012). Survei Keaktifan Anak Tunagrahita Dalam
Mengikuti Pembelajaran Pendidikan Jasmani Di SDLB Jepara Tahun
2012.SKRIPSI. FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
Moch. Uzer Usman. (2009). Menjadi Guru Profesional.Bandung : Remaja
Rosdakarya.
Moh, Amin. (1995). Ortopedagogik Anak Tunagrahita. Jakarta: Depdikbud Dirjen
Dikti
Muhajir.(2004). Pendidikan Jasmani Teori dan Praktik 1. Jakarta:Erlangga
Munawar,Muhdar& Ate Suwandi. (2013). Mengenal & Memahami Orientasi
Mobilitas. Bandung: Luxima
Mumpuniarti.(2000). Penanganan Anak Tunagrahita (Kajian dari segi
pendidikan Sosial Psikologi dan Tindak Lanjut Usia
Dewasa).Yogyakarta: UNY.
Mumpuniarti.(2007). Pembelajaran Akademik Bagi Tunagrahita. Yogyakarta:
FIP UNY.
Murni, Muhammad. (2000).Renang. Jakarta: DEPDIKBUD
Noviandi, Rizka Bagus. (2018). Keaktifan Anak Tunarungu Dalam Mengikuti
Pembelajaran Penjasorkes Di Slb Negeri Djojonegoro Temanggung.
Prosiding FPIPSKR Universitas PGRI Semarang.
Permendikbud Nomor 21Tahun 2016 tentang Standar IsiPendidikan Dasar Dan
Menengah
Purwanto, Heri. (2010). Pengantar Perilaku Manusia Untuk
Keperawatan.Jakarta: Buku Kedokteran EGC
46
Rahardja, R. (2006). Pendidikan Luar Biasa Dalam Encyclopedia of
Disability.Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung.
Saleh, Aulia Akbar Ar Rosidy. (2016). Penerapan Metode Bermain Untuk
Meningkatkan Keaktifan Siswa Dalam Mengikuti Pembelajaran Tolak
Peluru Di SMP.Prosiding Seminar Nasional Peran Pendidikan Jasmani
Dalam Menyangga Interdisipliner Ilmu Keolahragaan.
Samsudin. (2008).Dalam Pembelajaran Pendidikan Jasmani Dan Kesehatan.
Subagiyo DKK. (2008). Perencanaan Pembelajaran Pendidikan Jasmani dan
Kesehatan. Materi Pokok, Universitas Terbuka
Sudjana, Nana. (2004). Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar
Baru Algensido Offset.
Sugiyanto.(2008). Model-model Pembelajaran Kooperatif. Surakarta: Depdikbud
Sugiyono. (2009).Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatifdan R&D. Bandung :
Alfabeta
Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Kunatitatif Kualitatif dan R&D. Bandung
Alfabeta
Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.
Bandung:PT Alfabet.
Suherman, Adang. 2009. Revitalisasi Pengajaran Dalam Pendidikan Jasmani.
Bandung: UPI
Suparno. 2007. Filsafat Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta
Suranto &Soedarini.(2002). Kemampuan Merawat Diri.Jakarta: Depdiknas
Sumarsono, HM. Sonny.(2004).Metode Riset Sumber Daya Manusia. Jember:
Graha Ilmu.
Tarigan, Beltasar. (2000). Penjas Adaptif. Jakarta: Depdikbud. Direktorat Jendral
Pendidikan Dasar dan Menengah Bagian Proyek Penataran Guru SLTP
Setara D-III.
Wawan S, Suherman. (2001). Pengembangan Kurikulum Pendidikan
Jasmani.Yogyakarta. FIK UNY.
Yamin, Martinis. (2007). Profesionalisasi Guru & Implementasi KTSP. Jakarta:
Gaung Persada Press.
47