Anda di halaman 1dari 9

Modul 1- Psikologi PAUD

Pra - Membaca
Anak Usia Dini
Imam Setiawan, ST, M.Pd
Dosen Praktisi
Universitas Mercubuana
DOSEN PRAKTISI

1
MODUL 1

MEMBACA ANAK USIA DINI


Kemempuan membaca pada anak merupakan kemampuan yang dikembangkan
dalam bahasa. Adapun tujuan pengembangan bahasa untuk anak usia dini
menurut Marjoi J. Kostelnik, Anne K. Sodarman (2007; 307) adalah agar anak
mampu mengkomunikasikan ide dan perasaan serta mampu menginterpretasi
komunikasi yang diterimanya. Jadi kemampiuan membaca permulaan yang
dikembangkan pada anak usia dini bertujuan untuk membantu anak
mengkomunikasikan ide dan perasaannya pada orang lain, dan melakukan
interpretasi dari komunikasi yang sudah terjalin. Dengan demikian,
pengembangan bahasa untuk anak adalah suatu upaya untuk memotivasi anak
agar mampu dan sadar bahwa berkomunikasi dengan orang lain dapat dilakukan
dengan berbagai cara termasuk dengan kegiatan membaca.
Lalu bagaimana bentuk membaca untuk anak usia dini?
Menurut (dhieni, 2008:5.5) membaca merupakan interprestasi yang bermakna
dari simbol verbal yang tertulis/tercetak. Kegiatan membaca berkaitan erat
dengan pengenalan huruf, bunyi dan rangkaian huruf maka atau maksud dan
pemehaman terhadap makna.
Menurut Nurhadi (2016:2) membaca adalah proses pengolahan bacaan secara
kritis-kreatif yang dilakukan pembaca untuk memperoleh pemahaman
menyeluruh tentang bacaan itu, yang diikuti oleh penilaian terhadap keadaan,
nilai, fungsi, dan dampak bacaan itu.
Membaca permulaan adalah proses dimana anak-anak mengidentifikasi simbol
bunyi bahasa, urutan huruf, dan maknanya, bahwa belajar membaca dimulai
dengan mengenalkan huruf, suku kata, dan kalimat.
Kemampuan membaca pada anak usia dini memiliki tahapan tahapan tertentu.
Hal ini cukup penting untuk diketahui, karena di usia awal 0 s.d 6 tahun
seringkali diistilahkan usia emas atau golden age. Masa golden age pada anak
adalah fase terbaik di mana pertumbuhan fisik & memorinya teng ah
berkembang pesat. Bila dalam fase golden age ini dapat terkawal dengan baik,
kemampuan membaca seorang anak akan terbangun optimal, dan ini akan
sangat mendukung proses belajar anak tersebut. Pada fase ini anak akan
memahami aturan bahasa lebih baik, kosa kata yang bertambah, di samping itu
anak juga dapat menggunakan bahasa bukan hanya untuk berkomunikasi
tentang dirinya sendiri tetapi juga untuk mendengarkan perasaan dan
pandangan orang lain.
Dengan demikian, anak usia dini sesungguhnya sudah dapat dir angsang untuk
mengembangkan kemampuan dasar membaca.

2
ENAM FAKTOR KESIAPAN ANAK MEMBACA
Mary Mayesky (1990; 268) mengatakan bahwa ada enam faktor kesiapan anak
dalam membaca :
1. Kesiapan Fisik
Untuk dapat mrmbaca anak harus dalam keadaan sehat, untuk trtap dalam
kondisi sehat nak membutuhkan gizi dan istirahat yang cukup. Selain itu,
anak tidak mengalami kendala dalam pendengaran, penglihatan, atau
masalah fisik lain yang mempengaruhi perhatian anak untuk memulai proses
membaca.

2. Kesiapan Perseptual
Kesiapan ini terkait dengan hubungan bahasa tulisan dan bahasa ujaran.
Anak perlu pengalaman untuk membedakan antara huruf dan suara, karena
ada kemungkinan anak memiliki masalah dalam membedakan dan
mencocokkan suara dan kata-kata. Untuk itu anak membutuhkan praktek
dalam memfokuskan perhatiannya, melihat dengan seksama, dan
mengembangkan kemampuan mengamati.

3. Kesiapan Kognitif
Untuk membaca, anak membutuhkan proses kognitif dan intelektua, seperti
pemecahan masalah dan akapasitas intelektual untuk memberi alasan IQ
tinggi tidak menjamin anak dapat cepat membaca namun yang lebih penting
adalah jenis petunjuk dari stimulator yang diberikan pada anak sesuai
dengan usianya yang mempengaruhi kesiapan membaca anak.

4. Kesiapan Linguistik
Di awal kehidupannya. Anak biasanya mengembangkan keahlian dalam
bahasa oral, kemampuan ini penting untuk dikembangkan karena merupakan
dasar pemahaman anak terhadap cetakan kata-kata. Anak yang memiliki
pengaruh bahasa rendah biasanya tidak memiliki kesempatan bicara dan
mendengarkan sepeti ank-anak lainnya. Untuk itu sebelum membaca, anak
membutuhkan kesempatan untuk mengembangkan kemampuan bahasa yaitu
berbicara dan mendengarkan lebih banyak.

5. Kesiapan Afektif
Tidak hanya perkembangan fisik dan kognitif yang disiapkan, anak juga perlu
dipersiapkan perkembangan afektif dalam persiapan membaca. Anak
mungkin memiliki kemampuan secara linguistik, siap secara intelektual,
mampu secara fisik, namun masih kesulitan dalam menghadapi tugas
membaca. Kesulitan tersebut terkait dengan bagaimana perasaan anak
terhadap dirinya sendiri, dan terhadap sekolah terkait dengan kemampuan
membaca.

6. Kesiapan Lingkungan/Eksperiental
Anak membutuhkan pengalaman menghubungkan konsep yang dimiliki dan
lingkungannya. Beberapa anak memperoleh pengalaman lingkungannya
secara langsung, misalnya ke kebun binatang, berjalan mengamati sekeliling

3
rumah, dan sebagainya. Anak dengan kondisi demikian sudah siap dan
memiliki konsep yang jelas yang didapat dari pengalamannya.

TAHAPAN MEMBACA
Jeanne Chall, seorang ahli teori pendidikan, dalam bukunya Stages of Reading
Development, mengungkapkan tahapan membaca :
1. Tahap 0: Pre Reading (Pra Membaca) – Usia 6 bulan – 6 tahun
Pre Reading (Pra Membaca) disebut juga tahap pattern recognition
(memahami pola), adalah tahapan yang ditandai dengan anak berpura-pura
membaca. Anak dapat mulai menunjukkan perkembangan ini sejak mulai
usia 6 bulan hingga 6 tahun. Untuk stimulasi kemampuan pra membaca,
orang tua bisa mulai membacakan buku, bahkan sejak anak belum
memahaminya.
2. Tahap 1: Decoding Stage (Tahap Decoding) – Usia 6 – 7 tahun
Decoding Stage (Tahap Decoding) adalah tahapan membaca sesungguhnya
yang terjadi antara usia 6-7 tahun. Pada tahap ini anak menemukan bahwa
huruf dan bunyinya (fonologi) mempunyai hubungan, misalnya huruf i -b-u
dibaca “ibu” dan merujuk pada sosok ibu atau orang tua perempuannya.
Anak juga mulai bisa membaca teks singkat yang mengandung kata-kata
sederhana. Pada akhir tahap ini, anak biasanya sudah dapat memahami
4.000 kata yang didengarnya dan 600 kata yang dibacanya.
3. Tahap 2: Confirmation & Fluency (Menghubungkan dan Kefasihan) – Usia
7 – 8 tahun
Pada umumnya pada tahap ini dicapai sewaktu anak berusia 7 -8 tahun.
Ketika anak mulai cukup lancar membaca, anak menjadi penasaran pada
bacaannya dan ingin membaca lebih banyak lagi. Pada tahap ini anak belajar
menghubungkan teks bacaan dengan pengucapan, bahkan dari teks ke
pemikiran baru. Kemampuan decoding-nya telah berkembang dan
kecepatannya dalam membaca-pun meningkat. Ketepatannya dalam
membaca juga ikut meningkat dan semakin lancar. Pada tahap ini anak
sudah mampu memberi atensi pada arti dan teks bacaan. Di akhir tahap ini
biasanya anak sudah mampu memahami 9.000 kata yang didengarnya dan
3.000 kata yang dibacanya.
4. Tahap 3: Reading for Learning The New (Membaca untuk Belajar) – Usia 9
– 14 tahun
Ini adalah tahapan yang terjadi antara usia 9-14 tahun. Pada tahap ini
motivasi untuk membaca berubah dari “learning to read” (belajar membaca)
menuju “reading to learn” (membaca untuk belajar). Pada umumnya anak
sudah mampu menguasai informasi dari materi tertulis yang dapat dit elaah
dalam buku pelajarannya. Pada tahap ini, bagi anak membaca teks adalah
untuk memperoleh informasi sehingga perbendaharaan kata mereka
berkembang pesat. Untuk mengembangkan kemampuan di tahap ini, orang
tua bisa meminta anak membuat ringkasan buku yang dibacanya.

4
5. Tahap 4. Multiple View (Sudut Pandang Jamak) – Usia 15 – 17 tahun
Kemampuan ini muncul pada usia 15-17 tahun. Karakteristik tahapan ini
adalah kemampuan untuk membandingkan dua atau lebih sudut pandang
berdasarkan perbandingan artikel yang dibaca. Untuk mengembangkan
kemampuan ini, orang tua dan guru perlu memberikan latihan berpikir
komparatif , diskusi dan analisa.
6. Tahap 5. Reading for Building and Testing Personal Theory – Usia 18
tahun ke-atas
Tahapan akhir ini umumnya dicapai pada usia 18 tahun dan seterusnya.
Kemampuan membaca pada tahap ini dimanifestasikan melalui berbagai
tulisan hasil penelitian. Pada tahap ini anak mulai memasuki usia dewasa.
Mereka membaca dengan tujuan membuat formula dan atau menetapkan
posisi pendapatnya mengenai suatu fenomena, serta melakukan konsolidasi
atas apa yang telah dibacanya sambil membaca, sekaligus melakukan
konstruksi teori pribadi.

ASPEK MEMBACA
Aspek membaca pada anak usia dini terbgi atas 3 bagian :
1. Pengembangan aspek sosial anak, yaitu kemampuan kerjasama, kestabilan
emosi, tanggung jawab, kepercayaan diri, dan pengendalian diri.
2. Pengembangan fisik, yaitu kemampuan motorik, koordinasi gerak m ata, dan
tangan.
3. Perkembangan kognitif, yaitu kemampuan membedakan bunyi, huruf, dan
menghubungkan kata dengan maknanya.

6 KETRAMPILAN MEMBACA
Dr. Nell Duke, profesor pendidikan usia dini di University of Michigan, AS
mengatakan bahwa proses literasi atau keaksaraan anak usia dini dimulai sejak
mereka masih bayi. Seiring bertambahnya usia, anak-anak mengembangkan
kemampuan dasar yang mengarah pada membaca di kemudian hari. Hal
tersebut disebut dengan keterampilan pra-membaca.
Nah, ada enam keterampilan pra membaca yang dibutuhkan setiap anak dan
bagaimana cara mengembangkannya?
1. Print Motivation
Sebelum bisa membaca, artinya anak-anak harus tertarik pada buku dulu, dong.
Nah, motivasi anak terhadap buku ini termasuk ke dalam keterampilan pra
membaca. Orang tua atau pengasuh utama anak memegang peranan penting
dalam mengembangkan keterampilan ini. Jadi, bukan tiba-tiba menyerahkan
anak pada guru untuk diajarkan membaca ya, Ma, Pa. Orang tua harus rajin

5
membaca untuk anak mereka. Orang tua juga harus menjadi contoh untuk anak-
anaknya.

Yang bisa dilakukan orang tua:


• Tunjukkan kebiasaan membaca di depan anak.
• Bacakan anak buku setiap hari dengan nyaring.
• Sediakan buku di dekat anak sehingga ia bisa memilihnya sendiri walau hanya
untuk dilihat-lihat.
• Pilih buku yang tepat sesuai usia anak.

2. Narrative Skill
Keterampilan naratif adalah kemampuan menggambarkan sesuatu dan
menceritakan kembali sebuah peristiwa atau buku yang sudah dibaca. Untuk anak
yang masih kecil, kemampuan ini mungkin hanya berupa mengulang beberapa
kata utama yang ditemukan dalam halaman buku.

Yang bisa dilakukan orang tua:


• Perdengarkan cerita pada anak Anda.
• Baca buku bersama, bahkan bila itu buku yang sama berulang kali. Cerita di
buku dapat mengajarkan anak hubungan sebab-akibat.
• Libatkan anak dalam permainan pura-pura atau pretend play.
• Ajukan pertanyaan terbuka saat membaca buku, misalnya “Wah, ini si kelinci
sedang apa, ya?” “Kira-kira mereka mau kemana, ya?”
• Sering bertanya pada anak tentang bagaimana harinya atau bagaimana
perasaannya.
• Bacalah buku yang berbeda bersama-sama. Kemudian, ceritakan buku yang
sudah Anda baca padanya dan berikutnya adalah giliran ia yang menceritakan
buku yang dibacanya.
3. Print Awareness
Adalah kesadaran anak bahwa setiap cetakan apa pun bentuknya (buku, majalah,
koran, brosur, struk belanja) memiliki fungsi. Ia juga memiliki kesadaran bahwa
setiap kata memiliki arti. Print awareness juga mencakup pengetahuan anak
dalam memegang buku (tidak terbalik), mengetahui mana sisi sampul depan dan
belakang serta mengetahui bagaimana cara membalik halaman satu per satu.

Yang bisa dilakukan orang tua:


• Biarkan anak memegang buku dan mengenali cara membalik halaman.
• Berikan kesempatan anak untuk membaca buku sendiri, sekalipun itu hanya
melihat gambar dan membaliknya.
• Baca keras setiap hari, apa pun! (Bisa menu makanan, rambu-
rambu, billboard, baliho, nama resto, papan pengumuman, dan lainnya).
• Tunjukkan tulisan dari kata yang Anda ucapkan sehingga mereka.
4. Vocabulary
Artinya, anak-anak memiliki kosa kata yang semakin kaya sesuai
perkembangannya. Ia mengetahui nama-nama benda, hewan, buah, sayur, dan
lainnya serta bisa menunjukkannya.

6
Yang bisa dilakukan orang tua:
• Ceritakan pada anak apa yang terjadi di sekitar Anda.
• Sebutkan apa nama benda yang sedang Anda pegang pada anak.
• Sering ajak anak mengobrol.
• Gunakan bahasa yang paling nyaman untuk keluarga Anda.
• Baca buku bergambar setiap hari.
• Ajak anak mendeskripsikan hewan/benda/buah. Bantua dia menemukan kata
yang tepat.
5. Phonologycal Awareness
Ini adalah kesadaran mendengarkan di mana anak mengidentifikasi dan bermain
dengan bagian kata. Di usia 3 atau 4 tahun, anak Anda akan mulai menunjukkan
peningkatan keterampilan bermain dengan kata-kata dengan mengubah suara
atau suku kata.

Yang bisa dilakukan orang tua:


• Nyanyikan lagu. Lagu memiliki nada yang berbeda untuk setiap suku kata
dalam sebuah kata, jadi anak-anak dapat mendengar suara yang berbeda
dalam kata-kata.
• Buat plesetan kata dan ajak anak menyebutkan kata yang benar.
• Tantang anak menyebut benda yang suku kata depannya sama, misalnya bola-
bolu, buku-buka.
6. Letter Knowledge
Adalah pemahaman membedakan satu huruf dan huruf lainnya, termasuk
penyebutannya. Ini mencakup segala sesuatu yang terlibat dalam membantu
seorang anak belajar mengidentifikasi nama dan suara huruf.

Yang bisa dilakukan orang tua:


• Nyanyikan lagu alfabet.
• Membaca buku alfabet.
• Teka-teki menemukan alfabet yang hilang.
• Sebutkan satu alfabet dan tantang anak menyebut satu alfabet setelahnya.
• Tantang anak mencari salah satu alfabet di antara tulisan.
• Ajarkan anak menuliskan namanya.

Terimakasih
Imam Setiawan, ST, M.Pd

7
Kontak Penulis :
Imam Setiawan, ST, M.Pd
HP : 082110723055
IG : @imam_rumahpipit

Anda mungkin juga menyukai