A. Tunagrahita
Tunagrahita adalah mereka yang secata signifikan intelektual nya di bawah rata-rata dengan
kemampuan adaptif (bina diri) yang lemah.
B. Karakteristik Anak Tunagrahita
a. Karakteritik Anak Tunagrahita Ringan (Mampu Didik)
Anak tunagrahita ringan mempunyai karakteristik sebagai berikut:
1) Mempunyai sensor motorik kurang.
2) Kemampuan berfikir abstrak dan logis yang kurang.
3) Anak tunagrahita ringan dalam bidang pekerjaan, dapat mencapai produktifitas
tinggi dengan latihan yang dikerjakan berulang-ulang.
4) Kecerdasan paling tinggi mencapai setaraf usia 12 tahun anak normal.
5) Anak tunagrahita ringan dapat melakukan pekerjaan yang semi trampil, atas
pekerjaan tertentu yang dapat dijadikan bekal bagi hidupnya.
b. Karakteristik Anak Tunagrahita Sedang (Mampu Latih) Moh. Amin (1995: 38)
mengemukakan bahwa:
1.) Karakteristik yang berdasarkan tingkat ketunagrahitaannya sebagai berikut:
a.) Mereka hampir tidak bisa mempelajari pelajaran akademik namun dapat dilatih
untuk melaksanakan pekerjaan rutin atau sehari-hari.
b.) Kemampuan maksimalnya sama dengann anak normal usia 7 – 10 tahun.
c.) Mereka selalu tergantung pada orang lain tetapi masih dapat membedakan bahaya
dan bukan bahaya.
d.) Masih mempunyai potensi untuk memlihara diri dan menyesuaikan diri terhadap
lingkungan.
2.) Karakteristik pada aspek-aspek individu mereka sebagai berikut:
a.) Karakteritik fisik, mereka menampakkan kecacatannya, terlihat jelas seperti tipe
down syndrome dan brain damage, koordinasi motorik kemah sekali dan
penampilannya nampak sebagai anak terbelakang.
b.) Karakteristik prikis, pada umur dewasa mereka baru mencapai kecerdasan setaraf
anak normal umir 7 atau 8 tahun. 17
c.) Karakteristik sosial, pada umumnya mereka sikap sosialnya kurang baik, rasa
etisnya kurang, tidak mempunyai rasa terima kasih, belas kasihan dan rasa
keadilan.
Dengan demikian karakteristik anak tunagrahita sedang adalah hampir tidak dapat
mempelajari pelajaran akademik, kalau belajar membaca, perkembangan bahasa terbatas,
masih mempunyai potensi untuk dilatih menahan diri dan beberapa pekerjaan yang
memerlukan latihan secara mekanis. Kemampuan yang dapat dikembangkan yaitu diberi
sedikit pelajaran menghitung menulis dan membaca yang fungsional untuk kehidupan
sehari-hari, sebagai bekal mengenal lingkunganya, serta latihan-latihan memelihara diri
dan beberapa keterampilan sederhana.
c. Karakteristik anak tunagrahita (Moh. Amin, 1995: 18) pada umumnya:
1.) Kecerdasan
a.) Kapasitas belajarnya sangat terbatas terutama untuk hal-hal yang kongkrit.
b.) Dalam belajar tidak banyak membeo.
c.) Mengalami kesulitan menangkap rangsangan atau lamban.
d.) Memerlukan waktu lama untuk menyelesaikan tugas.
e.) Memiliki kesanggupan yang rendah dalam menginat memerlukan jangka waktu
yang lama.
2.) Sosial
a.) Dalam pergaulan mereka tidak dapat, mengurus memelihara dan memimpin diri.
b.) Waktu masih kanak-kanak setiap aktivitasnya harus selalu dibantu.
c.) Mereka bermain dengan teman yang lebih muda usianya.
d.) Setelah dewasa kepentingan ekonominya sangat tergantung ada bantuan orang
lain.
e.) Mudah terjerumus ke dalam tingkat terlarang (mencuri, merusak, pelanggaran
seksual)
3.) Fungsi mental lainnya
a.) Mengalami kesulitan dalam memusatkan perhatiannya.
b.) Mudah lupa.
4.) Kepribadian
a.) Tidak percaya terhadap kemampuannya sendiri.
b.) Tidak mampu mengontrol dan menyerahkan diri.
c.) Selalu tergantung pada pihak luar.
d.) Terlalu percaya diri.
Hebert mengklasifikasikan menggunakan skala sistem penilaian WISC (Paye dan Patton,
1981:49) sebagai berikut,
Mild (Ringan) : IQ 55-70
Moderate (sedang) : IQ 40-55
Severe-Profound (Berat-sangat berat) : di bawah 40
Dari kedua klasifikasi tersebut memiliki perbedaan, yaitu Grosman memisahkan kategori Severe
dan Profound, sedangkan Hebert menyatukan Severe dan Profound.
Kretin
Dalam bahasa Indonesia disebut cebol. Ciri-cirinya badan gemuk dan pendek, kaki dan tangan
pendek dan bengkok, badan dingin, lidah dan bibir tebal, dsb.
Hydrocephal
Anak tunagrahita dalam golongan ini memiliki ciri-ciri kepala besar, raut muka kecil,
tengkoraknya ada yang membesar ada yang tidak, pandangan dan pendengaran tidak sempurna,
dsb.
2. Faktor Natal
Faktor natal adalah faktor yang terjadi saat proses melahirkan. Biasanya, fak tor
pada masa ini berupa luka-luka saat melahirkan, sesak napas pada bayi (asphyxia),
dan prematuritas.
Selain hal di atas, kesulitan saat melahirkan, lamanya proses melahirkan,
penggunaan alat kedokteran, dan lahir sungsang juga menjadi penyebab kerusakan
pada otak dan menyebabkan disabilitas intelektual seorang anak.
Kekurangan oksigen pada bayi saat baru lahir (anoxia) juga dipercaya menjadi
salah satu penyebab anak disabilitas intelektual. Prematuritas juga dipercayai menjadi
penyebab anak disabilitas intelektual. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih
banyak anak yang lahir prematur menjadi anak yang epilepsy, serebral palsi, dan
disabilitas intelektual daripada anak yang lahir tidak premature. Akan tetapi,
penelitian lainnya menunjukkan bahwa anak yang lahir premature sebagian besarnya
tumbuh dan berkembang seperti anak yang lahir tidak premature.
Selain itu disebabkan oleh penggunaan alat medis pada saat membantu dalam
proses kelahiran serta apabila bayi tersebut terlahir dengan sungsang.
3. Faktor Postnatal
Faktor postnatal adalah faktor yang terjadi pada masa setelah kelahiran atau
pada masa perkembangan awal anak. Infeksi dan problem nutrisi kerap menjadi
penyebab disabilitas intelektual pada masa ini.
a. Enchepalitis (peradangan pada sistem saraf pusat)
b. Meningitis (peradangan pada selaput otak)
c. Kecelakaan yang menybabkan gangguan pada bayi
d. Malnutrisi kronik yang terjadi pada masa anak-anak
e. Perkembangan awal juga dipercaya menjadi penyebab disabilitas
intelektual.
4. Faktor Biokimia
Faktor biokimia adalah faktor ilmiah yang berkaitan dengan biokimia dan
kromosom pada anak disabilitas intelektual.
a. Kerusakan Biokimia
Folling (1937) menemukan penyakit bernama Phenylketonuria yang
dinyatakan sebagai penyakit yang dapat menyebabkan disabilitas
intelektual. Phenylketonuria adalah penyakit di mana dalam urine manusia
terkandung senyawa kimia bergugus keton. Pada kondisi normal tubuh,
seharusnya senyawa ini tidak boleh ada pada urin, sehingga jika senyawa
ini ada maka dipercaya menyebabkan disabilitas intelektual.
Kelainan metabolisme lainnya yang menyebabkan disabilitas
intelektual adalah galaktosemia. Galaktosemia dikenal umum sebagai
penyakit kuning. Keadaan ini diturunkan melalui pewaris resesif. Anak
yang menderita penyakit ini saat dilahirkan dalam menunjukkan adanya
hambatan dalam perkembangan awalnya sangat mungkin tumbuh menjadi
anak disabilitas intelektual. Kedua kondisi di atas sebenarnya dapat
ditangani jika terdeteksi lebih dini.
b. Abnormalitas Kromosonal
Perkembangan dari studi kultur jaringan dan identifikasi kromosom
abnormal telah memberikan jalan bagi penemuan di bidang genetik bagi
anak disabilitas intelektual. Abnormalitas kromosom yang paling umum
ditemukan adalah Down Syndrome atau Syndrom Mongoloid.
Ciri utama sindrom ini adalah kenampakan fisik anak yang mirip
dengan suku Mongol. Pada kondisi ini, anak memiliki 47 kromosom
karena pasangan kromosom ke-21 terdiri dari 3 kromosom atau triplet
yang biasa disebut trisomi.
Bentuk lain dari abnormalitas kromosom pada anak Down Syndrome
Adalah translokasi kromosom. Di mana anak memiliki 46 kromosom
tetapi satu pasang kromosom mengalami kerusakan dan bagian yang rusak
tersebut bergabung dengan kromosom lainnya.
5. Faktor Sosiokultural
Pada faktor ini dipercayai bahwa lingkungan dan sosiokultural berpengaruh
pada perkembangan anak. Pada kondisi lingkungan dan sosiokultural yang tidak
mendukung, anak dengan taraf intelejensi rata-rata atau di atas rata-rata dapat
tumbuh menjadi anak disabilitas intelektual.
Adaptive skill:
SUMBER:
http://rianande.blogspot.co.id/2013/11/anak-berkebutuhan-khusus-tunagrahita_24.html
http://fatinahmunir.blogspot.co.id/2012/10/faktor-faktor-penyebab-gangguan.html
http://eprints.uny.ac.id/9906/2/bab%202%20-%2008103247020.pdf
http://rafif03-pendidikaninklusif.blogspot.co.id/2011/05/perilaku-adaptif-anak-
tunagrahita.html