Anda di halaman 1dari 13

RANGKUMAN MODUL 6

PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK

MKDK4002

Tutor Pembimbing

RENDY WAHYU SATRIYO PUTRA

KELOMPOK 6
1. AHMAD EFENDI (858832828)
2. AS’AD WICAKSONO (858839125)
3. AVIN ROHMATI (858840223)
4. BELLA MEI GITA LUCYANA (858833916)
5. DIAN ARTIKA VALENTINA (858841748)

UNIVERSITAS TERBUKA
UPBJJ MALANG POKJAR JOYOBOYO KEDIRI
2022

0 0
Kegiatan Belajar 1

APLIKASI TEORI PERKEMBANGAN DALAM PENDIDIKAN

A. APLIKASI TEORI KOGNITIF DALAM BELAJAR

1. Teori Perkembangan Kognitif Piaget

Piaget memandang bawa anak memainkan peran aktif dalam menyusun


pengetahuannya mengenai realitas kehidupan di sekeliling mereka. Selain itu Piaget juga
berpendapat bahwa kognitif merupakan kegiatan anak – anak melakukan adaptasi dengan
cara menginterpretasikan objek yang mereka amati dan terjadi di sekeliling mereka.
Contohnya ketika anak sedang mengamati ciri – ciri dan fungsi mainan, benda – benda
yang ada di dalam rumah, dan objek luar dari rumah. Ini membuktikan bahwa anak tidak
hanya menerima informasi dan rangsangan. Dari pengertian tersebut dapat ditarik
kesimpulan bahwa perkembangan kognitif dapat dimaknai sebagai tingkat kemampuan
seorang individu dalam berpikir yang meliputi proses pemecahan masalah, mengingat,
serta mengambil keputusan.

Menurut Piaget, tahapan kognitif anak dimulai dari tahapan sederhana sampai tahapan
yang paling kompleks. Tahapan kognitif anak meliputi: Pekembangan bahasa ,
Perkembangan intelektual, dan penyerapan bahasa.

Teori kognitif Piaget terbagi melalui tiga proses dan fungsi yang saling berkaitan
digambarkan dalam skema berikut ini

Organisasi

Ekuilibrasi Adaptasi

Dalam mengaplikasikan teori kognitif piaget pada proses belajar siswa adalah dengan guru
melakukan need analisys terlebih dahulu untuk mengetahui kemampuan peserta didiknya .
Seiring dengan berjalannya waktu dan bertabahnya usia, seorang peserta didik akan
mengerti apa yang deberikan oleh guru. Menurut Piaget (dalam Wadsworth, 1984)

0 0
disebutkan ada empat faktor yang memengaruhi perkembangan kognitif seseorang,
diantaranya : pengalaman, kematangan, tranmisi sosial, dan ekuilibrasi / keseimbangan
internal

Makin bertambah umurnya maka semakin kompleks susunan syarafnya dan semakin
meningkat kemampuannya.

Tahapan Perkembangan Kognitif Piaget

Formal
Konkret 11 tahun -
dewasa
Pra- 7 – 1 tahun
operasional
Sensori
2-7 tahun
motorik
0-2 tahun

2. Implikasi Teori Kognitif Piaget Pada Proses Pembelajaran

Implikasi teori piaget dalam pembelajaran adalah saat kita sebagai pendidik
memperkenalkan informasi yang melibatkan peserta didik daam menggunakan konsep –
konsep, memberikan waktu kepada peserta didik menemukan ide – ide dengan pola berfikir
formal (Trianto, 2011).

Dalam hal ini kita harus menyadari bahwa setiap peserta didik akan tumbuh
sesuai dengan perkembangan kognitifnya akan mendorong guru untuk memilih
materi dan metode ajar yang paling tepat

Berikut adalah aplikasi teori kognitif Piaget yang dapat diterapkan di proses
pembelajaran yang berasal dari beberapa akademis (Gillibrand, 2016)

C. MELIBATKAN PESERTA DIDIK UNTUK LEBIH AKTIF

Proses pembelajaran membutuhkan konstruksi pengetahuan yang aktif.


Sehingga proses pembelajaran harus lebih mengutamakan peran peserta didik untuk

0 0
berinisiatif dan aktif. Ketika peserta didik terlibat, proses pembelajaran akan terjadi
lebih efektif dan peserta didik melihat sesuatu berdasarkan dirinya sendiri.

Guru juga dapat meningkatkan focus peserta didik dengan mengaitkan


pengalaman peserta didik itu sendiri. Suasana yang diciptakan pendidik hendaknya
menantang siswa berpikir kritis (critical thinking) merupakan salah satu
kemampuan yang harus dimiliki peserta didik dalam menyongsong persaingan
global.

1. Mengetahui kemampuan peserta didik


Mengetahui kemampuan peserta didik sebelum mengajar dan memberikan
materi bertujuan untuk mempermudah guru menentukan materi pembelajaran
yang sesuai dengan masing-masing kemampuan peserta didik
2. Menstimulasi peserta didik dengan ide-ide kreatif.
Proses pembelajaran dengan cara mempromosikan pembangunan ide,
konsep, dan skema mental. Peran guru harus dimulai dengan menstimulasi apa
yang dilihat, dirasakan, atau dimanipulasi oleh peserta didik, sehingga masing-
masing peserta didik mampu menginterpretasikan makna.
3. Mengetahui kebutuhan peserta didik
Untuk mengetahui minat, bakat, potensi, tingkat kecerdasan, dan
kecederungan-kecenderungan lainnya dari peserta didik, guru dapat melakukan
tes yang bertujuan untuk mengetahui kebutuhan peserta didik dalam proses
pembelajaran.
4. Kategori Materi
Untuk mampu merumuskan tujuan pembelajaran dengan tepat, guru dapat
merancang silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) pada awal
tahun pembelajaran. Materi yang diajarakan juga dapat dengan mudah
disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif peserta didik.
5. Peran kurikulum
Sekolah dan perguruan tinggi harus secara eksplisit memberikan
pengalaman yang sesuai dengan mendorong perkembangan kognitif dan
keinginan alami peserta didik untuk belajar daripada melihat peran kurikulum
yang diajarkan sebagai hanya organisasi pengetahuan dan ketrampilan apa
yang harus dipelajari.

0 0
6. Memberikan Asesmen yang Tepat Sasaran
Tujuan dari asesmen adalah untuk membantu guru menentukan apakah
peserta didik siap untuk menerima materi yang baru.
7. Meningkatkan Retensi Peserta Didik
Selain asesmen, pemberian latihan yang berulang juga akan membantu
meningkatkan perkembangan kognitif peserta didik

D. TEORI PERKEMBANGAN SOSIOKULTURAL VYGOTSKY

Jika Piaget menyimpulkan bahwa perkembangan kognitif anak terbagi dalam


4 tahap, maka menurut Vygotsky, perkembangan kognitif anak dapat
dipengaruhi oleh proses biologis dan psikologis. Artinya ketika seorang anak
tumbuh besar, maka anak itu akan berinteraksidengan lingkungan sosial
budaya di sekitarnya. Teori Vygotsky ini menekankan perkembangan
koginitif yang dipengaruhi oleh interaksi sosial. (Salkind, 2004)

Vygotsky menambahkan dalam teori dari Piaget bahwa seorang anak tidak
dapat tumbuh berkembang hanya sendirian, tetapi harus juga mendapat
dukungan dari lingkungan sekitarnya, yaitu selain keluarga juga ada dari
lingkungan anak tersebut tumbuh berkembang. Bagi Vygotsky ini disebut
dengan Zona Perkembangan Proksimal.

Zona Perkembangan Proksimal  Merupakan suatu konsep dari Vygotsy


dimana membagi kemampuan anak menjadi 2 jenis perkembangan, yaitu
perkembangan Aktual dan Potensial.

Kemampuan Aktual : Kemampuan anak dalam memecahkan suatu


permasalahan secara mandiri dengan kemampuannya sendiri. Sedangkan
Kemampuan Potensial: kemampuan anak dalam menyelesaikan permasalahan
yang dihadapinya dengan dibimbing oleh Orang dewasa atau hasil kerja sama
dengan teman sebayanya.

Dan jarak antara kemampuan aktual dan kemampuan potensial ini lah yang
disebut Zona Prekembangan Proksimal. Dengan kata lain, ini merupakan
fungsi atau kemampuan awal anak yang belum maksimal atau menuju

0 0
maksimal. Kemampuan anak akan lebih terasa maksimal apabila dipicu
adanya interaksi dan kolaborasi dengan orang dewasa atau teman sebaya yang
lebih kompeten dalam bidangnya. Dengan Zona Perkembangan Proksimal ini
kemampuan kognitif anak akan terpicu dengan adanya interaksi sosial dari
lingkungan sekitar.

Guru memegang peran penting dalam menerapkan Zona Perkembangan


Proksimal, yaitu Guru harus bisa menciptakan situasi yang mendukung, mulai
dari memilih bahan sampai media ajar yang tepat dan relevan. Contohnya
Guru bisa memberikan pembelajaran yang menarik, seperti mengajak siswa
berdiskusi, hints dalam permainan, melontarkan pertanyaan HOTS atau
kegiatan lainnya yang bisa memicu kemampuan potensi dari siswa. Setelah
siswa dirasa cukup mampu menyelesaikan tantangan atau memecahkan
permasalahan yang diberikan, guru dapat meningkatkan pemberian tugas ke
level yang lebih tinggi dan menantang, seperti memberikan soal yang
membutuhkan pemecahan masalah pada awal pembelajaran.

E. IMPLIKASI TEORI KOGINITIF VYGOTSKY PADA PROSES


PEMBELAJARAN

Dalam teorinya, Vygotsky menekankan pada pengembangan intelektual


dengan menjadikan siswa sebagai pusat pembelajaran dan guru hanya
menjadi pemandu. Guru tidak memimpin anak untuk menemukan makna
mereka tetapi hanya sekedar memandu anak.

Secara khusus, dijelaskan bahwa dalam proses pembelajaran, harus


melibatkan teman sebaya atau guru. Hal ini bertujuan agar anak merasa
terpacu semangatnya dalam belajar saat bersama teman sebaya dan guru
memberikan stimulus yang tepat dan relevan dalam pembelajaran tersebut.

Adapun implikasi Teori dari Vygotsky dalam Proses Pembelajaran adalah


sebagai berikut:

0 0
1. Guru harus memperhatikan perkembangan siswa. Dengan menggunakan
bahasa lintas kurikulum dan fase pendidikan, maka dapat mengembangkan
fungsi mental yang lebih tinggi.
2. Siswa harus didorong untuk bicara dengan keras dalam proses pemecahan
masalah. Hal ini berdampak pada kemampuan siswa dalam
mengembangkan kognitif mereka sesuai kecepatannya sendiri dengan
bantuan lingkungan sekitar
3. Guru menentukan jenis ketrampilan apa, dukungan apa, kapan dukungan
diberikan dan berapa banyak dukungan yang diberikan. Hal ini sesuai
dengan kurikulum 2013 dimana guru menjadi fasilitator pembelajaran.
4. Mengemas pembelajaran sesuai dengan perkembangan siswa. Di sini, guru
dituntut dapat menguraikan tugas dan menyesuaikan metode presentasi
5. Guru membuat tugas kolaboratif. Ini untuk mendorong pembelajaran yang
kooperatif dengan adanya interaksi antar siswa.

Contoh pengaplikasian Teori Vygotsky:

Guru dapat menggunakan kegiatan “saling belajar antar siswa” dengan Guru
menjadi fasilitatornya. Siswa akan saling berpartisipasi dan saling membantu-
dibantu, sehingga dapat membantu siswa dalam mengonstruksi pengetahuan.
Dalam kegiatan ini, peran guru adalah pertama membagi siswa dalam kelompok
yang sama dan adil, kemudian guru menjelaskan tentang aturan dalam kegiatan
ini. Saat kegiatan sudah berlangsung, guru hanya memonitor dan menunjukan
apakah pemikiran siswa telah berjalan atau tidak. Dan pada saat kegiatan selesai,
guru akan mengevalusi pembelajaran.

Dalam pengaplikasiannya, guru tidak menuntut siswa untuk selalu percaya


dengan yang guru sampaikan, tetapi siswa diberi keleluasaan dalam mencari
pemecahan masalah sesuai dengan kemampuan siswa sendiri.

0 0
F. PENGEMBANGAN KURIKULUM DAN PEMBELAJARAN YANG
SESUAI DENGAN PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK.

Kurikulum adalah suatu satu acuan yang diajarkan disekolah. Kurikulum


biasanya belum memuat daftar rinci tujuan pembelajaran.

Di Indonesia,kurikulum 2013 sudah diaplikasikan,direvisi, dan diterapkan


dalam proses pembelajaran di setiap level sekolah. Kurikulum 2013 bertujuan untuk
mempersiapkan siswa agar memiliki kemampuan sebagai warga yang produktif,
kreatif, dan inifatif, dan mampu berkontribusi pada kemajuan kehidupan bangsa
dan Negara di mata dunia (Permendikbud Nomor 66 Tahun 2013)

Kurikulum 2013 yang telah diaplikasikan dalam proses pembelajaran


menggunakan indicator yang berbasis pendekatan ilmiah dan penilaian otentik.

Nasution (1987) menjelaskan proses pengembangan kurikulum dalam


empat tahap yang dimulai dari perumusan tujuan kurikulum, pemilihan bahan
ajar,proses belajar mengajar,dan alat penilaian (assesmen). Pengembangan
kurikulum mempunyai tujuan yang sama untuk menyempurnakan proses
pembelajaran sesuai dengan kemampuan kognitif peserta didik.

Dalam pelaksanaan kurikulum 2013,ada beberapa metode yang dapat


digunakan dalam proses pembelajaran,

1. Bermain, kegiatan ini biasanya tidak terstruktur,melibatkan objek dan


orang.cara anak mencari tahu tentang dunia sejak usia sangat dini.
Contoh: anak bermain peran sebagai guru dan murid
2. Praktik, kegiatan kognitif yang diperlukan untuk membentuk pola piker
dan perilaku.
Contoh: anak mempraktikkan membuat makanan/ membuat maianan
3. Mendengar dan menyaksikan, Vigotsky menyarankan bahwa anak
penting untuk belajar dari orang lain yang lebih terampil dan berwawasan.
Contoh: anak mendengarkan presentasi dokter sebagai narasumber
4. Pemecahan masalah, kegiatan anak untuk memecahkan masalah nyata.
Contoh:anak diberi kasus tanaman mereka yang kering,anak disuruh
mencari apa penyebabnya.

0 0
5. Diskusi, aktifitas yang memerlukan kompetensi kognitif tertentu.
Contoh: anak diberi pertanyaan,kemudian setiap anak diberi kesempatan
menjawab
6. Kolaborasi, mendorong anak untuk bekerjasama agar mereka memiliki
tingkat perkembangan kognitif yang hamper sama.
Contoh: anak dikelompokkan kemudian diberi tugas
7. Penelitian dan penyelidikan, memiliki kesamaan dengan metode bermain,
karena peserta didik diarahkan terlibat aktif, memecah masalah,dan yang
penting siswa bergerak secara fisik.
Contoh: siswa melakukan pengamatan yang berulang ulang tentang
kebiasaan yang dilakukan temannya.
8. Pelaporan, kegiatan yang paling menuntut kemampuan kognitif siswa
karena mereka dituntut melakukan analisis,sintesis,dan interpretasi terhadap
isu isu yang akan mereka laporkan.
Contoh: siswa diminta untuk membuat laporan dari hasil wawancara.
Guru perlu menyesuaikan aturan dan teori dalam kurikulum 2013 sesuai
dengan perkembangan peserta didik dan kondisi masing masing sekolah. Dalam
menggunakan berbagai metode mengajar,sangat penting bagi guru untuk
menggunakan teknik bertanya langsung kepada siswa. Tujuannya adalah anak
dapat berkembang kemampuan berfikir tinggkat tingginya. Tiga jenis teknik
bertanya yaitu:

1. Bertanya dengan rinci, intruksi chalk and talking digunakan oleh guru,
disarankan untuk tidak memberikan pertanyaan yang hanya membutuhkan
jawaban yang sedikit. Hal ini bertujuan agar siswa dapat mengekplorasi
pemikirannya.
2. Pertanyaan tidak mengarahkan, adalah pertanyaan yang mendorong
suatu penemuan. Pembelajaran melalui bentuk pertanyaan yang tidak
terstruktur, dan terbuka,ini mengajak siswa untuk menelusuri suatu masalah
hingga menemukan jawabannya. Fungsi guru adalah bersama siswa
menegosiasi dari mana pembelajaran akan dimulai,untuk menjadi tujuan
pembelajaran akan dicapai siswa. Guru juga memberikan dukungan dan
peluang terhadap rasa ingin tahu siswa.

0 0
3. Membangun hubungan yang interaktif, dengan metode ini guru
memberikan pengalaman belajar yang luas agar siswa belajar tentang
berbagai suatu konsep. Guru harus mampu menarik hubungan antara
pembelajaran sebelumnya dengan pembelajaran baru.

G. ASESMEN DAN PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK

Asesmen atau disebut dengan penilaian adalah cara untuk membuat


keputusan yang berhubungan dengan peserta didik,kurikulum,program,dan
kebijakan pendidikan. Penilaian adalah untaian penting pedagogi-ilmu pengajaran
dan pembelajaran. Ada tiga fase utama penilaian yaitu:

1. Penilaian awal (initial assessment)


Penilaian pada awal sekolah,masih jarang sekali dilakukan penilaian awal
terhadap peserta didik karena terkadang hasilnya sedikit diluar dugaan.
Bentuk penilaian awal adalah penilaian diagnostic, yang biasanya dilakukan
oleh psikolog pendidikan.
Penilaian awal sangat dapat dilakukan untuk mengetahui bakat-bakat yang
dimiliki siswa. Hasil penilaian awal ini juga sangat penting bagi guru karena
ia memiliki data peserta didik mana saja yang perlu mendapatkan perhatian
ekstra agar tidak tertinggal oleh siswa lainnya.
2. Evaluasi Formatif (formative assessment)
Evaluasi formatif adalah evaluasi yang dilakukan pada setiap akhir
pembahasan suatu pokok bahasan atau topic. Evaluasi formatif
dimaksudkan untuk mengetahui sejauh manakah suatu proses pembelajaran
sudah berjalan. Penilaian formatif adalah evaluasi berkelanjutan tentang
bagaimana peserta didik terlibat dalam kegiatan belajar dari satu materi
kegiatan.
Penilaian formatif membantu guru merumuskan apa yang harus diperbaiki
dalam pembelajaran berikutnya,kegiatan mana yang paling tepat untuk
melibatkan siswa,materi apa yang paling sesuai.

0 0
Hasil penilaiaan juga dapat dimanfaatkan guru untuk menyusun strategi
penilaian yang bervariasa, misalnya berupa observasi,diskusi antar peserta
didik, pemberian umpan balik dari guru,penilaian diri.
Guru dapat memberikan pertanyaan kepada peserta didik untuk mengecek
apakah peserta didik memahami materi yang telah diberikan.
Penilaian formatif memiliki karakteristik berikut:
a. Penilaian memberikan hasil yang objektif
b. Sering dilakukan,tetapi sifatnya informal
c. Memberikan petunjuk pada peserta didik dan guru agar proses
pembelajaran selanjutnya lebih bermakna.
d. Merupakan bagian kecil dari proses pembelajaran yang sedang
berlangsung.
3. Evaluasi Sumatif
Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan pada setiap akhir satuan
waktu(akhir semester). Penilaian sumatif mencakup lebih dari satu pokok
bahasan. Tujuan evaluasi sumatif adalah untuk mengetahui sejauh mana
peserta didik dapat melanjutkan belajar ke unit berikutnya.
Penilaian sumatif memiliki karateristik berikut:
a. Penilaiannya bersifat final
b. Biasanya berada di penghujung program belajar
c. Menilai prestasi program
d. Memberikan keterangan tentang pencapaian seorang peserta didik
dalam kurun waktu tertentu.
e. Biasanya bersifat formal

Teknik penilaian kognitif sumatif dapat dibuat dalam bentuk pilihan


ganda,menjodohkan kata/kalimat,benar salah,isian singkat,uraian
terbuka,uraian tertutup,kuis,bahkan dengan soal pemahaman yang lebih
rumit.

0 0
Kegiatan Belajar 2

APLIKASI TEORI PSIKOLOGI DALAM KEGIATAN BELAJAR

Peran teori kognitif dalam Pendidikan :

Bu Rita selalu membacakan cerita setiap pagi di Kelas TK B. Cerita yang


dibawakan selalu berhasil membuat anak mengikuti ceritanya. Selain itu juga
diselipkan materi perhitungan dan beberapa pertanyaan. Suatu hari ibu Rita tidak
membacakan cerita, salah satu anak menanyakan mengapa tidak membacakan
cerita.
Cerita tersebut sering terjadi di sekeliling kita, seperti yang diketahui jika
pembiasaan membaca, menulis, dan menghitung sudah dilakukan sejak usia dini
(PAUD/TK). Banyak orang tua menyayangkan anaknya harus bisa membaca,
menulis, dan berhitung pada usia yang belum matang. Mereka menganggap usia
TK adalah usia anak masih harus bermain dan bersenang – senang untuk mengenal
lingkungan sekitarnya. Mendikbud (2005) menyatakan bahwa PAUD dapat belajar
kurang lebih 900 menit. Terdapat hal unik di kelas Bu Rita dimana salah satu anak
sangat menanti kegiatan literasi pada awal pembelajaran. Bu Rita tahu bagaimana
menstimulus siswa tanpa mendikte membaca, menulis, dan menghitung. Dapat
disimpulkan jika kegitan Bu Rita untuk membuat anak terbiasa dengan literasi pada
awal pembelajaran.
Teori perkembangan kognitif Piaget dan Vygotsky ketika anak usia TK (3
– 6 tahun) dapat menerima rangsangan atau stimulus terhadap mata pelajaran yang
diberikan. Proses stimulus literasi mampu merangsang peserta didik untuk memiliki
kemampuan Bahasa, membaca, bahkan menulis dengan menirukan suku kata,
menambah suku kata, bernyanyi, dan kegiatan variatif lainnya yang membuat
proses pembelajaran menyenangkan. Peran guru umumnya sebagai pendidik.
Namun seiring berjalannya waktu, fungsi guru luas menjadi pendukung, pembina,
dll. Guru yang baik merupakan guru yan memahami kemampuan kognitif peserta
didiknya.

A. Penentuan Jurusan Sesuai Dengan Teori Perkembangan Kognitif


Pada tingkat SMA guru memiliki peran yang sangat penting dalam pentuan
kemampuan kognitif peserta didik untuk mewujudkan minat dan bakat yang

0 0
sebenarnya di jenjang perguruan tinggi. Vygotsky menyatakan bahwa setiap
anak yang dilahirkan dengan bakat dan minat yang berbeda – beda. Akan tetapi,
bakat dan minat dipengaruhi juga oleh lingkungan social anak. Pemberian
arahan yang tepat dapat mempermudahkan peserta didik untuk memilih bidang
ilmu yang akan ditekuninya di perguruan tinggi. Penentuan jurusan serta minat
bakat peserta didik dipengaruhi oleh factor internal dan factor eksternal. Factor
internal berhubungan dengan bakat bawaan atau genetic, sedangkan factor
eksternal dipengaruhi oleh lingkungan sekitar, termask guru dan orang tua.

B. Penentuan Jurusan Dengan Melaksanakan Asesmen


Selain kognitif, sistem penilaian atau asesmen juga berpengaruh dengan
penentuan jurusan SMA. Tahap awal, guru bisa memberikan tes yang dapat
mengarahkan siswa sesuai bakat dan minatnya. Tes dapat dilakukan oleh guru
atau wali kelasnya dan guru BK. Penilaian inisiatif dilakukan di awal agar
mengetahui kemapuan kognitif serta minat dan bakat yang ada. Ketika hasilnya
sudah keluar guru akan memberikan stimulus dan kegiatan belajar yang tepat.
Setelah itu guru dapat memberikan tes formatif untuk mengetahui
perkembangan kemampuan kognitif peserta didik.

0 0

Anda mungkin juga menyukai