Anda di halaman 1dari 2

NAMA : DEWA

NIM : 837492071

Tugas I ABK:

1. Jelaskan penyebab keluarbiasaan berdasarkan waktu terjadinya!


2. Dalam UUD 1945 disebutkan bahwa semua warga negara berhak mendapat
pendidikan. Bagaimana menurut saudara pelaksanaan undang-undang tersebut
terutama dalam pelayanan pendidikan bagi anak luar biasa di daerah Saudara
3. Mengapa anak berbakat perlu mendapatkan layanan pendidikan khusus, pada hal
mereka termasuk anak yang kepandaiannya di atas rata-rata?
4. Buatkan resume singkat dari jurnal artikel berikut! "Peningkatan Kompetensi Guru
Sekolah Inklusif Dalam Penanganan Anak Berkebutuhan Khusus Melalui
Pembelajaran Kolaboratif"

JAWAB

1. Faktor- faktornya adalah :


a. Penyebab Prenatal yaitu penyebab yang bereaksi sebelum kelahiran. Artinya,
pada waktu janin masih bereda dalam kandungan, mungkin sang ibu terserang
virus, misalnya virus rubella, mengalami trauma atau salah minum obat, yang
semuanya ini berakibat bagi munculnya kelahiran pada bayi.
Berdasarkan penyebab ini, Anda tentu dapat memahami kehati- hatian
yang ditubjukan oleh seorang calon ibu pada masa kehamilan. Kehati- hatian ini
merupakan satu usaha untuk mencegah beraksinya berbagai penyebab yang
memungkinkan terjadinya keluarbiasaan.

b. Penyebab Perinatal, yaitu penyebab yang muncul pada saat atau waktu proses
kelahiran, seperti terjadinya benturan atau infeksi ketika melahirkan, proses
kelahiran dengan penyedotan ( di- vacuum ), pemberian oksigen yang terlampau
lama bagi anak yang lahir premature.
Dari uraian ini anda dapat menduga betapa pentingnya proses kelahiran
tersebut. Keteledoran yang kecil dapat berakibat fatal bagi bayi. Misalnya,
keterlambatan memberi oksigen, kecerobohan, menggunakan alat- alat atau
kelebihan memberi oksigen akan mengundang munculnya keluarbiasaan yang
tentu saja akan mengagetkan orang tua bayi.

c. Penyebeb Postnatal, yaitu penyebab yang muncul setelah kelahiran, misalnya


kecelakaan, jatuh atau kena penyakit tertentu. Penyebab ini tentu dapat dihindari
dengan cara berhati- hati, selalu menjaga kesehatan, serta menyiapkan lingkungan
yang kondusif bagi keluarga.

2. Menurut saya pelayanan pendidikan bagi anak luar biasa belum maksimal karena
dibuktikan bahwa anak berkebutuhan khusus masih diikutkan dalam kelas reguler
sehingga kurang bisa mengembangkan potensi anak karena anak tersebut
diperlakukan sama dengan anak normal. Hal tersebut mungkin terjadi karena sulitnya
akses ke layanan pendidikan anak berkebutuhan khusus (SLB) dan kurangnya
pengetahuan orang tua dari anak tersebut.
3. Agar anak tersebut dapat memaksimalkan bakat dan potensi yang dimiliki karena
tanpa adanya layanan khusus, anak tersebut akan sulit dalam mengembangkan bakat
yang dimiliki.

4. Pembelajaran kolaboratif terbukti dapat meningkatan kompetensi profesional guru dalam


penanganan anak berkelainan/berkebutuhan pendidikan khusus dan telah dilakukan dengan
dua siklus tindakan di sekolah inklusif.
 Tindakan siklus ke-1 yang dilakukan dengan
pelatihan dan workshop pembelajaran kolaboratif telah dapat meningkatkan kompetensi
profesional guru dalam menangani anak berkebutuhan pendidikan khusus dalam penanganan
anak berkebutuhan pendidikan khusus yang diawali dengan pretes dan diakhiri dengan pos-
tes, menunjukkan bahwa ke-30 guru sekolah inklusif secara kumulatif mencapai skor rata-
rata 2,1 pada pre-tes dan pos-tes mencapai skor rata-rata 3,03. Namun demikian, secara
kumulatif telah mengalami peningkatan sebesar 44,29%, tetapi belum memenuhi target
standar minimal skor/bobot 3,5 atau nilai persentase yang dinyatakan baik atau efektif yaitu
mencapai 76%. Jadi, masih diperlukan tindakan siklus ke-2, yaitu dengan tindakan
pendampingan pelaksanaan pembelajaran kolaboratif dalam penanganan anak berkebutuhan
pendidikan khusus.
 Tindakan siklus ke-2 yang dilakukan dengan pendampingan pelaksanaan
pembelajaran kolaboratif telah meningkatkan kompetensi profesional pembelajaran
kolaboratif dalam menangani anak berkebutuhan pendidikan khusus yaitu ke-30 guru secara
kumulatif mencapai skor rata-rata dari skor 3,03 meningkat 37,62% menjadi skor rata-rata
4,17 dengan predikat baik dan telah melebihi target standar minimal skor/bobot 3,5 atau
nilai persentase yang dinyatakan baik atau efektif, yaitu mencapai 76%. Dalam melakukan
pembelajaran kolaboratif guru telah proaktif yang mana ditunjukkan dengan baik
oleh guru reguler maupun guru pembimbing khusus, telah menciptakan kegiatan bersama
yang terkoordinasi untuk bersama-sama melakukan akses, membuat rencana pembelajaran
dan melakukan evaluasi akademik serta perilaku terhadap kelompok siswa yang
beragam termasuk siswa berkebutuhan pendidikan khusus, dan baik guru umum/reguler
maupun guru pembimbing khusus secara simultan hadir di kelas umum memelihara
tanggung jawab bersama untuk menspesifikasikan pembelajaran yang terjadi dalam
setting pembelajaran inklusif dimaksud; namun masih belum dapat mencapai predikat sangat
baik atau sangat efektif karena belum mencapai skor 4,2 -5.0 atau 86% - 100%. Oleh karena
itu, temuan hasil penelitian ini perlu ditindaklanjuti.

Anda mungkin juga menyukai