Anda di halaman 1dari 4

Nama : Novita Arisandi Nasution

Nim : 856030097

Kelas : 2B

Tugas : ABK Modul 9

MENDIDIK ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SD BIASA

Kegiatan Belajar 1

IDENTIFIKASI DAN ASESMEN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

A. IDENTIFIKASI ABK

Istilah identifikasi secara harfiah dapat diartikan menemukan atau menemukenali.


Dalam buku ini istilah identifkasi anak dengan kebutuhan khusus dimaksudkan merupakan
suatu usaha seseorang (orang tua, guru, maupun tenaga kependidikan lainnya) untuk
mengetahui apakah seorang anak mengalami kelainan/penyimpangan (phisik, intelektual,
social, emosional/tingkah laku) dalam pertumbuhan/ perkembangannya dibandingkan dengan
anak-anak lain seusianya (anak-anak normal). Setelah dilakukan identifikasi, kondisi
seseorang dapat diketahui, apakah pertumbuhan/perkembangannya termasuk normal atau
mengalami kelainan/penyimpangan. Bila mengalami kelainan/penyimpangan, dapat diketahui
pula apakah anak tergolong:

1. Tunanetra/anak yang mengalami gangguan penglihatan


2. Tunarungu/anak yang mengalami gangguan pendengaran
3. Tunadaksa/anak yang mengalami kelainan angota tubuh/gerakan)
4. Anak Berbakat/anak yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa
5. Tunagrahita
6. Anak lamban belajar
7. Anak yang mengalami kesulitan belajar spesifik (disleksia, disgrafia, atau diskalkulia)
8. Anak yang mengalami gangguan komunikasi
9. Tunalaras/anak yang mengalami gangguan emosi dan perilaku.

Kegiatan identifikasi sifatnya masih sederhana dan tujuannya lebih ditekankan pada
menemukan (secara kasar) apakah seorang anak tergolong anak dengan kebutuhan khusus
atau bukan. Maka biasanya identifikasi dapat dilakukan oleh orang- orang yang dekat (sering
berhubungan/bergaul) dengan anak, seperti orang tuanya, pengasuhnya, gurunya, dan pihak-
pihak yang terkait dengannya. Sedangkan langkah berikutnya, yang sering disebut asesmen,
bila diperlukan dapat dilakukan oleh tenaga profesional, seperti dokter, psikolog, neurolog,
orthopedagog, therapis, dan lain-lain. ▪ Dalam istilah sehari-hari, identifikasi sering disebut
dengan istilah penjaringan, sedangkan asesmen disebut dengan istilah penyaringan.
B. Tujuan Identifikasi

Secara umum tujuan identifikasi adalah untuk menghimpun informasi apakah seorang
anak mengalami kelainan/penyimpangan (phisik, intelektual, social, emosional, dan/atau
sensoris neurologis) dalam pertumbuhan/perkembangannya dibandingkan dengan anak- anak
lain seusianya (anak-anak normal), yang hasilnya akan dijadikan dasar untuk penyusunan
program pembelajaran sesuai dengan keadaan dan kebutuhannya. Tujuan utama identifikasi
adalah mengenal atau menemukan anak yang menyandang kelainan dan jenis kelainan yang
di sandangnya. Identifikasi di dasarkan pada asumsi bahwa anak – anak yang menyandang
kelainan menunjukkan penampilan atau perilaku yang sedikit banyak berbeda dari yang
semestinya. Identifikasi dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti obsevasi, wawancara,
dan tes sederhana. Keberhasilan identifikasi tergantung dari banyak faktor, antara laian
mantapnya pengetahuan guru tentang karakteristik perilaku ABK dari berbagai jenis, serta
kepekaan guru terhadap munculnya gejala kelainan.

Dalam rangka pendidikan inklusi, kegiatan identifikasi Anak Berkebutuhan Khusus


dilakukan untuk lima keperluan, yaitu:

1. penjaringan (screening)
2. pengalihtanganan (referal)
3. klasifikasi
4. perencanaan pembelajara
5. pemantauan kemajuan belajar.

C. ASESMEN

Asesmen adalah satu proses yang sistematis untuk mengumpulkan informasi tentang
perilaku anak yeng berkaitan dengan pendidikan, yang hasilnya akan digunakan untuk
penempatan dan mengembangkan program pendidikan untuk anak tersebut. Asemen biasanya
bersifat sangat formal dan ketat, melibatkan satu tim yang terdiri dari para pendidik dan para
ahli dari bidang kelinan terkait. Instrumen yang digunakan pada umumnya berupa tes, baik
yang bersifat formal maupun informal. Namun untuk situasi Indonesia, lebih – lebih untk
asemen ABK yang mungkin ada disekolah biasa, instrumen yang digunakan adalah instrumen
informal, yang dapat dibuat oleh guru sendiri.

Asesmen mempunyai 5 kode etik yaitu :

1. Tanpa kecerobohan
2. Tanpa jalan pintas
3. Objektif dalam memberi skor
4. Anggota tim tidak diwakili
5. Tidak diskriminatif Yang wajib ditaati oleh para guru/para profesional yang
melakukan asasmen.
Asesmen juga dapat diartikan sebagai kegiatan penyaringan terhadap anak-anak yang
telah teridentifikasi sebagai anak berkebutuhan khusus. Kegiatan asesmen dapat dilakukan
oleh guru (untuk beberapa hal), dan tenaga profesional lain yang tersedia sesuai dengan
kompetensinya. Kegiatan asesmen meliputi beberapa bidang, antara lain:

a. Asesmen Akademik Asesemen akademik sekurang-kurangnya meliputi tes


kemampuan membaca, menulis dan berhitung
b. b. Asesmen Sensorik dan Motorik: Asesmen sensorik terutama untuk mengetahui
ganguan penglihatan, pendengaran. Sedangkan asesmen motorik untuk mengetahui
gangguan motorik halus maupun kasar yang mungkin dapat mengganggu
pembelajaran bidang yang lain.
c. Asesemen Psikologik, Emosi dan Sosial. Asesmen psikologik dapat digunakan untuk
mengetahui potensi intelektual dan kepribadian abak, Juga dapat diperluas dengan
tingkat emosi dan sosial anak
d. Asesemen lain yang dianggap perlu: Misalnya aspek kesehatan, status gizi dan
perkembangan fisik anak. Informasi ini sangat penting karena aspek kesehatan sangat
berpengaruh terhadap konerja belajar anak. Ada bagian-bagian tertentu yang dalam
pelaksanaan asesmen mebutuhkan tenaga profesional sesuai dengan kewenangannya.
Guru dapat membantu dan memfasilitasi terselenggaranya asesmen tersebut sesuai
dengan kemampuan orang tua dan sekolah.

Kegiatan Belajar 2

TINDAK LANJUT PELAYANAN PENDIDIKAN BAGI ABK

A. MENGIDENTIFIKASI JENIS LAYANAN PENDIDIKAN YANG DI


BUTUHKAN

ABK Penetapan jenis layanan pendidikan di lakukan melalui langkah – langkah yaitu:

1. Menetapkan kemampuan ideal yang harus dikuasai siswa


2. Mendeskripksikan kemampuan nyata yang dikusai berdasarkan hasil asamen.
3. Membandingkan kemampuan ideal dengan kemampuan nyata
4. Mendeskripsikan kesenjangan antara kemampuan ideal dengan kemampuan nyata.

B. MENGEMBANGKAN PROGRAM LAYANAN PENDIDIKAN

Hasil asamen dan segala usaha untk menafsirkan kebutuhan layanan pendidikan bagi
ABK yang ada di kelas kita tidak akan ada artinya, jika tidak kita tindaklanjuti dengan
pengembangan program. Idealnya pengembangan program ini di lakukan juga oleh sebuah
tim yang menangani ini sejak tahap identifikasi. Program yang disusun adalah Program
Pengajaran Yang Individual (PPI) karena memang program tersebut di peruntukkan bagi
anak secara individual. PPI memuat identitas siswa secara jelas, lengkap dengan masalah dan
kemampuan yang dikuasai, serta di lengkapi dengan komponen rancangan pembelajaran,
yaitu tujuan, materi, kegiatan, dan penilaian.
C. PELAKSANAAN PROGRAM

Bagi anak tertentu yang tidak mungkinditangani oleh guru, perlu dilakukan tindakan
yaitu merujuk atau mengirim siswa ke ahli lain untuk asasmen dan pelayanan program.
Pelaksanaan program dilakukan dengan terlebih dahulu menyiapkan berbagai hal yang
diperlukan seperti:

1. Jadwal pelaksanaan harus disiapkan sesuai dengan rencana pada PPI.


2. Materi pelajaran serta media yang diperlukan
3. Lembar observasi.

D. PENILAIAN PROGRAM PELAYANAN PENDIDIKAN

Penilaian program dilakukan selama layanan pendidikan diberikan dan pada akhir
program. Hasil penilaian dalam proses di gunakan untuk perbaikan langsung, sedangkan hasil
penilaian akhir di gunakan untuk mengkaji ulang seluruh komponen program. Kolaborasi
dengan anggota tim dilakukan sejak perencanaan sampai dengan penilaian program.

Anda mungkin juga menyukai