Anda di halaman 1dari 38

PENDIDIKAN ANAK TUNA NETRA

Bertakalswa Hermawati, S.Psi. M.Si

1
Tujuan dan Pokok Bahasan
Tujuan :
Mahasiswa mampu menjelaskan dampak ketunanetraan bagi anak dan
pendidikannya
Pokok Bahasan :
1. Definisi, klasifikasi, penyebab serta cara pencegahan terjadinya ketunanetraan
2. Dampak ketunanetraan terhadap kehidupan anak
3. Pendidikan bagi siswa tunanetra di sekolah umum dalam setting pendidikan inklusif

2
DEFINISI, KLASIFIKASI, PENYEBAB dan
CARA PENCEGAHAN KETUNANETRAAN

3
Definisi dan Klasifikasi Tuna Netra
Persatuan Tuna Netra (Pertuni) menyatakan
orang tuna netra adalah mereka yang tidak memiliki penglihatan sama sekali
(buta total) hingga mereka yang masih memiliki sisa penglihatan tetapi tidak
mampu menggunakan penglihatannya untuk membaca tulisan biasa
berukuran 12 poin dalam keadaan cahaya normal meski
dibantu dengan kacamata(kurang awas)

Konsensus Internasional untuk kehilangan penglihatan :


Definisi Legal dan Edukasional, (Wardani, 2020, Hallahan dan
Kaufman, 2014, Mangunsong, 2009)

4
Definisi dan Klasifikasi Tuna Netra
Definisi Legal (Peraturan Perundang-Undangan)
• Digunakan oleh profesi medis untuk hak memperoleh manfaat
tertentu misal : asuransi, alat bantu, bebas transportasi
• Ada 2 aspek yang diukur yaitu
1.Ketajaman penglihatan
2.Cara pandang
• Cara yang paling umum mengukur ketajaman penglihatan dengan
Snellen Chart yang terdiri dari huruf, angka, gambar yang disusun
berbaris berdasarkan besarnya (Wardani, 2020)

5
Definisi dan Klasifikasi Tuna Netra
Definisi Legal (Peraturan Perundang-Undangan)
• Klasifikasi ketajaman penglihatan menurut World Health
Organization (WHO)
Ketajaman Penglihatan Klasifikasi WHO
6/6 hingga 6/18 Normal vision
(Penglihatan normal)
< 6/18 hingga ≥ 3/60 tetapi lebih Low vision (kurang awas)
baik atau sama dengan 3/60
< 3/60 Blind (buta)
6
Definisi dan Klasifikasi Tuna Netra
Definisi Edukasional/Fungsional
• Definisi ini menunjukkan :
1. Metode membaca dan metode pembelajaran membaca yang mana
sebaiknya digunakan
2. Alat bantu serta bahan ajar yang sebaiknya digunakan
3. Kebutuhan terkait orientasi dan mobilitas
• Menurut definisi ini, orang dikatakan tunanetra bila untuk kegiatan
pembelajarannya ia memerlukan alat bantu khusus, metode
khusus atau teknik tertentu sehingga ia dapat belajar tanpa
penglihatan atau dengan penglihatan yang terbatas (Wardani,
2020).
7
Definisi dan Klasifikasi Tuna Netra
Definisi Edukasional/Fungsional
• Berdasarkan cara belajar, ketunanetraan dapat dibagi
menjadi 2 :
1. Buta (blind)
2. Tunanetra berat
3. Kurang awas (low vision) atau tunanetra ringan
(Wardani, 2020)

8
Penyebab Terjadinya Ketunanetraan
• Gangguan pada salah satu diantara organ kornea, pupil, lensa dan
cairan yang ada dalam bola mata, retina dapat mengakibatkan
masalah penglihatan.
• Berbagai penyakit anak seperti infeksi virus, tumor otak atau cedera
kecelakaan lalu lintas menjadi kemungkinan penyebab tunanetra
• Perawatan dengan obat keras terlalu lama
• Penyakit mata tertentu
• Perawatan kesehatan dasar yang buruk
• Kurang gizi
• Kondisi kelainan genetis bawaan
• Kelainan refraksi, penyakit kornea dan kekurangan vitamin A
(Wardani, 2020)
9
Kondisi Umum Penyebab Tunanetra
• Albinisme (kekurangan pigmen pada sebagian/seluruh tubuh)
• Amblyopia (penyakit bawaan dengan indikasi mata malas)
• Buta warna (diwariskan berdasar jenis kelamin atau keracunan/penyakit)
• Campak jerman (Campak yang diderita pada ibu hamil berdampak pada bayi
dalam kandungan)
• Cedera (Trauma) dan Radiasi
• Defisiensi Vitamin A-Xerophthalmia
• Glaukoma (Cairan bening di dalam bagian depan mata tidak mengalir ke luar
sebagaimana mestinya, sehingga tekanan berlebihan terjadi di bola mata
• Katarak (Kekeruhan atau keburaman pada lensa mata sehingga menghambat
masuknya cahaya ke dalam mata)
• Kelainan mata bawaan (Retinoblasma : diturunkan melalui gen dan kromosom),
berikut ini kelainan mata bawaan yang tidak diketahui penyebabnya : aniridia,
microphthalmos, megalophtalmos, anophthalmos, coloboma)
10
Kondisi Umum Penyebab Tunanetra
• Myopia (Penglihatan dekat)
• Nistagmus (Geraka otot mata yang menghentak secara tak sadar dan terus-menerus)
• Ophtalmia Neonatorum (Peradangan pada bayi baru lahir)
• Penyakit kornea dan pencangkokan kornea
• Retinitis Pigmentosa (kondisi ini diandani dengan degenerasi retina dan choroid biasanya
disertai dengan perkembangan pigmen yang berlebihan)
• Retinopati diabetika (Diabetes berakibat perubahan pembuluh darah halus pada retina)
• Retinopathy of Prematurity (pembesaran abnormal dari pembuluh darah di dalam mata
berakibat terjadi luka pada jaringan di dalam bola mata, pendarahan dan copotnya retina)
• Sobeknya dan lepasnya retina
• Strabismus (mata juling/ketidakseimbangan otot mata)
• Trakhoma (penyakit menular karena virus)
• Tumor
• Uveitis (peradangan pada uvea, yaitu lapisan tengah mata antara sclera dan retina)
(Wardani, 2020, Hallahan dan Kaufman, 2014, Mangunsong, 2009)
11
Pencegahan Tunanetra
VISION 2020 memungkinkan masyarakat internasional untuk
memerangi kebutaan :
1. Pencegahan dan pemberantasan penyakit
2. Pelatihan personel
3. Memperkuat infrastrktur perawatan mata yang ada
4. Penggunaan teknologi yang tepat dan terjangkau
5. Mobilisasi sumber-sumber
Langkah dari WHO :
1. Memperkuat program kesehatan dasar mata di dalam program pelayanan
2. Mengembangkan pelayanan terapi dan pembedahan
3. Mendirikan pusat pelayanan optik dan pelayanan bagi penyandang tunanetra

12
Pencegahan Tunanetra
Strategi pencegahan tunanetra pada anak terdiri dari 3 tingkatan yatu :
a. Pencegahan primer : pencegahan berjangkitnya penyakit
b. Pencegahan sekunder : pencegahan timbulnya komplikasi
c. Pencegahan tersier : minimalisasi ketunanteraan yang diakibatkan penyakit atau
cedera
Strategi yang lebih spesifik adalah :
a. Prophylaxis : penggunaan prosedur sistematis, penggunaan medikasi
b. Imunisasi
c. Perawatan kehamilan
d. Perawatan neonatal
e. Perbaikan gizi

13
Pencegahan Tunanetra
Strategi yang lebih spesifik adalah :
f. Pendidikan
g. Penyuluhan genetika
h. Perundang-undangan
i. Deteksi dan intervensi dini
j. Meningkatkan hygiene dan perawatan kesehatan (Wardani, 2020)

14
DAMPAK KETUNANETRAAN TERHADAP
KEHIDUPAN SEORANG INDIVIDU

15
Proses Penginderaan

Linguistic

Sensory
Outside World Memory
Perception Non
LInguistic

Affective

16
Dampak Gangguan Penglihatan dan Aspek
Perkembangan Anak Tunanetra
1. Perkembangan kognitif dan kemampuan konseptual
• Input visual punya peranan yang besar dalam suatu
konsep, merangsang dan merangarahkan tingkah laku.
• Ada keterbatasan dalam memahami konsep pada Anak
tunanetra karena lebih bergantung pada informasi taktil
(peraba) dan auditif (mendengar) untuk belajar tentang
dunia (Mangunsong, 2009)

17
Dampak Gangguan Penglihatan dan Aspek
Perkembangan Anak Tunanetra
2. Perkembangan motorik serta mobilitas
• Tanpa penglihatan, perkembangan motorik anak tunanetra
cenderung lambat
• Dengan adanya kerusakan pada indera penglihatannya,
maka anak yang baru masuk sekolah memiliki
kemampuan orientasi yang buruk, body awareness yang
tidak sesuai serta tepat dalam mengkoordinasikan, dan
kurang dapat memperkirakan bagaimana bergerak secara
aman/tepat dalam situasi baru
18
Dampak Gangguan Penglihatan dan Aspek
Perkembangan Anak Tunanetra
3. Perkembangan sosial
• Sikap terlalu melindungi dari orang tua dan hubungannya dengan
kelompok teman sebaya dan anak normal penglihatan
menunjukkan bahwa anak dengan cacat penglihatan memiliki
masalah dalam penyesuaian dirinya, tidak berdaya dan ergantung
pada orang lain.
• Kesulitan interaksi sosial terjadi karena justru respon masyarakat
yang tidak sesuai pada orang yang memiliki gangguan penglihatan
(Mangunsong, 2009)

19
Latihan Keterampilan Penginderaan
1. Indera Pendengaran
Manfaat melatih indera pendengaran ?
2. Indera Perabaan
Manfaat melatih indera perabaan ?
3. Indera Penciuman
Manfaat indera penciuman ?
4. Sisa indra penglihatan
Manfaatnya ?

20
Visualisasi Ingatan Kinestetik dan
Persepsi Obyek
1. Visualisasi
Menggunakan ingatan visual, menggambarkan lingkungan di dalam pikirannya
2. Kinestetik
Menggunakan hafalan, ingatan tentang kesadaran gerak otot, yang dihasilkan
oleh interaksi antara indra perabaan, propriosepsi dan keseimbangan yang
berpusat dibagian atas dari telinga bagian dalam
3. Persepsi Obyek
Suatu kemampuan untuk menyadari bahwa suatu benda hadir disampingnya atau
dihadapannya meskipun dia tidak memiliki penglihatan sama sekali dan tidak
menyentuh benda itu. (Wardani, 2020)

21
PENDIDIKAN BAGI SISWA TUNANETRA
DI SEKOLAH UMUM DALAM
SETTING PENDIDIKAN INKLUSIF

22
Kebutuhan Khusus Pendidikan
Siswa Tuna Netra
1. Pengembangan konsep
2. Media alternatif untuk memfungsikan panca
indera lain
3. Pengajaran individual
4. Keterampilan khusus dan buku materi serta
peralatan khusus untuk belajar
5. Pembelajaran yang non insidental
23
Intervensi Pendidikan

1. Kelas Biasa/Reguler
Guru kelas dibantu oleh konsultan/guru khusus menyiapkan materi
dan pengajaran bagi siswa tunanetra.
2. Program Guru Kunjung
Siswa tunanetra berada dalam kelas biasa tetap mendapatkan
latihan untuk pelajaran khusus seperti keterampilan mendengar atau
menggunakan optacon.
3.Program Ruang Sumber,
Siswa tunanetra Bersama teman sekelas menerima pelajaran tapi
pada saat tertentu menerima program tertentu dalam satu ruangan
khusus (Mangunsong, 2009). 24
Pengembangan Konsep

• Konsep adalah simbol atau istilah yang menggambarkan


suatu obyek, kejadian atau keadaan tertentu.
• Tiga kategori yang diperlukan anak tuna netra adalah :
1. Konsep tubuh
2. Konsep ruang
3. Konsep lingkungan

25
Teknik Alternatif dan Alat Bantu
Belajar Khusus

• Teknik alternatif adalah cara khusus (baik dengan ataupun


tanpa alat bantu khusus) yang memanfaatkan indra
nonvisual atau sisa indra penglihatan untuk melakukan suatu
kegiatan normal yang dilakukan indera penglihatan.
• Misalnya : jam tangan braille, jam tangan bicara, tulisan
timbul, komputer bicara dan software khusus

26
Keterampilan Sosial/Emosional
• Agar efektif dalam interaksi sosial, anak perlu memiliki keterampilan
tertentu termasuk kemampuan untuk membaca dan menafsirkan
sinyal sosial dari orang lain dan untuk bertindak dengan tepat.
• Anak tunanetra lebih sering melakukan kegiatan repetitive and
stereotyped play. Mereka sering tidak mengeksplorasi lingkungan
atau obyek dan mengarahkan kegiatan bermainnya ke tubuhnya
sendiri
• Dan cenderung mengarahkan kegiatan bermain dengan orang
dewasa
• Setting bermain anak tuna netra adalah di dalam ruangan dan
dengan densitas sosial rendah

27
Keterampilan Orientasi dan Mobilitas
• Ada 2 cara tunanetra dalam memproses informasi :
1. Metode urutan yang menggambarkan tiitk dalam lingkungan
sebagai rute berurutan
2. Metode peta kognitif, dengan membayangkan topografis dan
hubungan secara umum antara berbagai titik
• Motivasi untuk mau bergerak, merupakan faktor terpenting
yang menentukan kemampuan mobilitas individu tunanetra
(Hallahan, 2014)
• Alat bantu mobilitas yang umum dipergunakan adalah
tongkat (Wardani, 2020)

28
Keterampilan Menggunakan
Sisa Penglihatan
• Alat bantu low vision yang efektif adalah :
1. Cahaya
2. Kacamata
3. Magnifikasi seperti lup

29
Pendidikan yang menjadi pertimbangan
untuk anak tunanetra :
• Huruf Braille
• Menggunakan sisa penglihatan
• Melatih kemampuan mendengarkan
• Melatih kemampuan orientasi dan pergerakan misal dengan :
dipandu anjing, menggunakan peta perabaan, bantuan
manusia
• Bantuan teknologi (video, portable braille, software untuk
Global Positioning System (GPS),
• Model Pelayanan Kunjungan (Hallahan and Kaufman, 2014)

30
Strategi Pembelajaran

• Strategi pembelajaran dibagi menjadi 5 yaitu :


1. Berdasarkan pertimbangan pengolahan pesan, dibagi 2 :
Pembelajaran deduktif (umum/generalisasi konsep) dan induktif
(khusus/ciri/penjelasan bagian)
2. Berdasar pihak pengelola pesan, ekspositorik dan heuristik.
Ekspositorik : guru mencarikan informasi, heuristic sebaliknya
3. Berdasar pertimbangan jumlah siswa : klasikan, kecil dan
individual
4. Berdasar interaksi guru : tatap muka, melalui media

31
Strategi Pembelajaran

• Strategi pembelajaran dibagi menjadi 3


yaitu :
1. Strategi individualisasi
2. Strategi kooperatif
3. Strategi modifikasi perilaku lebih
produktif/mandiri

32
Strategi Pembelajaran

• Prinsip dasar dalam pembelajaran :


1. Prinsip individual
2. Prinsip kekonkritan/pengalaman penginderaan langsung
3. Prinsip totalitas
4. Prinsip aktivitas mandiri (Wardani, 2020)

33
Media Pembelajaran

• Menurut fungsi, dibedakan menjadi 2 :


1. Media untuk memperjelas penanaman konsep, yang disebut alat
peraga
2. Media untuk membantu kelancaran proses belajar yang disebut
sebagai alat bantu pembelajaran
• Jenis alat peraga : objek atau situasi sebenarnya, benda asli
diawetkan, tiruan, yang terbagi dalam model tiga dimensi dan
model dua dimensi, gambar yang diproyeksi seperti foto,
lukisan, dan dengan alat proyeksi projector (hanya untuk
anak low vision)
34
Media Pembelajaran

• Alat bantu pembelajaran : reglet dan pen,


mesin ketik braille, papan huruf, optacon,
kaca pembesar, OHP, papan hitung,
sempoa, kalkulator bicara, tape-recorder
(Wardani, 2020)

35
Evaluasi Pembelajaran

• Materi tes tidak mengandung unsur-unsur visual


contoh pertanyaan tidak terkait dengan warna
• Tes dalam bentuk lisan, tertulis atau perbuatan
• Hasil penilaian obyektif
• Waktu pelaksanaan tes lebih lama daripada anak
yang penglihatan awas (Wardani, 2020)

36
Contoh Alat Pembelajaran
Portable Braille Sempoa
Optacon

Software GPS
Magnifying Glass
Teleskop

37
Daftar Pustaka

• Hallahan, D. P., Kauffman, J. M., & Pullen, P. C. (2014). Exceptional


Learners An Introduction to Special Education. Pearson.
• Mangunsong, F. (2009). Psikologi dan Pendidikan Anak
Berkebutuhan Khusus. In Kesatu. Lembaga Pengembangan Sarana
Pengukuran dan Pendidikan Psikologi (LP3) Universitas Indonesia.
• Wardani, I., Tarsidi, D., Hermawati, T., & Astuti. (2020). Pengantar
Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus. Universitas Terbuka.

38

Anda mungkin juga menyukai