Anda di halaman 1dari 31

PENDIDIKAN ANAK TUNANETRA

FAUZI RAHMAN - 857490255


FITRI HANDAYANI - 857502492
YENI MIRAYANA - 857493759
YOSSI RETNONINGSIH - 857493171
PENDIDIKAN ANAK TUNANETRA

FAUZI RAHMAN - 857490255


FITRI HANDAYANI - 857502492
YENI MIRAYANA - 857493759
YOSSI RETNONINGSIH - 857493171
POKOK BAHASAN

01 DEFINISI, KLASIFIKASI, PENYEBAB, DAN CARA PENCEGAHAN


TERJADINYA KETUNANETRAAN

02 DAMPAK KETUNANETRAAN TERHADAP KEHIDUPAN SEORANG


INDIVIDU

03 PENDIDIKAN BAGI SISWA TUNANETRA DI SEKOLAH UMUM DALAM


SETTING PENDIDIKAN INKLUSIF
01
DEFINISI, KLASIFIKASI, PENYEBAB,
DAN CARA PENCEGAHAN
TERJADINYA KETUNANETRAAN
Apa itu tunanetra?

Persatuan Tunanetra Indonesia/Pertuni (2004)


mendifinisikan ketunanetraan bahwa orang tunanetra
adalah mereka yang tidak memiliki penglihatan sama
sekali (buta total) hingga mereka yang masih memiliki
sisa penglihatan, tetapi tidak mampu menggunakan
penglihatannya untuk membaca tulisan biasa
berukuran 12 poin dalam keadaan cahaya normal
meskipun dibantu dengan kaca mata (kurang awas).
Terdapat dua jenis definisi yang berhubungan dengan kehilangan
penglihatan, yaitu :

1. Definisi legal, definisi yang berdasarkan peraturan perundang-undangan. Dalam


definisi legal ini terdapat dua aspek yang diukur, yaitu ketajaman penglihatan (visual
acuity) dan medan pandang (visual field).
2. Definisi edukasional, definisi ini bertujuan untuk Pendidikan atau fungsional, yang
difokuskan pada seberapa banyak sisa penglihatan seseorang dapat bermanfaat
untuk keberfungsiannya sehari-hari.
Definisi edukasional lebih memenuhi persyaratan dibandingkan definisi legal,
oleh karenanya dapat menunjukkan :
a. Metode membaca dan metode pembelajaran membaca yang mana yang sebaiknya
dipergunakan
b. Alat bantu serta bahan ajar yang sebaiknya dipergunakan
c. Kebutuhan yang berkaitan dengan orientasi dan mobilitas
Berdasarkan cara pembelajarannya,

Buta (blind) atau


tunanetra berat

Terbagi menjadi
Ketunanetraan

Kurang awas
(low vision) atau
tunanetra ringan
Menurut Mason & McCall, 1999, kasus Menurut Gsianturi, 2004, di Indonesia
kebutaan yang disebabkan oleh kondisi penyebab utama kebutaan adalah
kelainan genetis bawaan, retinopathy of katarak, glaucoma, kelainan refraksi,
prematurity atau kerusakan jalur penyakit kornea, retinda dan kekurangan
penglihatan, relative kecil proporsinya. vitamin A.

Penyebab
Terjadinya
Ketunanetraan

Ketunanetraan dapat disebabkan karena bersifat genetic atau berkaitan dengan lingkungan.
Ketunanetraan dapat terjadi sebelum kelahiran dan pada masa anak-anak hingga masa
dewasa.
Beberapa kondisi umum yang dapat menyebabkan ketunanetraan, yang
diurut secara alfabetis :

• Ophthalmia Neonatrum
• Albinisme • Penyakit kornea dan pencangkokan
• Amblyopa kornea
• Buta warna • Renitis Pigmentosa (RP)
• Cedera (trauma) dan radiasi • Retinopati Diabetika
• Defisiensi vitamin A – Xerophthalmia • Retinopathy of Prematurity
• Glaukoma • Sobek dan lepasnya retina
• Katarak • Strabismus
• Kelainan mata bawaan • Trakhoma
• Myopia (penglihatan dekat) • Tumor
• Nistagmus • Uveitis
PENCEGAHAN TERJADINYA
KETUNANETRAAN

01 Pencegahan dan pemberantasan penyakit


02 Pelatihan personel
03 Memperkuat infrastruktur perawatan mata yang ada
04 Penggunaan teknologi yang tepat dan terjangkau

05 Mobilisasi sumber-sumber
Strategi WHO Untuk Memerangi Kebutaan Dan
Kurang Awas

Mendirikan pusat pelayanan optik


dan pelayanan bagi penyandang
tunanetra

Mengembangkan pelayanan terapi


dan pembedahan untuk menangani
secara efektif gangguan mata yang
“dapat dismebuhkan”
Memperkuat program kesehatan
dasar mata di dalam program
pelayanan kesehatan dasar untuk
menghapuskan factor-factor
penyebabnya dapat dicegah
Strategi untuk mencegah ketunanetraan pada
anak

Pencegahan
primer

Pencegahan
sekunder

Pencegahan
tersier
Prophylaxis

Imunisasi

Perawatan kehamilan yang tepat

Perawatan neonatal

Perbaikan gizi
Perang Modern melawan
ketunanetraan
Pendidikan

Penyuluhan genetika

Perundang-undangan

Deteksi dan intervensi dini

Meningkatkan hygiene dan perawatan


kesehatan
02
DAMPAK
KETUNANETRAAN
TERHADAP
KEHIDUPAN
SEORANG
INDIVIDU
2 Mispresepsi yang bertentangan di masyarakat terbentuk bila seseorang
kehilangan indera pengelihatannnya :

Pertama : Kedua :
Orang banyak percaya bila Secara otomatis orang tunanetra akan
seseorang kehilangan indera mengembangkan indra ke-6 untuk
pengelihatannya maka hilang pula menggantikan fungsi indra
persepsinya. pengelihatan.
 Pengelihatan sebagai sumber  Orang tunanetra dapat belajar
utama informasi, apabila sumber menggunakan indra-indra lain
utama informasi tersebut dengan cara berbeda yang
berkurang maka sumber-sumber digunakan orang awas pada
lain menjadi lebih dihargai dan umumnya sehingga mereka dapat
keterampilan informasi nonvisual meningkatkan informasi yang
terasah (Brenda Houlton Aikin, diperolehnya untuk dapat berfungsi
2001) secara memadai di dunia awas.
A. Proses Pengindraan
Informasi yang dipresepsi melalui organ-organ pengindraan melewati 3 prosesor
yang dikodekan dalam bentuk Linguistik, Non Linguistik, dan afektif.

Linguistic
Outside Sensory Non
World perception Memory
Lingusitic

Affective

Sumber : Robert J. Marzano, 1998


Latihan keterampilan Pengindraan

Indra
Pendengaran

Indra
Perabaan

Indra Sisa Indra


Penciuman Pengelihatan
C. Visualisasi, Ingatan Kinestetis dan Presepsi Obyek

1. Visualisasi
Salah satu cara tunanetra untuk mendapatkan kenyamanan di dalam lingkungannya dan
membantunya bergerak secara mandiri

2. Ingatan Kinestetik
Ingatan kinestetik hanya terbentuk sesudah orang melakukang erakan yang sama di
daerah yang sama secara berulang-ulang.

3. Presepsi Objek (Object Preseption)


Penderita tunanetra yang mampu menggunakan presepsi ini dengan baik dapat
melindungi dirinya dari menabrak benda-benda besar, dan mendapatkan rasa aman bila
berjalan tanpa menyentuhnya dengan tangan atau tongkatnya.
Bagaimana Cara Membantu Seorang Tunanetra?

1. Cara menuntun Orang Tunanetra


a. Kontak Pertama : menyentuh punggung tangannya.
b. Cara Memegang : dia memegang lengan kita pada bagian atas sikut.
c. Posisi Pegangan : letang kita tetap lemas siku membentuk 90 derajad untuk
mengetahui kecepatan jalan kita
d. Jalan sempit : Manarik lengan kita ke belakang punggu sehingga orang
tersebut merespon dengan meluruskan lengannya dan berjalan di belakang
kita.
e. Membuka/Menutup Pintu : Kita yang membuka pintu, dia yang menutup
pintu
Bagaimana Cara Membantu Seorang
Tunanetra?

f. Melewati Tangga : Katakan ada tangga, Kita harus berada 1 tangga di depan dia.
g. Melangkahi lubang : katakana kepadanya akan melangkahi lubang, kita melangkah
terlebih dahulu agar dapat memperkirakan seberapa jauh dia harus melangkah.
h. Duduk di kursi : Rabakanlah tangannya ke sandaran kursi sehingga dia dapat mencari
sendiri tempat duduknya.
i. Naik Ke Dalam Mobil : Rabakanlah tangannya ke handle pintu mobil. Jika pintu sudah
terbuka rabakanlah tangannta ke tepi atap mobil.

2. Cara Mengorientasikan
Jelaskan scara spesifik ketika kita menunjukan waktu, tempat dan arah.
03
Pendidikan Bagi Siswa Tunanetra
di Sekolah Umum dalam Setting
Pendidikan
Menurut Peraturan Mentri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No 70 Tahun 2009
Tentang Pendidikan inklusif
Pendidikan Inklusif adalah sisitem penyelenggaraan Pendidikan yang memeberikan
kesemppatan kepada semua peserta didik yang memiliki kelainan dan memiliki potensi
kecerdasan dan/atau bakat istimewa untuk mengikuti Pendidikan atau pembelajaran
dalam satu lingkungan Pendidikan secara Bersama-sama dengan peserta didik pada
umumnya.
Kebutuhan khusus Pendidikan siswa
Tunanetra

Kehilangan penglihatan

Siswa tunanetra sering harus belajar melalui


alternative, menggunakan indra-indra lain

Siswa tunanetra sering memerlukan pengajaran


individual

Siswa tunanetra sering membutuhkan ketrampilan-


keterampilan khusus

Siswa tunanetra terbatas dalam dalam memperoleh


informasi
Bidang kurikulum yang membutuhkan strategi khusus

1. Pengembangan Konsep 2. Teknik alternatif dan alat bantu belajar khusus

Konsep adalah symbol atau Teknik alternatif adalah cara khusus ( baik dengan
istilah yang menggambarkan ataupun tanpa alat bantu khusus ) yang
suatu objek, kejadian, atau memanfaatkan indra-indra nonvisual atau sisa indra
keadaan tertentu penglihatan untuk melakukan suatu kegiatan yang
normalnya dilakukan dengan indra penglihatan
Contoh braille yang merupakan sistem tulisan yang
terdiri dari titik-titik timbul dimaksudkan untuk
membantu tunanetra membaca dengan merabanya
menggunakan ujung-ujung jari.
Bidang kurikulum yang membutuhkan strategi khusus

1. Pengembangan Konsep 2. Teknik alternatif dan alat bantu belajar khusus

Konsep adalah symbol atau Teknik alternatif adalah cara khusus ( baik dengan
istilah yang menggambarkan ataupun tanpa alat bantu khusus ) yang
suatu objek, kejadian, atau memanfaatkan indra-indra nonvisual atau sisa indra
keadaan tertentu penglihatan untuk melakukan suatu kegiatan yang
normalnya dilakukan dengan indra penglihatan
Contoh braille yang merupakan sistem tulisan yang
terdiri dari titik-titik timbul dimaksudkan untuk
membantu tunanetra membaca dengan merabanya
menggunakan ujung-ujung jari.
Bidang kurikulum yang membutuhkan strategi khusus

3. Keterampilan sosial emosional 4. Keterampilan orientasi dan mobilitas


Agar efektif dalam interaksi sosial, Kemampuan mobilitas, yaitu keterampilan untuk
anak perlu memiliki keterampilan- bergerak secara leluasa di dalam lingkungannya.
keterampilan tertentu, termasuk Keterampilan mobilitas ini sangat terkait dengan
kemampuan untuk membaca dan kemampuan orientasi, yaitu kemampuan untuk
menafsirkan sinyal sosial dari memahami hubungan lokasi antar satu obyek
orang lain dan untuk bertindak dengan obyek lainnya di dalam lingkungan (hill
dengan tepat dalam merespon & ponder, 1976).
sinyal tersebut.
Bidang kurikulum yang membutuhkan strategi khusus

5. Keterampilan menggunakan sisa penglihatan


● Tunanetra masih memiliki sisa penglihatan yang fungsional, dan banyak diantara mereka
masih dapat membaca dan menulis menggunakan tulisan biasa dengan pengaturan pada
satu atau tiga aspek pencahayaan, penggunaan kaca mata, dan magnifikasi (pembesaran
tampilan tulisan). Magnifasi eksternal, dapat diperoleh dengan memperbesar ukuran
obyek, memperkecil jarak lihat ke obyek, dan memperbesar sudut penglihatan
● Menurut bennett,1999 alat bantu low vision yang paling efektif berikutnya adalah
kacamata yang cocok ,antara 10 hingga 15% penyandang ketunanetraan dapat di bantu
dengan kaca mata.
Objek atau situasi yang sebenarnya
Strategi Media
Pembelajaran Pembelajaran

Deduktif dan Alat peraga Benda asli yang diawetkan


induktif

Tiruan(model)
Ekpositorik dan
heuristic
Alat bantu baca tulis
Strategi Alat bantu
pembelajaran pembelajaran
seorang guru Alat bantu membaca
dan beregu

Klasikal,
Alat bantu berhitung
kelompok kecil
dan individual
Alat bantu Audio
Tatap muka dan
melaui media
Evaluasi Pembelajaran
Evaluasi terhadap pencapaian hasil belajar pada siswa tunanetra,
pada dasarnya sam dengan yang dilakukan terhadap siswa awas,
namun ada sedikit perbedaan yang menyangkut materi/soal dan
Teknik pelaksanaan tes.
Materi tes atau pertanyaan yang diberikan kepada siswa tunanetra
tidak mengandung unsur-unsur visual.
Kegiatan evaluasi dapat dilaksanakan melalui tes lisan, tertulis dan
perbuatan.
Ada beberapa yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan tes
tulis

Soal yang diberikan kepada siswa tunanetra yang tergolong


buta, hendaknya dalam berntuk huruf braille

Bersifat obyektif dalam mengevaluasi pencapain


prestasi belajar siswa tunanetra atau membeRikan
penilaian sesuai kemampuannya.

14:3
0
Waktu pelaksanaan tes bagi siswa tunanetra hendaknya
lebih lama dibandingkan dengan pelaksanaan tes untuk
siswa awas.
CREDITS: This template has been created by Slidesgo, and includes
icons by Flaticon, infographics & images by Freepik and content by
Eliana Delacour

Anda mungkin juga menyukai