Jawaban:
a. DEFINISI TUNANETRA
Yaitu orang tunanetra adalah mereka yang tidak memiliki penglihatan sama
sekali (buta total) hingga mereka yang masih memiliki sisa penglihatan, tetapi
tidak mampu menggunakan penglihatnnya untuk membaca tulisan biasa
berukuran 12 poin dalam keadaan cahaya normal meskipun dibantu dengan
kacamata (kurang awas).
Dua jenis definisi sehubungan dengan kehilangan penglihatan yaitu:
Definisi Legal ( definisi berdasarkan peraturan perundang-undangan), dan definisi
Edukasional( definisi untuk tujuan pendidikan) atau difinisi fungsional, yaitu yang
difokuskan pada seberapa banyak sisa penglihatan seseorang dapat bermanfaat
untuk keberfungsiannya sehari-hari.
c. PENCEGAHAN KETUNANETRAAN
Menurut Vision 2020 yaitu dengan pencegahan dan pemberantasan penyakit,
pelatihan peronil, memperkuat infrastuktur perawatan mata yang ada,
penggunaan teknologi yang tepat dan terjangkau, dan mobilisasi sumber-
sumber.
WHO mempunyai 3 langkah yaitu memperkuat program kesehatan dasar mata,
penanganan secara efektif terhadap gangguan mata, mendirikan pusat layanan
optik.
Pencegahan ketunanetraan pada anak yaitu pencegahan berjangkitnya penyakit,
pencegahan timbulnya komplikasi yang mengancam penglihatan bila penyakit
telah berjangkit, meminimalisasi ketunanetraan yang diakibatkan oleh penyakita
atau cidera yang telah dialami.
2. Uraikan pendidikan yang sesuai dengan siswa tuna netra di sekolah umum dalam
setting pendidikan inklusi !
Jawaban:
Pendidikan yang sesuai dengan siswa tunanetra di sekolah umum dalam setting
pendidikan inklusi harus memperhatikan kebutuhan khusus yang terkait dengan
ketunanetraan dan sekolah harus berusaha memenuhi kebutuhan khusus tersebut.
Selain itu tujuan pendidikan bagi anak tunanetra yaitu
mampu berkomunikasi secara efektif
memiliki kompetensi sosial
mampu bekerja
memiliki kemandirian pribadi
sedangkan dalam bidang kurikulum membutuhkan strategi khusus atau penyesuaian
bagi siswa tunanetra mencakup pengembangan konsep,, penggunaan teknik
alternative dan alat belajar khusus, ketrampilan social atau emosiaonal, ketrampilan
orientasi dan mobilitas, kehidupan sehari-hari, ketrampilan kerja, menggunakan sisa
penglihatan. Selain itu ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan yaitu individual,
kekongkritan atau pengalaman pengindraan, totalitas dan aktivitas mandiri serta
penggunaan media pembelajaran yang tep
Klasifikasi Tunarungu:
1. Berdasarkan tingkat kehilangan pendengaran yang diperoleh melalui tes
dengan menggunakan audiometer.
2. Berdasarkan saat terjadinya.
3. Berdasarkan letak gangguan pendengaran secara anatomis.
4. Berdasarkan etiologi, atau asal usulnya ketunarunguan.
b. PENYEBAB
- Penyebab terjadinya tunarungu tipe Konduktif
1. Kerusakan yang terjadi pada telinga luar yang disebabkan tidak
terbentuknya lubang telingga bagian luar (atresia meatus akustikus
externus) yang dibawa sejak lahir, dan terjadinya peradangan pada lubang
telinga luar.
2. Kerusakan / gangguan pada telinga engah:
c. PENCEGAHAN
1. Upaya ang dilakukan sebelum menikah: menghindari pernikahan sedarah,
melakukan tes darah, melakukan konseling genetika.
2. Upaya pada waktu hamil:
- menjaga kesehatan dan memeriksaan kehamilan secara rutin.
- Mengkonsumsi gizi yang baik.
- Tidak mengkonsumsi obat sembarangan.
- Melakukan imunisasi anti titanus.
3. Upaya saat meahirkan: diupayakan tidak menggunakan alat penyedot
bayi, apabila ibu mengalami virus herpes simplek pada vaginanya maka
harus melahirkan secara operasi caesar.
4. Upaya pada masa setelah lahir: melakukan imunisasi dasar dan imunisasi
rubela, anak dengan sakit influenza harus segera diobati gar virus tidak
masuk pada rongga telinga tengah melalui saluran eustaschius, dan
menjaga telinga dari kebisingan, seperti menggunakn pelindung telinga
bagi para pekerja di pabrik.
d. DAMPAK
1. Dampak Tunarungu bagi anak.
- Dampak Tunarungu Terhadap Perkembangan Bicara dan Bahasa
- Dampak Tunarungu Terhadap Kemampuan Akademis
- Dampak Tunarungu Terhadap Aspek Sosial-Emosional
- Dampak Tunarungu Terhadap Aspek Fisik dan Kesehatan
2. Metode Komunikasi
a. Metode oral-aural : metode berkomunikasi dengan cara yang lazim
digunakan oleh orang mendengar, yaitu melalui bahasa lisan.
b. Metode manual (isyarat) : metode komunikasi dengan menggunakan
bahasa isyarat dan ejaan jari, meliputi :
1. Abjad Jari : bentuk isyarat yang dibentuk oleh jari-jari tangan untuk
menggambarka abjad atau untuk mengeja huruf dan angka.
2. Ungkapan Badaniah atau Bahasa Tubuh → meliputi keseluruhan
ekspresi tubuh seperti sikap tubuh, ekspresi muka (mimik),
pantomimik dan gesti atau gerakan yang dilakukan seseorang secara
wajar dan alami.
3. Bahasa Isyarat asli → suatu ungkapan manual dalam bentuk isyarat
konvensional yang berfungsi sebagai pengganti kata, yang disepakati
bersama oleh kelompok atau daerah tertentu. Bahasa insyarat asli
dikelompokkan menjadi 2 yaitu :
4. Bahasa isyarat formal → bahasa nasional dalam isyarat yang biasanya
menggunakan kosakata isyarat dengan strutur bahasa yang sama
persis dengan bahasa lisan.
c. Komunikasi Total
- Komunikasi total merupakan suatu falsafah yang memungkinkan
terciptanya iklim komunikasi yang harmonis, dengan menerapkan
berbagai metode dan media komunikasi seperti system isyarat, ejaan jari,
bicara, membaca ujaran, amplifikasi (pengerasan suara dengan
menggunakan alat bantu dengar), gesti pantomimik, menggambarm,
menulis serta pemanfaatan sisa pendengaran sesuai dengan kebutuhan
dan kemampuan tunarungu secara perorangan .
4. Strategi pembelajaran.
Strategi Individualisasi, Strategi kooperatif, Strateg Modifikasi Perilaku
5. Media pembelajaran.
1. Media visual: Gambar, Grafis, Realita, Model, Slide
2. Media Audio: Program kaset suara
3. Audio-Visual: Program Video atau televise intruksional, Alat bantu
dengar (hearing aid)
6. Fasilitas pendukung.
Untuk keefektifan penyelenggaraan pendidikan khusus bagi siswa
tunarungu disekolah regular, perlu adanya fasilitas pendukung, antara lain
adanya ruang sumber yang dilengkapindengan berbagai media-untuk
memfasilitasi pemberian layanan kekhususan, seperti layanan untuk
mengembangkan kemampuan komunikasi oral
7. Penilaian
Prinsip yang harus diperhatikan yaitu:
berkesinambungan,menyeluruh,objektif dan adaptif,pedagogis.
5. Jelaskan kebutuhan khusus dan profile pendidikan bagi anak tuna grahita !
Jawaban:
Karena kelianan yang disandangnya, anak tunagrahita membutuhkan
perhatian yang lebih khusus untuk memenuhi kebutuhannya. Adapun
kebutuhan anak tunagrahita di samping yang sudah dijelaskan diatas, secara
garis besar dapat dikelompikkan menjadi kebutuhan fisik dan kebutuhan
kejiwaan, yaitu:
Kebutuhan Fisik
Kebutuhan fisik anak tunagrahita tidak berbeda dengan kebutuhan anak
normal. Kebutuhan ini menyangkut makan, minum, pakaian, dan perumahan.
Mereka juha memerlukan perawatan kesehatan pada umumnya dan
perawatan badan khususnya, bahkan mereka juga membutuhkan sarana
untuk bergerak, bermain, berolah raga, berekreasi, dan hal-hal yang
sejenisnya.
Kebutuhan Kejiwaan
Kebutuhan kejiwaan ini menyangkut kebutuhan akan penghargaan,
kebutuhan komunikasi, dan kebutuhan berkelompok.
Hal ini biasanya terjadi terutama pada anak tunagrahita berat dan sangat
berat. apabila orangtua tidak memahami hal itu dan mereka bungkam seribu
bahasa akan makna kerewelan/keganjilan tingkah laku anak, maka kebutuhan
mendasar tentang komunikasi ini tidak terpenuhi. Dialog antara orangtua
dengan anaknya tidak harmonis. selanjutnya, anak akan lebih terpukul
apabila orang tua hanya mau berbicara satu arah yaitu, menyuruh,
mengomel, membentak atau memaki, tanpa mau berusaha memahami
keterbatasan komunikasi anaknya.