Anda di halaman 1dari 7

JAWABAN TUGAS TUTORIAL II

PENGANTAR PENDIDIKAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

Nama : Sofia Pramudaningsih

NIM : 857735033

1. Definisi ketuna netraan

Tunanetra adalah kondisi di mana seseorang memiliki keterbatasan dalam


penglihatannya.
Penyebab ketunanetraan
• Menurut Mason & McCall 1999 dinegara- negara ini kasus kebutaan yang disebabkan
oleh kondisi kelainan genetis bawaan, retinopathy of prematurity atau kerusakan jalur
penglihatan, relative kecil proporsinya.
• Menurut G Sianturi, 2004 penyebab utama kebutaan di Indonesia adalah katarak,
glaucoma, kelainan refraksi, penyakit kornea, retina dan kekurangan Vitamin A.
Cara mencegah ketunanetraan
Vision 2020 akan memungkinkan masyarakat internasional untuk memerangi kebutaan yang
dapat dihindari melalui :
• Pencegahan dan pemberantasan penyakit
• Pelatihan personel
• Memperkuat infrastruktur perawatan mata yang ada
• Penggunaan teknologi yang tepat dan terjangkau
• Mobilisasi sumber-sumber
Dampak ketunanetraan bagi seseorang
Terdapat 2 mispersepsi yang saling bertentangan di kalangan masyarakat awam
tentang keadaan yang mungkin terbentuk bila orang kehilangan indra penglihatannya.
Pertama, banyak orang percaya bahwa bila orang kehilangan penglihatannya maka hilang
pulalah semua persepsinya. Hal tersebut terbentuk berdasarkan bayangan yang menakutkan
tentang betapa sulitnya kehidupan tanpa indra penglihatan. Di pihak lain, orang juga
mengamati bahwa individu tunanetra ternyata dapat melakukan banyak hal tanpa
menggunakan indra penglihatan, sesuatu yang tidak dapat benar-benar mereka mengerti,
sehingga kemampuan itu mereka atribusikan sebagai kemampuan yang didasarkan atas
penggunaan indra "keenam" yang tumbuh secara alami. Kedua, mispersepsi bahwa secara
otomatis orang tunanetra akan mengembangkan indra ke-6 untuk menggantikan fungsi indra
penglihatan.
2. Pendidikan yang sesuai dengan siswa tuna netra di sekolah umum dalam setting
pendidikan inklusi

Layanan bagi siswa tunanetra tidak hanya dilaksanakan di sekolah khusus atau SLB-
A namun dapat juga dilaksanakan di sekolah umum bersama-sama dengan siswa-siswa pada
umumnya dalam setting pendidikan inklusif.

Agar siswa tunanetra dapat berhasil dalam belajarnya bersama-sama nama dengan
teman-teman sebayanya yang awas, sekolah harus memperhatikan kebutuhan khususnya,
terutama yang berkaitan dengan ketunanetraan dan sekolah harus berusaha memenuhi
kebutuhan khusus tersebut

Tujuan pendidikan bagi anak tunanetra pada dasarnya sama dengan tujuan bagi
anak-anak lain. tujuan itu antara lain mencakup: mampu berkomunikasi secara efektif
memiliki kompetensi sosial, mampu bekerja, dan memiliki kemandirian pribadi. akan tetapi,
untuk dapat mencapai tujuan-tujuan ini siswa tunanetra memerlukan intervensi khusus
program pendidikan perlu dimodifikasi.

Bidang kurikulum yang membutuhkan strategi khusus atau penyesuaian bagi siswa
tuna netra itu itu antara lain mencakup pengembangan konsep, penggunaan teknik alternatif,
dan alat bantu belajar khusus, keterampilan sosial atau emosional keterampilan orientasi dan
mobilitas, keterampilan kehidupan sehari-hari keterampilan kerja, dan keterampilan
menggunakan sisa penglihatan

Dalam pembelajaran anak tunanetra, terdapat prinsip-prinsip yang harus


diperhatikan, antara lain prinsip: Individual, kekonkretan, atau pengalaman pengindraan,
totalitas, dan aktivitas Mandiri.

Menurut fungsinya, media pembelajaran dapat dibedakan menjadi: media untuk


Menjelaskan konsep (alat peraga) dan media untuk membantu kelancaran proses
pembelajaran (alat bantu pembelajaran)

a. alat peraga yang dapat digunakan dalam pembelajaran anak tunanetra meliputi:
objek atau situasi sebenarnya, benda asli yang diawetkan, tiruan atau model,
serta gambar.
b. alat bantu pembelajaran, antara lain meliputi: alat bantu menulis huruf braille 
Evaluasi terhadap pencapaian hasil belajar pada anak tunanetra pada dasarnya sama
dengan yang dilakukan terhadap anak Awas, namun ada sedikit perbedaan yang
menyangkut materi tes atau soal dan teknik pelaksanaan tes. materi tes atau pertanyaan yang
diajukan kepada anak tunanetra tidak mengandung unsur-unsur yang memerlukan persepsi
visual dan apabila menggunakan tes tertulis, soal hendaknya diberikan dalam huruf braille
atau menggunakan rider apabila menggunakan huruf awas.

3. Definisi ketuna runguan / gangguan komunikasi

Tunarungu adalah ketidakmampuan mendengar dari yang ringan sampai yang berat
sekali yang digolongkan kepada tuli dan kurang mendengar. orang tuli adalah seseorang
yang mengalami ketidakmampuan mendengar, sehingga mengalami hambatan di dalam
memproses informasi bahasa melalui pendengaran nya dengan atau tanpa menggunakan alat
bantu dengar.
Penyebab

a. Penyebab tunarungu tipe konduktif:

1. Kerusakan atau gangguan yang terjadi pada telinga luar yang dapat disebabkan
antara lain oleh

a) tidak terbentuknya lubang telinga bagian luar


b) terjadinya peradangan pada lubang telinga luar

2. Kerusakan atau gangguan yang terjadi pada telinga tengah yang dapat
disebabkan antara lain oleh

a) Rudapaksa yaitu adanya tekanan atau benturan yang keras pada telinga
seperti karena jatuh, tabrakan, tertusuk dsb.
b) Terjadinya peradangan atau infeksi pada telinga tengah
c) Otosclerosis yaitu terjadinya pertumbuhan tulang pada kaki tulang staples
d) Tympanisclerosis yaitu itu adanya lapisan kalsium atau zat kapur pada
gendang dengar dan tulang pendengaran
e) Anomali congenital dari tulang pendengaran atau tidak terbentuknya tulang
pendengaran yang dibawa sejak lahir
f) Disfungsi tuba eustachius (saluran yang menghubungkan rongga telinga
tengah dengan rongga mulut) akibat alergi atau tumor pada nasopharynx

b. Penyebab terjadinya tunarungu tipe sensorineural


1. disebabkan oleh faktor genetik atau keturunan
2. disebabkan oleh faktor non genetik antara lain

a. rubella (campak Jerman)


b. ketidak sesuaian antara darah ibu dan anak
c. meningitis (radang selaput otak)
d. trauma akustik 
Cara pencegahan terjadinya ketuna runguan
a. pada saat sebelum nikah atau pranikah antara lain: menghindari pernikahan  sedarah
atau pernikahan dengan saudara dekat; melakukan pemeriksaan darah dan melakukan
konseling genetik.
b. upaya yang dapat dilakukan waktu hamil antara lain: menjaga kesehatan dan
memeriksa kehamilan secara teratur; mengkonsumsi gizi yang baik atau seimbang,
tidak meminum obat sembarangan, dan melakukan imunisasi tetanus
c. upaya yang dapat dilakukan pada saat melahirkan antara lain: tidak menggunakan alat
penyedot dan apabila Ibu tersebut terkena virus herpes simpleks pada daerah
vaginanya, maka kelahiran harus melalui operasi Caesar.
d. upaya yang dapat dilakukan pada masa setelah lahir antara lain; melakukan imunisasi
dasar serta imunisasi rubella yang sangat penting, terutama bagi wanita, mencegah
sakit influenza yang terlalu lama (terutama pada anak) dan menjaga telinga dari
kebisingan
dampak tuna rungu bagi anak

Ada beberapa dampak yang ditimbulkan oleh adanya gangguan komunikasi antara lain:

1. Hambatan dalam berinteraksi sosial

Sebagai makhluk sosial seorang manusia perlu berinteraksi dengan lingkungan,


untuk mengadakan interaksi sosial tersebut diperlukan adanya kemampuan
berkomunikasi yang baik, oleh karena itu seorang anak yang mengalami hambatan
atau gangguan dalam kemampuan berkomunikasi akan mengalami hambatan
dalam berinteraksi dengan lingkungannya

2. Hambatan dalam pengembangan gangguan akademik

Dalam pengembangan kemampuan akademik, kemampuan berbahasa baik secara


reseptif maupun ekspresif memegang peranan penting oleh karena itu gangguan
dalam kemampuan berbahasa dapat menghambat seseorang dalam
mengembangkan Kemampuan akademiknya 
Pendidikan bagi siswa tuna rungu

Sebagaimana anak lainnya yang mendengar anak tunarungu membutuhkan


pendidikan untuk mengembangkan potensinya secara optimal. untuk memenuhi kebutuhan
tersebut, diperlukan layanan pendidikan yang disesuaikan dengan karakteristik,
kemampuan dan ketidakmampuan nya. Disamping sebagai kebutuhan pemberian layanan
pendidikan kepada anak tunarungu, didasari oleh beberapa landasan yaitu landasan agama,
kemanusiaan, hukum dan pedagogis.

Ditinjau dari jenisnya, layanan Pendidikan terhadap anak tunarungu meliputi


Layanan Umum dan layanan khusus. Layanan umum merupakan layanan yang biasa
diberikan kepada anak mendengar atau normal, sedangkan layanan khusus merupakan
layanan yang diberikan untuk mengurangi dampak kelainannya yang meliputi layanan
Bina bicara serta Bina persepsi bunyi dan Irama.

Ditinjau dari tempat atau sistem pendidikannya layanan pendidikan bagi anak
tunarungu dikelompokkan menjadi sistem segregasi dan integrasi atau terpadu. System
segresi merupakan system pendidikan yang yang terpisah dari penyelenggaraan
pendidikan untuk anak mendengar atau normal. Tempat pendidikan bagi anak tunarungu
meliputi sistem ini meliputi sekolah khusus (SLB-B), SDLB dan kelas jauh atau kelas
kunjung. Sistem pendidikan integrasi atau terpadu, merupakan sistem pendidikan yang
memberikan kesempatan kepada anak tunarungu untuk belajar pendidikan yang
memberikan kesempatan kepada anak tunarungu untuk belajar bersama anak mendengar
atau normal di sekolah umum atau biasa, melalui sistem ini anak tunarungu ditempatkan
dalam berbagai bentuk keterpaduan yang sesuai dengan kemampuannya. Depdikbud
(1984) mengelompokkan bentuk keterpaduan tersebut menjadi kelas biasa. Kelas biasa
dengan ruang bimbingan khusus serta kelas khusus.

Strategi pembelajaran bagi anak tunarungu pada dasarnya sama dengan strategi
pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran bagi anak mendengar atau normal,
akan tetapi dalam pelaksanaannya harus bersifat visual, artinya lebih banyak
memanfaatkan indera penglihatan siswa tunarungu

Pada dasarnya tujuan dari fungsi evaluasi dalam pembelajaran siswa tunarungu
sama dengan siswa mendengar atau normal yaitu untuk mengukur tingkat penguasaan
materi pelajaran, serta untuk umpan balik bagi guru. Kegiatan evaluasi bagi siswa
tunarungu harus memperhatikan prinsip-prinsip berkesinambungan, menyeluruh objektif
dan pedagogis. Sedangkan alat evaluasi secara garis besar dibagi atas dua macam yaitu
alat evaluasi umum yang digunakan dalam pembelajaran dikelas biasa dan alat evaluasi
khusus yang digunakan dalam pembelajaran di kelas khusus dan ruang bimbingan khusus.

4.Definisi Tunagrahita

Tunagrahita adalah seseorang yang mengalami keterlambatan fungsi kecerdasan


secara umum berada dibawah usia kronologisnya secara meyakinkan, sehingga
membutuhkan layanan pendidikan khusus .

Penyebab

Ketunagrahitaan dapat disebabkan oleh faktor gen dan kromosom, faktor


prakelahiran, saat lahir, dan faktor yang terjadi selama masa perkembangan anak-anak dan
remaja.
Cara pencegahan terjadinya tuna grahita

Alternatif pencegahan yang dapat dilakukan diantaranya mengadakan penyuluhan


genetik, pemeriksaan kesehatan, terutama pada saat ibu hamil, sanitasi lingkungan,
imunisasi,intervensi dini, dan diet sesuai petunjuk ahli kesehatan.
5.kebutuhan khusus dan profile pendidikan bagi anak tuna grahita

Anak tunagrahita memiliki kebutuhan khusus seperti, kebutuhan pendidikan,


kebutuhan sosial emosional, dan kebutuhan fisik dan kesehatan. Kebutuhan itu erat kaitannya
dengan berat dan ringannya ketunagrahitaan, seperti kebutuhan fisik dan kesehatan
kemungkinan tidak dibutuhkan oleh anak tunagrahita ringan, tetapi sebaliknya hal itu
dibutuhkan bagi anak tunagrahita sedang dan berat.

Profile pendidikan bagi anak tuna grahita

Tempat pendidikan anak tunagrahita ialah di tempat khusus terutama bagi anak
tunagrahita yang kelainannya sedang dan berat sedangkan tunagrahita ringan dapat
ditempatkan di sekolah umum dengan segala variasinya yang disesuaikan dengan keadaan
anak tersebut
Strategi pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan anak tunagrahita akan
mendukung tercapainya suasana belajar yang baik dan pada akhirnya tercapai tujuan
belajar. Strategi yang mungkin efektif digunakan di sekolah umum adalah strategi
pengajaran yang di individualisasi kan dan kooperatif dan modifikasi tingkah laku.

Media pelajaran anak tunagrahita selain media yang biasa digunakan pada proses
belajar serta umum diperlukan media khusus seperti media untuk latihan motorik latihan
keseimbangan dan latihan konsentrasi.

Evaluasi belajar anak tunagrahita mengacu pada evaluasi belajar anak biasa hanya
saja perlu dimodifikasi dalam waktu pelaksanaan evaluasi alat evaluasi kriteria
keberhasilan dan pencatatan hasil evaluasi.

Anda mungkin juga menyukai