Dampak fisik/kesehatan
Baik struktur maupun fungsi tubuh pada umumnya anak tunagrahita kurang dari anak normal.
Mereka baru dapat berjalan dan berbicara pada usia yang lebih tua dari anak normal.
3. Tujuan pendidikan tunagrahita berdasarkan tingkat ketunagrahitaannya
a. tujuan pendidikan anak tunagrahita ringan adalah
(1) agar dapat mengurus dan membina diri
(2) agar dapat bergaul di masyarakat; dan
(3) agar dapat mengerjakan sesuatu untuk bekal hidupnya
b. tujuan pendidikan anak tunagrahita sedang adalah
(1) agar dapat mengurus diri, seperti makan minum, berpakaian, dan kebersihan badan
(2) agar dapat beraul dengan anggota keluarga dan tetanga, serta
(3) agar dapat mengerjakan sesuatu secara rutin dan sederhana
c. tujuan pendidikan anak tunagrahita berat dan sangat berat adalah
(1) agar dapat mengurus diri secara sederhana ( memberitanda atau kata-kata apabila
menginginkan sesuatu, seperti makanan
(2) agar dapat melakukan kesibukanyang bermanfaat ( misalnya mengisi kotak-koak dengan
paku )
(3) agar dapat bergembira (seperti berlatih mendengarkan nyayian, menonton tv, menatap mata
orang yang berbicaradenganya )
4. Dampak tunadaksa terhadap kemampuan akademik, sosial/emosional, dan fisik/kesehatan
Dampak tunadaksa terhadap kemampuan akademik
Kemampuan belajar anak-anak penyandang tunadaksa terbatas, disbanding kemampuan pada anak
normal.
Dampak tunadaksa terhadap kemampuan social/emosional
sifat anak tunadaksa yang cenderung merasa apatis, malu, rendah diri, sensitif dan kadang-kadang
pula muncul sikap egois terhadap lingkungannya yang disebabkan oleh perkembangan dan
pembentukan pribadi yang kurang didukung oleh lingkungan sekitar. Keadaan seperti ini
mempengaruhi kemampuan dalam hal sosialisasi dan interaksi sosial terhadap lingkungan
sekitarnya atau dalam pergaulan sehari-harinya.
Dampak tunadaksa terhadap Aspek Fisik
Kesulitan aktifitas motoric
Hiperaktif, Hipoaktif, Gangguan koordinasi motorik. Cirinya adalah ketidakselarasan gerak
baik gerak motorik halus maupun kasar.
Kesulitan dalam penyesuaian diri
Disebabkan karena keadaan atau kondisi fisik yang dialami dan disebabkan oleh respon
masyarakat atau lingkungan.
Hambatan dalam perkembangan kognitif
Disebabkan oleh keterbatasan fungsi gerak sangat mempengaruhi eksplorasi lingkungan
sehingga menghambat perkembangan fungsi kognitif.
Gangguan perhatian
5. kebutuhan khusus anak tunadaksa
a) Kebutuhan akan keleluasaan gerak dan memosisikan diri. Contoh : alat khusus untuk
bergerak(kursi toda, tongkat, alat penopang)
b) Kebutuhan komunikasi. Contoh : alat komunikasi khusus(papan komunikasi)
c) Kebutuhan ketrampilan memelihara diri. Contoh : latihan dan bantuan dalam melakukan kegiatan
merawat diri
d) Kebutuhan psikososial. Contoh : tanamkan kepercayaan diri dan selalu bersyukur pada penyandang
tunadaksa .
6. Dampak tunalaras terhadap kemampuan akademik, sosial/emosional, dan fisik/kesehatan
a. Dampak Akademik
Kelainan perilaku akan mengakibatkan adanya penyesuaian sosial dan sekolah yang buruk. Akibat
penyesuaian yang buruk tersebut maka dalam belajarnya memperlihatkan ciri-ciri sebagai berikut.
1. Pencapaian hasil belajar yang jauh di bawah rata-rata.
2. Sering kali dikirim ke kepala sekolah atau ruangan bimbingan untuk tindakan discipliner
3. Sering kali tidak naik kelas atau bahkan ke luar sekolahnya.
4. Sering kali membolos sekolah.
5. Lebih sering dikirim ke lembaga kesehatan dengan alasan sakit, perlu istirahat.
6. Anggota keluarga terutama orang tua lebih sering mendapat panggilan dari petugas kesehatan
atau bagian absensi.
7. Orang yang bersangkutan lebih sering berurusan dengan polisi.
8. Lebih sering menjalani masa percobaan dari yang berwewenang.
9. Lebih sering melakukan pelanggaran hukum dan pelanggaran tanda-tanda lalu lintas.
b. Dampak Sosial/Emosional
a. Karakteristik social
Masalah yang menimbulkan gangguan bagi orang lain, dengan ciri-ciri: perilaku tidak
diterima oleh masyarakat dan biasanya melanggar norma budaya, dan perilaku melanggar
aturan keluarga, sekolah, dan rumah tangga.
Perilaku tersebut ditandai dengan tindakan agresif, yaitu tidak mengikuti aturan, bersifat
mengganggu, mempunyai sikap membangkang atau menentang, dan tidak dapat bekerja
sama
Melakukan kejahatan remaja, seperti telah melanggar hukum
b. Karakteristik emosional
Adanya hal-hal yang menimbulkan penderitaan bagi anak, seperti tekanan batin dan rasa
cemas.
Adanya rasa gelisah, seperti rasa malu, rendah diri, ketakutan, dan sangat sensitif atau
perasa.
c. Dampak Fisik/Kesehatan
Karakteristik fisik/kesehatan anak tunalaras ditandai dengan adanya gangguan makan,
gangguan tidur, dan gangguan gerakan (Tik). Sering kali anak merasakan ada sesuatu yang tidak
beres pada jasmaninya, ia mudah mendapat kecelakaan, merasa cemas terhadap kesehatannya,
merasa seolah-olah sakit. Kelainan lain yang berwujud kelainan fisik, seperti gagap, buang air
tidak terkendali, sering mengompol, dan jorok.
7. Kauffman (1985) mengemukakan jenis-jenis model pendekatan sebagai berikut :
a) Model biogenetic. Model ini dipilih berdasarkan asumsi bahwa gangguan perilaku disebabkan oleh
kecacatan geniti atau biokimiawi sehingga penyembuhannya ditekankan pada pengobatan, diet,
olahraga, operasi, atau mengubah lingkungan.
b) Model behavioral (tingkah laku). Model ini mempunyai asumsi bahwa gangguan emosi merupakan
indikasi ketidakmampuan menyesuaikan diri yang terbentuk, bertahan, dan mungkin berkembang
karena berinteraksi dengan lingkungan, baik di sekolah maupun di rumah. Oleh karena itu,
penanganannya tidak hanya ditujukan kepada anak, tetapi pada lingkungan tempat anak belajar dan
tinggal.
c) Model psikodinamika. Model ini berpandangan bahwa perilaku yang menyimpang atau gangguan
emosi disebabkan oleh gangguan atau hambatan yang terjadi dalam proses perkembangan
kepribadian. Oleh karena itu, untuk mengatasi gangguan perilaku itu dapat diadakan pengajaran
psikoedukasional, yaitu menggabungkan usaha membantu anak dalam mengekspresikan dan
mengendalikan perasaannya.
d) Model ekologis. Model ini menganggap bahwa kehidupan ini terjadi karena adanya interaksi antar
individu dengan lingkungannya. Gangguan perilaku terjadi karena adanya disfungsi antara anak
dengan lingkungannya. Oleh karena itu, model ini menghendaki dalam memperbaiki problem
perilaku agar mengupayakan interaksi yang baik antara anak tentang lingkungannya.
8. Ahli lain yaitu Hallahan dan Kauffman (1991: 127-128) mengemukan 3 (tiga) faktor penyebab
kesulitan belajar yaitu : (1) organis / biologis, (2) genetik, dan (3) lingkungan. Banyak ahli yang
meyakini bahwa timbulnya kesulitan belajar khusus pada anak disebabkan oleh adanya disfungsi dari
sistem syaraf pusat.
9. Gejala yang sering dijumpai pada anak berkesulitan belajar menurut Clement.
Masalah persepsi dan koordinasi
Gangguan dalam perhatian dan hiperaktif
Mengalami gangguan dalam masalah mengingat dan berpikir
Kurang mampu menyesuaikan diri
Menunjukkan gejala sebagai siswa yang tidak aktif
Pencapaian belajar yang rendah