Anda di halaman 1dari 7

Prinsip-Prinsip Pengembangan Bahan Ajar

Sebagai yang telah disebutkan sebelumnya bahwa Dalam mengembangkan bahan ajar tentu perlu
memperhatikan prinsisp-prinsip pembelajaran.Gafur (1994) menjelaskan bahwa beberapa prinsip yang
perlu diperhatikan dalam penyusunan bahan ajar atau materi pembelajaran diantaranya meliputi prinsip
relevansi, konsistensi, dan kecukupan. Ketiga penerapan prinsip-prinsip tersebut dipaparkan sebagai
berikut:

1. Prinsip relevansi, artinya keterkaitan. Materi pembelajaran hendaknya relevan atau ada kaitan atau
ada hubungannya dengan pencapaian SK dan KD. Cara termudah ialah dengan mengajukan pertanyaan
tentang kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa. Dengan prinsip dasar ini, guru akan mengetahui
apakah materi yang hendak diajarkan tersebut materi fakta, konsep, prinsip, prosedur, aspek sikap atau
aspek psikomotorik sehingga pada gilirannya guru terhindar dari kesalahan pemilihan jenis materi yang
tidak relevan dengan pencapaian SK dan KD.[1]

Contoh:

KD 1.1 SMP Kelas IX Mengidentifikasi bangun-bangun yang sama dan sebangun (kongruen), maka
pemilihan materi pembelajaran yang disampaikan seharusnya “Syarat dua bangun yang sama dan
sebangun (kongruen), foto dan model berskala, syarat dua bangun yang sebangun, dan panjang sisi pada
dua bangun yang sama dan sebangun (kongruen).

2. Prinsip konsistensi, artinya keajegan. Artinya ada kesesuaian (jumlah/banyaknya) antara


kompetensi dan bahan ajar; jika kompetensi dasar yang ingin dibelajarkan mencakup keempat
keterampilan berbahasa, bahan yang dipilih/dikembangkan juga mencakup keempat hal itu.

Contoh:

Kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa adalah pengoperasian bilangan yang meliputi
penambahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian, maka materi yang diajarkan juga harus meliputi
teknik penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian.[2]

3. Prinsip kecukupan, artinya materi yang diajarkan hendaknya cukup memadai dalam membantu
siswa menguasai kompetensi dasar yang diajarkan. Materi tidak boleh terlalu sedikit, dan tidak boleh
terlalu banyak. Jika terlalu sedikit akan kurang membantu mencapai SK dan KD. Sebaliknya, jika terlalu
banyak akan membuang-buang waktu dan tenaga yang tidak perlu untuk mempelajarinya.

Pengembangan bahan ajar hendaklah memperhatikan prinsip-prinsip pembelajaran. Diantara prinsip


pembelajaran tersebut adalah:

a. Mulai dari yang mudah untuk memahami yang sulit, dari yang kongkret untuk memahami yang
abstrak.
Siswa akan lebih mudah memahami suatu konsep tertentu apabila penjelasan dimulai dari yang mudah
atau sesuatu yang kongkret, sesuatu yang nyata ada di lingkungan mereka. Misalnya untuk menjelaskan
konsep pasar, maka mulailah siswa diajak untuk berbicara tentang pasar yang terdapat di tempat
mereka tinggal. Setelah itu, kita bisa membawa mereka untuk berbicara tentang berbagai jenis pasar
lainnya.

b. Pengulangan akan memperkuat pemahaman.

Dalam pembelajaran, pengulangan sangat diperlukan agar siswa lebih memahami suatu konsep.
Walaupun maksudnya sama, sesuatu informasi yang diulang-ulang, akan lebih berbekas pada ingatan
siswa. Umpan balik positif akan memberikan penguatan terhadap pemahaman siswa.

c. Umpan balik positif akan memberikan penguatan terhadap pemahaman siswa.

Seringkali kita menganggap enteng dengan memberikan respond yang sekedarnya atas hasil kerja siswa.
Padahal respond yang diberikan oleh guru terhadap siswa akan menjadi penguatan pada diri siswa.
Perkataan seorang guru seperti ’ya benar’ atau ‚’ya kamu pintar’ atau,’itu benar, namun akan lebih baik
kalau begini...’ akan menimbulkan kepercayaan diri pada siswa bahwa ia telah menjawab atau
mengerjakan sesuatu dengan benar. Sebaliknya, respond negatif akan mematahkan semangat siswa.
Untuk itu, jangan lupa berikan umpan balik yang positif terhadap hasil kerja siswa.

d. Motivasi belajar yang tinggi merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan. Seorang siswa yang
memiliki motivasi belajar tinggi akan lebih berhasil dalam belajar. Untuk itu, maka salah satu tugas guru
dalam melaksanakan pembelajaran adalah memberikan dorongan (motivasi) agar siswa mau belajar.
Banyak cara untuk memberikan motivasi, antara lain dengan memberikan pujian, memberikan harapan,
menjelas tujuan dan manfaat, memberi contoh, ataupun menceritakan sesuatu yang membuat siswa
senang belajar, dan lain-lain.

e. Mencapai tujuan ibarat naik tangga, setahap demi setahap, akhirnya akan mencapai ketinggian
tertentu.

Pembelajaran adalah suatu proses yang bertahap dan berkelanjutan. Untuk mencapai suatu standard
kompetensi yang tinggi, perlu dibuatkan tujuan-tujuan antara. Ibarat anak tangga, semakin lebar anak
tangga semakin sulit kita melangkah, namun juga anak tangga yang terlalu kecil terlampau mudah
melewatinya. Untuk itu, maka guru perlu menyusun anak tangga tujuan pembelajaran secara pas, sesuai
dengan karakteristik siswa. Dalam bahan ajar, anak tangga tersebut dirumuskan dalam bentuk indikator-
indikator kompetensi.

f. Mengetahui hasil yang telah dicapai akan mendorong siswa untuk terus mencapai tujuan.

Dalam proses pembelajaran, guru ibarat pemandu perjalanan. Dengan demikian, semua peserta dapat
mencapai kota tujuan dengan selamat. Dalam pembelajaran, setiap anak akan mencapai tujuan tersebut
dengan kecepatannya sendiri, namun mereka semua akan sampai kepada tujuan meskipun dengan
waktu yang berbeda-beda. Inilah sebagian dari prinsip belajar tuntas.
2. Prinsip-Prinsip Bahan Ajar untuk Guru

Dalam memilih, menentukan, menyusun, dan mengembangkan sumber atau bahan ajar, guru
hendaknya memerhatikan beberapa prinsip sebagai berikut.[3]

a) Menimbulkan minat baca.

Bahan ajar yang baik seyogyanya dirancang dan dikemas sedemikian rupa untuk dapat menarik dan
menimbulkan minat baca bagi para siswa. Bahan dan sumber ajar yang paling banyak digunakan
sekarang ini adalah yang berbentuk bahan cetak seperti: hand out, buku, modul, lembar kerja siswa,
brosur, leaflet. Bentuk bahan ajar seperti ini tentu saja ditujukan dan diperuntukan untuk dibaca siswa.
Namun, keberadaan sumber belajar ini kerap kali tidak menarik minat siswa untuk membaca dan
menggali informasi yang berada di dalamnya. Hal ini bisa jadi karena sumber belajar tersebut
ditampilkan secara asal-asalan, miskin informasi, dan pengayaan semisal gambar atau ilustrasi yang
menarik, atau mungkin juga sumber atau bahan ajar yang disajikan terlalu rumit, sukar, dan monoton.
Hal ini semestinya menjadi perhatian guru untuk benar-benar dapat memilih, menentukan, menyusun,
dan mengembangkan sumber dan bahan ajar yang mampu menarik minat baca siswa, sehingga materi-
materi pelajaran yang terdapat di dalamnya dapat dengan mudah dibaca dan dipahami siswa.[4]

b) Ditulis dan dirancang untuk siswa.

Guru harus paham benar bahwa sumber dan bahan ajar yang disusun adalah benar-benar ditujukan dan
diperuntukan bagi siswa. Oleh karena itu guru harus benar-benar pandai memilah dan menyeleksi
bahan-bahan dan sumber-sumber belajar yang benar-benar sesuai dengan tingkat kompetensi dan
pemahaman siswa. Bahan ajar harus dipilih sesuai dengan motivasi siswa. Motivasi dalam hal ini
menyangkut minat, apresiasi, aspirasi dan ambisi. Kesemuanya memengaruhi proses belajar mereka.
Oleh karenanya, pemahaman yang baik tentang motivasi akan menjadi fondasi bagi guru dalam
menentukan materi dan metode ajar yang menarik minat siswa.

c) Menjelaskan tujuan instruksional.

Sumber dan bahan ajar yang baik harus dapat menjelaskan tujuan instruksional yang hendak dicapai
dalam proses pembelajaran. Artinya sumber dan bahan ajar tersebut harus sesuai dengan tujuan yang
hendak dicapai atau memenuhi apa-apa yang dapat dikerjakan oleh siswa pada kondisi tingkat
kompetensi tertentu. Sumber dan bahan ajar yang digunakan guru setidaknya mengisyaratkan
pernyataan yang spesifik yang dinyatakan dalam bentuk perilaku atau penampilan yang diwujudkan
dalam bentuk tulisan untuk menggambarkan hasil belajar yang diharapkan.

d) Disusun berdasarkan pola belajar yang fleksibel.

Sumber atau bahan ajar yang baik hendaknya bisa mengakomodir semua pola belajar siswa. Masing-
masing siswa adalah sebuah individu yang unik yang memiliki karakter yang berbeda, termasuk dalam
gaya dan pola belajarnya. Sumber atau bahan belajar yang baik hendaknya juga mempertimbangkan hal
tersebut. Materi, konsep, informasi, kegiatan dan ragam latihan yang tertuang dalam sumber atau
bahan ajar hendaknya dikemas sedemikian rupa dengan memadukan berbagai pola belajar yang
fleksibel, seperti penugasan individu, kelompok, kolaborasi, dan lain sebagainya.

e) Struktur berdasarkan kebutuhan siswa dan kompetensi yang akan dicapai.

Sumber atau bahan ajar harus benar-benar terstruktur dan sesuai dengan kebutuhan siswa serta tingkat
kompetensi yang akan dicapai. Dengan kata lain, sumber atau bahan ajar harus dapat menjawab analisis
kebutuhan siswa dalam proses pembelajaran dan memerhatikan benar setiap kompetensi yang telah
ditentukan dan akan dicapai dalam setiap proses pembelajarannya.

f) Memberi kesempatan pada siswa untuk berlatih.

Sumber atau bahan ajar tidaklah semata hanya berisi segudang informasi yang menjelaskan dan
memaparkan fakta dan konsep belaka. Oleh karena itu, sumber atau bahan ajar yang baik hendaknya
dapat mengakomodir kebutuhan siswa untuk berlatih dan melakukan kegiatan pembelajaran lain
melalui sumber atau materi yang ada dalam bahan ajar. Berbagai tugas, kegiatan, dan latihan harus
termaktub dalam bahan ajar. Akan tetapi perlu diperhatikan juga bentuk-bentuk tagihan dan tugas serta
latihan yang terdapat dalam bahan ajar tersebut. Jangan sampai kegiatan dan latihan yang diberikan
menjadikan anak atau siswa menjadi enggan untuk berlatih dan mengembangkan pengetahuan serta
keterampilannya.[5]

3. Prinsip-Prinsip Pemilihan Bahan Ajar

Dalam pemilihan bahan ajar dibagi menjadi 5 macam :

1. Pemilihan Bahan Ajar Cetak

Secara umum, ada dua hal yang perlu diperhatikan dalam memilih bahan ajar cetak yaitu kita harus
memperhatikan informasi yang terkandung didalamnya, apakah sesuai dengan bahan yang diperlukan
untuk memenuhi kebutuhan kompetensi peserta didik atau tidak dan jangan sampai bahan ajar yang
kita pilih terkandung materi yang kurang sesuai dengan materi yang seharusnya menjadi menu peserta
didik dalam mencapai kompetensinya.

1. Pemilihan Handout

Pertimbangan yang perlu diperhatikan dalam pemilihan bahan ajar handout adalah sebagai berikut:

a) Substansi materi yang disajikan harus memiliki relevansi dengan kompetensi yang harus dikuasai
oleh peserta didik.

b) Materi memberikan penjelasan secara lengkap.

c) Padat pengetahuan
d) Kebenaran materi dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.

e) Kalimat yang disajikan singkat dan jelas

f) Dapat diambil dari buku atau hasil download dari internet.

2. Pemilihan Buku Teks Pelajaran

a) Substansi materi memiliki relevansi dengan kompetensi dasar atau materi pokok yang harus dikuasi
oleh peserta didik.

b) Materi dalam buku lengkap, paling tidak mampu memberikan penjelasan secara lengkap.

c) Padat pengetahuan dan jelas secara keilmuan.

d) Kebenaran materi dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.

e) Kalimat yang disajikan singkat dan jelas

f) Penampilan fisik bukunya menarik atau menimbulkan motivasi untuk membaca.

2. Pemilihan Bahan Ajar Non Cetak (Model/ Maket)

Adapun beberapa pertimbangan dalam memilih model / maket sebagai bahan ajar antara lain: memiliki
relevansi dengan materi yang akan diajarkan dan memiliki ukuran yang tidak terlalu besar dan bobotnya
juga tidak terlalu berat, sehingga dapat dipindahkan oleh satu orang.[6]

3. Pemilihan Bahan Ajar Audio

a) Substansi materi yang disajikan dalam radio/kaset harus memiliki relevansi dengan kompetensi
yang harus dikuasai oleh peserta didik.

b) Program radio yang disajikan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.

c) Direkam terlebih dahulu, agar dapat didengar dengan jelas.

d) Dilengkapi dengan keterangan tertulis.

e) Beberapa radio siaran menyediakan program pendidikan.

4. Pemilihan Bahan Ajar Audio Visual

a) Substansi materi yang disajikan dalam video atau film harus memiliki relevansi dengan kompetensi
yang harus dikuasai oleh peserta didik.

b) Alur cerita yang ada merupakan sajian yang menarik dan diturunkan dari standar
kompetensi/kompetensi dasar dalam kurikulum.

c) Ditampilkan dalam satu cerita yang menarik, sehingga peserta didik tertarik untuk mempelajarinya.
d) Kebenaran materi dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.

e) Durasinya tidak terlalu lama, paling lama 20 menit.

f) Pilih video/film yang sesuai, misalnya tentang dokumentasi, situasi diskusi, atau suatu percobaan.

5. Pemilihan Bahan Ajar Multimedia Interaktif

Beberapa pertimbangan yang perlu diperhatikan dalam memilih bahan ajar interaktif, antara lain:

a) Substansi materi yang disajikan dalam program interaktif harus memiliki relevansi dengan
kompetensi yang harus dikuasai oleh peserta didik.

b) Program interaktif yang disajikan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.

c) Disajikan dalam bentuk disket atau CD.

d) Dilengkapi dengan keterangan tertulis.

e) Penyajiannya menarik.

BAB III

PENUTUP

Simpulan

· Prinsip-prinsip pengembangan bahan ajar terbagi atas:

1. Relevansi(keterkaitan, ada kaitan)

2. Konsistensi(keajegan)

3. Kecukupan(memadai keluasannya, ketercukupannya)

· Prinsip-Prinsip Bahan Ajar untuk Guru

Dalam memilih, menentukan, menyusun, dan mengembangkan sumber atau bahan ajar, guru
hendaknya memerhatikan beberapa prinsip sebagai berikut.

a. Menimbulkan minat baca.

b. Ditulis dan dirancang untuk siswa.

c. Menjelaskan tujuan instruksional.

d. Disusun berdasarkan pola belajar yang fleksibel.


e. Struktur berdasarkan kebutuhan siswa dan kompetensi yang akan dicapai.

f. Memberi kesempatan pada siswa untuk berlatih.

· Prinsip-Prinsip Pemilihan Bahan Ajar

1. Pemilihan Bahan Ajar Cetak

2. Pemilihan Bahan Ajar Non Cetak (Model/ Maket)

3. Pemilihan Bahan Ajar Audio

4. Pemilihan Bahan Ajar Audio Visual

5. Pemilihan Bahan Ajar Multimedia Interaktif

Anda mungkin juga menyukai