3A
Bahasa dan sastra merupakan satu mata uang dengan dua sisi yang saling berkaitan. Mereka
memiliki hubungan yang sangat erat. Keduanya juga merupakan mata pelajaran yang wajib
diajarkan. Oleh karena itu, empat aspek keterampilan berbahasa juga terdapat dalam
kemampuan bersastra.
02. Berikan contoh perpaduan aspek keterampilan berbahasa dengan aspek sastra dari materi
dan hasil belajarnya!
Jawab:
Materi: Dongeng
Aspek keterampilan berbahasa:
1. Mendengarkan: siswa mendengarkan pembacaan dongeng oleh guru atau teman
sekelas untuk memahami isi yang disampaikan
2. Membaca: siswa membaca dongeng dengan penuh ekspresi, lancar, pelafalannya
benar, intonasi yang wajar
3. Berbicara: siswa membacakan dongeng secara lisan dengan intonasi yang tepat,
ekspresi yang sesuai dan isi dongeng tersampaikan pada pendengar
Aspek sastra:
1. Analisis dongeng: siswa menganalisis dongeng yang dibaca dengan mengidentifikasi
tema, tokoh, watak, latar, alur cerita dan amanat yang terdapat pada dongeng.
2. Siswa memahami berbagai jenis dongeng seperti, dongeng Binatang atau fabel
contohnya Si kancil, dongeng parable contohnya Kisah Malin Kundang dan
membandingkan karakteristik dongeng tersebut.
Contoh hasil belajar
Siswa akan dapat:
1. Mendengarkan dongeng dengan baik, pelafalan yang sesuai dan ekspresi yang tepat
2. Membaca dongeng dengan lancar dan menghayati serta sesuai dengan struktur
dongeng
3. Memahami berbagai jenis dongeng dan membandingkan karakteristik dongeng terebut
4. Menganalisis dongeng dengan mengidentifikasi tema, tokoh, latar, watak, alur cerita
dan amanat yang disampaikan pengarang kepada pembaca.
Rafli dan Iman saling menceritakan pengalamannya dalam mengajar siswa kelas 1.
Khususnya ketika mereka memberikan pembelajaran membaca menulis permulaan. Rafli
mengatakan bahwa orientasi dari MMP ini, yaitu pada kemampuan melek huruf dan bukan
melek wacana. Akan tetapi, Iman tidak setuju dengan pendapat Rafli. Bagi Iman,
kemampuan melek huruf dan melek wacana dapat dilakukan dalam satu kegiatan
pembelajaran sehingga siswa memliki dua kemampuan itu sekaligus. Hal ini disebabkan
Iman telah berhasil melakukan kegiatan tersebut meskipun siswa-siswa Iman sebagian besar
berasal dari menengah ke bawah. Iman juga menggunakan model pembelajaran MMP tanpa
buku.
#PERBEDAAN#
Melek huruf merujuk pada kemampuan seseorang dalam mengenali, memahami huruf-
huruf sebagai simbol dari bunyi-bunyi dalam bahasa tertulis. Sedangkan melek wacana
mampu memahami konteks dari suatu teks, menganalisis dan menggunakan bahasa secara
kontekstual dalam sebuah teks.
04. Pendapat Rafli atau Imankah yang tepat, jelaskan alasan pendapat Anda! (sebagai bahan
pertimbangan dengan metode pembelajaran MMP)
Jawab:
Berdasarkan kasus di atas, menurut saya pendapat iman lebih tepat. Karena kemampuan
melek huruf dan melek wacana dapat dikembangkan dalam satu kegiatan. Dalam hal ini,
siswa tidak hanya belajar huruf-huruf saja, tetapi juga langsung membaca dan menulis teks
yang bermakna. Dengan seperti ini,siswa dapat mengembangkan keterampilan melek
huruf dan keterampilan melek wacana secara bersamaan. Pendekatan ini memungkinkan
siswa untuk terlibat dalam teks dengan kehidupan sehari-hari mereka, sehingga
pembelajaran menjadi relevan dan meningkatkan motivasi pemahaman mereka.
05. Pilihlah dan jelaskan alasan Anda variasi-variasi kegiatan pembelajaran MMP yang sesuai
dengan kondisi siswa-siswa Iman!
Berdasarkan kasus di atas, variasi kegiatan pembelajaran MMP yang sesuai dengan
kondisi siswa Iman yang mayoritas berlatar belakang sosial dan ekonomi menengah ke
bawah di antaranya,
1. Kegiatan pembelajaran berbasis permainan: menggunakan permainan edukatif sebagai
sarana pembelajaran yang baik. Contohnya, bisa menggunakan flashcard yang di
dalamnya terdapat gambar huruf dan kata, siswa diminta untuk mengenali gambar
huruf tersebut dan mencocokan kata-kata yang sesuai. Permainan ini dapat membuat
siswa mengembangkan kemampuan melek huruf dan melek wacana secara
menyenangkan.
2. Kegiatan pembelajaran berbasis kehidupan sehari-hari: siswa diajak untuk mengenali
huruf dan kata yang ada di sekitar mereka. Contohnya rumah, jalan. Hal ini
memberikan pengalaman langsung kepada siswa untuk mengaitkan kemampuan melek
huruf dan melek wacana dengan konteks nyata dalam kehidupan mereka.
3. Kegiatan pembelajaran berbasis cerita: menggunakan cerita pendek atau dongeng
sebagai bahan pembelajaran membaca dan menulis sehingga dapat menarik perhatian
siswa dan motivasi siswa dalam belajar. Cerita dapat dibacakan oleh guru atau siswa
bergantian untuk membacakan cerita tersebut. Kemudian siswa dapat menulis cerita
berdasarkan pengalaman mereka sendiri berdasarkan suatu tema. Hal ini dapat
mengembangkan kemampuan melek huruf dan melek wacana karena siswa terlibat
dalam membaca, memahami dan menulis cerita.
Pemilihan variasi kegiatan MMP inilah yang sesuai dengan kondisi siswa Iman yang
melibatkan siswa untuk aktif, relevan dan belajar menyenangkan.
06. Apa tes MMP yang sesuai untuk siswa-siswa Iman agar mendapatkan penilaian hasil yang
maksimal, jelaskan alasanmu!
Jawab:
Untuk siswa Iman agar mendapatkan penilaian hasil yang maksimal dalam tes MMP dapat
menggunakan tes yang meningkatkan kemampuan melek huruf dan melek wacana di
antarnya adalah,
1. Tes membaca nyaring. Tes ini dapat menguji kemampuan siswa dalam membaca
dengan menggunakan teks cerita pendek tentang kegiatan yang relevan dengan
aktivitas sehari-hari. Seperti aktivitas di lingkungan sekitar mereka atau pengalaman
sehari-hari mereka. Dalam hal ini, siswa diminta melafalkan lambang tertulis, lambang
yang berupa huruf, suku kata, kata atau kalimat sederhana. Alasan menggunakan tes
ini karena dapat meningkatkan kemampuan melek huruf dan melek wacana dalam satu
kegiatan pembelajaran yang kontekstual. Siswa tidak hanya diuji pada pemahaman
huruf dan kata-kata saja, tetapi juga dalam pemahaman suatu teks cerita pendek
2. Tes menulis kreatif. Tes ini menguji siswa untuk menulis dengan cara kreatif dan
sesuai imajinasi siswa. Siswa diminta untuk menulis baik itu cerita pendek, puisi
tentang suatu peristiwa. Alasan menggunakan tes ini adalah karena dapat
meningkatkan kemampuan melek huruf dan melek wacana. Siswa harus mampu
merangkai kalimat yang sesuai dan tes ini memberikan kebebasan kepada siswa untuk
mengekspresikan kreativitas mereka dalam sebuah tulisan sehingga dapat
mengembangkan keterampilan melek huruf dan melek wacana secara keseluruhan
08. Menurut Anda, Apakah aspek sastra sebaiknya dipisahkan dari pembelajaran bahasa
Indonesia, jelaskan!
Jawab:
Menurut pendapat saya, aspek sastra sebaiknya tidak dipisahkan dari pembelajaran bahasa
Indonesia. Karena aspek sastra memiliki nilai dan manfaat dalam pengembangan
kemampuan berbahasa dan budaya. Dengan mempelajari sastra siswa dapat memperluas
pemahaman mereka tentang struktur bahasa, kemampuan siswa dalam berkomunikasi
secara efektif serta retorika yang khas dan lancar. Walaupun memahami sastra
membutuhkan waktu tetapi aspek sastra dapat membentuk siswa menjadi pembaca yang
terampil, penulis yang kreatif dan berpikir kritis.
Dari pendapat I Gusti Ngurah Oka di atas dapat disimpulkan bahwa secara teoretis tujuan
membaca di SD kelas rendah adalah untuk membina kemampuan siswa dalam hal-hal
berikut ini.
1. Mekanisme membaca, yaitu mengasosiasikan huruf dengan bunyi-bunyi bahasa yang
diwakilinya (yang dilatih adalah membaca teknik dan nyaring).
2. Membina gerak mata membaca dari kiri ke kanan.
3. Membaca kata-kata dan kalimat-kalimat pendek.
10. Jelaskan dua metode pembelajaran membaca yang paling memungkinkan diterapkan
kepada siswa kelas rendah agar cepat dapat membaca!
Jawab:
Menurut pendapat saya, metode pembelajaran membaca yang paling memungkinkan
diterapkan kepada siswa kelas rendang adalah agar cepat membaca yaitu:
1. Metode bunyi
Dalam metode ini disajikan dalam beberapa bahan pelajaran yang berupa huruf-huruf.
Huruf konsonan dibantu bunyi pepet di depan atau dibelakangnya. Misalnya huruf /b/
diucapkannya ”be”
Contoh:
Ibu Budi
I be u Be u de i
Ibu Budi
2. Metode kata
Dalam metode ini siswa diperkenalkan dengan kata-kata. Kemudian kata-kata tersebut
diuraikan menjadi suku kata. Setelah itu, suku kata tersebut dirangkai kembali menjadi
kata-kata.
Contoh:
Budi → Bu – di = Budi
Bawa ---> Ba – wa = Bawa
Buku → Bu – ku = Buku