Anda di halaman 1dari 6

TUGAS TUTORIAL II

PENGANTAR PENDIDIKAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

TUTOR : Dr. Rini Sugiarti, M.Si, Psikolog

UT UPBJJ SEMARANG

SOAL.

1. Jelaskan definisi, penyebab, cara pencegahan terjadinya ketuna netraan serta


dampak ketunanetraan bagi kehidupan seseorang !
2. Uraikan pendidikan yang sesuai dengan siswa tuna netra di sekolah umum dalam
setting pendidikan inklusi !
3. Jelaskan definisi, penyebab, cara pencegahan terjadinya ketuna runguan / gangguan
komunikasi serta dampak dan pendidikan bagi siswa tuna rungu / gangguan
komunikasi !
4. Jelaskan definisi, penyebab, cara pencegahan terjadinya tuna grahita
5. Jelaskan kebutuhan khusus dan profile pendidikan bagi anak tuna grahita !
JAWAB:
1. Definisi Tunanetra. Persatuan Tunanetra Indonesia (PERTUNI) mendefinisikan orang
tunanetra adalah mereka yang tidak memiliki penglihatan sama sekali (buta total)
hingga mereka yang masih memiliki sisa penglihatan, tetapi tidak mampu
menggunakan penglihatannya untuk membaca tulisan biasa yang berukuran 12 poin
dalam keadaan cahaya normal, walaupun dibantu dengan kaca mata (kurang awas).
Terdapat sejenis konsensus internasional untuk menggunakan dua jenis definisi
sehubungan dengan kehilangan penglihatan yaitu:
a) Definisi legal yaitu definisi yang didasari oleh peraturan perundang-undangan
b) Definisi edukasional yaitu untuk tujuan pendidikan atau definisi fungsional yaitu
yang difokuskan pada seberapa banyak sisa penglihatan seseorang dapat
bermanfaat untuk keberfungsiannya sehari-hari.
Penyebab Terjadinya Tunanetra. Beberapa kondisi yang umum yang dapat menjadi
penyebab ketunanetraa, yaitu:
a) Albinisme
b) Amblyopia
c) Buta Warna
d) Cedera (Trauma) dan Radiasi
e) Defisiensi Vitamin A-Xeropththalmia
f) Glaukoma
g) Katarak
h) Kelainan Mata Bawaan
i) Myopia (Penglihatan Dekat)
j) Nistagmus
k) Ophthalmia Naeonatorum
l) Penyakit Kornea dan Pencangkokan Kornea
m) Retinitis Pigmentosa
n) Retinopati Diabetika
o) Retinopathy of Prematurity
p) Sobeknya dan Lepasnya Retina
q) Strabismus
r) Trakhoma
s) Tumor
t) Uveitis
Cara pencegahan ketunanetraan. VISION 2020 akan memerangi kebutaan yang
dapat dihindari melalui: pencegahan dan pemberantasan penyakit, pelatihan
personel, memperkuat infrasutruktur perawatan mata yang ada, penggunaan
teknologi yang tepat dan terjangkau, dan mobilisasi sumber-sumber. WHO
mempunyai tiga langkah setrategi untuk memerangi kebutaan dan kurang waras,
yaitu: Memperkuat program kesehatan dasar mata; penanganan secara efektif
terhadap gangguan mata yang “dapat disembuhkan”; serta mendirikan pusat
pelayanan optik dan pelayanan bagi penyandang tunanetra. Di samping itu, ada
setrategi untuk mencegah ketunanetraan pada anak, yaitu: 1) Pencegahan
berjangkitnya penyakit; 2) pencegahan timbulnya komplikasi yang mengancam
penglihatan bila penyakit telah berjangkit; 3) meminimalisasi ketunanetraan yang
diakibatkan oleh penyakit atau cidera yang telah dialami. Setrategi lainnya dikenal
dengan “perang modern” melawan penyebab ketunanetraan, yaitu prophylaxis,
imunisasi, perawatan kehamilan yang tepat, perawatan neonatal, perbaikan gizi,
pendidikan masyarakat, penyuluhan genetika, ketentuan-ketentuan yang mengatur
produksi dan pengedaran barang-barang mainan yang berbahaya, deteksi dan
intervensi dini, serta meningkatkan higiene dan perawatan kesehatan.
Dampak ketunanetraan bagi kehidupan seseorang. Terdapat dua mispersep yang
saling bertentangan dikalangan masyarakat awam tentang keadaan yang mungkin
terjadi jika seseorang kehilangan indera penglihatannya. Pertama. Banyak keyakinan
orang tentang apabila seseorang kehilangan penglihatannya maka ia akan kehilangan
semua persepsinya, hal ini tumbuh sebab adanya bayangan yang menakutkan
tentang betapa sulitnya seseorang jika kehilangan indera penglihatannya, dalam
kenyataannya banyak tunatetra yang mampu melakukan banyak hal tanpa indera
penglihatan mereka. Hal inilah yang menumbuhkan mispersepsi yang kedua, yaitu
orang yang mengalami tunanetra secara otomatis akan menggunakan indera
keenamnya untuk menggantikan indera penglihatannya, padahal orang dengan
tunanetra sesungguhnya telah menggunakan panca indera yang lain untuk
menangkap informasi dan memvisualisasikannya dengan cara yang lain, artinya
orang tuna netra mampu menggunakan panca indera yang lain untuk
memaksimalkan pengolahan informasi yang tidak bisa ditangkap oleh indera
penglihatan mereka.
2. Pendidikan yang sesuai dengan siswa tunanetra disekolah umum dengan setting
pendidikan inklusi. Agar siswa tunanetra dapat berhasil dalam belajarnya bersama
anak-anka sebayanya yang awas, maka sekolah harus memperhatikan kebutuhan
khususnya, terutama yang terkait dengan ketunanetraannya, dan sekolah harus
berusaha memenuhi kebutuhan khusus tersebut. Tujuan pendidikan bagi anak
tunanetra antara lain; Mampu berkomunikasi secara efektif, memiliki kompetensi
sosial, mampu bekerja, dan kemandirian pribadi. Untuk mencapai tujuan tersebut
siswa tunanetra memerlukan intervensi khusus sehingga program pendidikannya
harus dimodifikasi. Kurikulum yang membutuhkan strategi khusus atau penyesuaian
bagi siswa tunanetra yaitu mencakup pengembangan konsep, penggunaan teknik
alternatif dan alat bantu belajar khusus, keterampilan sosial/emosional,
keterampilan orientasi dan mobilitas, keterampilan kehidupan sehari-hari,
keterampilan kerja, dan keterampilan menggunakan sisa penglihatannya. Dalam
pembelajaran anak tunanetra terdapat beberapa prinsip yang harus diperhatikan,
yaitu; prinsip individual, kekonkritan/pengalaman penginderaan, totalitas, dan
aktivitas mandiri (self-activity). Pembelajaran pada siswa tunanetra juga
membutuhkan media sebagai pendukung proses pembelajaran. Media pembelajaran
ini dapat dibedakan menjadi dua yaitu, alat peraga sebagai media untuk menjelaskan
konsep dan alat bantu pembelajaran sebagai media untuk membantu kelancaran
proses pembelajaran seperti alat bantu menulis huruf braille, alat bantu berhitung,
dan alat bantu yang bersifat audio.
3. Definisi Tunarungu, istilah tunarungu digunakan untuk orang yang mengalami
gangguan pendengaran yang mencakup tuli dan kurang dengar. Orang yang tuli
adalah orang yang mengalami kehilangan pendengaran (lebih dari 70 db) yang
mengakibatkan kesulitan dalam memproses informasi bahasa melalui
pendengarannya sehingga ia tidak dapat memahami pembicaraan orang lain baik
dengan memakai maupun tidak memakai alat bantu dengar, sedangkan orang yang
kurang dengar adalah orang yang mengalami kehilangan pendengaran (sekitar 27
sampai 69 db) yang biasanya dengan menggunakan alat bantu dengar, sisa
pendengarannya memungkinkan untuk memproses informasi bahasa sehingga dapat
memahami pembicaraan orang lain. Sedangkan yang disebut gangguan komunikasi
adalah gangguan dalam berkomunikasi dengan orang lain, baik dalam posisi sebagai
komunikator maupun komunikan.
Penyebab terjadinya tunarungu ini didasarkan pada:
a. Tipe konduktif, yang disebabkan oleh kerusakan/gangguan yang terjadi pada
telinga luar dan kerusakan/gangguan yang terjadi pada telinga tengah
b. Tipe sensorineural, yang disebabkan oleh faktor genetik dan nongenetik.
Penyebab terjadinya gangguan komunikasi:
a. Kehilangan Pendengaran
b. Kelainan Organ Bicara
c. Gangguan Emosi
d. Keterlambatan Perkembangan
e. Mental Retardasi
f. Kerusakan Otak
g. Lingkungan
Cara pencegahan terjadinya ketuna runguan:
a. Pada saat sebelum menikah (pranikah) antara lain: menghindari pernikahan
sedarah atau pernikahan dengan saudara dekat, melakukan pemeriksaan darah
dan melakukan konseling genetika.
b. Upaya pada saat hamil, antara lain: menjada kesehatan dan memeriksakan
kehamilan secara teratur, mengonsumsi gizi yang baik/seimbang, tidak
meminum obat sembarangan dan melakukan imunisasi tetanus.
c. Upaya pada saat melahirkan, antara lain: tidak menggunakan alat penyedot dan
apabila Ibu tersebut terkena virus herpes simpleks pada daerah vaginanya, maka
kehamilan harus melalui proses caesar
d. Upaya pada saat setelah lahir, antara lain: melakukan imunisasi dasar serta
imunisasi rubela yang sangat penting, terutama pada wanita, mencegah sakit
influenza yang terlalu lama(terutama pada anak), dan menjaga telinga dari
kebisingan.
Cara pencegahan terjadinya gangguan komunikasi pada dasarnya sama seperti
pencegahan pada berbagai kelainan pada anak, karena banyak gangguan komunikasi
merupakan dampak dari adanya kelainan tersebut. Namun upaya lain juga bisa
dilakukan orang tua atau keluarga sebagai pencegahan terjadinya gangguan
komunikasi pada anak yaitu; memonitor tumbuh kembang anak, melakukan
intervensi dini terhadap kelainan yang ditemukan, memberi dukungan dengan
banyak memberikan stimulasi bunyi-bunyi bahasa, serta menghindari penggunaan
dwi bahasa pada masa perkembangan bahasa.
Beberapa aspek yang terdampak oleh gangguan tunarungu pada anak, yaitu:
a) Perkembangan berbicara dan bahasa
b) Kemampuan akademis
c) Aspek Sosial-Emosional
d) Aspek fisik dan kesehatan
Sedang beberapa dampak gangguan komunikasi pada anak, yaitu:
a) Hambatan dalam berinteraksi sosial
b) Hambatan dalam perkembangan kemampuan akademik
Ditinjau dari jenisnya, layanan pendidikan bagi anak tunarungu yaitu layanan umum,
yaitu layanan yang biasa diberikan kepada anak mendengar/normal dan layanan
khusus, yaitu layanan yang diberikan untuk mengurangi dampak kelainannya, yang
meliputi layanan bina bicara serta bina persepsi bunyi dan irama. Sedang jika ditnjau
dari tempat/sistem pendidikannya, layanan pendidikan untuk anak tunarungu
dikelompokkan menjadi sistem segregasi yaitu sistem pendidikan yang terpisah
dengan pendidikan yang diberikan pada anak normal. Dan sistem integrasi/ atau
terpadu dimana siswa tunarungu diberikan kesemapatan untuk belajar bersama
anak normal disekolah umum. Untuk strategi pembelajaran yang digunakan pada
anak tunarungu lebih bersifat visual, artinya lebih banyak memanfaatkan indera
penglihatan siswa tunarungu.
Untuk pendidikan bagi anak denagn gangguan komunikasi tergantung pada jenis
gangguan komunikasi dan hambatan lain yang dialami anak tersebut, karena banyak
gangguan komunikasi yang merupakan hambatan penyerta bagi hambatan utama
yang dialami anak, mereka memperoleh layaa yang sesuai dengan hambatan
utamanya serta layanan untuk mengembangkan kemampuan berkomunikasinya.
4. Tunagrahita yaitu suatu keterhambatan fungsi kecerdasan secara umum berada
dibawah usia kronologisnya secara meyakinkan sehingga membutuhkan layanan
pendidikan khusus, seseorang dikatakan tunagrahita apabila memiliki 3 hal yaitu
keterhambatan fungsi kecerdasan secara rata-rata, disertai ketidakmampuan dalam
perilaku adaptif, dan terjadi selama periode perkembangan (sampai usia 18 tahun).
Ketnagrahitaan dapat disebabkan oleh faktor gen dan kromosom, faktor
prakelahiran, saat lahir, dan faktor yang terjadi selama masa-masa perkembangan
anak-anak dan remaja. Cara pencegahan terjadinya tuna grahita yaitu dengan
melakukan penyuluhan genetik, pemeriksaan kesehatan terutama pada saat ibu
hamil, sanitasi lingkungan, imunisasi, intervensi dini, dan diet sesuai petunujuk ahli
kesehatan.
5. Kebutuhan Khusus bagi Anak Tunagrahita, yaitu:
a) Kebutuhan pendidikan dimana pendidikan yang diberikan harus disesuaikan
dengan tingkat berat dan ringannya ketunagrahitaan yang diderita
b) Kebutuhan sosial-emosional, ini juga perlu penanganan yang lebih sebab adanya
ketidakseimbangan pertumbuhan pada anak tunagrahita, artinya untuk beberapa
perkembangan berkaitan mental dan sosialisasi mereka terlambat, namun untuk
pertumbuhan secara fisik mungkin saja tumbuh dengan nirmal.
c) Kebutuhan fisik dan kesehatan, kebutuhan ini erat kaitannya dengan derajat
ketunagrahitaa, bagi tunagrahita sedang dan berat kemungkinan mereka
mengalami gangguan fisik (keseimbangan) dan ketidakmampuan dalam
memelihara diri sehingga mereka cenderung mengalami sakit.
Profile Pendidikan Anak Tunanetra. Tujuan pendidikan untuk anak tunagrahita
didasarkan pada tingkat kebutuhan anak tunagrahita. Untuk tempat pendidikan anak
tunagrahita ialah khusus terutama bagi anak tunagrahita yang memiliki kelainan
sedang dan berat, sedang tunagrahita ringan dapat ditempatkan di sekola umum
dengan segala variasinya yang disesuaikan dengan keadaan anak tersebut. Strategi
pembelajaran harus disesuaikan dengan kebutuhan anak tunagrahita agar dapat
mendukung tercapainyasuasana belajar yang baik dan pada akhirnya tujuan belajar
akan tercapai. Pendidikan bagi anak tunagrahita juga membutuhkan media khusus
seperti media untuk latihan motorik, latihan keseimbangan, dan latian konsentrasi.

Anda mungkin juga menyukai