0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
24 tayangan6 halaman
Dokumen tersebut membahas tentang pendidikan anak berkebutuhan khusus, termasuk tuna netra, tuna rungu, dan tuna grahita. Secara rinci dijelaskan definisi, penyebab, cara pencegahan, dan dampak ketiga kelainan tersebut, serta pendidikan yang sesuai untuk memenuhi kebutuhan khusus anak-anak tersebut dalam setting inklusi. Program pendidikan dirancang untuk memfasilitasi komunikasi, keterampilan sosial, kemandirian
Deskripsi Asli:
Judul Asli
(WARYAINAH) TUGAS TUWEB II PDGK 4407 PENGANTAR PEND ABK.
Dokumen tersebut membahas tentang pendidikan anak berkebutuhan khusus, termasuk tuna netra, tuna rungu, dan tuna grahita. Secara rinci dijelaskan definisi, penyebab, cara pencegahan, dan dampak ketiga kelainan tersebut, serta pendidikan yang sesuai untuk memenuhi kebutuhan khusus anak-anak tersebut dalam setting inklusi. Program pendidikan dirancang untuk memfasilitasi komunikasi, keterampilan sosial, kemandirian
Dokumen tersebut membahas tentang pendidikan anak berkebutuhan khusus, termasuk tuna netra, tuna rungu, dan tuna grahita. Secara rinci dijelaskan definisi, penyebab, cara pencegahan, dan dampak ketiga kelainan tersebut, serta pendidikan yang sesuai untuk memenuhi kebutuhan khusus anak-anak tersebut dalam setting inklusi. Program pendidikan dirancang untuk memfasilitasi komunikasi, keterampilan sosial, kemandirian
1. Jelaskan definisi, penyebab, cara pencegahan terjadinya ketuna netraan serta
dampak ketunanetraan bagi kehidupan seseorang ! 2. Uraikan pendidikan yang sesuai dengan siswa tuna netra di sekolah umum dalam setting pendidikan inklusi ! 3. Jelaskan definisi, penyebab, cara pencegahan terjadinya ketuna runguan / gangguan komunikasi serta dampak dan pendidikan bagi siswa tuna rungu / gangguan komunikasi ! 4. Jelaskan definisi, penyebab, cara pencegahan terjadinya tuna grahita 5. Jelaskan kebutuhan khusus dan profile pendidikan bagi anak tuna grahita ! JAWAB: 1. Definisi Tunanetra. Persatuan Tunanetra Indonesia (PERTUNI) mendefinisikan orang tunanetra adalah mereka yang tidak memiliki penglihatan sama sekali (buta total) hingga mereka yang masih memiliki sisa penglihatan, tetapi tidak mampu menggunakan penglihatannya untuk membaca tulisan biasa yang berukuran 12 poin dalam keadaan cahaya normal, walaupun dibantu dengan kaca mata (kurang awas). Terdapat sejenis konsensus internasional untuk menggunakan dua jenis definisi sehubungan dengan kehilangan penglihatan yaitu: a) Definisi legal yaitu definisi yang didasari oleh peraturan perundang-undangan b) Definisi edukasional yaitu untuk tujuan pendidikan atau definisi fungsional yaitu yang difokuskan pada seberapa banyak sisa penglihatan seseorang dapat bermanfaat untuk keberfungsiannya sehari-hari. Penyebab Terjadinya Tunanetra. Beberapa kondisi yang umum yang dapat menjadi penyebab ketunanetraa, yaitu: a) Albinisme b) Amblyopia c) Buta Warna d) Cedera (Trauma) dan Radiasi e) Defisiensi Vitamin A-Xeropththalmia f) Glaukoma g) Katarak h) Kelainan Mata Bawaan i) Myopia (Penglihatan Dekat) j) Nistagmus k) Ophthalmia Naeonatorum l) Penyakit Kornea dan Pencangkokan Kornea m) Retinitis Pigmentosa n) Retinopati Diabetika o) Retinopathy of Prematurity p) Sobeknya dan Lepasnya Retina q) Strabismus r) Trakhoma s) Tumor t) Uveitis Cara pencegahan ketunanetraan. VISION 2020 akan memerangi kebutaan yang dapat dihindari melalui: pencegahan dan pemberantasan penyakit, pelatihan personel, memperkuat infrasutruktur perawatan mata yang ada, penggunaan teknologi yang tepat dan terjangkau, dan mobilisasi sumber-sumber. WHO mempunyai tiga langkah setrategi untuk memerangi kebutaan dan kurang waras, yaitu: Memperkuat program kesehatan dasar mata; penanganan secara efektif terhadap gangguan mata yang “dapat disembuhkan”; serta mendirikan pusat pelayanan optik dan pelayanan bagi penyandang tunanetra. Di samping itu, ada setrategi untuk mencegah ketunanetraan pada anak, yaitu: 1) Pencegahan berjangkitnya penyakit; 2) pencegahan timbulnya komplikasi yang mengancam penglihatan bila penyakit telah berjangkit; 3) meminimalisasi ketunanetraan yang diakibatkan oleh penyakit atau cidera yang telah dialami. Setrategi lainnya dikenal dengan “perang modern” melawan penyebab ketunanetraan, yaitu prophylaxis, imunisasi, perawatan kehamilan yang tepat, perawatan neonatal, perbaikan gizi, pendidikan masyarakat, penyuluhan genetika, ketentuan-ketentuan yang mengatur produksi dan pengedaran barang-barang mainan yang berbahaya, deteksi dan intervensi dini, serta meningkatkan higiene dan perawatan kesehatan. Dampak ketunanetraan bagi kehidupan seseorang. Terdapat dua mispersep yang saling bertentangan dikalangan masyarakat awam tentang keadaan yang mungkin terjadi jika seseorang kehilangan indera penglihatannya. Pertama. Banyak keyakinan orang tentang apabila seseorang kehilangan penglihatannya maka ia akan kehilangan semua persepsinya, hal ini tumbuh sebab adanya bayangan yang menakutkan tentang betapa sulitnya seseorang jika kehilangan indera penglihatannya, dalam kenyataannya banyak tunatetra yang mampu melakukan banyak hal tanpa indera penglihatan mereka. Hal inilah yang menumbuhkan mispersepsi yang kedua, yaitu orang yang mengalami tunanetra secara otomatis akan menggunakan indera keenamnya untuk menggantikan indera penglihatannya, padahal orang dengan tunanetra sesungguhnya telah menggunakan panca indera yang lain untuk menangkap informasi dan memvisualisasikannya dengan cara yang lain, artinya orang tuna netra mampu menggunakan panca indera yang lain untuk memaksimalkan pengolahan informasi yang tidak bisa ditangkap oleh indera penglihatan mereka. 2. Pendidikan yang sesuai dengan siswa tunanetra disekolah umum dengan setting pendidikan inklusi. Agar siswa tunanetra dapat berhasil dalam belajarnya bersama anak-anka sebayanya yang awas, maka sekolah harus memperhatikan kebutuhan khususnya, terutama yang terkait dengan ketunanetraannya, dan sekolah harus berusaha memenuhi kebutuhan khusus tersebut. Tujuan pendidikan bagi anak tunanetra antara lain; Mampu berkomunikasi secara efektif, memiliki kompetensi sosial, mampu bekerja, dan kemandirian pribadi. Untuk mencapai tujuan tersebut siswa tunanetra memerlukan intervensi khusus sehingga program pendidikannya harus dimodifikasi. Kurikulum yang membutuhkan strategi khusus atau penyesuaian bagi siswa tunanetra yaitu mencakup pengembangan konsep, penggunaan teknik alternatif dan alat bantu belajar khusus, keterampilan sosial/emosional, keterampilan orientasi dan mobilitas, keterampilan kehidupan sehari-hari, keterampilan kerja, dan keterampilan menggunakan sisa penglihatannya. Dalam pembelajaran anak tunanetra terdapat beberapa prinsip yang harus diperhatikan, yaitu; prinsip individual, kekonkritan/pengalaman penginderaan, totalitas, dan aktivitas mandiri (self-activity). Pembelajaran pada siswa tunanetra juga membutuhkan media sebagai pendukung proses pembelajaran. Media pembelajaran ini dapat dibedakan menjadi dua yaitu, alat peraga sebagai media untuk menjelaskan konsep dan alat bantu pembelajaran sebagai media untuk membantu kelancaran proses pembelajaran seperti alat bantu menulis huruf braille, alat bantu berhitung, dan alat bantu yang bersifat audio. 3. Definisi Tunarungu, istilah tunarungu digunakan untuk orang yang mengalami gangguan pendengaran yang mencakup tuli dan kurang dengar. Orang yang tuli adalah orang yang mengalami kehilangan pendengaran (lebih dari 70 db) yang mengakibatkan kesulitan dalam memproses informasi bahasa melalui pendengarannya sehingga ia tidak dapat memahami pembicaraan orang lain baik dengan memakai maupun tidak memakai alat bantu dengar, sedangkan orang yang kurang dengar adalah orang yang mengalami kehilangan pendengaran (sekitar 27 sampai 69 db) yang biasanya dengan menggunakan alat bantu dengar, sisa pendengarannya memungkinkan untuk memproses informasi bahasa sehingga dapat memahami pembicaraan orang lain. Sedangkan yang disebut gangguan komunikasi adalah gangguan dalam berkomunikasi dengan orang lain, baik dalam posisi sebagai komunikator maupun komunikan. Penyebab terjadinya tunarungu ini didasarkan pada: a. Tipe konduktif, yang disebabkan oleh kerusakan/gangguan yang terjadi pada telinga luar dan kerusakan/gangguan yang terjadi pada telinga tengah b. Tipe sensorineural, yang disebabkan oleh faktor genetik dan nongenetik. Penyebab terjadinya gangguan komunikasi: a. Kehilangan Pendengaran b. Kelainan Organ Bicara c. Gangguan Emosi d. Keterlambatan Perkembangan e. Mental Retardasi f. Kerusakan Otak g. Lingkungan Cara pencegahan terjadinya ketuna runguan: a. Pada saat sebelum menikah (pranikah) antara lain: menghindari pernikahan sedarah atau pernikahan dengan saudara dekat, melakukan pemeriksaan darah dan melakukan konseling genetika. b. Upaya pada saat hamil, antara lain: menjada kesehatan dan memeriksakan kehamilan secara teratur, mengonsumsi gizi yang baik/seimbang, tidak meminum obat sembarangan dan melakukan imunisasi tetanus. c. Upaya pada saat melahirkan, antara lain: tidak menggunakan alat penyedot dan apabila Ibu tersebut terkena virus herpes simpleks pada daerah vaginanya, maka kehamilan harus melalui proses caesar d. Upaya pada saat setelah lahir, antara lain: melakukan imunisasi dasar serta imunisasi rubela yang sangat penting, terutama pada wanita, mencegah sakit influenza yang terlalu lama(terutama pada anak), dan menjaga telinga dari kebisingan. Cara pencegahan terjadinya gangguan komunikasi pada dasarnya sama seperti pencegahan pada berbagai kelainan pada anak, karena banyak gangguan komunikasi merupakan dampak dari adanya kelainan tersebut. Namun upaya lain juga bisa dilakukan orang tua atau keluarga sebagai pencegahan terjadinya gangguan komunikasi pada anak yaitu; memonitor tumbuh kembang anak, melakukan intervensi dini terhadap kelainan yang ditemukan, memberi dukungan dengan banyak memberikan stimulasi bunyi-bunyi bahasa, serta menghindari penggunaan dwi bahasa pada masa perkembangan bahasa. Beberapa aspek yang terdampak oleh gangguan tunarungu pada anak, yaitu: a) Perkembangan berbicara dan bahasa b) Kemampuan akademis c) Aspek Sosial-Emosional d) Aspek fisik dan kesehatan Sedang beberapa dampak gangguan komunikasi pada anak, yaitu: a) Hambatan dalam berinteraksi sosial b) Hambatan dalam perkembangan kemampuan akademik Ditinjau dari jenisnya, layanan pendidikan bagi anak tunarungu yaitu layanan umum, yaitu layanan yang biasa diberikan kepada anak mendengar/normal dan layanan khusus, yaitu layanan yang diberikan untuk mengurangi dampak kelainannya, yang meliputi layanan bina bicara serta bina persepsi bunyi dan irama. Sedang jika ditnjau dari tempat/sistem pendidikannya, layanan pendidikan untuk anak tunarungu dikelompokkan menjadi sistem segregasi yaitu sistem pendidikan yang terpisah dengan pendidikan yang diberikan pada anak normal. Dan sistem integrasi/ atau terpadu dimana siswa tunarungu diberikan kesemapatan untuk belajar bersama anak normal disekolah umum. Untuk strategi pembelajaran yang digunakan pada anak tunarungu lebih bersifat visual, artinya lebih banyak memanfaatkan indera penglihatan siswa tunarungu. Untuk pendidikan bagi anak denagn gangguan komunikasi tergantung pada jenis gangguan komunikasi dan hambatan lain yang dialami anak tersebut, karena banyak gangguan komunikasi yang merupakan hambatan penyerta bagi hambatan utama yang dialami anak, mereka memperoleh layaa yang sesuai dengan hambatan utamanya serta layanan untuk mengembangkan kemampuan berkomunikasinya. 4. Tunagrahita yaitu suatu keterhambatan fungsi kecerdasan secara umum berada dibawah usia kronologisnya secara meyakinkan sehingga membutuhkan layanan pendidikan khusus, seseorang dikatakan tunagrahita apabila memiliki 3 hal yaitu keterhambatan fungsi kecerdasan secara rata-rata, disertai ketidakmampuan dalam perilaku adaptif, dan terjadi selama periode perkembangan (sampai usia 18 tahun). Ketnagrahitaan dapat disebabkan oleh faktor gen dan kromosom, faktor prakelahiran, saat lahir, dan faktor yang terjadi selama masa-masa perkembangan anak-anak dan remaja. Cara pencegahan terjadinya tuna grahita yaitu dengan melakukan penyuluhan genetik, pemeriksaan kesehatan terutama pada saat ibu hamil, sanitasi lingkungan, imunisasi, intervensi dini, dan diet sesuai petunujuk ahli kesehatan. 5. Kebutuhan Khusus bagi Anak Tunagrahita, yaitu: a) Kebutuhan pendidikan dimana pendidikan yang diberikan harus disesuaikan dengan tingkat berat dan ringannya ketunagrahitaan yang diderita b) Kebutuhan sosial-emosional, ini juga perlu penanganan yang lebih sebab adanya ketidakseimbangan pertumbuhan pada anak tunagrahita, artinya untuk beberapa perkembangan berkaitan mental dan sosialisasi mereka terlambat, namun untuk pertumbuhan secara fisik mungkin saja tumbuh dengan nirmal. c) Kebutuhan fisik dan kesehatan, kebutuhan ini erat kaitannya dengan derajat ketunagrahitaa, bagi tunagrahita sedang dan berat kemungkinan mereka mengalami gangguan fisik (keseimbangan) dan ketidakmampuan dalam memelihara diri sehingga mereka cenderung mengalami sakit. Profile Pendidikan Anak Tunanetra. Tujuan pendidikan untuk anak tunagrahita didasarkan pada tingkat kebutuhan anak tunagrahita. Untuk tempat pendidikan anak tunagrahita ialah khusus terutama bagi anak tunagrahita yang memiliki kelainan sedang dan berat, sedang tunagrahita ringan dapat ditempatkan di sekola umum dengan segala variasinya yang disesuaikan dengan keadaan anak tersebut. Strategi pembelajaran harus disesuaikan dengan kebutuhan anak tunagrahita agar dapat mendukung tercapainyasuasana belajar yang baik dan pada akhirnya tujuan belajar akan tercapai. Pendidikan bagi anak tunagrahita juga membutuhkan media khusus seperti media untuk latihan motorik, latihan keseimbangan, dan latian konsentrasi.
Pembedahan Skoliosis Lengkap Buku Panduan bagi Para Pasien: Melihat Secara Mendalam dan Tak Memihak ke dalam Apa yang Diharapkan Sebelum dan Selama Pembedahan Skoliosis