NIM : 2213111031
Kelas :B
1. Definisi Tunanetra
Tunanetra merujuk pada kondisi di mana seseorang kehilangan sebagian atau seluruh
kemampuan penglihatannya. Kondisi ini dapat terjadi sejak lahir atau akibat faktor-
faktor tertentu di kemudian hari yang menyebabkan gangguan pada mata dan sistem
penglihatan. Tunanetra dapat diklasifikasikan berdasarkan tingkat keparahan, yaitu:
a. Tunanetra Total: Seseorang kehilangan seluruh kemampuan penglihatannya.
b. Tunanetra Parsial: Seseorang kehilangan sebagian kemampuan penglihatannya,
baik secara sebagian atau hanya mampu melihat dengan bantuan alat bantu.
2. Layanan bagi peserta didik inklusi tunanetra di sekolah harus dirancang secara khusus
untuk memenuhi kebutuhan mereka. Berikut adalah beberapa layanan yang biasanya
disediakan untuk peserta didik inklusi tunanetra:
a. Penggunaan Teknologi: Penggunaan teknologi seperti perangkat lunak pembaca
layar atau alat bantu pendengaran dapat membantu peserta didik tunanetra dalam
mengakses materi pelajaran dan berkomunikasi dengan lebih efektif.
b. Modifikasi Materi Pembelajaran: Materi pembelajaran harus dimodifikasi agar
sesuai dengan kebutuhan peserta didik tunanetra. Misalnya, menggunakan tulisan
braille, buku audio, atau model tiga dimensi untuk membantu mereka memahami
konsep secara lebih baik.
c. Pendamping Edukatif: Peserta didik inklusi tunanetra dapat dibantu oleh
pendamping edukatif yang dapat memberikan dukungan tambahan dalam proses
belajar mengajar di sekolah.
d. Pelatihan Keterampilan Hidup: Penting bagi peserta didik tunanetra untuk
mendapatkan pelatihan keterampilan hidup yang sesuai dengan kebutuhan
mereka, seperti keterampilan orientasi dan mobilitas, keterampilan sosial, dan
keterampilan mandiri.
e. Aksesibilitas Fisik: Sekolah harus dirancang agar mudah diakses dan aman bagi
peserta didik tunanetra, seperti adanya jalur yang ramah disabilitas, tanda-tanda
braille, dan fasilitas toilet yang sesuai.
f. Pendidikan Inklusif: Penting untuk menciptakan lingkungan belajar yang inklusif
di mana peserta didik tunanetra merasa diterima dan didukung oleh teman sekelas
dan guru.
g. Konseling dan Dukungan Emosional: Peserta didik tunanetra mungkin
memerlukan dukungan emosional tambahan untuk mengatasi tantangan yang
mereka hadapi. Layanan konseling dan dukungan psikologis harus tersedia bagi
mereka.
4. Tuna rungu dan gangguan komunikasi dapat memiliki dampak yang signifikan pada
perkembangan anak. Berikut adalah beberapa dampaknya:
a. Keterlambatan perkembangan bahasa: Anak-anak dengan gangguan pendengaran
atau komunikasi mungkin mengalami keterlambatan dalam perkembangan bahasa.
Mereka mungkin mengalami kesulitan dalam memahami dan menggunakan kata-
kata dengan benar.
b. Keterbatasan sosial: Anak-anak dengan gangguan komunikasi mungkin kesulitan
dalam berinteraksi dengan orang lain secara efektif. Mereka mungkin merasa
terisolasi atau kesulitan dalam membentuk hubungan sosial yang sehat.
c. Keterbatasan akademis: Gangguan pendengaran atau komunikasi dapat
memengaruhi kemampuan anak dalam belajar di sekolah. Mereka mungkin
kesulitan dalam memahami instruksi guru, berkomunikasi dengan teman sekelas,
atau mengikuti pelajaran dengan baik.
d. Rendahnya rasa percaya diri: Anak-anak dengan tuna rungu atau gangguan
komunikasi mungkin mengalami rendahnya rasa percaya diri karena kesulitan
dalam berkomunikasi dengan orang lain. Hal ini dapat memengaruhi
kesejahteraan emosional dan mental mereka.
e. Keterbatasan dalam kemampuan berpikir abstrak: Bahasa dan komunikasi yang
baik penting dalam pengembangan kemampuan berpikir abstrak. Anak-anak
dengan gangguan komunikasi mungkin mengalami hambatan dalam
mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi ini.
5. Anak tuna rungu dan anak dengan gangguan komunikasi memiliki kebutuhan khusus
yang perlu dipahami agar mereka dapat belajar dan berkembang dengan baik. Berikut
adalah penjelasan mengenai kebutuhan khusus kedua kelompok ini:
a. Anak Tunarungu
Komunikasi Alternatif: Anak tuna rungu memerlukan metode komunikasi
alternatif seperti bahasa isyarat atau teknologi bantu dengar untuk
berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya.
Pendidikan Khusus: Perlu program pendidikan khusus yang disesuaikan
dengan kebutuhan mereka, termasuk penggunaan alat bantu pendengaran
dan pendidikan bahasa isyarat.
Aksesibilitas: Lingkungan belajar dan sosial anak tuna rungu perlu
diaksesibilitaskan, misalnya dengan memastikan ruang kelas dilengkapi
dengan pencahayaan yang cukup dan bebas hambatan fisik.
b. Anak Dengan Gangguan Komunikasi
Terapi Bicara: Anak dengan gangguan komunikasi memerlukan terapi
bicara untuk membantu mereka dalam mengembangkan kemampuan
berkomunikasi secara verbal.
Penggunaan Alat Bantu Komunikasi: Beberapa anak mungkin memerlukan
alat bantu komunikasi seperti AAC (Augmentative and Alternative
Communication) untuk membantu mereka berkomunikasi dengan orang
lain.
Pengertian dan Kesabaran: Penting bagi orang dewasa di sekitar anak
dengan gangguan komunikasi untuk memahami kondisinya dan bersabar
dalam berkomunikasi dengan mereka.