Anda di halaman 1dari 7

Nama : Ridwan Agung Kusuma

NIM : 857811309
Kelas : 2 C
Tugas Tutorial 2

Pengantar Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus

Soal
1. Jelaskan definisi dan klasifikasi tunanetra serta dampak ketunanetraan bagi anak !
2. Sebutkan dan Jelaskan factor-faktor penyebab ketunagrahitaan seorang anak?
3. Jawablah pertanyaan di bawah ini. !
a. Jelaskan secara singkat layanan pendidikan yang sesuai bagi Anak tunanetra 
b. Jika ada seorang anak yang mengalami ketunanetraan di kelas anda, bagaimana
strategi yang anda gunakan agar anak tersebut dapat mengikuti pembelajaran secara
optimal?
4. Jelaskan definisi dan klasifikasi tunarungu, berikan hubungan (persamaan dan perbedaan)
antara ketunarunguan dan gangguan komunikasi pada anak!
5. Jawablah pertanyaan di bawah ini. !
a. Jelaskan secara singkat layanan pendidikan yang sesuai bagi Anak tunarungu !
b. Jika ada seorang anak yang mengalami ketunarunguan di kelas anda, bagaimana
strategi yang anda gunakan agar anak tersebut dapat mengikuti pembelajaran secara
optimal?
Jawaban:
1. Orang tunanetra adalah mereka yang tidak memiliki penglihatan sama sekali (buta total)
hingga mereka yang masih memiliki sisa pembakaran tetapi tidak mampu menggunakan
penglihatannya untuk membaca tulisan biasa berukuran 12 poin dalam keadaan bahaya
normal meskipun dibantu dengan kacamata (kurang awas).
Orang tunanetra diklasifikasikan menjadi dua yaitu buta (blind) atau kurang awas (low
Vision). Seseorang dikatakan tunangan berat atau Blind apabila dia sama sekali tidak
memiliki penglihatan atau hanya memiliki persepsi cahaya sehingga untuk keperluan
belajarnya dia menggunakan indra indra non penglihatan. Sedangkan seseorang dikatakan
tunanetra ringan atau low Vision apabila setelah dikoreksi penglihatannya masih
sedemikian tapi fungsi penglihatannya dapat ditingkatkan melalui penggunaan alat bantu
optik dan modifikasi lingkungan.
Dampak yang mungkin akan terbentuk bila orang kehilangan Indra penglihatannya yaitu
pertama banyak orang percaya bahwa bila orang yang kehilangan penglihatannya maka
hilang pula lah semua persepsinya. Kedua bahwa secara otomatis orang tunanetra akan
mengembangkan indra keenam untuk menggantikan fungsi Indra penglihatannya.
2. Penyebab terjadinya ketunagrahitaan yang dikemukakan oleh Smith ahli bahasa Denis
dkk. ,yaitu:
a. Penyebab genetik dan kromosom
Ketunagrahitaan yang disebabkan oleh faktor genetik yang dikenal dengan
Phenylketonuria. Hal ini merupakan suatu kondisi yang disebabkan dari gen orang tua
yang mengalami kurangnya produksi enzim yang memproses protein dan terjadi
penumpukan asam yang disebut asam phenylruvic. Penumpukan ini menyebabkan
kerusakan otak. Selain itu mengakibatkan timbulnya penyakit tay-sachs adanya gen
yang terpendam yang diwariskan oleh orang tua yang membawa gen ini.
b. Penyebab pada prakelahiran
Penyebab prakelahiran terjadi setelah pembuahan titik yang paling berbahaya adalah
adanya penyakit rubella pada janin. Selain itu adanya infeksi penyakit sipilis. Hal lain
yang juga dapat menyebabkan kerusakan Otak adalah racun dari alkohol dan obat-
obatan ilegal yang digunakan oleh wanita hamil, dapat mengganggu perkembangan
janin sehingga menimbulkan masalah ketunagrahitaan.
c. Penyebab pada saat kelahiran
Penyebab ketunagrahitaan pada saat kelahiran adalah kelahiran prematur adanya
masalah dalam proses kelahiran seperti kekurangan oksigen kelahiran yang dibantu
dengan alat-alat kedokteran resiko terjadinya trauma kepala titik terjadinya kelahiran
prematur yang tidak atau kurang mendapat perawatan yang baik.
d. Penyebab-penyebab selama masa perkembangan anak-anak dan remaja
Ketunagrahitaan yang terjadi pada masa anak-anak dan remaja adalah adanya
penyakit radang selaput otak atau meningitis dan radang otak (encephalitis) yang
tidak tertangani dengan baik sehingga mengakibatkan kerusakan otak.
Selain itu rumah terjadi kecelakaan yang menyebabkan cedera otak pada masa
perkembangan dapat mengakibatkan ketunagrahitaan titik faktor gizi yang jelek atau
keracunan dapat juga merusak otak.
Hal yang tidak kalah penting adalah bahwa ketunagrahitaan cenderung terkait dengan
kesadaran sosial dan sikap atau pemahaman masyarakat yang diberikan kita ada
kelainan ini.
3. a. Layanan pendidikan bagi anak tunanetraLayanan pendidikan bagi anak tunanetra
sebagian besar belajar di sekolah khusus yang disebut sekolah luar biasa bagian A atau
SLB A, sebagaimana hanya di negara-negara lain, kini semakin banyak siswa tunanetra
yang belajar di sekolah umum bersama-sama dengan siswa siswa pada umumnya dalam
setting pendidikan inklusif.
Menurut peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 70 tahun
2009 tentang pendidikan inklusif bagi peserta didik yang memiliki kelainan dan memiliki
potensi kecerdasan dan atau bakat istimewa pendidikan inklusif adalah sistem
penyelenggaraan pendidikan yang memberikan kesempatan kepada semua peserta didik
yang memiliki kelainan dan memiliki potensi kecerdasan dan atau bakat istimewa untuk
mengikuti pendidikan atau pembelajaran dalam satu lingkungan pendidikan secara
bersama-sama dengan peserta didik Pada umumnya.
b. Strategi yang dapat diterapkan dalam pembelajaran anak tunanetra yaitu:
1) Strategi individualisasi adalah strategi pembelajaran dengan nomor gunakan suatu
program yang disesuaikan dengan perbedaan perbedaan individu, baik karakteristik,
kebutuhan, maupun kemampuannya secara perorangan. Strategi ini dikenal dengan
individualised education program (IEP), atau program pendidikan individualisasi
(PPI).
2) Strategi kooperatif adalah strategi pembelajaran yang menekankan unsur gotong
royong atau saling membantu satu sama lain dalam mencapai tujuan pembelajaran.
3) Strategi modifikasi perilaku adalah strategi pembelajaran yang bertujuan untuk
mengubah perilaku siswa ke arah yang lebih positif melalui kondisioning atau
pembiasaan rumah serta membantu untuk lebih produktif, sehingga menjadi
individu yang mandiri titik strategi ini dapat diterapkan dalam meningkatkan
keterampilan sosial anak tunanetra.
4. Tunarungu merupakan suatu istilah umum yang menunjukkan ketidakmampuan
mendengar dari yang ringan sampai yang berat sekali yang digolongkan kepada tuli dan
kurang dengar. Orang yang tuli adalah seseorang yang mengalami ketidakmampuan
mendengar, sehingga mengalami hambatan di dalam memproses informasi bahasa melalui
pendengarannya dengan atau tanpa menggunakan alat bantu dengar. Sedangkan orang
yang kurang dengar adalah seseorang yang biasanya dengan menggunakan alat bantu
dengar, sisa pendengarannya cukup memungkinkan untuk keberhasilan memproses
informasi bahasa melalui pendengarannya, artinya apabila orang yang kurang dengar sebut
menggunakan alat bantu dengar ia masih dapat menangkap pembicaraan melalui
pendengarannya.
Ketunarunguan dapat diklasifikasikan sebagai berikut.
a. Tunarungu ringan
Siswa yang tergolong tunarungu ringan mengalami kehilangan pendengaran antara
27 sampai 40 dB.
b. Tunarungu sedang
Siswa yang tergolong tunarungu sedang mengalami kehilangan pendengaran antara
41 sampai 55 dB
c. Tunarungu agak berat
Siswa yang tergolong tunarungu agak berat mengalami kehilangan pendengaran
antara 56 sampai 70dB
d. Tunarungu berat
Siswa yang tergolong tunarungu berat mengalami kehilangan pendengaran antara 71
sampai 90 dB.
e. Tunarungu berat sekali
Siswa yang tergolong tunarungu berat sekali mengalami kehilangan pendengaran
lebih dari 90 dB.
Persamaan antara tunarungu dengan gangguan komunikasi adalah sama-sama
mengalami hambatan dalam berkomunikasi. Sedangkan perbedaan yang paling
mendasar jika tunarungu merupakan terhambatnya kemampuan berbicara dan berbahasa
yang pada akhirnya menimbulkan gangguan dalam berkomunikasi dengan orang
mendengar. Namun, gangguan komunikasi tidak hanya disebabkan karena kehilangan
pendengaran melainkan oleh faktor-faktor lainnya ide. ada anak yang mendengar, tapi
mengalami gangguan dalam berbicara. Demikian juga penanganan gangguan
komunikasi anak tunarungu berbeda dengan penanganan gangguan komunikasi pada
anak yang mendengar. Tunarungu dapat disebabkan karena adanya kerusakan anatomis
pada sistem pendengaran baik secara konduktif, sensorineural. Sedangkan gangguan
komunikasi disebabkan oleh beberapa faktor antara lain: faktor kehilangan pendengaran,
kelainan organ bicara, gangguan emosi, keterlambatan perkembangan, minta retardasi
rumah kerusakan otak, serta faktor lingkungan.
5. a. Pendidikan khusus bagi anak tunarungu dapat diselenggarakan di sekolah khusus atau
melalui sistem sekresi rumah maupun di sekolah reguler melalui sistem integrasi dan
sistem inklusif atau pendidikan inklusif.
1) sistem pendidikan segregasi adalah sistem pendidikan yang terpisah dari sistem
pendidikan anak normal titik pendidikan anak tunarungu melalui sistem sekresi,
maksudnya adalah penyelenggaraan pendidikan tersebut dilaksanakan di tempat
khusus dan terpisah dari penyelenggaraan pendidikan untuk anak mendengar atau
normal dengan memiliki kurikulum sendiri. Salah satu tempat pendidikan melalui
sistem ekskresi yaitu adalah sekolah khusus bagi anak tunarungu yang disebut dengan
sekolah luar biasa bagian B atau SLB-B.
2) Sistem pendidikan integrasi merupakan sistem pendidikan yang memberikan
kesempatan kepada sistem tunarungu untuk belajar bersama-sama dengan siswa
pendengar atau normal di sekolah biasa atau sekolah reguler. Sistem ini disebut juga
sistem terpadu karena ini membawa suasana keterpaduan antara anak tunarungu
dengan pendengar baik dalam belajar maupun bermain titik untuk membantu anak
tunarungu yang mengalami kesulitan Oma diperlukan guru pembimbing khusus atau
GPK yang juga dapat berperan sebagai konsultan bagi guru kelas dan sebagai guru
kelas di kelas khusus.
3) Sistem pendidikan inklusif bagi Tuna Rungu merupakan pendidikan yang
memberikan kesempatan bagi siswa tunarungu untuk belajar bersama-sama dengan
siswa mendengar di sekolah biasa atau reguler. Pendidikan inklusif tersebut menuntut
sekolah untuk melakukan penyesuaian baik dalam segi kurikulum sarana dan
prasarana, maupun sistem pembelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan siswa
tunarungu.
b. Strategi yang dapat diterapkan dalam pembelajaran anak tunarungu yaitu strategi
individualisasi kooperatif rumah dan modifikasi perilaku.
1) Strategi individualisasi merupakan strategi pembelajaran dengan mempergunakan
suatu program yang disesuaikan dengan perbedaan-perbedaan individu baik
karakteristik, kebutuhan maupun kemampuannya secara perorangan. Dengan strategi
individualisasi, guru harus membuat program pembelajaran yang disesuaikan dengan
kemampuan dan ketidakmampuan siswa tunarungu sehingga dapat mengembangkan
potensinya secara optimal.
2) Strategi kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang menekankan unsur gotong
royong atau saling membantu satu sama lain dalam mencapai tujuan pembelajaran
titik strategi kooperatif ini dipandang efektif untuk diterapkan pada kelas yang
memiliki kemampuan heterogen, sehingga dapat diterapkan di kelas biasa, di mana
anak tunarungu belajar di dalamnya dalam strategi pembelajaran kooperatif terdapat
empat elemen dasar yaitu: saling ketergantungan positif, interaksi tatap muka antara
siswa, akuntabilitas individual, keterampilan menjalin hubungan interpersonal.
3) Strategi modifikasi perilaku merupakan suatu bentuk strategi pembelajaran yang
bertolak dari pendekatan behavioral. Strategi ini bertujuan untuk mengubah perilaku
siswa ke arah yang lebih positif melalui pengkondisian dan membantunya agar lebih
produktif sehingga menjadi individu yang mandiri. strategi modifikasi perilaku dapat
diterapkan antara lain dalam mengembangkan perilaku sosial serta kebiasaan belajar
siswa tunarungu. Dalam penerapan strategi modifikasi perilaku ini digunakan prinsip
penguatan dan hukuman. Bagi siswa yang berhasil membentuk perilaku yang
diharapkan, dapat diberikan penguatan yang dapat berupa Hadiah atau pujian,
sedangkan hukuman diberikan kepada siswa untuk mengurangi atau menghilangkan
perilaku yang tidak diharapkan.

Anda mungkin juga menyukai