Anda di halaman 1dari 18

MODUL 6

LAYANAN PENDIDIKAN BAGI SISWA SEKOLAH DASAR

KEGIATAN BELAJAR 1

Prinsip-Prinsip Bimbingan di Sekolah Dasar

A. PENGERTIAN BIMBINGAN
Menurut Agus Taufik (2007), istilah bimbingan pada umumnya dipahami sebagai upaya
memberikan arahan, panduan, nasihat dan biasanya mengandung nilai-nilai yang bersifat
menuntun kearah yang baik.
Menurut Agus Taufik (2005) bimbingan merupakan terjemahan dari suatu istilah dalam
Bahasa Inggris, yaitu guidance yang akar katanya adalah guide.
Berikut ini dikemukakan definisi bimbingan yang dikemukakan oleh beberapa ahli.
1. Montesen dan Schmuller (1984) mengartikan bimbingan sebagai bagian integral dari
program pendidikan yang diupayakan oleh staf yang kompeten, bertujuan
memberikan bantuan kepada individu untuk dapat mengembangkan kesanggupan dan
kemampuannya secara penuh di dalam tatanan kehidupan masyarakat yang
demokratis.
2. Edward C. Glanz (1966) mengartikan bimbingan sebagai proses membantu individu
untuk memecahkan masalah dan menjadi anggota masyarakat yang bebas dan
bertanggung jawab di mana dia hidup.
3. Traxler dan North (1968) mengartikan bimbingan sebagai proses untuk mengenal dan
memahami individu serta menciptakan kondisi-kondisi yang memungkinkan individu
itu untuk mengenal dan memahami kapasitasnya secara penuh, sehingga pada
akhirnya dia dapat membantu dirinya sendiri baik secara ekonomi maupun sosial.

Pengertian bimbingan yang cukup komprehensif dikemukakan oleh Rochman


Natawdijaja (1984) yaitu sebagai suatu proses pemberian bantuan kepada individu yang
dilakukan secara berkesinambungan, supaya individu tersebut dapat memahami dirinya, sanggup
mengarahkan dirinya dan dapat bertindak secara wajar sesuai dngan tuntutan dan keadaan
lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat serta kehidupan pada umumnya.

Berdasarkan pendapat para ahli, dapat disimpulkan bahwa pengertian bimbingan di


Sekolah Dasar adalah proses membantu individu siswa untuk dapat memahami diri, mengenal
lingkungan dan merencanakan masa depannya, sehingga dapat diharapkan dapat mencapai
perkembangan yang optimal sebagai pribadi dan sebagai anggota masyarakat yang demokratis.

B. TUJUAN BIMBINGAN DI SEKOLAH DASAR


Menurut Agus Taufik (2007) tujuan progam Bimbingan dan Konseling di SD adalah agar
semua siswa dapat :
1. Memiliki perasaan positif dalam berinteraksi dengan teman sebaya,guru,orang tua,
dan orang dewasa lain;
2. Memperoleh makna pribadi dari belajarnya;
3. Mengembangkan dan memelihara perasaan positif terhadap dirinya, terhadap
kekhasan nilai yang dimilikinya serta dapat memahami dan menghubungkan dengan
perasaannya;
4. Menyadari akan pentingnya nilai yang dimiliki dan mengembangkan nilai-nilai yang
konsisten dengan kebutuhan hidup dalam masyarakat yang majemuk;
5. Mengembangkan dan memperkaya keterampilan studi untuk memaksimumkan
kecakapan yang dimilikinya;
6. Belajar tentang berbagai macam keterampilan yang diperlukan untuk hidup lebih baik
dalam perkembangan yang wajar dan dalam memecahkan masalah-masalah yang
mungkin dihadapinya.
7. Mengembangkan keterampilan-keterampilan penyusunan tujuan,perencanaan dan
pemecahan masalah;
8. Mengembangkan sikap-sikap positif terhadap kehidupan;
9. Menunjukkan tanggung jawab terhadap tingkah lakunya;
10. Bekerja dengan orang tua dalam berbagai program yang terencana untuk membantu
anak mengembangkan sikap dan keterampilan yang dapat memperkaya kemampuan
akademik dan kemampuan sosial anak; serta
11. Bekerja sama dengan berbagai pihak untuk memperkaya aktivitas belajar anak
Berdasarkan rumusan tujuan di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan bimbingan dan
konseling adalah memberi kemudahan belajar pada siswa SD. Senada dengan rumusan
tujuan di atas, Etty (2005) membedakan tujuan program bimbingan dan konseling di SD
menjadi dua bagian, meliputi tujuan umum dan tujuan khusus.

1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari pelayanan bimbingan dan konseling adalah terwujudnya manusia
Indonesia seutuhnya yang cerdas, yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa dan berbudi luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan
jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri, serta rasa tanggung jawab,
kemasyarakatan dan kebangsaan (Buku I, Panduan Umum Pelayanan Bimbingan dan
Konseling, 1995)
2. Tujuan Khusus
Siswa dapat memahami diri sendiri sehingga mampu mengatasi masalah dan
kesulitan yang dialami dan menyesuaikan diri dengan lingkungan, baik lingkungan
sekolah,keluarga dan masyarakat, selanjutnya dapat menyalurkan potensi yang
dimiliki baik di dalam pendidikan maupun dunia kerja nanti.

C. FUNGSI BIMBINGAN DISEKOLAH


1. Fungsi Pengungkapan
Berdasarkan fungsi ini pembimbing/guru berusaha untuk mengetahui keadaan diri
siswa, dengan cara melakukan pendekatan pada siswa bermasalah agar mau
menceritakan atau mengungkapkan masalahnya.
2. Fungsi Penyaluran
Melalui fungsi penyaluran, pembimbing akan mengenali masing-masing siswa secara
perorangan, kemudian membantunya mengarahkan kegiatan pada program yang
dapat menunjang tercapainya perkembangan yang optimal.
3. Fungsi Penyesuaian
Fungsi Penyesuaian adalah pelayanan bimbingan yang berfungsi untuk membantu
terciptanya penyesuaian anatara siswa dan lingkungannya.
4. Fungsi Pencegahan
Memberikan bantuan pada siswa untuk memperkirakan hambatan atau gangguan
yang timbul dalam diri siswa.
5. Fungsi Perkembangan
Setiap siswa mempunyai potensi yang dapat dan harus dikembangkan semaksimal
mungkin, tentu dengan adanya kemauan diri sendiri, atau dorongan dari pihak lain ,
seperti keluarga,sekolah,teman,dan fasilitas yang tersedia.
6. Fungsi Perbaikan
Fungsi bimbingan bertujuan memberikan bantuan agar siswa memiliki perubahan
secara positif, yaitu memperbaiki sekaligus meningkatkan perilaku yang selama ini
dianggap kurang baik

D. PRINSIP-PRINSIP BIMBINGAN DI SD
Menurut Agus Taufik (2005) prinsip-prinsip dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling
di sekolah meliputi beberapa hal berikut.
1. Bimbingan untuk Semua
Setiap siswa memiliki hak yang sama untuk mendapatkan layanan bimbingan dari
gurunya, baik mereka yang bermasalah maupun tidak.
2. Bimbingan di SD Dilaksanakan oleh Semua Guru Kelas
Tidak seperti halnya di sekolah lanjutan yang memiliki petugas yang menangani
secara khusus bimbingan di sekolah, bimbingan di Sekolah Dasar dilaksanakan oleh
guru kelas.
3. Bimbingan Diarahkan untuk Perkembangan Kognitf dan Afektif
Bimbingan diarahkan untuk mengembangkan potensi siswa secara kuat dan untuk
memberikan bimbingan agar mereka mampu berhubungan dengan lingkungan
sosialnya secara efektif.
4. Bimbingan Diberikan secara Insidental dan Informal
Program bimbingan memberikan pengalaman yang runtut dan berkelanjutan
membantu siswa mencapai tugas perkembangan baik dalam aspek intelektual maupun
aspek emosional.
5. Bimbingan Ditekankan pada Tujuan Belajar dan Kebermaknaan Belajar
Harus ada kesesuaian tujuan belajar baik bagi siswa maupun guru. Perencanaan guru
dan penilaian siswa adalah prosedur dasar untuk mencapai tujuan yang ditetapkan.
6. Bimbingan Difokuskan pada Aset
7. Upaya guru dalam membantu siswa harus bertitik tolak dari potensi siswa, dan
melakukan apa yang terbaik untuk siswa.
8. Bimbingan terhadap Proses Pendewasaan
Guru atau pembimbing mengakui bahwa siswa tengah mengalami proses menjadi,
sehingga guru harus lebih banyak melihat anak dari sisi positif daripada negatifnya.
9. Program Bimbingan Dilaksanakan secara Bersama
Program bimbingan dapat terlaksana secara efektif jika diupayakan melalui kerja
sama yang baik Antara guru,siswa,orang tuas siswa, tenaga administrasi dan sumber-
sumber daya yang ada di masyarakat sekitar.

E. PERAN GURU DALAM PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING


Dalam proses bimbingan, guru memiliki peran penting karena hubungannya yang sangat
dekat dengan siswa, lebih-lebih pada siswa Sekolah Dasar. Pada Umumnya, bimbingan
yang dilakukan guru dilaksanakan melalui kegiatan kelompok sambil memberikan
pelajaran di kelas.

KEGIATAN BELAJAR 2

Berbagai Layanan Pendidikan untuk Anak Sekolah Dasar

A. LAYANAN PENDIDIKAN ANAK BERBAKAT


1. Pengertian Anak Berbakat
Anak berbakat adalah anak yang memiliki skor IQ 130 atau 140 yang menunjukkan
secara konsisten penampilan luar biasa hebat dalam suatu bidang yang berfaedah
(Astati,2007).
Menurut Clark (dalam Astati) anak berbakat adalah anak yang menunjukkan
kemampuan/penampilan yang tinggi dalam bidang-bidang, seperti
intelektual,kreatif,seni,kapasitas kepemimpinan atau bidang akademik khusus, dan
bidang yang memerlukan pelayanan-pelayanan atau aktivitas-aktivitas yang tidak biasa
disediakan oleh sekolah,agar tiap kemampuan anak berkembang secara penuh.
Menurut Utami Munandar (1995) anak berbakat adalah mereka yang didefinisikan oleh
orang-orang profesional mampu mencapai prestasi yang tinggi karena memiliki
kemampuan-kemampuan yang luar biasa.Mereka menonjol secara konsisten dalam salah
satu atau beberapa bidang, meliputi bidang intelektual umum,bidang kreativitas,bidang
seni/kinetik, dan bidang psikososial/kepemimpinan
Dalam UUSPN NO.2 Tahun 1989, disebutkan bahwa anak berbakat adalah warga negara
yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa. Kecerdasan berhubungan dengan
perkembangan kemampuan intelektual, sedangkan kemampuan luar biasa tidak hanya
terbatas pada kemampuan intelektual saja.
2. Layanan Pendidikan Anak Berbakat di Sekolah Dasar
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam memberikan pelayanan anak berbakat di
Sekolah Dasar
a. Pengidentifikasian anak berbakat
Menurut Kirk (1986) untuk mengetahui anak berbakat,dapat dilihat dari beberapa hal
berikut.
1. Kelancaran (kemampuan menjawab pertanyaan)
2. Kelenturan (kemampuan untuk memberikan berbagai macam jawaban atau
beralih dari satu macam respons ke respons lain)
3. Kemurnian (kemampuan memberikan respons yang unik dan layak)
b. Layanan anak berbakat
Dalam memberikan layanan terhadap anak berbakat di Sekolah Dasar perlu
memperhatikan hal-hal sebagai beikut yaitu ciri khas layanan yang sesuai dengan
kebutuhan anak berbakat. Sesuai dengan kebutuhan anak, ada dua macam layanan
sebagai pilihan dalam memberikan layanan kepada anak berbakat meliputi
1) Adaptasi Lingkungan
2) Adaptasi program
c. Strategi pembelajaran dan model layanan
1) Strategi Pembelajaran
Strategi Pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan anak berbakat sangat
mendorong anak tersebut untuk berprestasi.
2) Model-model layanan
Model layanan yang mengarah pada perkembangan anak berbakat meliputi layanan
perkembangan kognitif,nilai,moral,kreativitas dan bidang khusus.
d. Layanan Perkembangan Kreativitas
Ada 3 tingkatan perkembangan kreativitas yaitu ;
1. Tingkat kreativitas pertama ditandai dengan fleksibilitas,originalitas,serta
keterbukaan terhadap masalah yang disertai keberanian mengambil resiko
2. Tingkat kreativitas kedua, ditandai oleh adanya pemetaan masalah dengan
mencari pemecahan masalah secara teratur
3. Tingkat kreativitas ketiga, dengan mengadakan perumusan masalah berdasarkan
asumsi tertentu.
e. Stimulasi imajinasi dan proses inkubasi
1) Simulasi imajinasi kreatif adalah proses mental manusiawi yang menjadikan
semua kekuatan motif berprestasi untuk menstimulasi dan memberi energi pada
tindakan kreatis.
2) Proses inkubasi adalah tahap berpikir kreatif dan pengatasan masalah dimana
fungsi mental yang tadinya digerakkan oleh persiapan yang direncanakan secara
intensif sehingga tercapai pemahaman yang mengarah pada pemecahan masalah.
f. Desain pembelajaran
Sesuai dengan potensi yang dimiliki, maka diperlukan suatu rencana pembelajaran
yang berbeda dengan rencana pembelajaran pada umumnya. Perbedaan tersebut
meliputi tentang pengemasan materi, teknik pembelajaran yang harus dikuasai guru
dan pelaksanaan model pembelajaran.
g. Evaluasi
Proses evaluasi pada anak berbakat tidak berbeda dengan anak pada umumnya,
namun karena kurikulum anak berbakat berbeda dalam cakupan dan tujuannya, maka
dibutuhkan evaluasi yang sesuai.

B. LAYANAN PENYANDANG KELAINAN FISIK


1. Pengertian
Menurut Mulyono Abdulrachman (dalam pengantar Pendidikan Anak Luar
biasa,2007) keluarbiasaan merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan
kondisi anak yang menunjukkan perbedaan dengan anak normal pada umumnya.
2. Layanan Bimbingan terhadap penyandang kelainan fisik
a. Layanan terhadap anak Tunanetra
Layanan yang diberikan meliputi layanan akademik,latihan dan bimbingan.
Layangan bimbingan terhadap anak tunanetra terutama diperlukan dalam
mengatasi dampak kelainan terhadap aspek psikologisnya,serta pengembangan
sosialisasi siswa.Untuk memberikan layanan yang menyangkut kedua aspek
tersebut,maka salah satu model layanan yang dapat dilakukan adalah menempatan
anak tunanetra di sekolah biasa,dalam bentuk layanan terpadu.
b. Layanan terhadap anak Tunarungu
Pelayanan terhadap anak tunarungu harus disesuaikan dengan
karakteristik/tingkat ketunarunguannya. Untuk anak tunarungu pada tingkat
ringan mungkin masih dapat dilayani dengan baik,namun untuk tingkat yang lebih
tinggi diperlukan bantuan tenaga pembimbing khusus.
c. Layanan terhadap anak Tunadaksa
Anak tunadaksa yang disebabkan karena kelainan pada system otot dan rangka
tidak akan terganggu tingkat kecerdasannya sehingga dapat belajar seperti halnya
anak normal.

C. LAYANAN TERHADAP ANAK DENGAN GANGGUAN PSIKOLOGIS


1. Pengertian, Klasifikasi dan Karakteristik Anak Tunalaras
Dalam Peraturan Pemerintah No.72 tahun 1991 disebutkan bahwa tunalaras
adalah gangguan atau hambatan atau kelainan tingkah laku, sehingga kurang dapat
menyesuaikan diri dengan baik terhadap lingkungan keluarga,sekolah dan
masyarakat.
Menurut Rosembera, anak tunalaras dapat dikelompokan atas tingkah laku yang
berisiko tinggi dan rendah. Yang berisiko tinggi yaitu
hiperaktif,agresif,pembangkang,delinkuensi,dan anak yang menarik diri dari
pergaulan sosial,sedangkan yang berisiko rendah yaitu autism dan skizofrenia.
Dari segi sosial dan emosional, anak tunalaras akan menunjukkan ciri-ciri sebagai
berikut.
a. Perilakunya tidak dapat diterima oleh masyarakat dan biasanya melanggar norma
budaya ,aturan keluarga dan sekolah.
b. Sering mengganggu, bersikap membangkang atau menentang dan tidak dapat
bekerja sama.
2. Jenis Perilaku Menyimpang di Sekolah Biasa

Anak luar bisa dapat diketahui melalui gejala-gejala yang ditunjukkan dengan perilaku
menyimpang. Untuk menghadapi permasalahan tersebut, tidak akan terselesaikan dengan
sikap reaktif dan perlakuan keras terhada anak. Yang harus dilakukan adalah tindakan
proaktif untuk menemukan cara-cara memecahkan dan mengatasi masalah tersebut,
dengan cara mengenali dan menganalisa,mengapa anak menunjukkan penyimpangan
perilaku,kemudian kita cari solusi untuk mengatasi masalah tersebut.

3. Gejala-gejala Perilaku Menyimpang


a. Anak yang suka jahil
b. Anak yang suka iri hati
c. Anak yang suka menyela
d. Anak suka agresif
4. Penyebab Perilaku Menyimpang
a. Tidak mendapat perhatian
b. Disepelekan
c. Kehadirannya dianggap tidak ada
5. Memahami Anak Berperilaku Menyimpang
Untuk mengatasi permasalahan anak yang berperilaku menyimpang, perlu adanya
kerja sama antar staf dan semua guru di sekolah karena hal itu merupakan satu-
satunya cara yang efektif untuk menciptakan perilaku positif di seluruh sekolah.
6. Perlunya Saling Dukung Antar Guru
Dukungan rekan sekerja bagi para guru dalam menghadapi anak-anak berperilaku
menyimpang meliputi hal-hal berikut.
a. Pemahaman dari sekolah secara keseluruhan, bahwa perlunya kebersamaan dalam
mengatasi masalah.
b. Pemahaman bahwa masalah-masalah perilaku yang besar membutuhkan
pendekatan kelompok.
c. Kesediaan wali kelas untuk menerima dukungan dan pemahaman bahwa
dukungan ini bersifat normatif.
d. Penyelenggaraan rapat oleh wali kelas dengan semua kolega
e. Pengakuan bahwa penyimpangan perilaku seseorang bukanlah semata-mata
tanggung jawab guru yang bersangkutan,tetapi merupakan tanggung jawab
bersama
f. Perlunya pembentukan forum sekolah
g. Ketersediaan dukungan sesama rekan di dalam observasi kelas dengan saling
bertukar kelas.
7. Berbagai Hal yang perlu diperhatikan dalam Pelayanan Anak
Berikut ini diuraikan tentang berbagai hal terkait dengan perilaku menyimpang
a. Penyimpangan sebagai akibat
Pada saat mulai masuk sekolah,seorang anak telah membawa pengalaman ke
dalam lingkungan sekolah yang penuh dengan tuntutan dan peraturan. Tidak
semua anak mampu menyesuaikan diri terhadap tuntutan di sekolah. Beberapa
anak mempunyai pengalaman bicara dengan nada
keras,bentakan,teriakan,cemoohan dan saling menyalahkan merupakan kebiasaan
yang dilakukan, pengalaman dirumah sering dibawa kesekolah sehingga terjadi
benturan nilai yang akan nampak sebagai perilaku destruktif.
b. Perilaku destruktif
1) Terus-menerus memanggil guru dan berbicara seenaknya
2) Berjalan kesana-kemari di kelas
3) Menggerakan kaki terus-menerus di kursi
4) Suara sangat keras
5) Tidak mampu konsentrasi
c. Perilaku mengajar
Pendekatan yang dapat dilakukan guru untuk mengajarkan anak agar berperilaku
baik,anatara lain dengan memberikan pengarahan dalam hal-hal berikut.
1) Mengangkat tangan tanpa harus memanggil-manggil
2) Menunggu giliran dari pada menyerobot
3) Duduk di atas tikar pada jam pelajaran
4) Duduk di kursi mereka lebih dari beberapa menit
5) Berbicara dengan perlahan
6) Berjalan di dalam kelas tanpa menganggu atau menjengkelkan orang lain
7) Mempertimbangkan perasaan orang lain
8) Apa yang harus dilakukan bila marah

Pemulihan perilaku dapat dilakukan melalui gambar,percontohan,latihan yang


ditargetkan,dorongan individual,umpan balik.

d. Cara mengatasi anak yang berperilaku


1) Jangan emosional terhadap anak
2) Jangan kucilkan anak

Sikap dan tindakan yang sebaiknya kita lakukan dalam menghadapi anak yang
berperilaku menyimpang

1) Lakukan pendekatan kasih sayang


2) Responsif terhadap perasaan anak
3) Dengarkan suara hati anak
4) Binalah kasih sayang antaranak

D. LAYANAN KEGIATAN EKSTRAKURIKULER


1. Pengertian
Kegiatan ekstra kurikuler adalah kegiatan yang diselenggarakan di luar jam pelajaran
yang tercantum dalam susunan program sesuai dengan keadaan dan kebutuhan
sekolah.
2. Tujuan Kegiatan Ekstra Kurikuler
Mampu mengaitkan antara pengetahuan yang diperoleh di sekolah dengan keadaan
dan kebutuhan lingkungan.
3. Jenis Kegiatan Ekstra Kurikuler, antara lain;
Pramuka,UKS,olahraga,palang merah remaja,kesenian dan kegiatan lain. Siswa diberi
kebebasan untuk memilih salah satu kegiatan sesuai dengan minat dan bakatnya.
4. Manfaat kegiatan Ekstra Kurikuler
Melalui kegiatan ekstra kurikuler siswa akan memperoleh secara maksimal
pengembangan fisik,mental,emosional,kognitif dan sosial.
5. Pelaksanaan Kegiatan Ekstra Kurikuler
Pelaksanaan kegiatan ekstra kurikuler biasanya dilakukan oleh para guru yang
menguasai bidangnya,karena pengalaman atau latar belakang pendidikan yang
diperolehnya. Petugas kegiatan ekstra kurikuler juga dapat diambil dari luar sekolah
dengan menggunakan tenaga ahli. Selain itu, faktor lain yang perlu diperhatikan agar
terlaksananya kegiatan ekstra kurikuler adalah tersedianya fasilitas sarana dan
prasarana yang diperlukan. Dalam kenyataan,tidak semua sekolah (SD) dapat
melaksanakan kegiatan ekstra kurikuler karena berbagai sebab antara lain;
a. Sikap orang tua tidak mendukung
b. Memerlukan biaya yang cukup besar bagi keluarga
c. Lokasi sekolah jauh dari rumah siswa
d. Kondisi keluarga yang mengharuskan anak bekerja membantu orang tua setelah
pulang sekolah
e. Kurangnya fasiitas di sekolah
f. Kurangnya dukungan dari pihak sekolah

MODUL 12

SUMBER DAYA SEKOLAH DASAR

KEGIATAN BELAJAR 1

Potret Sumber Daya Di Sekolah Dasar


Sumber daya yang berperan dalam penyelenggaraan pendidikan di SD dapat
dikelompokkan berdasarkan jenisnya dan dapat pula berdasarkan asalnya. Berdasarkan jenisnya,
sumber daya dapat meliputi ;

a. Sarana dan prasarana di SD


b. Sumber daya manusia di SD
c. Sumber dana di SD

Berdasarkan asalnya, sumber daya dapat dikelompokkan menjadi sumber daya yang
berada di SD sendiri dan sumber daya yang berasal dari luar SD.

A. POTRET SARANA DAN PRASARANA SD


Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan,
Pasal 42 menetapkan bahwa sarana dan prasarana yang harus ada pada setiap satuan
pendidikan, sebagai berikut.
1. Setiap satuan pendidikan wajib memiliki sarana yang meliputi perabot, peralatan
pendidikan, media pendidikan, buku dan sumber belajar lainnya, bahan habis
pakai serta perlengkapan lain yang diperlukan untuk menunjang proses
pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan.
2. Setiap satuan pendidikan wajib memiliki prasarana yang meliputi lahan, ruang
kelas, ruang pimpinan satuan pendidikan, ruang pendidik, ruang tata usaha, ruang
perpustakaan, ruang laboratorium, ruang bengkel kerja, ruang unit produksi,
ruang kantin, instalasi daya dan jasa, tempat berolahraga, tempat beribadah,
tempat bermain, tempat berkreasi dan ruang/tempat lain yang diperlukan untuk
menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan.
Sebuah SD yang ideal seyogianya mempunyai sarana dan prasarana belajar yang
lengkap seperti yang dideskripsikan. Tetapi tidak selamanya demikian. Masih banyak SD
yang ruang belajarnya saja tidak memenuhi syarat, bahkan ada yang sangat
mengkhawatirkan. Berbeda dengan sekolah unggulan atau SD yang menerapkan Kurikuum
Internasional biasanya mempunyai sarana yang lengkap dan terpelihara.
Pemanfaatan sarana dan prasarana pendidikan sangat tergantung dari kemampuan dan
kreativitas guru dan kepala sekolah. Sara dan prasarana yang melimpah tidak akan berfungsi jika
guru dan siswa tidak mau memanfaatkannya.Sebaliknya, sarana yang terbatas,jika dimanfaatkan
secara kreatif akan mampu memerankan fungsi maksimal sebagai penunjang kegiatan
pembelajaran.

B. POTRET SUMBER DAYA MANUSIA DI SD


Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
Pasal 35 menetapkan bahwa : “tenaga kependidikan pada SD/MI atau bentuk lain yang
sederajat sekurang-kurangnya terdiri atas kepala sekolah/madrasah, tenaga administrasi,
tenaga perpustakaan, dan tenaga kebersihan sekolah/madrasah.” Pada kenyataannya, banyak
SD yang tidak memiliki tenaga administrasi dan tenaga perpustakaan.
Disamping jenis SDM yang terbatas, dari segi jumlah, sebaran SDM di SD khusunya
pendidik (guru) masih memprihatinkan, Tidak jarang ditemui di SD yang hanya memiliki
dua/tiga orang guru terlebih di daerah terpencil. .
Jika kondisi SDM di SD seperti itu, tentu kita akan berpikir keras bagaimana
mungkin kita menyamakan kualitas lulusan SD di kota besar dengan kualitas lulusan di
daerah terpencil. Bukan rahasia umum lagi, bahwa lulusan SD di daerah tertentu belum dapat
membaca, menulis, dan berhitung, bahkan lulusan SMA pun ada yang belum lancar menulis
dan membaca.
Sebagaimana ditetapkan dalam UU No. 14/2005 tentang Guru dan Dosen, “ Guru
adalah pendidik profesional yang bertugas mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan,
melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur formal,
pendidikan dasar, dan pendidikan menengah”. Kemampuan guru dalam melaksanakan tugas
profesional tersebut sangat tergantung dari kualifikasi dan kompetensi yang dimiliki guru,di
samping faktor-faktor lainnya. Kualifikasi dan kompetensi guru yang bervariasi akan
bermuara pada variasi kualitas layanan ahli yang dapat diberikan guru.
Menurut Peraturan Pemerintah No. 19/2005 tentang Standar Nasional Pendidikan,
Pasal 38 Ayat 2, kriteria untuk menjadi Kepala SD/MI adalah sebagai berikut.
1. Berstatus sebagai guru SD/MI
2. Memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran sesuai
ketentuan perundang undangan yang berlaku
3. Memiliki pengalaman mengajar sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun di SD/MI
4. Memiliki kemampuan kepemimpinan dan kewirausahaan di bidang kependidikan
C. POTRET SUMBER DAYA DI SD
Standar Pembiayaan Pasal 62 Peraturan Pemerintah Nomor 19/2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan mencantumkan ketentuan-ketentuan berikut.
1. Pembiayaan pendidikan terdiri atas biaya investasi, biaya operasi, dan biaya
personal
2. Biaya investasi satuan pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi
biaya penyediaan sarana dan prasarana, pengembangan sumber daya manusia,
dan modal kerja tetap
3. Biaya personal sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) meliputi biaya
pendidikan yang harus dikeluarkan oleh peserta didik untuk bisa mengikuti
proses pembelajaran secara teratur dan berkelanjutan
4. Biaya operasi satuan pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi :
a. Gaji pendidik dan tenaga kependidikan serta segala tunjangan yang melekat
pada gaji
b. Bahan atau peralatan pendidikan habis pakai,dan
c. Biaya operasi pendidikan tak langsung berupa biaya, air, jasa telekomunikasi,
pemeliharaan sarana dan prasarana, uang lembur, trasportasi, konsumsi,
pajak, asuransi dan sebagainya.
Dapat disimpulkan bahwa potret sarana dan prasarana, SDM, dan dana di berbagai
SD sangat bervariasi. Kesenjangan yang besar tedapat antara SD unggulan dengan SD yang
berada di daerah terpencil,akibatnya pelayanan pendidikan yang diberikan pun sangat
bervariasi. Dan kualitas lulusan SD yang sangat bervariasi pula.Namun,sekali lagi perlu
dicatat,bahwa dana bukan segala-galanya.SDM di SD,dalam hal ini kepala sekolah dan guru
sangat menentukan pengelolaan dana pendidikan di sekolah.Mereka yang kreatif mungkin
dapat mengelola dana yang terbatas dengan efisien dan efektif.

KEGIATAN BELAJAR 2
Sumber Daya Yang Berasal Dari Luar Sekolah Dasar

A. SARANA DAN PRASARANA DARI LUAR SD


Keterbatasan sarana dan prasarana di SD dapat diatasi dengan berbagai cara, antara
lain dengan memanfaatkan sarana dan prasarana yang ada di lingkungan sekolah, yang dapat
dijangkau oleh SD. Untuk mewujudkan niat tersebut,terlebih dahulu harus dipelihara
hubungan baik dengan seluruh perangkat desa.Ini merupakan salah satu indikator dari
kompetensi sosial yang harus dimiliki oleh kepala sekolah. Dengan hubungan baik yang
terjadi secara profesional,berbagai sarana dan prasarana yang ada di lingkungan sekolah dapat
dimanfaatkan. Sarana dan prasarana tersebut antara lain kebun sayur dan kolam ikan miik
penduduk yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar berupa laboratorium alam, balai
desa bisa sewaktu-aktu dipinjam untuk kegiatan perpisahan atau acara lain yang melibatkan
seluruh siswa di SD tersebut.
B. SUMBER DAYA MANUSIA (SDM)
Sumber Daya Manusia (SDM) yang ada di SD, SDM dan lembaga yang sangat
berperan dalam penyelenggaraan pendidikan SD meliputi :

1. Pengawas SD

Adalah “Tenaga Kependidikan Profesional berstatus PNS yang diberi tugas,


tanggung jawab, dan wewenang secara penuh oleh pejabat berwenang untuk melakukan
pembinaan dan pengawasan pendidikan pada sekolah/satuan pendidikan”.
Seorang pengawas SD harus berpengalaman sebagai guru SD minimal selama 8
tahun atau kepala SD selama minimal 4 tahun. Tugas utama pengawas SD adalah sebagai
supervisor akademik manajerial bagi guru dan kepala sekolah.
Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa kualifikasi dan kompetensi Pengawas
Satuan Pendidikan, termasuk Pengawas SD sangat heterogen. Pembinaan yang
disediakan bagi para pengawas dianggap belum memadai, sehingga para pengawas
banyak yang merasa ketinggalan dari para guru yang harus di supervisinya. Oleh karena
itu, pengawasan yang dilakukan lebih banyak bersifat teknis administratif.

2. Kepala Dinas Pendidikan

Kepala Dinas Pendidikan baik di tingkat provinsi maupun kabupaten bertugas


menjabarkan dan melaksanakan kebijakan nasional sesuai dengan kondisi daerah masing-
masing. Jabaran kegiatan tersebut tercermin dalam rencana tahunan pemerintah daerah.
Menteri Pendidikan Nasional bertanggung jawab atas pengelolaan system
pendidikan nasional, pemerintah pusat menentukan kebijakan nasional dan standar
nasional pendidikan.

3. Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah


Merupakan lembaga mandiri yang beranggotakan unsur masyarakat yang peduli
pendidikan. Kedua lembaga ini dibentuk dan berperan dalam meningkatkan mutu
pelayanan pendidikan yang meliputi perencanaan, pengawasan, dan evaluasi program
pendidikan.
Dalam menjalankan perannya, Dewan Pendidikan memberikan pertimbangan,
arahan, dukungan tenaga, sarana dan prasarana, serta pengawasan pendidikan pada
tingkat nasional, provinsi, dan kabupaten/kota yang tidak mempunyai hubungan
hierarkis.
Komite Sekolah menjalankan perannya dengan memberikan petimbangan, arahan,
dukungan tenaga, sarana dan prasarana, serta pengawasan pendidikan pada tingkat satuan
pendidikan/sekolah. Komite Sekolah melakukan pengambilan keputusan dalam bidang
non akademik, seperti struktur organisasi sekolah dan biaya operasional satuan
pendidikan dengan dihadiri oleh kepala sekolah. Komite Sekolah juga dapat memberi
pertimbangan pada tata tertib satuan pendidikan dan rencana tahunan satuan
pendidikan/sekolah.
Kenyataannya menunjukkan bahwa masih banyak orang tua siswa yang belum
tahu tentang keberadaan Komite Sekolah, disamping perannya yang belum tampak dalam
peningkatan mutu pelayanan pendidikan.

4. DANA
Dana penyelenggaraan pendidikan di SD berasal dari pemerintah daerah berupa
DOP, dari pemerintah pusat berupa Dana BOS, disamping sumbangan dari orang tua siswa
yang disalurkan melalui Komite Sekolah.
Dana BOS merupakan program pemerinth yang berasal dari dana subsidi BBM yang
bertujuan untuk membebaskan biaya pendidikan bagi siswa yang tidak mampu dan
meringankan bagi siswa lain dalam rangka menuntaskan wajib belajar 9 tahun. Sehubungan
dengan itu, yang berhak menerima dana BOS adalah semua sekolah tingkat SD dan SMP,
baik negeri maupun swasta di seluruh Indonesia.
Besar dana BOS dihitung berdasarkan jumlah siswa per tahun ajaran di satu sekolah,
dan hanya boleh digunakan untuk pembiayaan komponen-komponen yang sudah ditentukan
secara ketat. Jika dana BOS dikelola dengan benar, siswa SD semestinya bebas dari segala
pungutan. Namun kenyataan menunjukkan bahwa masih banyak pungutan yang dikenakan
kepada siswa SD.

Anda mungkin juga menyukai