Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

MODUL 1

“LANDASAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR”

Ditulis dan disusun guna memenuhi tugas;

Mata Kuliah : Perspektif Pendidikan SD

Dosen Pengampu   : ROSSY MAVITATASARI, M.Pd

Disusun Oleh :

KIKI OKVITA (834856434)

ANTIKA PUTRI RAMADHANI (834856688)

ANGGI WIDIANA (834856767)

PROGRAM S1 PENIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

UNIVERSITAS TERBUKA

2021.2

i
KATA PENGANTAR

Salam Sejahtera
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan
karuniaNya kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan modul “Landasan
Pendidikan Sekolah Dasar”.
Kami menyadari bahwa terselesainya makalah ini terkait bantuan dan bimbingan dari
beberapa pihak, untuk itu dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak TEJO, S.Pd Selaku ketua pengurus UT Pokjar Seputih Banyak Kab.Lampung
TengahLampung.
2. ROSSY MAVITASARI, M.Pd selaku tutor matakuliah Perspektif Pendidikan
3. Teman – teman dan seluruh pihak yang ikut berpartisipasi dalam penyelesaian
makalah.

Kami juga menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu kritik
dan sarann senatiasa kami harapkan dari semua pembaca demi perbaikan ke depan dan untuk
memberikan tambahan pengetahuan dan wawasan.

Seputih Banyak, 21 April 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................................i
KATA PENGANTAR....................................................................................................ii
DAFTAR ISI..................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................1
A. Latar Belakang....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................................1
C. Tujuan .................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN MODUL 1.............................................................................2
1. Kegiatan Belajar 1...............................................................................................2
2. Kegiatan Belajar 2...............................................................................................5
BAB III PENUTUP.........................................................................................................8
3.1 Kesimpulan...........................................................................................................8
3.2 Saran ....................................................................................................................8

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Negara kita dapat dikatakan sebagai negara yang gagal dalam melaksanakan sistim
pendidikan. Karena banyak hal yang tidak mendukung dalam proses belajar
mengajar,terutama di Sekolah Dasar. Banyak Sekolah Dasar yang sarana dan
prasarananya belum memadai. Untuk di tingkat Sekolah Dasar saja belum memadai apa
lagi untuk ditingkat selanjutnya. Seharusnya pemerentah harus lebih memperhatikan
anak-anaknya yang masi dini ini menjadi generasi penerus yang dapat diandalkan.
Semuahal yang disebutkan di atas adalah merujuk pada satu tema yaitu Landasan
Pendidikan di Sekolah Dasar. Landasan Pendidikan sangat penting untuk membangun
pendidikan anak didik. Mereka harus menanamkan landasan sebagai pedoman kegiatan
mereka. Dalam makalah ini akan menjabarkan bagaimana landasnan Pendidikan, apa saja
yang mencakup itu semua, dan berusaha menelaah lebih jauh tentang kesalahan
penggunaan landasan pendidikan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud Filosofis, Psikologis-Pedagogis dalam Pendidikan Sekolah
Dasar?
2. Bagaimana landasan Sosiologis-Antropologis Pendidikan Sekolah Dasar?
3. Apa yang dimaksud Historis dan Ideologis Pendidikan Sekolah Dasar (SD)?
4. Bagaimana landasan Historis-Ideologis dan Yuridis Pendidikan SD?
C. Tujuan Makalah
1. Mengetahui apa yang dimaksud Filosofis, Psikologis-Pedagogis dalam Pendidikan
Sekolah Dasar
2. Memahami landasan Sosiologis-Antropologis pada Pendidikan Sekolah Dasar
3. Mengetahui apa yang dimaksud Historis dan Ideologis Pendidikan Sekolah Dasar
(SD)
4. Memahami landasan Historis-Ideologis dan Yuridis pada Pendidikan SD

1
BAB II
PEMBAHASAN

Kegiatan Belajar 1.
Landasan Filosofis, Psikologis-Pedagogis, dan Sosiologis-Antropologis Pendidikan
Sekolah Dasar

A. Landasan Filosofis, Psikologis-Pedagogis Pendidikan Sekolah Dasar


Pandangan filosofis adalah cara melihat pendidikan dasar dari hakikat pendidikan
dalam kehidupan manusia. Pertanyaan filosofis yang akan kita bahas adalah untuk apa
pendidikan Sekolah Dasar dikembangkan.
Pandangan psikologis-pedagogis atau psiko-pedadogis adalah cara melihat 
pendidikan dasar dari fungsi proses pendidikan dasar dalam pengembangan potensi
individu sesuai dengan karakteristik psikologis peserta didik. Pertanyaan psiko-
pedadogis yang relevan dengan fungsi proses itu adalah bagaimana pendidikan dasar
dikembangkan sesuai dengan karakteristik peserta didiknya.
Pandangan sosiologis-antropologis atau sosio-antropologis adalah cara melihat
pendidikan dasar dari fungsi proses pendidikan dasardalam sosialisai atau pendewasaan
peserta didik dalam konteks kehiduoan masyarakat, dan proses ankulturasi atau
pewarisan nilai dari generasi tua kepada peserta didik yang sedang mendewasa dalam
konteks pembudayaan.
Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI) merupakan salah satu bentuk pendidikan
pada jenjang pendidikan dasar dalam jalur pendidikan formal di Indonesia pada saat ini.
Bentuk pendidikan ini secara operasional dilaksanakan sebagai satuan pendidikan
masing-masing sekolah.
1. Landasan Filosofis dan Psikologis-Pedagogis
Ada beberapa argumen tentang keniscayaan pendidikan untuk usia sekolah 6-13
tahun.
a) Pelembagaan proses pendidikan untuk usia dalam system pendidikan
persekolahan atau scooling system, diyakini sangat strategis artinya sangat
tepat dilakukan, untuk mempengaruhi, mengondisikan, dan mengarahkan
perkembangan mental, fisik, dan sosial anak dalam mencapai pendewasaannya
secara sistematik dan sistemik

2
b) Proses pendewasaan yang sistematik dan sistemik itu diyakini lebih efektif dan
bermakna, artinya lebih memberikan hasil yang baik dan menguntungkan,
daripada proses pendewasaan yang dilepas secara alami dan kontekstual
melalui proses sosialisasi atau pergaulan dalam keluarga budaya semata-mata.
c) Berbagai teori psikologi khususnya teori belajar yang menjadi landasan
konseptual teori pembelajaran, seperti teori behaviorisme, kognitisfisme,
humanisme, dan sosial.
Terkait pada berbagai pandangan pakar tersebut di atas yang sangat relevan untuk
menggali landasan filosofis dan psikologis-pedagogis pendidikan di SD/MI.
a) Teori Kognifisme
Pieget menegaskan bahwa pengetahuan bukanlah duplikat dari objek,
dan bukan pula sebagai tampilan kesadaran dari bentuk yang ada dengan
sendirinya dalam diri individu. Pengetahuan sesungguhnya merupakan
konstruksi pikiran yang terbentuk, karena secara biologis adanya interaksi
antara organisme dengan lingkungan, dan secara kognitif adanya interaksi
antara organisme dengan lingkungan, dan secara kognitif adanya interaksi
antara pikiran dengan objek. Secara teoritik perkembangan kognitif
mencakup tiga proses mental yakni :
 Assimilation atau asimilasi. Assimilation atau asimilasi adalah
integrasi data baru dangan struktur kognitif yang sudah ada dalam
pikiran
 Accommodation atau akomodasi. Accommodation atau akomodasi
menunjuk pada proses penyesuaian struktur kognitif dengan situasi
baru
 Equilibration atau ekuibrasi. Equilibration atau ekuibrasi adalah
proses penyesuaian yang sinambung antara asimilasi dan akomodasi.
Anak usia SD/MI berada dalam tahap perkembangan kognitif
Praoperasional sampai Konkret. Pada usia ini anak memerlukan
bimbingan sistematis atau sistemik guna membangun
pengetahuannya. Oleh karena itu, peran pendidikan di SD/MI
sangatlah strategis bagi pengembangan kecerdasan dan kepribadian
anak.

3
b) Teori Historis-Kultural (Cultural Historical Theories)
Secara sosial-kultural aktivitas mental merupakan sesuatu hal yang unik
hanya pada manusia. Hal ini merupakan produk dari belajar sosial
atau social learning, yakni penyadaran simbol-simbol sosial dan internalisasi
kebudayaan dan hubungan sosial. Kebudayaan diinternalisasi dalam bentuk
system neuropsikis yang merupakan bagian dari bentuk aktivitas fisiologis
dari otak manusia. Aktivitas mental yang tinggi memungkinkan pembentukan
dan perkembangan proses mental manusia yang lebih tinggi.
Dengan menggunakan teori sosial kultural, proses pendidikan di SD/MI
seyogianya diperlukan sebagai proses pertumbuhan kemampuan dalam diri
individu sebagai produk interaksi antara kemampuan intramental dan
intermental individu dalam konteks sosial-kultural, lingkungan sosial-
kultural.
c) Teori Humanistik
Pendekatan humanistic memiliki karakteristik : (a) menjadikan peserta
didik sendiri sebagai isi, yakni mereka sendiri belajar tentang perasaannya
dari perilakunya; (b) mengenal bahwa imajinasi peserta didik seperti
dicerminkan dalam seni, impian, cerita, dan fantasi sebagai hal yang penting
dalam kehidupan yang dapat dibahas bersama dengan teman sekelasnya; (c)
memberikan perhatian khusus terhadap ekspresi non-verbal seperti isyarat
dan nada karena diyakini hal itu sebagai ungkapan perasaan dan sikap yang
dikomunikasikan; (d) menggunakan pemainan, improvisasi, dan bermain
peran sebagai wahana simulasi perilaku yang dapat dikaji dan diubah.

B. Landasan Sosiologis-Antropologis Pendidikan Sekolah Dasar


Cara pandang sosiologis-antropologis atau sosio-antropologis adalah cara melihat
pendidikan dasar dari fungsi proses pendidikan dasar dalam proses sosialisasi atau
pendewasaan peserta didik dalam konteks kehidupan bermasyarakat, dan proses
enkulturasi atau pewarisan nilai dari generasi tua kepada peserta didik yang sedang
mendewasa dalam konteks pembudayaan. Pertanyaan dalam kedua proses tersebut
adalah bagaimana pendidikan dasar meletakkan dasar dan mengembangan secara
kontekstual sikap sosial dan nilai-nilai kebudayaan untuk kepentingan peserta didik
dalam hidup bermasyarakat dan berkebudayaan.

4
Dilihat secara sosiologis dan antropologis masyarakat dan bangsa Indonesia
sangatlah heterogen dalam segala aspeknya. Oleh karena itu, walaupun kita secara
konstitusional menganut satu system pendidikan nasional, instrumental atau pengelolaan
system pendidikan itu tidaklah mungkin dilakukan secara homogen penuh.
Keseluruhan prinsip tersebut memberi implikasi terhadap kandungan, proses dan
manajemen pendidikan nasional. Untuk itulah dalam system pendidikan kita saat ini
diupayakan berbagai pembaharuan seperti kurikulum nasional yang bersifat sentralistik
menjadi kurikulum tingkat satuan pendidikan yang bersifat desentralistik, penerapan
kurikulum yang berdiversifikasi untuk melayani keberagaman, dan pengembangan
standar nasional pendidikan sebagai baku mutu pendidikan secara nasional.

Kegiatan Belajar 2.
Landasan Historis, Ideologis, dan Yuridis Pendidikan Sekolah Dasar

A. Landasan Historis dan Ideologis Pendidikan Sekolah Dasar (SD)


Landasan historis dan ideologis adalah dasar pemikiran yang diangkat dari fakta
sejarah yang relevan tentang pertumbuhan dan perkembangan pendidikan Sekolah Dasar
beserta ide-ide atau pertimbangan yang melatarbelakangi sejak pada masa Hindia
Belanda sampai saat ini.
Secara historis atau kesejahteraan, pendidikan Sekolah Dasar di Indonesia
merupakan kelanjutan dari system pendidikan pada masa Hindia Belanda yang memang
dibangun lebih banyak untuk kepentingan penjajahan Belanda di Indonesia. Pada
dasarnya system pendidikan pada masa itu ditekankan pada upaya memperoleh tenaga
terampil yang menegrti nilai budaya penjajah sehingga menguntungkan mereka dalam
mempertahankan dan melangsungkan penjajahannya.
Sistem pendidikan Indonesia dalam perspektif sejarah perjuangan bangsa
berkembnag secara dinamis pada lingkungan masyarakat yang juga berkembang dalam
dimensi ideologi, politik, ekonomi, maupun sosial budaya.
Dari fakta sejarah pendidikan Sekolah Dasar pada zaman Hindia Belanda, kita dapat
menangkap bahwa makna segregasi sosial dan diskriminasi secara sengaja dilakukan
terhadap anak penduduk bumi putera dalam memperoleh kesempatan belajar di Sekolah
Dasar, tergantung pada latar belakang sosial, ekonomi, dan budaya.
Hal lain yang sangat penting adalah tumbuhnya berbagai gerakan pendidikan pada
masa perjuangan kemerdekaan yang dilakukan oleh seluruh komponen bangsa, telah

5
mendorong tumbuh dan berkembang pula konsep dan dasar ideology pendidikan yang
walaupun berbeda dalam nomenklatuurnya dan konteks perwujudannya, tetapi
semuanya pada satu tujuan adanya system pendidikan yang inheren dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan benegara Indonesia. Salah satunya adalah filsafat dan
ideology pendidikan Taman Siswa Ing madya mangun karsa, Ing Ngarsa sung Tuladha,
Tut Wuri Handayani.

B. Landasan Historis-Ideologis dan Yuridis Pendidikan SD


Landasan historis-ideologis dan yuridis pendidikan pada dasarnya merupakan
komitmen politik Negara Republik Indonesia yang diwujudkan dalam berbagai
ketentuan normatif konstitusional yang mencerminkan bagaimana system pendidikan
nasional dibangun dan diselenggarakan untuk mewujudkan fungsi dan tujuan pendidikan
nasional.
Secara ideologis dan yuridis ditetapkan bahwa Pancasila dan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 merupakan dasar atau fondasi pendidikan
nasional. Hal ini mengandung makna bahwa pendidikan nasional, termasuk di dalamnya
pendidikan di SD/MI harus sepenuhnya didasarkan pada cita-cita, nilai, konsep dan
moral yang terkandung dalam bagian dari alenia keempat Pembukaan UUD 1945, yakni
mencerdaskan kehidupan bangsa yang berdasarkan kepada Ketuhanan Yang Maha Esa,
Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia, dan Kerakyatan yang
dipimpin oleh kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, serta dengan
mewujudkan suatu Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Pendidikan SD mengemban dua fungsi, yakni fungsi pengembangan potensi peserta
didik secara psikologis dan pemberian landasan yang kuat untuk pendidikan SMP dan
seterusnya. Sedangkan tujuan secara substantif merujuk pada tujuan pendidikan
nasional. Peserta didik SD/MI berkewajiban menjaga norma-norma pendidikan dengan
cara sebagai berikut.
1) Menjalankan ibadah sesuai agama yang dianutnya
2) Menghormati pendidik dan tenaga kependidikan
3) Mengikuti proses pembelajaran dengan dengan menjunjung tinggi kejujuran
akademik dan mematuhi semua peraturan yang berlaku
4) Memeliha kerukunan dan kedamaian untuk mewujudkan harmoni sosial diantara
teman
5) Mencintai keluarga, masyarakat dan menyayangi sesame

6
6) Mencintai lingkungan, bangsa dan Negara
7) Ikut menjaga dan memelihara sarana dan prasarana, kebersihan., ketertiban, dan
keamanan sekolah.
Bila seluruh ketentuan perundang-undangan tentang wajib belajar 9 tahun dapat
dilaksanakan dengan baik, maka program Wajar tersebut akan memberi dampak yang
luas bagi pencerdasan kehidupan bangsa secara bertahap. Oleh karena itu, sinergi seluruh
unsur pemerintahan pusat dan daerah sangatlah penting.

7
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Landasan Pendikan merupakan dasar atau alas dimana menjadi tempat bertumpuh
atau titik tolak atau dasar pijakan dalam pendidikan. Landasan ini dapat bersifat materi
dan dapat juga bersifat konseptual. Fungsi landasan pendidikan adalah sebagai dasar
pijakan atau titik tolak praktek pendidikan dan studi pendidikan. Peranan landasan di
sekolah sangat besar sebab apa yang akan dicapai di sekolah ditentukan oleh landasan dan
kurikulum sekolah itu.

B. Saran
Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar penulisan
makalah ini dapat lebih baik untuk ke depannya. Khusus untuk para pendidik dan
pembaca dalam dunia  pendidikan, karena makalah ini sangat bermanfaat untuk dibaca
sehingga efeknya nanti kita dapat memiliki kemauan dalam memajukan Indonesia serta
menciptakan generasi yang cerdas dan berwawasan luas.

Anda mungkin juga menyukai