BAB 2
Bagaimanakah Praktik
Mengajar kelas rangkap saat ini?
Ilustrasi 1
Seorang guru bernama Ibu Irna,
mengajar di kelas 3 dan 5. murid
kelas 3 dan 5 tersebut ditempatkan
secara terpisah tetapi masih
bersebelahan. Pembelajaran dimulai
pukul 08.00.
Pertama tama ia masuk ke kelas 3.
Kelompok 1
Kotak 1
Ringkasan
• Ibu Irna sebenarnya tidak melakukan
pembelajaran kelas rangkap. Apa yang ia
lakukan lebih cocok di sebut dengan pelajaran
bergilir. (KBM tidak berjalan serempak)
• Ibu Irma melakukan pengajaran duplikasi.
(hanya beda dalam materi)
• Pemborosan waktu karena terjadi dialog yang
cukup panjang saat melakukan absensi dan
ketika kelas 5 menunggu pembelajaran di
mulai.
• Pengajaran berlangsung seragam dalam waktu
yang sama dan untuk semua murid.
• Langkah langkah mengajar sederhana,
menerangkan, memberi soal, dan siswa
menjawab. (terkesan monoton )
• Hampir tidak dijumpai interaksi yang aktif dan
langsung di antara sesama murid.
• Pemberian balikan karena waktu yang sedikit
sehingga ibu Irna tidak berupaya untuk
berkeliling dan mendatangi murid.
• Format pembelajaran hanya berorientasi pada
guru. Pembelajaran cooperative learning :
kelompok kecil dan pembelajaran berpasangan
antara murid pintar yang membantu murid yang
ketinggalan tidak muncul sama sekali.
Kelompok 1
Mengapa perlu metode cooperative learning ?
• Dalam pembelajaran kelas rangkap, apabila
dilakukan dengan cooperative learning, Guru
dapat membagi tugas kepada anak kelas 5
untuk membantu siswa kelas 3 dalam
mengikuti pembelajaran. Hal tersebut dapat
membangkitkan kemandirian dan kreativitas
siswa.
• Selain guru mendapat partner, siswa menjadi
lebih pandai dalam pembelajaran dan pandai
mengajar.
• Kekuatan PKR jika dilaksanakan dengan baik
akan memungkinkan murid belajar tentang
bagaimana cara belajar ; “learning how to learn”
Kelompok 1
Ilustrasi 2
Terdapat dua orang yang menghampiri sekelompok
murid, ternyata murid kelas 5. Mereka menyodorkan
subuah buku dan meminta mereka untuk
membacanya. Ternyata siswa tersebur tidak dapat
membaca dengan baik layaknya seorang siswa kelas
5. kemudian ia mencoba lagi, hingga siswa yang ke- 5.
kesimpulannya mereka adalah “parah…”
Kemudian mereka terdorong untuk masuk ke kelas,
mengamati bagaimana guru mengajar.
Pak Ajung seorang guru yang mengajar
di kelas 4 dan 5.
Kotak 1
Kelompok 1
Kelas 4 Kelas 5 Kelas 4
- Memulai pembelajaran - Memulai pembelajaran - Bertanya apakah sudah
- Menulis salah satu bahan
- Menulis salah satu bahan selesai menyalin/ belum
pelajaran di papan tulis
pelajaran di papan tulis - Beberapa sudah selesai
- Mengingatkan anak untuk
- Mengingatkan anak untuk dan memiliki tulisan yang
menyalin materi di papan
menyalin materi di papan bagus.
tulis.
tulis.
- Waktu yang diperlukan
sedikitnya 15 menit, baru
kemudian ia pindah kelas
Kelompok 1
Mengapa siswa kelas 5 belum lancar membaca?
Ilustrasi 3
Kotak 3
Ada 2 ruangan kosong. Semula akrena tidak ada murid, kemudian di biarkan saja
dan menjadi rusak. Ruangan kelas yang dipakai juga memprihatinkan.
Di sudut belakang ada setumpuk bangku dan kursi yang tidak dipakai dan rusak.
Pajangan kelas hanya sedikit dan sudah kusam. Kemudian saya bertanya pada
murid “ apakah pak Ajung pernah membicarakan tentang pejangan dinding ketika
pelajaran?” jawab mereka “tidak”. Di kelas hanya ada meja guru, beberapa deret
bangku murid dan lemari yang sudah reyot dan pintu yang tidak bisa dikunci.
Kelompok 1
an yaan
01
pert
Bagaimana suasana
kelas dan sekolah pak
ajung?
Tidak ada kehidupan yang menggairahkan bagi murid maupun guru.
Mengajar kelas rangkap bukanlah keadaan yang yang pantas dituding
sebagai penyebab. Kurangnya minat guru untuk mencari inspirasi agar
menghasilkan sesuatu yang terbaik bagi anak didiknya, amat pantas di
persoalkan.
Begitulah gambaran singkat dari kelas rangkap pada umumnya. Dan itu
pula yang ingin di rubah. Dalam uraian berikut ini terdapat perbedaan kelas
rangkap pada umumnya dengan pembelajaran kelas rangkap yang sudah di
kembangkan oleh para ahli dan telah di praktikkan di sejumlah negara.
Kelompok 1
Kelompok 1
PEMBELAJARAN KELAS
RANGKAP YANG IDEAL
Kotak 4a
Pak Ade mengajar di kelas 5 dan 6. mereka diajar dalam satu kelas yang
sama. Pelajaran matematika untuk Kelas 5 dan bahasa indonesia untuk
kelas 6. mereka dibagi mendai beberapa kelompok kecil yang terdiri
dari murid kelas 5 dan 6.
Pak Ade memulai pembelajaran, dan bertanya tentang pengalaman
mereka ke sekolah tadi pagi. Kemudian Ia memanggil ketua kelompok
masing masing kelas dan diberikan wacana. Wacana tersebut dibaca
oleh kelompok masing masing secara berpasangan. Pak Ade membagi
tugas di papan tulis, apa yang harus dikerjakan tertulis di papan tulis,
anak anak dipersilahkan membaca dan bertanya jika kurang jelas.
Sementara mereka membaca pak Ade berkeliling memantau kecocokan
kehadiran siswa.
Kelompok 1
Wacana tersebut bercerita tentang upaya penduduk membuat sebuah
jembatan dari bambu secara gotong royong. Terselip pembelajaran
matematik dan bahasa indonesia. Pak Ade memberikan batas waktu yang
berbeda antara kelas 5 dan 6. sambil menunggu kelas 5 selesai
mengerjakan tugas, pak Ade bertanya tentang tugas pada murid kelas 6.
kemudian ia menjelaskan yang belum dipahami muridnya dan
memberikan PR. Sementar kelas 6 melanjutkan pelajaran IPA kelas 5
menjawab soal dengan maju bergantian sesuai dengan kelompok. Ia
menjelaskan jika ada jawaban yang berbeda dari tiap kelompok.
Beberapa menit sebelum jam pelajaran matematika berakhir, pak Ade
memberikan PR.
Kelompok 1
Protein
Perbedaan
1. Pertama, suasana kelas hidup; murid tampak ceria
2. proses pembelajaran betul-betul berlangsung
serempak, lebihlebih karena murid-murid dari tingkat
PKR kelas yang berbeda duduk bersama dalam satu ruang.
3. guru memanfaatkan ruang kelas yang ada dengan
menciptakan sudut sumber belajar (walaupun masih
amat sederhana).
4. murid aktif; di sinilah sebenarnya CBSA yang kita
inginkan. Murid tidak hanya aktif secara individual,
tetapi juga secara berpasangan.
5. selain menonjolkan asas kooperatif, guru juga
menyelipkan asas kompetitif (persaingan) yang sehat
Western blot
7. adanya perhatian khusus bagi anak yang lambat dan cepat. Pada anak yang
lambat, misalnya tampak ketika Ibu Neneng melakukan monitoring dan
supervisi terhadap murid satu per satu
Western blot
Factors to consider
• 10. Ibu Neneng juga mampu melepaskan diri dari mitos bahwa yang mampu
mengajar adalah guru. Guru bukanlah manusia yang harus serba tahu. Guru
yang baik tidak hanya tahu persis bagaimana mengajarkan yang ia ketahui.
Guru yang baik adalah juga yang tahu persis apa yang ia tidak ketahui.
Western blot
Sebagai agen
Sebagai pembawa
Administrator perubahan.
Sebagai sumber
informasi yang
kreatif.
TERIMAKASIH