Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

1. Identifikasi Masalah

Pendidikan diyakini dapat meningkatkan kesadaran setiap manusia bahwa


dirinya merupakan bagian dari sebuah sistem dalam kehidupan yang diharapkan
terus berusaha memberikan hal yang positif kepada lingkungannya.

Kondisi pembelajaran yang terjadi selama ini khusunya yang berlangsung di


kelas III SDN 09 Simpang Pematang pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia dalam
pembahasan Kemampuan membaca siswa mendapatkan hasil belajar di bawah
KKM. Hal tersebut terjadi akibat kurangnya minat siswa untuk membaca serta
kurang bersemangat mdalam membaca teks bacaan sehingga siswa hanya terfkus
pada kesibukan masing-masing dengan teman sebangkunya yang tidak ada
hubungannya dengan pembelajaran yang sedang berlangsung. Selain itu, proses
pembelajaran yang diberikan guru terhadap siswa tidak dapat membuat siswa
menjadi tertarik untuk belajar, proses pembelajaran yang dilakukan masih bersifat
tradisional dan guru hanya memakai metode ceramah dalam pembelajaran
sehingga siswa menjadi cepat bosan dan tidak mau mengikuti pembelajaran.

2. Analisis Masalah

Beberapa faktor penyebab dari permasalahan di atas yaitu siswa tidak


disuguhkan pada pembelajaran yang menyenangkan dengan kurangnya media
yang disuguhkan, siswa hanya diberikan bacaan yang ada di buku paket dan
mengerjakan tugas-tugas yang belum tentu dia pahami, karena pada proses
pembelajaran yang membosankan sehingga siswa tidak bisa mengembangkan
kemampuannya dalam membaca menjadi lebih fasih dan pemahaman isi bacaan
bisa lebih baik. Hal ini menimbulkan kurangnya minat dan antusias untuk dalam
membaca sebuah bacaan, sehingga sebagian siswa ada yang kurang fasih dalam
membaca.

menurut Tarigan (2015:7) membaca adalah suatu proses yang dilakukan

serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak

disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata/bahasa tulis dan menurut Rahim

(2008 : 2) Membaca pada hakikatnya adalah suatu yang rumit yang melibatkan

banyak hal, tidak hanya sekedar melafalkan tulisan, tetapi juga melibatkan aktivitas

visual, berpikir, psikolinguistik, dan metakognitif. Berdasarkan pendapat-pendapat

di atas, dapat disimpulkan bahwa membaca merupakan proses aktivitas komunikasi

yang kompleks. Membaca bertujuan untuk melihat, memahami isi atau makna dan

memperoleh pesan yang hendak disampaikan penulis melalui media kata-kata atau

bahasa tulis sehingga diperoleh pemahamant terhadap bacaan, melalui membaca,

informasi dan pengetahuan yang berguna bagi kehidupan dapat diperoleh.

Untuk meningkatkan kemampuan membaca siswa diperlukannya media yang

menarik yang berbentuk cerita yang menarik sehingga ada ketertarikan anak untuk

membaca.

3. Alternatif dan Prioritas Pemecahan Masalah

Melihat dari permasalahan tersebut, tentunya perlu ada sebuah penelitian


tindakan kelas untuk membantu upaya perbaikan kemampuan membaca.Salah satu
upaya perbaikan kemampuan membaca yaitu dengan menggunakan media cerita
yang menarik.

Melalui media cerita dongeng yang menarik di harapkan siswa dapat lebih
fokus dalam pembelajarannya, dan dapat mengembangkan pemahamannya dalam
menelaah isi bacaan dalam sebuah teks dan dapat mengembangkan imajinasi siswa
terhadap isi bacaan cerita dongeng.
Dongeng adalah menceritakan secara lisan sebuah cerita yang biasanya
bersifat khayal atau imajinatif dalam perkembangan sendiri dapat berupa cerita
yang benar-benar terjadi misalkan mengenai tumbuhan ataupun hewan dengan
dipersonifikasi kedalam kehidupan manusia (Sugihastuti, 2013). Cerita atau bahan
untuk mendongeng sendiri dapat ditemukan di buku cerita, internet, maupun
tulisan. Saat mendongeng atau menceritakan dongeng pada anak, biasanya anak
akan menyimak dan merasakan emosi yang ada pada cerita yang dibacakan, hal
tersebut karena cerita-cerita dongeng biasanya menarik untuk anak sehingga anak
antusias untuk menyimak cerita. Selain cerita yang menarik, penokohan pada
dongeng yang biasanya menggambarkan tokoh untama memiliki pengalaman yang
bisa terjadi di luar akal sehat juga membuat anak bisa mengaktifkan imajinasinya

Berdasarkan Latar belakang tersebut, penulis akan melakukan penelitian


tindakan kelas dengan mengambil judul “Peningkatan Kemampuan Membaca
Siswa Melalui Media Cerita Dongeng pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
Kelas III Di SD Negeri 09 Simpang Pematang”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang dipaparkan di atas, maka masalah
pada perbaikan pembelajaran, yaitu: “Bagaimana cara meningkatkan kemampuan
membaca siswa melalui media ceita dongeng?”

C. Tujuan Penelitian Perbaikan Pembelajaran


Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan utama yang ingin dicapai
dalam pelaksanaan penelitian perbaikan pembelajaran “Mendiskripsikan upaya-upaya
yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca melalui cerita
dongeng.”

D. Manfaat Penelitian Perbaikan Pembelajaran


Penelitian ini diharapkan memiliki manfaat, baik manfaat teoritis maupun
manfaat praktis.
a. Manfaat Teoritis
Dari segi teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan
pengetahuan bagi pembaca, serta dapat digunakan sebagai literatur dalam
pelaksanaan penelitian di masa datang.

b. Manfaat Praktis
1) Bagi Peneliti
Perbaikan pembelajaran ini bermanfaat bagi peneliti untuk
mengembangkan disiplin ilmu tentang pelajaran Bahasa Indonesia dan
mengetahui upaya-upaya dalam meningkatkan kemampuan membaca
siswa melalui cerita dongeng.

2) Bagi Sekolah
Sebagai bahan kajian guru untuk mengetahi seberapa besar

peningkatan ketrampilan membaca siswa melalui media cerita dongeng di


kelas III pada mata pelajaran bahasa indonesia.

3) Bagi Guru
Dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan guru dalam
menggunakan media pada materi membaca sebuah teks bacaan mata pelajaran
Bahasa Indonesia.
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Hakikat Membaca

1. Pengertian Membaca

Membaca merupakan salah satu dari empat keterampilan berbahasa yang

diajarkan di Sekolah Dasar. Keempat keterampilan tersebut saling berhubungan satu

dengan yang lain dan merupakan satu kesatuan. Kegiatan membaca merupakan

kegiatan reseptif, suatu bentuk penyerapan yang aktif. Dalam kegiatan membaca,

pikiran dan mental dilibatkan secara aktif, tidak hanya aktifitas fisik saja. Banyak

ahli yang memberikan definisi tentang membaca. Berikut ini dikemukakan berbagai

pendapat mengenai kegiatan membaca.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 83), membaca adalah

melihat serta memahami isi dari apa yang tertulis. Membaca merupakan suatu

proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan

yang hendak disampaikan penulis melalui media kata-kata/bahasa tulis. Dengan kata

lain, membaca adalah memetik serta memahami arti atau makna yang terkandung di

dalam bahan tulis.

Tarigan (2015:7) membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta

dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan

oleh penulis melalui media kata-kata/bahasa tulis dan menurut Rahim (2008 : 2)
Membaca pada hakikatnya adalah suatu yang rumit yang melibatkan banyak hal,

tidak hanya sekedar melafalkan tulisan, tetapi juga melibatkan aktivitas visual,

berpikir, psikolinguistik, dan metakognitif. Berdasarkan pendapat-pendapat di atas,

dapat disimpulkan bahwa membaca merupakan proses aktivitas komunikasi yang

kompleks. Membaca bertujuan untuk melihat, memahami isi atau makna dan

memperoleh pesan yang hendak disampaikan penulis melalui media kata-kata atau

bahasa tulis sehingga diperoleh pemahaman terhadap bacaan,melalui membaca,

informasi dan pengetahuan yang berguna bagi kehidupan dapat diperoleh.

Klein, dkk. (Farida Rahim, 2005: 3) mengemukakan bahwa definisi

membaca mencangkup:

1) Membaca merupakan suatu proses

Membaca merupakan suatu proses dimaksudkan informasi dari teks dan

pengetahuan yang dimiliki oleh pembaca mempunyai peranan yang utama dalam

membentuk makna.

2) Membaca adalah strategis

Pembaca yang efektif menggunakan berbagai strategi membaca yang sesuai

dengan teks dan konteks dalam rangka mengkonstruk makna ketika membaca.

3) Membaca merupakan interaktif

Orang yang senang membaca suatu teks yang bermanfaat,akan menemui

beberapa tujuan yang ingin dicapainya, teks yang dibaca seseorang harus mudah

dipahami sehingga terjadi interaksi antara pembaca dan teks.


Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa membaca

merupakan proses aktivitas komunikasi yang kompleks. Membaca bertujuan untuk

melihat, memahami isi atau makna dan memperoleh pesan yang hendak

disampaikan penulis melalui media kata-kata atau bahasa tulis sehingga diperoleh

pemahaman terhadap bacaan. Melalui membaca, informasi dan pengetahuan yang

berguna bagi kehidupan dapat diperoleh.


Orang yang melakukan aktivitas tentunya mempunyai tujuan yang ingin dicapai, demikian
juga dalam kegiatan membaca. Seseorang yang membaca dengan suatu tujuan, cenderung
lebih memahami dibandingkan dengan orang yang tidak mempunyai tujuan.
Kegiatan membaca bukan merupakan kegiatan yang tidak bertujuan. Menurut

Ahuja (2010: 15), merumuskan sembilan alasan seseorang membaca. Alasan tersebut

adalah sebagai berikut.

a. Untuk tertawa.
b. Untuk menghidupkan kembali pengalaman-pengalamansehari-hari.

c. Untuk menikmati kehidupan emosional dengan orang lain.

d. Untuk memuaskan kepenasaran, khususnya k e n a p a o r a n g b e r b u a t sesuatu

dengan cara mereka.

e. Untuk menikmati situasi dramatik seolah-olah mengalami sendiri.

f. Untuk memperoleh informasi tentang dunia yang kita tempati.

g. Untuk merasakan kehadiran orang dan menikmati tempat-tempat

yang belum pernah kita lihat.

h. Untuk mengetahui seberapa cerdas kita menebak dan memecahkan masalah dari

pengarang.

Menurut Anderson (via Tarigan, 2008: 9-11), terdapat 7 tujuan membaca.

Tujuan tersebut adalah sebagai berikut.

a. Memperoleh perincian-perincian atau fakta-fakta (reading for details or

facts).
b. Memperoleh ide-ide utama (reading for main ideas).

c. Mengetahui urutan atau susunan, organisasi cerita (reading for sequence or

organization).

d. Membaca bertujuan untuk menyimpulkan isi yang terkandung dalam

bacaan (reading for inference).

e. Mengelompokkan atau mengklasifikasikan jenis bacaan (reading to

classify).

f. Menilai atau mengevaluasi isi wacana atau bacaan (reading to evaluate).

g. Membandingkan atau mempertentangkan isi bacaan dengan kehidupan

nyata (reading to compare or contrast).

Berbagai tujuan membaca yang dikemukakan di atas, merupakan tujuan- tujuan

yang bersifat khusus. Tujuan membaca secara umum adalah memperoleh informasi,

mencakup isi, dan memahami makna yang terkandung dalam bahan bacaan. Dengan

membaca, seseorang dapat memperluas wawasan dan pengetahuan.

Ada beberapa jenis membaca yang dapat dilakukan oleh seseorang. Ditinjau dari

segi terdengar atau tidaknya suara pembaca, proses membaca terbagi atas membaca

nyaring dan membaca dalam hati. Tarigan (2008: 23), membaca nyaring adalah suatu

aktivitas yang merupakan alat bagi guru, murid, atau pun pembaca bersama-sama dengan

orang lain atau pendengar untuk menangkap serta memahami informasi, pikiran, dan

perasaan pengarang. Membaca dalam hati adalah membaca dengan tidak bersuara. Lebih

lanjut, dikatakan bahwa membaca dalam hati dapat dibagi menjadi dua, yaitu (1)
membaca ekstensif dan (2) membaca intensif. Kedua jenis membaca ini, memiliki bagian-

bagian tersendiri. Pembagian tersebut adalah sebagai berikut.

a. Membaca ekstensif adalah membaca sebanyak mungkin teks bacaan dalam waktu

sesingkat mungkin (Tarigan, 2008: 32). Tujuan membaca ekstensif untuk memahami

isi yang penting dengan cepat secara efisien. Membaca ekstensif meliputi, (1)

membaca survai (survey reading), (2) membaca sekilas (skimming), dan (3)

membaca dangkal (superficial reading).

b. Membaca intensif (intensive reading) meliputi, membaca telaah isi dan telaah bahasa.

Membaca telaah isi terbagi atas, (1) membaca teliti, (2) membaca pemahaman, (3)

membaca kritis, dan (4) membaca ide (Tarigan, 2008: 40). Membaca telaah

bahasa mencakup, membaca bahasa dan membaca sastra.

2. Media Cerita Dongeng


Agar siswa lebih berminat dan sering membaca buku, guru dapat

menyajikan pembelajaran yang menarik dengan media buku cerita yang menarik

pula. Media buku yang menarik dapat berupa buku bacaan yang bergambar dan

buku cerita dongeng.

Pada umumnya siswa SD kelas rendah menyukai buku cerita yang

bergambar, terutama pada gambar yang berwarna. Dari warna gambar tersebut

dapat merespon keingintahuan siswa terhadap isi cerita buku. Dari situlah minat

baca seorang siswa timbul. Sehingga dengan media tersebut siswa akan termotivasi

untuk aktif membaca dan menjadikan kebiasaan membaca jadi suatu kebutuhan dari

dalam diri siswa itu.


Dengan media dongeng yang menarik siswa akan lebih tertarik untuk

membaca, karena siswa lebih menyukai cerita yang bergambar seperti pada cerita

dongeng yang memilikin gambar dan alur cerita yang menarik.

Dongeng merupakan cerita yang tidak benar-benar terjadi (Qonita,

2008:170). Biasanya dongeng dib “Kata adalah satuan (unsur) bahasa terkecil yang

dapat diujarkan sebagai bentuk yang bebas” (Depdikbud, 1989:395).

Dongeng adalah cerita yang tidak benar-benar terjadi dan dalam banyak hal

sering tidak masuk akal (Nurgiantoro, 2005:198). Pendapat lain mengenai

dongeng adalah cerita yang tidak benar-benar terjadi, terutama tentang kejadian

zaman dulu yang aneh-aneh. (KBBI, 2007: 274). Senada dengan Lezin dalam

bukunya bibliocollège Charles Perrault yang mengatakan bahwa « Le conte est

un court récit d’aventures imaginaires mettant en scène des situations et des

personnages surnaturels. » Dongeng adalah cerita pendek tentang petualangan

khayal dengan situasi dan tokoh-tokoh yang luar biasa dan gaib.

Aspek-aspek mengenai isi sebuah dongeng yang meliputi kemampuan

memahami:

(a) Kosakata,

(b) Ide pokok

(c) Tokoh

(d) latar/setting.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kosakata merupakan

kumpulan kata yang dikuasai dan dapat digunakan oleh sesorang.

Ide pokok adalah gagasan pokok (Semi, 2007:86). “Paragraf adalah

seperangkat kalimat yang mengacu kepada satu topic” (Semi, 2007:86).

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa ide pokok paragraph adalah

pokok pikiran yang terdapat dalam sebuah paragaraf.

Nurgiyantoro (2010: 247) menjelaskan bahwa “istilah ‘tokoh’ merujuk pada

orang, atau pelaku cerita, Watak, perwatakan, dan karakter merujuk pada sikap dan

sikap para tokoh seperti yang ditafsirkan oleh pembaca, lebih merujuk pada kualitas

pribadi seorang tokoh.”

Nurgiyantoro (2010: 247) menjelaskan bahwa“penokohan adalah pelukisan

gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita.”

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tokoh adalah pelaku

atau pemegang peran dalam sebuah cerita dan penokohan adalah gambaran tentang

orang yang diceritakan.

Latar atau setting adalah tempat, waktu, dan suasana terjadinya suatu

peristiwa. Mido (dalam Sehandi, 2016:56) mengemukakan bahwa latar adalah

gambaran tentang tempat waktu, dan situasi terjadinya peristiwa. Semakin jelas dan

menarik latar yang digambarkan pengarang, maka kualitas karyanya akan semakin

tinggi. Sebaliknya, semakin kabur latar yang digambarkan, maka kualitas karya

sastra akan semakin rendah.


Selanjutnya Aminuddin (2013:67) mengemukakan setting adalah latar

peristiwa dalam karya fiktif, baik berupa tempat, waktu, maupun peristiwa.

Sebagaiman tema, tokoh dan penokohan, setting pun bersifat fiktik. Setting

memiliki dua fungsi. Fungsi pertama adalah fungsi fisikal. Fungsi kedua adalah

fungsi psikologis. Fungsi fisikal adalah fungsi yang menggambarkan setting secara

konkret atau dapat dilihat secara kasat mata, sedangkan fungsi psikologis adalah

fungsi yang menggambarkan setting secara abstrak atau tidak dapat dilihat secara

kasat mata (hanya bisa dirasakan).

Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa

latar atau setting adalah pijakan cerita yang mengarah pada pengertian tempat,

hubungan waktu, dan lingkungan social tempat terjadinya peristiwa-peristiwa guna

melengkapi informasi yang diceritakan.

Berdasarkan uraian diatas maka terdapat secara teori hubungan antara

variabel dipenden dengan independen semakin menarik media buku tersebut akan

semakin berminat siswa membaca dan semakin baik pula kemampuan membaca

siswa.

Hubungan antara variabel dienden dengan variabel independent dapat

digambarkan dengan:
BAB III

PELAKSANAAN PENELITIAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN

A. Subjek Penelitian
1. Mata Pelajaran
Mata Pelajaran yang diteliti adalah mata pelajaran Bahasa Indonesia
dengan materi peningkatan kemampuan membaca siswa melalui media cerita
dongeng.

2. Lokasi dan Waktu


a. Lokasi
Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 09 Simpang Pematang
b. Waktu

Adapun jadwal pelaksanaan perbaikan pembelajaran adalah sebagai


berikut:

 Tanggal 28 Oktober 2021 mata pelajaran Bahasa Indonesia siklus


Pertama.
 Tanggal 1 November 2021 mata pelajaran Bahasa Indonesia siklus
kedua.

B. Desain Prosedur Perbaika Penelitian


Tindakan Perbaikan Siklus I
 Perencanaan
- Menyiapkan Rencana Perbaikan Pembelajaran.
- Menyiapkan materi pelajaran.
- Menyiapkan media pembelajaran.
 Pelaksanaan
- Memotivasi dalam belajar dengan menunjukkan sebuah gambar seri yang
belum urut.

- Menyiapkan Rencana Perbaikan Pembelajaran.


- Menyiapkan materi pelajaran.
- Menyiapkan media pembelajaran.
- Menyiapkan instrument penelitian (lembar kerja siswa).
 Pelaksanaan
- Memotivasi dalam belajar dengan mengadakan tanya jawab ttentang cerita
pada siklus 1.

- Siswa secara kelompok mendiskusikan kembali isi cerita dongeng berbeda


dari siklus 1.

- Siswa yang belum fasih membaca diminta untuk membaca untuk mnegetahui
pehamannya atas abacaan dari hasil diskusi

- Mebahas isi cerita bersama guru.


- Siswa mengerjakan tugas evaluasi berdasarkan pertanyaan yang ada pada teks
cerita dongeng

- Siswa dan guru membaghas hasil kerja


- Siswa menyimpulkan materi dengan dipandu oleh guru.
 Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data keaktifan siswa, peneliti mengambil dengan
menggunakan tes/hasil evaluasi pada akhir pertemuan pembelajaran.

 Refleksi
Berdasarkan hasil diskusi yang dilakukan antara peneliti dan observer,
refleksi dilakukan dalam beberapa hal:

1. Kesesuaian RPP dengan pelaksanaan.


2. Cara guru memotivasi siswa.
3. Aktivitas siswa pada saat pembelajaran.
- Menyiapkan Rencana Perbaikan Pembelajaran.
- Menyiapkan materi pelajaran.
- Menyiapkan media pembelajaran.
- Menyiapkan instrument penelitian (lembar kerja siswa).

 Pelaksanaan
- Memotivasi dalam belajar dengan mengadakan tanya jawab ttentang cerita
pada siklus 1.

- Siswa secara kelompok mendiskusikan kembali isi cerita dongeng berbeda


dari siklus 1.

- Siswa yang belum fasih membaca diminta untuk membaca untuk mnegetahui
pehamannya atas abacaan dari hasil diskusi

- Mebahas isi cerita bersama guru.


- Siswa mengerjakan tugas evaluasi berdasarkan pertanyaan yang ada pada teks
cerita dongeng

- Siswa dan guru membaghas hasil kerja


- Siswa menyimpulkan materi dengan dipandu oleh guru.
 Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data keaktifan siswa, peneliti mengambil dengan
menggunakan tes/hasil evaluasi pada akhir pertemuan pembelajaran.

 Refleksi
Berdasarkan hasil diskusi yang dilakukan antara peneliti dan observer,
refleksi dilakukan dalam beberapa hal:

1. Kesesuaian RPP dengan pelaksanaan.


2. Cara guru memotivasi siswa.
3. Aktivitas siswa pada saat pembelajaran.
4. Sikap guru dalam menangani respon siswa.
5. Cara penggunaan alat peraga/media pembelajaran.
6. Penggunaan waktu secara efisien.
7. Pemantapan penguasaan materi.
8. Pelaksanaan evaluasi.

C. Teknis Analisis Data


Dalam kegiatan pengumpulan data ini, peneliti dibantu supervisor 2.
Pengamatan ini dilakukan pada saat berlangsungnya pelaksanaan perbaikan pembelajaran
di SD Negeri 09 Simpang Pematangr. Adapun data – data yang diperoleh adalah
sebagai berikut.

1. Hasil Data Kualitatif

Dalam kegiatan pengumpulan data secara kualitatif, pengamat menggunakan


lembar observasi guru. Pengamat memberikan tanda cek (√) pada kolom kemunculan
sesuai indikator tersebut.

Pengamatan yang dilakukan oleh pengamat (observer) adalah tentang


keefektifan metode bermain peran dalam meningkatkan motivasi Peserta didik dalam
pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya tentang materi membaca teks cerita
dongeng.Untuk mendapatkan data yang lebih tepat, maka fokus pengamatan ditekankan
pada:

a. Kegiatan guru dalam menyamapaikan materi


b. Aktifitas anak dalam pelaksanaan pembelajaran
c. Keaktifan peserta didik dalam pelaksanaan Pembelajaran
d. Indikator yang diamati pada lembar observasi guru terlampir.

2. Hasil Data Kuantitati


Data kuantitatif diperoleh dari hasil nilai tes formatif. Dari hasil tersebut dapat
mengukur tingkat keberhasilan pembelajaran dan dapat mengetahui tingkat keberhasilan
dalam penggunaan media cerita dongeng dalam meningkatkan kemampuan menulis
karangan sederhana.Data kuantitatif tersebut dibuat sesuai dengan pedoman penilaian
yang telah dibuat oleh guru. Setelah guru memberikan penilaian lalu menganalisis
perbutir soal. Hasil analisis Peserta didik terlampir.

Anda mungkin juga menyukai