Anda di halaman 1dari 29

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA SISWA MELALUI METODE

MEMBACA INTENSIF PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA


DENGAN MEDIA KERTAS CERITA DONGENG YANG MENARIK
DI KELAS III SDIT AZ-ZAHRA MERAK BATIN
TAHUN 2021/2022

RITA ANGGRAINI
NIM .857001343

LAPORAN
PEMANTAPAN KEMAMPUAN PROFESIONAL
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

1. Identifikasi Masalah

Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan,
pengajaran, dan atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang. Pendidikan diyakini
dapat meningkatkan kesadaran setiap manusia bahwa dirinya merupakan bagian dari sebuah
sistem dalam kehidupan yang diharapkan terus berusaha memberikan hal positif kepada
lingkungannya. Kondisi pembelajaran yang terjadi selama ini, khususnya di kelas III SDIT
AZ ZAHRA merak Batin pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia dalam pembahasan
Kemampuan membaca siswa mendapatkan hasil belajar di bawah KKM. Hal tersebut terjadi
akibat kurangnya minat siswa untuk membaca serta kurang bersemangat dalam membaca
teks bacaan sehingga siswa hanya terfokus pada kesibukan masing-masing teman
sebangkunya yang tidak ada hubungannya dengan pembelajaran yang sedang berlangsung.

Selain itu, proses pembelajaran yang diberikan guru terhadap siswa tidak membuat siswa
fokus dan tidak membuat siswa tertarik yang menyebabkan rasa ingin tahu pada siswa rendah
dikarnakan kurangnya ketertarikan siswa untuk belajar, proses pembelajaran yang dilakukan
masih bersifat tradisional dan guru hanya memakai metode ceramah dalam pembelajaran
sehingga siswa menjadi cepat bosan dan tidak mau mengikuti pembelajaran.

2. Analisis Masalah

Beberapa faktor penyebab dari permasalahan di atas yaitu siswa tidak diberikan pembelajaran
yang menyenangkan dengan kurangnya media yang disuguhkan, siswa hanya diberikan
bacaan yang ada di buku paket dan mengerjakan tugas-tugas yang ada di LKS yang belum
tentu dia pahami, pada proses pembelajaran yang membosankan siswa tidak bisa
mengembangkan kemampuannya dalam membaca menjadi lebih fasih dan pemahaman isi
bacaan bisa lebih baik. Hal ini menimbulkan kurangnya minat dan antusias dalam
membaca sebuah bacaan, sehingga sebagian siswa ada yang kurang fasih dalam membaca.
Menurut Henry G. Tarigan dalam buku berjudul Teknik Pengajaran Keterampilan Berbahasa
(1987), membaca adalah suatu proses yang dilakukan dan digunakan oleh pembaca untuk
memperoleh pesan yang disampaikan penulis melalui media kata-kata atau bahasa tulis.
Kolker dalam buku berjudul Film, Form, and Culture (1983), menyebutkan bahwa membaca
adalah proses komunikasi antara pembaca dan penulis dengan menggunakan bahasa tulis.

Menurut F. M. Hodgson dalam buku berjudul Learning Modern Languages (1960), membaca
adalah suatu proses untuk memperoleh pesan yang disampaikan penulis melalui media
berupa kata-kata atau bahasa tulis.
Membaca pada hakikatnya adalah suatu yang rumit yang melibatkan banyak hal, tidak hanya
sekedar melafalkan tulisan, tetapi juga melibatkan aktivitas visual, berpikir, psikolinguistik,
dan metakognitif.
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa membaca merupakan
proses aktivitas komunikasi yang kompleks. Membaca bertujuan untuk melihat, memahami
isi atau makna dan memperoleh pesan yang hendak disampaikan penulis melalui media kata-
kata atau bahasa tulis sehingga diperoleh pemahaman terhadap bacaan, melalui membaca,
informasi dan pengetahuan yang berguna bagi kehidupan dapat diperoleh.

Untuk meningkatkan kemampuan membaca siswa diperlukannya media yang menarik yang
berbentuk cerita yang menarik sehingga ada ketertarikan anak untuk membaca.

3. Alternatif dan Prioritas Pemecahan Masalah

Melihat dari permasalahan diperoleh tersebut, tentunya perlu ada sebuah penelitian tindakan
kelas untuk membantu upaya perbaikan kemampuan membaca agar siswa-siswa mampu
membaca dengan baik. Salah satu upaya perbaikan kemampuan membaca yaitu dengan
menggunakan metode membaca intensif dan media cerita dongeng yang menarik.

Melalui media cerita dongeng yang menarik di harapkan siswa dapat lebih fokus pada isi
bacaan dalam sebuah teks dan dapat mengembangkan imajinasi siswa terhadap isi bacaan
dongeng.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pengertian dongeng merupakan cerita
yang tidak benar-benar terjadi. Bahkan sejak zaman dahulu, dongeng berisi kejadian dan
hal-hal aneh yang seolah-olah terjadi. Dongeng juga merupakan salah satu cerita rakyat
(folktale) yang cakupannya beragam dan berasal dari beragam masyarakat di berbagai
belahan dunia.

Kamisa (1997) berpendapat bahwa pengertian dongeng adalah suatu cerita yang dituturkan
atau dituliskan dan sifatnya menjadi hiburan. Dongeng biasanya tidak benar-benar terjadi
dalam suatu kehidupan. Dongeng adalah suatu bentuk karya sastra yang ceritanya tidak
benar-benar terjadi atau fiktif yang bersifat menghibur dan terdapat ajaran moral yang
terkandung di dalam cerita tersebut.

Pengertian dongeng merupakan hiburan yang menyenangkan untuk anak dan memberikan
manfaat positif bagi masa kecilnya. Dongeng jadi sebagai sarana pendidikan karakter,
yang dampaknya sangat bisa dirasakan sejak zaman dahulu kala. Sejak dulu, nenek
moyang dan orang tua kita membuat dongeng yang menyelipkan unsur pendidikan dan
moral sebagai sarana hiburan.

Oleh sebab itu, dongeng yang disisipi unsur pendidikan dan moral sebagai sarana hiburan
ini kemudian menjadi wahana anak-anak untuk dapat mengasah imajinasi, alat pembuka
cakrawala, dan mampu mencerdaskan anak dari aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik
karena dongeng juga jadi media yang diharapkan dapat menjadi nilai kehidupan.

Kita dapat menemukan cerita dongeng di buku cerita, internet, maupun tulisan. Saat
mendongeng atau menceritakan dongeng pada anak-anak, biasanya anak akan merasa tertarik
untuk menyimak dan merasakan emosi yang ada pada cerita yang dibacakan, hal tersebut
karena cerita-cerita dongeng biasanya menarik untuk anak sehingga anak antusias untuk
menyimak cerita. Selain cerita yang menarik, penokohan pada dongeng yang biasanya
menggambarkan untama memiliki pengalaman yang bisa terjadi di luar akal sehat juga
membuat anak bisa mengaktifkan imajinasinya.

Selain itu, untuk dapat memahami isi bacaan siswa dapat menggunakan metode membaca
intensif.
Pengertian secara umum membaca intensif adalah sebagai kegiatan membaca secara cermat,
teliti dan saksama.
Sementara menurut tarigan mendefinisikan membaca menggunakan teknik intensif termasuk
kegiatan membaca yang tingkatannya lebih tinggi, karena dia tidak sekedar membaca.
Melainkan memahami dan membutuhkan retensi waktu yang lebih lama.
Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis akan melakukan penelitian tindakan kelas judul
“Meningkatkan Kemampuan Membaca Siswa Melalui Metode Membaca Intensif Pada
Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Dengan Media Kertas Cerita Dongeng Yang
Menarik Di Kelas III Sdit Az-Zahra Merak Batin Tahun 2021/2022”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang dipaparkan di atas, maka masalah pada
perbaikan pembelajaran, yaitu:
1. Bagaimana Cara meningkatkan kemampuan membaca siswa ?
2. Apakah melalui media kertas ceita dongeng dapat meningkatkan kemampuan
membaca siswa?
3. Apakah melalui metode membaca intensif kekampuan membaca siswa dapat
meningkat?

C. Tujuan Penelitian Perbaikan Pembelajaran

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan utama yang ingin dicapai dalam
pelaksanaan penelitian perbaikan pembelajaran “Mendiskripsikan upaya-upaya
yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca melalui metode
intensif dan Mendiskripsikan upaya-upaya dilakukan untuk meningkatkan kemampuan siswa
dalam membaca menggunakan media kertas cerita dongeng.”

D. Manfaat Penelitian Perbaikan Pembelajaran

Penelitian ini diharapkan memiliki manfaat, baik manfaat teoritis maupun manfaat praktis.

1. Manfaat Teoritis

Dari segi teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan pengetahuan bagi
pembaca, serta dapat digunakan sebagai literatur dalam pelaksanaan penelitian di masa
datang.
2. Manfaat Praktis

a. Bagi Peneliti
Perbaikan pembelajaran ini bermanfaat bagi peneliti untuk mengembangkan disiplin ilmu
tentang pelajaran Bahasa Indonesia dan mengetahui upaya-upaya dalam meningkatkan
kemampuan membaca siswa melalui metode membaca intensif dan dengan media kertas
cerita dongeng.

b. Bagi Sekolah
Sebagai bahan kajian guru untuk mengetahui seberapa besar peningkatan ketrampilan
membaca siswa melalui metode membaca intensif dan dengan media kertas cerita dongeng di
kelas III pada mata pelajaran bahasa Indonesia.

c. Bagi Guru
Dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan guru dalam menggunakan media pada
materi membaca sebuah teks bacaan mata pelajaran Bahasa Indonesia.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Hakikat Membaca

1. Pengertian Membaca

Membaca merupakan salah satu dari empat keterampilan berbahasa yang diajarkan di
Sekolah Dasar. Keempat keterampilan tersebut saling berhubungan satu dengan yang lain dan
merupakan satu kesatuan. Kegiatan membaca merupakan kegiatan reseptif, suatu bentuk
penyerapan yang aktif. Dalam kegiatan membaca, pikiran dan mental dilibatkan secara aktif,
tidak hanya aktifitas fisik saja. Banyak ahli yang memberikan definisi tentang membaca.

Berikut ini dikemukakan berbagai pendapat mengenai kegiatan membaca. Menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia (2005: 83), membaca adalah melihat serta memahami isi dari apa
yang tertulis. Membaca merupakan suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh
pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan penulis melalui media kata-
kata/bahasa tulis. Dengan kata lain, membaca adalah memetik serta memahami arti atau
makna yang terkandung di dalam bahan tulis.

Tarigan (2015:7) membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh
pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media
kata-kata/bahasa tulis dan menurut Rahim (2008 : 2) Membaca pada hakikatnya adalah suatu
yang rumit yang melibatkan banyak hal, tidak hanya sekedar melafalkan tulisan, tetapi juga
melibatkan aktivitas visual, berpikir, psikolinguistik, dan metakognitif. Berdasarkan
pendapat-pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa membaca merupakan proses aktivitas
komunikasi yang kompleks. Membaca bertujuanuntuk melihat, memahami isi atau makna
dan memperoleh pesan yang hendak disampaikan penulis melalui media kata-kata atau
bahasa tulis sehingga diperoleh pemahaman terhadap bacaan, melalui membaca, informasi
dan pengetahuan yang berguna bagi kehidupan dapat diperoleh.
Klein, dkk. (Farida Rahim, 2005: 3) mengemukakan bahwa definisi membaca mencangkup:

a. Membaca merupakan suatu proses


Membaca merupakan suatu proses dimaksudkan informasi dari teks dan pengetahuan yang
dimiliki oleh pembaca mempunyai peranan yang utama dalam membentuk makna.
b. Membaca adalah strategis
Pembaca yang efektif menggunakan berbagai strategi membaca yang sesuai dengan teks dan
konteks dalam rangka mengkonstruk makna ketika membaca.
c. Membaca merupakan interaktif
Orang yang senang membaca suatu teks yang bermanfaat, akan menemui beberapa tujuan
yang ingin dicapainya, teks yang dibaca seseorang harus mudah dipahami sehingga terjadi
interaksi antara pembaca dan teks. Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, dapat disimpulkan
bahwa membaca merupakan proses aktivitas komunikasi yang kompleks. Membaca bertujuan
untuk melihat, memahami isi atau makna dan memperoleh pesan yang hendak disampaikan
penulis melalui media kata- kata atau bahasa tulis sehingga diperoleh pemahaman terhadap
bacaan. Melalui membaca, informasi dan pengetahuan yang berguna bagi kehidupan dapat
diperoleh. Orang yang melakukan aktivitas tentunya mempunyai tujuan yang ingin dicapai,
demikian juga dalam kegiatan membaca.
Seseorang yang membaca dengan suatu tujuan, cenderung lebih memahami dibandingkan
dengan orang yang tidak mempunyai tujuan. Kegiatan membaca bukan merupakan kegiatan
yang tidak bertujuan. Menurut Ahuja (2010: 15), merumuskan sembilan alasan seseorang
membaca. Alasan tersebut adalah sebagai berikut:
a. Untuk tertawa.
b. Untuk men ghidupkan k emb a l i pengalaman-pengalamansehari- hari.
c. Untuk menikmati kehidupan emosional dengan orang lain.
d. Untuk memuaskan kepenasaran, khususnya kenapa orang berbuat sesuatu dengan cara
mereka.
e. Untuk menikmati situasi dramatik seolah-olah mengalami sendiri. f. Untuk memperoleh
informasi tentang dunia yang kita tempati.
f. Untuk merasakan kehadiran orang dan menikmati tempat- tempat yang belum pernah kita
lihat.
g. Untuk mengetahui seberapa cerdas kita menebak dan memecahkan masalah dari
pengarang.
Menurut Anderson (Tarigan, 2008: 9-11), terdapat 7 tujuan membaca. Tujuan tersebut adalah
sebagai berikut.
a. Memperoleh perincian-perincian atau fakta-fakta (reading for details or facts).
b. Memperoleh ide-ide utama (reading for main ideas).
c. Mengetahui urutan atau susunan, organisasi cerita (reading for sequence or organization).
d. Membaca bertujuan untuk menyimpulkan isi yang terkandung dalam bacaan (reading for
inference).
e. Mengelompokkan atau mengklasifikasikan jenis bacaan (reading to classify)
f. Menilai atau mengevaluasi isi wacana atau bacaan (reading to evaluate).
g. Membandingkan atau mempertentangkan isi bacaan dengan kehidupan nyata (reading to
compare or contrast).

Berbagai tujuan membaca yang dikemukakan di atas, merupakan tujuan- tujuan yang bersifat
khusus. Tujuan membaca secara umum adalah memperoleh informasi, mencakup isi, dan
memahami makna yang terkandung dalam bahan bacaan. Dengan membaca, seseorang dapat
memperluas wawasan dan pengetahuan.
Ada beberapa jenis membaca yang dapat dilakukan oleh seseorang. Ditinjau dari segi
terdengar atau tidaknya suara pembaca, proses membaca terbagi atas membaca nyaring dan
membaca dalam hati. Tarigan (2008: 23), membaca nyaring adalah suatu aktivitas yang
merupakan alat bagi guru, murid, atau pun pembaca bersamasama dengan orang lain atau
pendengar untuk menangkap serta memahami informasi, pikiran, dan perasaan pengarang.

Membaca dalam hati adalah membaca dengan tidak bersuara. Lebih lanjut, dikatakan bahwa
membaca dalam hati dapat dibagi menjadi dua, yaitu (1) membaca ekstensif dan (2) membaca
intensif. Kedua jenis membaca ini, memiliki bagian-bagian tersendiri. Pembagian tersebut
adalah sebagai berikut:

a. Membaca ekstensif adalah membaca sebanyak mungkin teks bacaan dalam Waktu
Sesingkat mungkin (Tarigan, 2008: 32). Tujuan membaca ekstensif untuk Memahami isi
yang penting dengan cepat secara efisien. Membaca ekstensif meliputi, (1) membaca survai
(survey reading), (2) membaca sekilas (skimming), dan (3) membaca dangkal (superficial
reading).
b. Membaca intensif (intensive reading) meliputi, membaca telaah isi dan telaah bahasa.

Membaca telaah isi terbagi atas,(1) membaca teliti, (2) membaca pemahaman, (3) membaca
kritis, dan (4) membaca ide (Tarigan, 2008: 40). Membaca telaah bahasa mencakup,
membaca bahasa dan membaca sastra.

Pengertian secara umum membaca intensif adalah sebagai kegiatan membaca secara cermat,
teliti dan saksama. Model membaca model intensif ini digunakan dengan tujuan mencari
informasi yang ada di dalam sebuah bacaan.
Membaca ini dapat pula diartikan sebagai proses membaca yang dilakukan secara mendalami
persoalan dan upaya pembaca untuk memahami ide naskah dari ide pokok hingga ide
penjelas.

1. Menurut Lalremruati, membaca intensif adalah jenis bacaan yang menuntut seseorang
untuk membaca informasi secara spesifik. Dimana bacaan tersebut dapat dibandingkan
dengan bacaan yang luas. Ketika membaca teknik intensif tidak hanya mendapatkan
informasi tetapi juga juga akan mendapatkan kesenangan dan hiburan dari pesan yang
dibaca.
2. Sementara menurut tarigan mendefinisikan membaca menggunakan teknik intensif
termasuk kegiatan membaca yang tingkatannya lebih tinggi, karena dia tidak sekedar
membaca. Melainkan memahami dan membutuhkan retensi waktu yang lebih lama.

3. Berbeda pandangan dengan brown yang mendefinisikan membaca intensif adalah


membaca yang membutuhkan konsentrasi tinggi. Dimana membaca secara intensif dapat
digunakan untuk membaca sastra (telaah bahasa) ataupun membaca telaah isi yang dilakukan
secara kritis, membaca kreatif dan dan membaca teliti.

Tujuan membaca intensif

Membaca intensif ternyata tidak hanya kita paham maksud yang ingin disampaikan oleh
penulis. Tetapi ada beberapa tujuan lain yang wajib kamu tahu. Diantaranya sebagai berikut.

1. memperoleh pemahaman bacaan

Tujuan yang paling umum dari membaca intensif adalah kita dapat memperoleh pemahaman
bacaan. Sesuai tujuan awal dari membaca adalah memahami isi bacaan guna memperluas
pandangan, perspektif dan pengalaman baru lewat pengalaman orang lain.
2. menemukan pola teks secara terstruktur

Terkadang kita membaca sesuatu hanya karena tuntutan saja. Berbeda ketika kita membaca
secara intensif, disadari atau tidak, kita akan memiliki pengetahuan tentang struktur teks yang
sedang di baca.

Nah buat mahasiswa sastra, membaca intensif untuk mengetahui pola teks dan struktur teks
ini sering mereka praktekan karena untuk kepentingan kajian linguistic.

3. mengetahui maksud dan tujuan penulis

Tujuan yang sebenarnya akan kita peroleh secara otomatis saat membaca intensif adalah bisa
memahami isi pesan yang ingin disampaikan oleh penulis. Ketika berbicara pesan penulis,
sebenarnya kita tidak hanya berbicara tentang pesan secara tersurat, tetapi ada yang
dinamakan pesan tersirat.

Dimana pesan tersebut tidak disampaikan secara terang-terangan oleh penulis untuk
pembaca. Sehingga tidak semua pembaca bisa menangkap pesan tersebut. Hanya pembaca
yang memiliki kemampuan membaca intensif yang bisa melihat pesan tersurat tersebut.

4. sarana linguistik

Tujuan linguistik ini sebenarnya mengacu pada kajian sastra dan bahasa. DImana kita tidak
hanya mendapatkan ilmu dan pandangan yang ingin disapaikan penulis, tetapi dapat pula
dijadikan sebagai sarana untuk menganalisis struktur linguistik yang ada.

Itulah beberapa tujuan membaca metode ini yang akan kamu peroleh, baik kamu rasakan
secara sadar ataupun tidak sadar. Setelah itu, yuk bahas jenis-jenis membaca itu sendiri dari
awal sampai akhir.

Jenis- jenis membaca intensif

Seperti yang sudah disebutkan di atas, menurut Tarigan ada dua jenis membaca intensif, yaitu
membaca telaah isi dan membaca telaah bahasa.

1. membaca telaah isi

Dikatakan membaca telaah isi apabila kegiatan membaca dilakukan dengan cara memahami
isi, yang bertujuan menemukan bahan bacaan yang menarik, bermanfaat dan yang bersifat
memberi pengetahuan bacaan yang lebih mendalam. Dibutuhkan keterampilan berupa
ketelitian, kekritisan, pemahaman dan berpikir agar bisa menangkap ide, pesan dan amanat
yang disampaikan oleh penulis.

2. membaca telaah bahasa

Dikatakan sebagai membaca telaah bahasa adalah kegiatan membaca yang menuntut
pembaca memahami tentang bahasa yang digunakan untuk membangun bacaan itu sendiri.

Membaca telaah bahasa disebut juga dengan membaca bahasa dan membaca sastra. Dimana
metode membaca dilakukan dengan suara lirih atau di dalam hati. Membaca telaah bahasa
umumnya dilakukan untuk menganalisis segi bahasa dan nilai-nilai sastra.

Itulah dua jenis membaca intensif menurut Tarigan. Dari dua jenis membaca secara intensif
di atas, kamu lebih sering membaca jenis apa? Boleh sharing di kolom komentar.

Proses cara membaca intensif

Beberapa proses membaca dengan metode intensif Sebagai berikut.

1. Pemahaman

Otak manusia itu unik. Otak akan bekerja sesuai keinginan diri kita. Contoh sederhana, ketika
kita membaca karena tuntutan, misal ada kewajiban membaca dari guru di depan kelas tanpa
memperhatikan muatan dan pesan inti isi bacaan tersebut.

Maka kita pun hanya sekedar membaca saja. Otak tidak ada semangat untuk merekam isi
penting dari bacaan tersebut.

Contoh yang lain, kita mendapat tugas menghafalkan beberapa paragraf yang ada di dalam
buku. Secara lisan dan ingatan bisa menghafal beberapa paragraf. Kemampuan menghafal
belum tentu disertai kemampuan memahami paragraf yang diisi.

Sementara itu, ketika kita memahami sebuah bacaan, kita tidak bisa hafal setiap kata secara
persis, tetapi kita tahu inti dan maksud dari isi bacaan tersebut.

Jadi dapat disimpulkan bahwa pemahaman dalam membaca intensif adalah proses dasar yang
harus diterapkan. Pemahaman itu sendiri bentuk dari interpretasi atau pemahaman kritis, dan
kita memahami informasi yang disampaikan.
2. Interpretasi

Proses kedua dari membaca intensif adalah proses interpretasi. Dimana saat kita membaca
intensif, otak kita dalam kondisi fokus. Ketika kita fokus dan memahami setiap kalimat yang
disampaikan, secara otomatis otak kita akan berfikir dan terus berkembang.

Jika kalimat bacaan tersebut memiliki kualitas yang baik, tentu akan menciptakan kesan.
Kesan yang terbentuk ini bentuk dari reaksi alam bawah sadar kita terhadap informasi yang
mungkin bersifat menarik untuk kita, yang bersifat baru untuk kita atau sesuatu pesan yang
bersifat awesome buat kita.

Tahukah kamu jika pemahaman interpretasi yang berkesan cenderung bertahan dan tersimpan
di dalam memori pikiran kita dalam jangka waktu panjang ataupun dalam waktu pendek.

Jika kita menyimpan interpretasi dalam jangka panjang, dalam waktu tertentu, saat membaca
bacaan yang lain, maka di dalam memori otak kita akan menyimpan banyak sekali informasi-
informasi penting (terbentuk dari kesan-kesan yang kita baca sebelum-sebelumnya).

Ketiga interpretasi dari berbagai perspektif itu terkumpul, maka sadara tau tidak sadar, kita
akan melakukan komparasi, analisis yang nantinya akan melahirkan sebuah ide, gagasan dan
inovasi. Itu alasannya penting sekali membaca, guna melahirkan sesuatu yang baru seperti
tini.

3. Pemahaman kritis

Sementara yang dimaksud dengan pemahaman kritis adalah kemampuan kita dalam
menyerap informasi yang kita butuhkan secara cepat dan tepat. Bukan karena dilakukan
secara cepat, dilakukan secara asal. Tetapi juga berdasarkan pertimbangan, analisis yang
panjang.

Secara teknis sebenarnya ini tidak perlu kita dalami, karena otak manusia sudah Tuhan
ciptakan sedemikian rupa. Otak kita akan bisa melakukan analisis dan berpikir kritis secara
otomatis dengan syarat, kita biasa berfikir dan mempertanyakan dan sering membaca.

Itulah proses membaca intensif yang sebenarnya sederhana. Namun jika kita telisik dan
dalami sangat kompleks.

Perbedaan membaca intensif dan ektensif


Jika sebelumnya kita sudah mempelajari tentang membaca intensif, maka ada yang disebut
dengan membaca ekstensif. Jadi membaca ekstensif metode membaca secara cepat atau
sekilas.

Tujuan dari membaca ekstensif adalah memahami isi penting dengan cara membaca cepat.
Berikut perbedaan membacadengan teknik intensif dan ekstensif yang dikemas dalam format
tabel untuk memudahkan.

Membaca Intensif Membaca Ekstensif

Dilakukan secara seksama Dilakukan secara luas

Bertujuan untuk memahami isi Memahami isi dengan cara membaca cepat
bacaan yang disajikan secara
menyeluruh

Tujuannya untuk meneliti Membaca skimming untuk keperluan hal-hal


bacaan tertentu (misal saat membeli buku di toko buku
online, kita bisa membaca secara skimming dengan
cara membaca bagian daftar isi dan sinopsis)

Bertujuan untuk mendapatkan Lebih sering digunakan untuk membaca survey


pemahaman reading

Berpikir kritis pada bacaan Membaca dangkal

Bertujuan mendapatkan ide,


cocok buat para penulis yang
mencari wawasan baru tentang
hal baru.

2. Media Cerita Dongeng

Agar siswa lebih berminat dan sering membaca buku, guru dapat menyajikan pembelajaran
yang menarik dengan media buku cerita yang menarik pula. Media yang menarik dapat
berupa buku bacaan yang bergambar dan buku cerita dongeng.
Pada umumnya siswa SD kelas rendah menyukai buku cerita yang bergambar, terutama pada
gambar yang berwarna. Dari warna gambar tersebut dapat merespon keingintahuan siswa
terhadap isi cerita buku. Dari situlah minat baca seorang siswa timbul. Sehingga dengan
media tersebut siswa akan termotivasi untuk aktif membaca dan menjadikan kebiasaan
membaca jadi suatu kebutuhan dari dalam diri siswa itu.
Dengan media dongeng yang menarik siswa akan lebih tertarik untuk membaca, karena siswa
lebih menyukai cerita yang bergambar seperti pada cerita dongeng yang memilikin gambar
dan alur cerita yang menarik.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pengertian dongeng merupakan cerita
yang tidak benar-benar terjadi. Bahkan sejak zaman dahulu, dongeng berisi kejadian dan
hal-hal aneh yang seolah-olah terjadi. Dongeng juga merupakan salah satu cerita rakyat
(folktale) yang cakupannya beragam dan berasal dari beragam masyarakat di berbagai
belahan dunia.

Awalnya, pengertian dongeng berkaitan dengan cerita primitif tentang masyarakat yang
juga menyisipkan unsur supranatural dan kemudian mengimplementasikannya dalam
kehidupan sehari-hari, seperti animisme, dinamisme, dan lain sebagainya. Istilah dongeng
juga biasanya dapat dipahami sebagai cerita yang tidak benar-benar terjadi.

Pengertian dongeng merupakan hiburan yang menyenangkan untuk anak dan memberikan
manfaat positif bagi masa kecilnya. Dongeng jadi sebagai sarana pendidikan karakter,
yang dampaknya sangat bisa dirasakan sejak zaman dahulu kala. Sejak dulu, nenek
moyang dan orang tua kita membuat dongeng yang menyelipkan unsur pendidikan dan
moral sebagai sarana hiburan.

Oleh sebab itu, dongeng yang disisipi unsur pendidikan dan moral sebagai sarana hiburan
ini kemudian menjadi wahana anak-anak untuk dapat mengasah imajinasi, alat pembuka
cakrawala, dan mampu mencerdaskan anak dari aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik
karena dongeng juga jadi media yang diharapkan dapat menjadi nilai kehidupan.

Dongeng dikenal sebagai cerita yang dalam banyak hal sering dinilai tidak masuk akal
atau hanya sekadar fantasi. Pengertian dongeng biasanya melibatkan unsur dan kejadian
luar biasa yang biasanya mencakup cerita rakyat populer, seperti contohnya dongeng
berjudul Cinderella, Putri Salju, Sangkuriang, dan lain sebagainya.

Namun karena banyaknya jenis cerita di dunia ini, kita seringkali kesulitan membedakan
antara dongeng-dongeng tentang asal usul sastra dan lisan. Karena sejak awal, dongeng-
dongeng sastra telah menemukan jalan mereka untuk kembali ke tradisi lisan. Karena
pengertian dongeng ini jadi bentuk karya sastra lama yang berkembang sejak dulu.

Umumnya, pengarang cerita dongeng ini tidak bisa dikenali, karena pengertian dongeng
merupakan bentuk cerita yang sudah turun-temurun sejak zaman nenek moyang terdahulu.
Meski fiktif, pengertian dongeng ini terkesan sebagai cerita yang benar-benar terjadi di
zaman dahulu.

Selanjutnya, dongeng yang memiliki nilai moral dan pesan dengan harapan agar bisa
menghibur dan mengajarkan pesan hidup pada anak-anak ini jadi media pendidikan yang
masih relevan sampai saat ini, meski ceritanya seolah-olah sudah terjadi sejak zaman
dahulu kala.

Dalam gagasannya, ahli di bidang yang relevan mengungkapkan berbagai pengertian


dongeng yang berbeda. Di bawah ini, berbagai pengertian dongeng menurut para ahli.

1. James Danandjaja

Pengertian dongeng menurut James Danandjaja adalah sebuah cerita rakyat lisan yang
tidak dianggap benar-benar terjadi oleh si empunya cerita. Dongeng juga tidak terikat oleh
suatu tempat atau waktu, karena dongeng diceritakan terutama untuk menghibur.
2. Kamisa (1997)

Kamisa berpendapat bahwa pengertian dongeng adalah suatu cerita yang dituturkan atau
dituliskan dan sifatnya menjadi hiburan. Dongeng biasanya tidak benar-benar terjadi
dalam suatu kehidupan. Dongeng adalah suatu bentuk karya sastra yang ceritanya tidak
benar-benar terjadi atau fiktif yang bersifat menghibur dan terdapat ajaran moral yang
terkandung di dalam cerita tersebut.

3. Nurgiantoro (2005)

Menurut Nurgiantoro, pengertian dongeng ialah suatu cerita yang tidak benar-benar terjadi
dan dalam banyak hal sering tidak masuk akal.

4. Agus Triyanto (2007)

Agus Triyanto mengungkapkan pengertian dongeng adalah suatu cerita fantasi sederhana
yang tidak benar-benar terjadi dan berfungsi untuk menyampaikan suatu ajaran moral
(mendidik) dan juga menghibur. Jadi, dongeng adalah salah satu bentuk karya sastra yang
ceritanya tidak benar-benar terjadi atau fiktif.

5. Depdiknas (2010)

Menurut Depdiknas, pengertian dongeng adalah suatu cerita yang sifatnya asli atau fakta.

6. Liberatus Tengsoe (1988)

Liberatus Tengsoe berpendapat bahwa pengertian dongeng adalah cerita khayal semata
yang sulit dipercaya kebenarannya. Di dalam dongeng, disajikan hal-hal ajaib, aneh, dan
tidak masuk akal. Dahulu dongeng diciptakan untuk anak kecil yang isinya penuh dengan
nasihat.

Dongeng pertama kali muncul pada zaman sastra Purba di Indonesia dan sejak dulu,
dongeng digolongkan sebagai sastra orai atau sastra lisan. Dongeng dahulu kala disajikan
dari mulut ke mulut dan akhirnya jadi cerita yang turun-temurun dikenal masyarakat luas.
7. Thomson dikutip dari Danandjaja (2007)

Sementara itu, Thomson mengungkapkan pengertian dongeng menjadi empat golongan


besar, yakni:

a. dongeng binatan (animal tales)

b. dongeng biasa (ordinary folktales)

c. lelucon dan anekdot (jokes and anecdotes)

d. dongeng berumus (formula tales)

8. Pudentia (1998)

Pengertian dongeng menurut Pudentia “ada dua ciri pokok yang digunakan di dalam
dongeng, yaitu (1) dikatakan dan didengar, dan (2) situasi tatap muka.”

Jenis-jenis Dongeng

Setelah memahami tentang pengertian dongeng dan juga pengertian dongeng menurut ahli,
kita juga harus mengetahui apa saja jenis-jenis dongeng yang sejak dahulu sudah kita
kenal cerita-ceritanya. Inilah jenis-jenis dongeng yang ada di dunia.

1. Cerita Binatang (Fabel)

Dongeng yang merupakan cerita binatang atau fabel adalah dongeng yang menceritakan
tentang binatang. Tokoh-tokoh di dalamnya adalah binatang yang digambarkan memiliki
watak dan sifat seperti manusia. Cerita fabel termasuk salah satu dongeng yang banyak
diceritakan oleh orang tua.

Sama seperti jenis dongeng lainnya, pengertian dongeng fabel ini juga memiliki pesan
moral yang dapat dipetik. Dalam perkembangannya, dongeng tidak hanya memakai
binatang sebagai tokohnya, tetapi juga tumbuhan, dan lain sebagainya. Contoh fabel
adalah “Kancin dan Buaya”.
2. Cerita Jenaka

Pengertian dongeng dan jenis yang terdapat di dalam dongeng selanjutnya adalah cerita
jenaka. Cerita jenaka merupakan cerita lucu yang membuat orang akan tertawa. Di dalam
cerita jenaka, muncul perasaan yang menyenangkan saat membaca atau mendengarkan
dongeng tersebut. Salah satu jenis dongeng jenaka adalah “Kabayan”.

3. Cerita Legenda

Dongeng dengan cerita legenda menceritakan mengenai hubungan cerita dari suatu tempat
atau asal-usul suatu tempat. Cerita-cerita legenda di Indonesia ini bisa dibilang cukup
banyak. Hal ini karena banyaknya pula tempat bersejarah yang ada di Indonesia dan
dikemas melalui dongeng yang mengandung nilai-nilai moral dan pendidikan.

Contoh dongeng legenda di antaranya adalah “Danau Toba”, “Tangkuban Perahu”, dan
masih banyak lagi.

4. Cerita Mitos

Pengertian dongeng dan jenis dongeng selanjutnya adalah cerita mitos. Mitos merupakan
dongeng yang berhubungan dengan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang
sifatnya tidak masuk akal.

Biasanya, di dalam mitos diselipkan cerita-cerita mengenai hal supranatural atau hal-hal
gaib yang terjadi, berupa dewa dewi, makhluk halus, dan lainnya. Salah satu cerita mitos
di antaranya “Roro Jonggrang”.

5. Cerita Sage

Cerita sage memang kurang dikenal di masyarakat dibandingkan cerita legenda, mitos, dan
fabel. Pengertian dongeng cerita sage adalah salah satu jenis dongeng yang mengandung
unsur sejarah dan telah tercampur dengan fantasi rakyat. Contoh cerita sage adalah “Panji
Laras” dan “Tutur Tinular”.
6. Cerita Parabel

Pengertian dongeng cerita parabel adalah dongeng yang berisi unsur pendidikan dan
keagamaan. Cerita parabel ini juga kurang populer di masyarakat, sama halnya dengan
cerita sage. Beberapa contoh cerita parabel adalah “Damarwulan” dan “Sepasang Selop
Putih”.

Ciri-ciri Dongeng

Untuk membedakan apakah cerita yang disajikan tersebut merupakan dongeng atau bukan,
tentu kita harus mengetahui ciri-ciri dongeng setelah memahami pengertian dongeng.
Bagaimana dan apa saja ciri-ciri dongeng akan dibahas di bawah ini.

1. Disebarkan Secara Lisan

Sejak zaman dahulu, dongeng disebarkan atau diwariskan secara lisan. Dongeng kemudian
dikenal setelah disebarkan dari mulut ke mulut melalui kata-kata dan dari generasi ke
generasi berikutnya.

2. Disebarkan dalam Waktu Cukup Lama

Orang akan memahami pengertian dongeng dan isinya karena disebarkan dalam waktu
cukup lama, sejak zaman nenek moyang tersebut. Karena penyebarannya secara lisan,
maka dongeng juga sampai ke telinga pendengar dalam waktu yang cukup lama.

3. Ada Berbagai Versi

Karena penyebaran dongeng dilakukan secara lisan, maka tak heran jika ada dongeng yang
muncul dengan berbagai versi.

4. Bersifat Anonim

Penulis atau pencipta dongeng ini biasanya tidak diketahui siapa. Namun, dongeng ini
tetap dikenal dan populer bagi masyarakat terutama anak-anak.
5. Memiliki Pola

Pengertian dongeng biasanya memiliki ciri-ciri mempunyai bentuk berumus atau berpola,
seperti kata klise, kata-kata pembukaan, dan penutup yang baku.

6. Mempunyai Fungsi

Dongeng juga tidak diciptakan semata-mata tanpa arti. Pengertian dongeng yang
selanjutnya dikenal tersebut diciptakan memiliki fungsi dan kegunaan dalam kehidupan
kolektif atau bermasyarakat, sebagai alat pendidikan, pelipur lara, sebagai bentuk protes
sosial, dan proyeksi akan keinginan yang terpendam.

7. Bersifat Pralogis

Pengertian dongeng selanjutnya memiliki ciri bersifat pralogis atau memiliki logika
tersendiri yang tidak sesuai dengan logika umum atau di luar nalar manusia.

8. Menjadi Milik Bersama

Karena tak diketahui siapa penulis atau penciptanya yang pertama kali, maka orang-orang
bisa merasa memilikinya sehingga dongeng akhirnya menjadi cerita milik bersama.

9. Bersifat Polos

Dongeng biasanya bersifat polos dan lugu, sehingga seringkali kelihatannya kasar dan
terlalu spontan ketika penyampaiannya lebih mendalam. Hal ini dapat dimengerti bahwa
dongeng juga merupakan sebuah proyeksi emosi manusia yang paling jujur.

10. Penokohannya Tidak Detail

Di dalam dongeng biasanya juga tidak dijelaskan secara detail bagaimana sifat atau
penokohan suatu tokohnya.
Unsur-unsur Dongeng

Setelah memahami pengertian dongeng, kita tahu bahwa dongeng memiliki ciri-ciri. Selain
ciri-ciri, dongeng juga mengandung unsur-unsur yang dapat membangun dongeng tersebut.
Berikut ini unsur-unsur di dalam dongeng.

1. Tema

Tema merupakan ide pokok atau gagasan ide utama dalam sebuah dongeng.

2. Latar

Latar di dalam pengertian dongeng artinya keterangan mengenai suasana waktu, ruang,
dan saat terjadinya peristiwa di dalam dongeng tersebut.

3. Alur

Dongeng memiliki alur peristiwa yang membuat dongeng tersebut berjalan dan
mengisahkan suatu hal.

4. Tokoh

Di dalam dongeng, terdapat tokoh atau pelaku yang melakoni cerita tersebut.

5. Penokohan

Tokoh di dalam dongeng tersebut memiliki penampilan dan watak masing-masing yang
digambarkan di dalam penokohan suatu cerita atau dongeng.

6. Amanat

Di dalam pengertian dongeng, disebutkan bahwa dongeng memiliki pesan moral yang
disampaikan kepada masyarakat. Artinya, dongeng ini mengandung amanat yang
disampaikan kepada pembaca atau pendengarnya.
BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN

A. Subjek, Tempat, Waktu Penelitian, dan Pihak Yang Membantu

1. Subjek Penelitian

Sujek penelitian ini adalah siswa kelas III SDIT AZ-ZAHRA MERAK BATIN, Kabupaten
Lampung Selatan berjumlah 14 orang, terdiri dari 8 orang perempuan dan 6 laki-laki.

2. Tempat Penelitian
SDIT AZ-ZAHRA MERAK BATIN, Kabupaten Lampung Selatan

3. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada semester 2 kelas III dilaksanakan dari tanggal 11 Mei 2022
s.d 1 Juni 2022

3. Pihak yang membantu


Beberapa pihak yang membantu dalam proses pembuatan Laporan Pemantapan Kemampuan
ini, diantaranya kepala sekolah, pembimbing, dewan guru dan siswa.

B. Desain Prosedur Perbaika Penelitian


Berdasarkan gambar di atas dapat di ketahui, penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam 3
siklus, tiap siklusnya terdiri dari 4 tahap kegiatan yaitu tahap perencanaan, pelaksanaan,
pengamatan dan refleksi. Secara lebih rinci prosedur penelitian tiap siklusnya adalah sebagai
berikut:

1. Siklus I
a. Perencanaan
Setelah dilaksanakan kegiatan pra siklus, pada siklus ini direncanakan kegiatan kegiatan
pelaksanaan pembelajaran antara lain:
1. Membuat rencana perbaikan pembelajaran.
2. Menyiapkan pembelajaran dan media pembelajaran berupa teks cerita dongeng.
3. Menyiapkan lembar observasi yang digunakan untuk merekam data selama proses
pembelajaran.

b. Pelaksanaan tindakan
Kegiatan pembelajaran dari siklus 1:

Kegiatan awal
Apersepsi
 Guru memberikan pertanyaan kepada siswa: “anak-anak apakah kalian tau cerita dongeng?
Siapa suka membaca dongeng?
 Guru menginformasikan tujuan pembelajaran.
 Siswa diberikan kesempatan untuk bertanya kepada guru.

Kegiatan inti
 Guru membagi siswa kedalam kelompok.
 Masing-masing kelompok diberikan lembar soal kelompok.
 Masing-masing kelompok berdiskusi membahas hasil pemahaman teks yang dibaca
dibimbing oleh guru.
 Setelah selesai siswa mengumpulkan hasil kerja pribadi siswa untuk dievaluasi.
 Setiap siswa membahas teks yang telah dibagi.
Kegiatan penutup
 Setelah pembelajaran selesai siswa bersama guru menyimpulkan materi dari hasil
pembelajaran.
 Guru dan siswa mmenutup pembelajaran dengan do’a

c. Pengamatan
Observasi penelitian ini dibantu oleh seorang guru kelas III dan kepala sekolah dengan cara
memantau perbaikan yang tentu saja terfokus pada perilaku mengajar guru, belajar siswa,
interaksi antara guru dan siswa serta media yang digunakan dengan menggunakan format
atau lembar pengamatan/observasi.

d. Refleksi
Setelah tahap pembelajaran pada siklus I dilaksanakan, dapat ditemukan beberapa
kekurangan yang harus segera diperbaiki. Kemudian data hasil pengamatan diinterpretasikan
dalam refleksi dan diskusi dengan teman sejawat. Dari hasil refleksi ditemukan kekurangan-
kekurangan yang digunakan sebagai acuan untuk perbaikan pembelajaran siklus 2.

2. Siklus II

a. Perencanaan
Dari hasil refleksi dan diskusi teman sejawat serta guru senior pada siklus I, direncanakan
perbaikan pembelajaran pada siklus II.

b. Pelaksanaan tindakan
Pelaksanaan pembelajaran dilakukan dalam kegiatan pembelajaran yaitu:

Kegiatan awal
Apersepsi
 Guru memberikan pertanyaan kepada siswa”Anak-anak, siapa yang pernah membaca cerita
dongeng?”
 Guru memotivasi siswa
 Guru menceritakan beberapa cerita lain
 Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai.
 Siswa diberikan kesempatan untuk bertanya kepada guru.

Kegiatan inti
 Guru membagi siswa kedalam kelompok.
 Setiap siswa diberikan tugas masing-masing sesuai dengan teks bacaan yang berbeda dengan
siklus 1.
 Setalah melakukan diskusi kemudian siswa saling bertukar pikiran antar kelompok
membahas hasil cerita yang dibagi
 Masing-masing kelompok diberikan lembar soal kelompok.
 Masing-masing kelompok mengerjakan soal pada lembar soal kelompok pada kertas yang
telah dituliskan nama anggota kelompoknya, dengan batas waktu yang telah ditentukan oleh
guru.
 Setelah selesai siswa mengumpulkan hasil kerja kelompoknya kepada guru.
 Kemudian guru memberikan evaluasi kepada masing –masing siswa.

Kegiatan penutup
 Setelah pembelajaran selesai siswa bersama guru menyimpulkan materi dari hasil
pembelajaran.
 Guru dan siswa menutup pembelajaran dengan do’a

c. Pengamatan
Observasi penelitian ini dibantu oleh seorang guru kelas III dan kepala sekolan dengan cara
merekam perubahan tingkah laku, proses dan hasil tindakan perbaikan yang tentu saja
terfokus pada perilaku mengajar guru, perilaku belajar siswa, interaksi antara guru dan siswa
serta media yang digunakan dengan menggunakan format atau lembar pengamatan/observasi.

d. Refleksi
Dari kegiatan perbaikan pembelajaran siklus II dan data hasil pengamatan, guru melakukan
refleksi untuk mengevaluasi hasil kegiatan pembelajaran. Data hasil pengamatan siklus II,
dapat digunakan untuk menentukan perlu atau tidaknya dilakukan perbaikan pembelajaran
lagi. Perbaikan pembelajaran dinyatakan berhasil apabila hasil belajar siswa sesuai dengan
target yang telah ditentukan.
3. Siklus III

a. Perencanaan
Dari hasil refleksi dan diskusi teman sejawat serta guru senior pada siklus II, direncanakan
perbaikan pembelajaran pada siklus III.

b. Pelaksanaan tindakan
Pelaksanaan pembelajaran dilakukan dalam kegiatan pembelajaran yaitu:

Kegiatan awal
Apersepsi
 Guru memberikan pertanyaan kepada siswa”Anak-anak, siapa yang pernah membaca cerita
dongeng?
 Guru memotivasi siswa
 Guru menceritakan beberapa cerita lain
 Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai.
 Siswa diberikan kesempatan untuk bertanya kepada guru.
Kegiatan inti
 Setiap siswa dalam diberikan tugas masing-masing sesuai dengan teks bacaan yang berbeda
dengan siklus 1 dan 2.
 Masing-masing siswa diberikan lembar soal.
 Setelah selesai siswa mengumpulkan hasil kerja kepada guru.
 Kemudian guru memberikan evaluasi kepada masing –masing siswa.

Kegiatan penutup
 Setelah pembelajaran selesai siswa bersama guru menyimpulkan materi dari hasil
pembelajaran.
 Guru dan siswa menutup pembelajaran dengan do’a

c. Pengamatan
Observasi penelitian ini dibantu oleh seorang guru kelas III dan kepala sekolan dengan cara
merekam perubahan tingkah laku, proses dan hasil tindakan perbaikan yang tentu saja
terfokus pada perilaku mengajar guru, perilaku belajar siswa, interaksi antara guru dan siswa
serta media yang digunakan dengan menggunakan format atau lembar pengamatan/observasi.

d. Refleksi
Dari kegiatan perbaikan pembelajaran siklus II dan data hasil pengamatan, guru melakukan
refleksi untuk mengevaluasi hasil kegiatan pembelajaran. Data hasil pengamatan siklus II,
dapat digunakan untuk menentukan perlu atau tidaknya dilakukan perbaikan pembelajaran
lagi. Perbaikan pembelajaran dinyatakan berhasil apabila hasil belajar siswa sesuai dengan
target yang telah ditentukan.

C. Teknis Analisis Data


Dalam penelitian tindakan kelas ini teknik pengumpulan data kami menggunakan observasi
dan tes.

1.Observasi
Observasi adalah salah satu teknik pengumpulan data dimana dalam penelitian tindakan ini
digunakan untuk mengamati aktivitas peserta didik dalam pembelajaran membaca permulaan
pada saat penelitian berlangsung. Pelaksanaan observasi ini dilaksanakan berdasarkan
observasi yang telah disusun. Aspek yang diamati dalam penelitian ini yaitu aktivitas peserta
didik dalam proses pembelajaran membaca permulaan.

2. Tes
Tes merupakan salah satu cara untuk mengadakan evaluasi, evaluasi ini berbentuk tugas yang
harus dikerjakan oleh peserta didik baik individu ataupun kelompok, sehingga dapat
menghasilkan skor tentang prestasi atau tingkah laku peserta didik yang dibandingkan dengan
nilai standar yang telah ditetapkan. Tes dalam penelitian ini bertujuan untuk mengukur
meningkatnya keterampilan membaca pada peserta didik kelas III SDIT AZ-ZAHRA
MERAK BATIN.
Bentuk tes yang digunakan yaitu tes unjuk kerja membaca kalimat sederhana. Dengan
demikian data yang diperoleh dapat digunakan untuk mengetahui kemampuan membaca
permulaan peserta didik.
DAFTAR PUSTAKA

Semi,M.A.(2007).Dasar-dasar Keterampilan Menulis:Bandung:Angkasa


Tarigan, H, G (2008) Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.Bandung: Angkasa
Bandung.
KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia). (2005). Jakarta: PT (Persero) penerbitan dan
Percetakan
Rahim Farida (2008). Pengajajaran Membaca di Sekolah Dasar. Jakarta: Bumi Aksara.
Andi Yudha asfandiyar (2009), Cara Pintar Mendongeng, Bandung: Dari Mizan
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Tindakan Praktik. Jakarta : Rineka
Cipta.
https://www.gurupendidikan.co.id/dongeng-dan-contohnya/
https://www.kompas.com/skola/read/2021/12/16/140153269/pengertian-membaca-menurut-
para-ahli
https://penerbitdeepublish.com/pengertian-dongeng/

Anda mungkin juga menyukai