Anda di halaman 1dari 15

PEMBELAJARAN KELAS RANGKAP (PDGK 4302)

LAPORAN ANALISIS PKR DIJADIKAN MODEL PEMBELAJARAN

Oleh
Yuni Sri Wahyuni
857454377

UNIVERSITAS TERBUKA
PROGRAM STUDI SI-PGSD POKJAR GALUNGGUNG TASIKMALAYA
UPBJJ-UT BANDUNG
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
2022
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan proses untuk meningkatkan, memperbaiki, mengubah pengetahuan,


keterampilan, dan sikap serta tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha
mencerdaskan kehidupan manusia melalui kegiatan pembinaan pengajaran dan pelatihan.
Proses menunjukkan adanya aktivitas dalam bentuk tindakan aktif dimana terjadi suatu
interaksi yang dinamis dan dilakukan secara sadar dalam usaha mencapai tujuan yang
diinginkan. Pendidikan bersifat aktif dan terencana agar terjadi perubahan sikap dan tata laku
yang diharapkan yaitu pemanusiaan manusia yang cerdas, terampil, mandiri, berdisiplin dan
berakhlak mulia.
Kondisi dunia pendidikan di Indonesia hingga kini masih memprihatinkan. Persoalan
pendidikan tidak hanya berkutat pada masalah gedung sekolah yang hampir runtuh, tetapi juga
pada pada persoalan klasik lainnya, yakni kurangnya tenaga guru.
Saat ini Indonesia masih kekurangan tenaga guru. Kekurangan kebutuhan guru terbesar
adalah tenaga guru SD kemudian berturut-turut SMP, SMA, dan SMK. Sementara kebutuhan
guru terkecil yaitu guru TK. Karena guru di Indonesia saat ini dialokasikan ke sekolah
berdasarkan jumlah kelas/rombel dan bukan jumlah siswa, sekolah dengan hanya 50 siswa tetap
dapat memiliki 8 guru, yaitu 6 guru kelas (salah satunya mengemban tugas tambahan sebagai
kepala sekolah), ditambah satu guru agama dan satu guru olahraga; dengan demikian, rasio
siswa dan guru menjadi sangat kecil, kurang dari 7:1. Bisa dilihat bahwa kebijakan
mengalokasikan satu guru untuk satu kelas bukanlah kebijakan yang efisien dan tepat secara
ekonomis jika diterapkan di sekolah kecil yang banyak terdapat di daerah terpencil dan
terisolasi.
Minimnya jumlah guru saat ini hampir terjadi di seluruh Indonesia, terutama di kabupaten-
kabupaten terpencil. Di daerah 2 terpencil, tidak sedikit sekolah yang hanya memiliki satu dua
guru dan kadang merangkap sebagai kepala sekolah. Akibatnya, guru harus mengajarkan
beberapa mata pelajaran dan harus mengajar lebih dari satu kelas.
Alasan lainnya adalah ketidak hadiran guru, sebagai akibat dari ketidakhadiran guru ini,
guru-guru lain terpaksa melakukan sesuatu untuk mengisi “kelas kosong” tersebut. Biasanya,
kepala sekolah dan guru-guru lain secara bergiliran mengambil bagian “mengisi” kelas tersebut,
dengan memberikan tugas (bahkan terkadang tugas yang sebenarnya sudah pernah dikerjakan
siswa) dan menjaga kelas tersebut agar tidak gaduh. Namun guru pengganti ini cenderung tidak
bergerak maju sesuai kurikulum yang seharusnya. Akibatnya, baik siswa maupun guru
menghabiskan jam pelajaran dengan sia-sia
Dari kondisi yang terjadi maka pemerintah mambuat berbagai kebijakan untuk
mengatasi kondisi seperti itu, salah satunya yaitu dengan tetap mempertahankan sekolah-
sekolah kecil dengan pembelajaran kelas rangkap (PKR) Multigrade Teaching. Dengan
harapan model ini dapat mengatasi ketenagaan di sekolah, karena saat ini sebagian besar
daerah kekurangan guru. Dan jumlah siswa yang tidak memenuhi ambang batas bisa dibiarkan
seperti apa adanya, kemudian dilakukanm penggabungan dan atau tiga tingakat dalam sekolah
yang sama dengan satu guru dengan syarat guru harus dibekali dengan pengelolaan siswa
heterogeny dalam kelas yang sama.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan diatas, dapat dirumuskan masalah sebagai
berikut :
1. Apakah Pembelajaran Kelas rangkap bisa dijadikan suatu model pembelajaran untuk
saat ini ?

C. Tujuan Penulisan

Mengacu pada rumusan masalah diatas, tujuan penulisan yang ingin dicapai adalah sebagai
berikut :
1. Untuk mengetahui Pembelajaran Kelas Rangkap bisa dijadikan model pembelajaran untuk
saat ini.
BAB II

ISI LAPORAN

A. Pendapat Pribadi Penulis Tentang Pembelajaran PKR Sebagai Model


Pembelajaran
Pengajaran kelas rangkap (PKR) merupakan suatu pendekatan yang penting dan
cocok dijadikan model pembelajaran untuk mencapai target Pendidikan dan mencapai
tujuan Pembangunan Millenium. yang diamanatkan secara internasional, serta Standar
Pelayanan Minimum yang baru saja ditetapkan. PKR juga mendukung tujuan dalam
RENSTRA : ketersediaan pelayanan, keterjangkauan, kualitas/mutu dan relevansi,
kesetaraan, dan kepastian/keterjaminan memperoleh layanan pendidikan.
Pengajaran kelas rangkap sangat penting dan cocok untuk berbagai macam
konteks, terutama di sekolah yang terpencil dan terisolisai dengan jumlah guru yang
terbatas. PKR layak dijadikan pendekatan “pilihan pertama” untuk banyak sekolah di
Indonesia, mengingat fokus pembelajarannya yang berpusat pada anak, interaktif,
partisipatif, dan kolaboratif, yang menjangkau berbagai usia dan jenjang kelas;
kemampuannya untuk beradaptasi dalam berbagai konteks budaya dan sekolah;
efisiensi biayanya dalam menciptakan rasio siswa-guru yang baik; serta potensinya
untuk menciptakan keterkaitan antara pendidikan pra-sekolah, sekolah dasar dan
masyarakat setempat.

B. Sumber Berita tentang PKR Sebagai Pendukung

1.
Reporter : Syamsul Akbar

PROBOLINGGO – Mulai tahun ini, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Probolinggo


akan mereplikasikan metode pembelajaran kelas rangkap (multigrade) yang saat ini
diterapkan pada 8 (delapan) lembaga di Kecamatan Sukapura melalui pendampingan
program Inovasi Untuk Anak Sekolah Indonesia (INOVASI) dari Pemerintah
Australia. Penerapan multigrade ini akan diterapkan secara bertahap di lembaga
pendidikan di Kabupaten Probolinggo.Demikian disampaikan oleh Bupati
Probolinggo Hj. P. Tantriana Sari, SE usai menerima Wakil Duta Besar (Dubes)
Australia untuk Indonesia Allaster Cox bersama rombongan INOVASI Provinsi Jawa
Timur dan Kabupaten Probolinggo di Pringgitan Rumah Dinas Bupati Probolinggo,
Sabtu (20/7/2019) siang.“Banyak sekali manfaat yang bisa diperoleh dari penerapan
pembelajaran kelas rangkap. Yakni, mampu mengatasi kekurangan guru, dari sisi
siswa bisa saling berinteraksi dan memacu motivasi, efektivitas ruangan serta
keterlibatan orang tua, guru dan siswa itu sendiri dalam proses pembelajaran,”
ungkapnya.Menurut Bupati Tantri, dengan kelas rangkap mampu menjawab
ketersediaan guru. Karena dengan kelas rangkap, jika normalnya membutuhkan dua
guru, maka cukup satu orang guru saja. Misalnya dalam sebuah pembelajaran butuh
empat guru maka bisa dimampatkan hanya dua guru.“Dari sistem pembelajaran,
dengan kelas rangkap siswa tidak hanya bertemu dengan teman sebayanya, tetapi juga
kakak kelasnya atau kakak kelasnya bertemu dengan adik kelasnya,”
jelasnya.Berdasarkan pengalaman lapangan di wilayah Kecamatan Sukapura terang
Bupati Tantri, penerapan pembelajaran kelas rangkap membawa dampak yang positif
karena siswanya lebih semangat. Dimana adik kelasnya akan terpacu dengan kakak
kelasnya yang wawasannya lebih luas dari adik kelasnya. Demikian pula si kakak
kelasnya akan terpacu agar jangan sampai kalah dengan adik kelasnya. Atau kakak
kelasnya bisa membagi wawasannya bagi adik-adik kelasnya.“Di luar itu, keterlibatan
orang tua, guru dan siswa itu sendiri dapat memastikan proses belajar dengan baik.
Melihat begitu besarnya manfaat dari penerapan pembelajaran kelas rangkap ini,
maka kami tidak perlu berlama-lama menimbang akan mereplikasikan kelas rangkap
di beberapa lembaga pendidikan di Kabupaten Probolinggo,” tegasnya.Sementara
Kepala Dinas Pendidikan (Dispendik) Kabupaten Probolinggo Dewi Korina
menyampaikan bahwa untuk tahun ini lembaga sekolah yang menerapkan
pembelajaran kelas rangkap (multigrade) melalui pendampingan program Inovasi
Untuk Anak Sekolah Indonesia (INOVASI) sebanyak 8 (delapan) lembaga di wilayah
Kecamatan Sukapura.“Total sekolah kecil yang ada di Kabupaten Probolinggo
mencapai 93 lembaga. Untuk PAK perubahan ada sekitar 150 lembaga yang
rencananya akan diterapkan multigrade. Yang jelas akan kita lakukan secara bertahap
karena nanti ada proses magang di Kecamatan Sukapura dan dipilih kecamatan
terdekat. Hal ini dilakukan supaya proses pelaksanaan multigrade ini dapat berjalan
mulus,” katanya.Menurut Dewi, ternyata mengajar kelas multigrade itu tidak
sederhana. Karena seorang guru mengajar anak kelas 1 dan 2 di satu ruangan dengan
kompetensi dasar melalui tema yang mirip tetapi sasarannya berbeda.“Oleh karena itu,
gurunya harus dilatih dan kita tidak ingin gagal. Kendala-kendala teknis sudah kita
petakan. Sebagai pilot project kita pilih kecamatan terdekat dengan Kecamatan
Sukapura seperti Lumbang, Kuripan dan Sumber. Walaupun semua pengawas dan
kepala sekolah kita ikutkan pelatihan. Untuk pelatihan mereka tetap kita ikutkan,
tetapi pendampingan fullnya ada di 3 kecamatan,” terangnya.Dewi menerangkan
banyak manfaat dari penerapan pembelajaran multigrade ini, salah satunya untuk
mengatasi kekurangan guru di Kabupaten Probolinggo. Sampai saat ini jumlah guru
yang pensiun mencapai 335 orang. Sehingga dihitung dengan sebelumnya, maka di
Kabupaten Probolinggo terjadi kekurangan guru sebanyak 500 orang.“Sebetulnya
kami sudah mengajukan kekurangan guru tersebut melalui CPNS dan PPPK tahun
2019. Tetapi sampai saat ini kita masih belum tahu. Sementara untuk CPNS dan
PPPK 2019 ada kebijakan merekrut dari honorer K2. Hanya sisa K2 bukan guru tetapi
administrasi. Jadi yang kurang guru tetapi K2 yang tersisa adminisyrasi. Sedangkan
K2 yang guru sudah direkrut kemarin dan tinggal tersisa 50 orang,” tegasnya.Lebih
lanjut Dewi menambahkan, dengan multigrade ini pihaknya mengaku bisa menghemat
guru dan anggaran. Dengan kelas rangkap semangat anak-anak akan lebih bagus dan
mampu menghemat ruangan karena anak-anak belajar dalam satu ruangan. Sehingga
ruangannya bisa dimanfaatkan untuk ruang perpustakaan.“Idealnya, satu guru itu
untuk satu rombongan belajar (rombel). Tetapi kenyataannya sekarang tidak seperti
itu. Karena kekurangan guru di sekolah-sekolah, satu orang guru mengajar dua kelas.
Sehingga satu guru harus lari ke kelas 1, kemudian ditinggal dan lari ke kelas 2. Dan
begitu secara terus menerus. Tetapi dengan kelas rangkap, mereka dikumpulkan di
satu ruang untuk saling berinteraksi. Uji coba ini hasilnya lebih bagus,” pungkasnya.
(wan)
2.
C. Teori Pendukung tentang PKR beserta penjelasan

Menurut Djalil (2021: 1.6) pembelajaran kelas rangkap adalah satu bentuk pembelajaran
yang memperisyaratkan seorang guru mengajar dalam satu ruang kelas atau lebih, dalam saat
yang sama, dan menghadapi dua atau lebih tingkat yang berbeda.
Pembelajaran kelas rangkap juga bermakna, seorang guru mengajar dalam satu kelas
atau lebih dan menghadapi murid-murid dengan tingkat kemampuan yang berbeda. Namun,
pada saat ini pengertian pembelajaran kelas rangkap di Indonesia lebih ditekankan pada
mengajar dua kelas yang berbeda pada waktu yang sama. Sejumlah penelitian melaporkan
bahwa ukuran murid satu kelas (class size) berpengarauh signifikan terhadap hasil belajar.
Yaltes (2000) mengemukakan bahwa dengan pembelajaran kelas rangkap, di mana para
siswa bisa tinggal di kelas dengan satu guru dalam lebih dari satu tahun, membuat hubungan
antara para siswa,guru,dan orang tua menjadi dekat. Mereka mempunyai rasa percaya, rasa
aman,dan enak satu dengan yang lain,sehingga proses pembelajaran dapat dilakukan dengan
nyaman. Hal tersebut wajar, karena model pembelajaran kelas rangkap seperti itu di mana 2
atau 3 tingkatan ada dalam satu kelas dengan satu atau beberapa guru mengajar secara tim
tidak mengenal istilah naik kelas atau tinggal kelas. Namun demikian, menurut suryan (2000)
ternyata pendekatan pembelajaran kelas rangkap bisa digunakan untuk kelas tradisional, di
mana hanya terdapat pembelajaran satu tingkatan saja. Hal ini disadari bahwa sebenarnya
pada kelas tradisional, juga berisikan para siswa yang mempunyai berbagai tingkatan
kemampuan dan mungkin usia, sehingga esensi pembelajaran kelas rangkap tetap dapat
digunakan untuk kelas tradisional sehingga prinsip-prinsip pembelajaran kelas rangkap
diterapkan.
Menurut sumar (2017) bahwa pembelajaran terkait erat dengan subjek belajar, yaitu
peserta didik. Faktor yang mempengaruhi belajar peserta didik yaitu faktor yang ada pada
peserta didik dan faktor yang ada dari luar peserta didik. Faktor minat, motif dan perhatian
dari dalam diri peserta didik perlu dimunculkan dengan bimbingan, arahan dari guru, sehingga
peserta didik diharapkan akan menjadi pribadi yang matang, kreatif, inovatif dan mandiri.
Finn, dan Pannozzo, dalam Charles M. Achickles 2003 mengungkapkan bahwa kelas
kecil berkorelasi signifikan dan positif dengan kinerja akademik siswa. keterangannya adalah
... when class size reduced, major changes occurs in student’s engagement on the classroom
(ketika jumlah murid dalam kelas berkurang maka perubahan besar terjadi pada partisipatif
murid dalam kelas yang ada). Selanjutnya Charles M. Achickles membubuhkan keterangan
tambahan: Engagement is composed of “learning behaviour” and pro-and anti social
behaviour. Both are highly related to academic performance (partisipasi aktif ini terdiri atas
“perilaku belajar” dan disiplin murid dikelas. Kedua-duanya sangat berhubungan dengan
kinerja akademik murid).
Dijelaskan pula beberapa alasan mengapa pembelajaran kelas rangkap diperlukan
(Djalil, 2021: 1.6-1.7), antara lain:
1) Alasan geografis, Indonesia memilki wilayah yang luas memungkinkan terdapat
masyarakat yang tinggal didaerah terpencil.
2) Alasan demografis, sekolah yang kekurangan murid karena sedikitnya anak usia
sekolah.
3) Kurang guru, guru tidak mau ditugaskan di daerah sulit, kecil dan terpencil.

4) Keterbatasannya ruang, hal ini menjadi salah satu faktor untuk digabungan satu kelas
dengan kelas lain dan memungkinkan pembelajaran kelas rangkap.
5) Adanya guru yang tidak hadir.

6) Menghadapi siswa dengan tingkat kemampuan yang berbeda.

(Djalil, 2021: 1.10). Pembelajaran kelas rangkap merupakan pembelajaran yang perlu
dikuasai oleh para guru Sekolah Dasar. Hal ini karena pendidikan di Sekolah Dasar
merupakan pendidikan awal, hampir setiap desa di daerah terpencil sekalipun memiliki
Sekolah Dasar sehingga memungkinkan guru sekolah dasar untuk melakukan pembelajaran
rangkap bila memang diperlukan.
Prinsip-prinsip Pembelajaran PKR

Prinsip pembelajaran kelas rangkap secara umum sama dengan pembelajaran pada
umumnya, seperti prinsip perbedan individu yang harus diperhatikan guru, prinsip
menumbuhkan semangat dan motivasi dalam belajar dan sebagainya. Namun pembelajaran
kelas rangkap memiliki prinsip khusus sebagai berikut seperti yang di kemukakan oleh Djalil
(2021: 1.10-1.11), antara lain:
a. Keserempakan kegiatan pembelajaran : Guru menghadapi dua kelas murid atau lebih pada
waktu yang sama, oleh karena itu prinsip utama Pembelajaran Kelas Rangkap adalah
kegiatan pembelajaran terjadi bersamaan atau serempak.
b. Kadar tinggi waktu keaktifan akademik : Saat berlangsungnya pembelajaran kelas, semua
murid harus secara aktif menghayati pengalaman belajar yang bermakna, baik yang
berkaitan dengan tuntutan kurikulum yang berkaitan dengan tujuan- tujuan berjangka
panjang.
c. Kontak Psikologis guru dan murid berkelanjutan : Guru harus selalu berusaha dengan
berbagai cara agar semua murid merasa mendapatkan perhatian guru secara terus
menerus. Guru harus dapat melakukan tindakan instruksional yang tepat. Tindakan
instruksional yaitu tindakan yang langsung berkaitan dengan penyampaian isi kurikulum,
seperti menjelaskan, memberi tugas dan mengajukan pertanyaan.
d. Pemanfaatan sumber secara efisien : Dalam pembelajaran kelas rangkap ketika ketiga
prinsip sebelumnya terpenuhi maka sangat memungkinkan guru dalam memanfaatkan
sumber belajar yang ada sehingga diharapkan guru bisa menanamkan sikap kemandirian
dalam belajar. Pemanfaatan sumber secara efisien sangat menunjang proses pembelajaran
kelas rangkap.
Model penerapan PKR

Berikut Model pembelajaran kelas rangkap menurut Winatasaputra, S.U (2021: 2.6).

1. Model utama : PKR Murni

PKR 221 : dua kelas, dua mata pelajaran, satu ruangan.

Dalam model PKR 221 guru menghadapi dua kelas, dua mata pelajaran dalam satu
ruangan. Pemilihan topik dalam pelajaran harus berkaitan, model ini hanya mungkin
diterapkan jika siswa tidak terlampau banyak.
Berikut petunjuk penerapan model PKR 221:

- Pada kegiatan pendahuluan 10 menit pertama berikan pengantar dan pengarahan


dalam satu ruangan. Tuliskan topik dan hasil belajar yang diharapkan.
- Pada kegiatan inti 60 menit berikutnya terapkan metode untuk masing-masing kelas.
Selama kegiatan belajar berlangsung adakan pemantapan, bimbingan, sesuai
keperluan. Guru harus menggunakan keterampilan dasar yang sesuai.
- Pada kegiatan penutup 10 menit terakhir berdirilah di hadapan kedua kelas untuk
melakukan review atas materi yang telah dipelajari.
Model pembelajaran kelas rangkap 221 merupakan model pembelajaran kelas rangkap
yang paling sering diterapkan di Indonesia. Model 221 merupakan model
kelas rangkap yang paling sederhana dan mudah dilakukan oleh guru dalam melakukan
proses pembelajaran. Model ini memiliki keunggulan dalam pelaksanaan dan pengelolaan
yang lebih mudah ketika diterapkan oleh guru. Model ini tepat ketika diterapkan di
tingkatan kelas yang tidak terlampau banyak siswanya.
2. Model alternatif : PKRModifikasi

PKR 222 : dua kelas, dua mata pelajaran, dua ruangan.

Dalam model PKR 222 guru menghadapi dua kelas, dua mata pelajaran dan dua ruangan.
Model ini merupakan model modifikasi untuk kondisi siswa lebih dari 20 orang.
Berikut penerapan model PKR 222:

- Kegiatan pendahuluan 10 menit satukan kedua kelas dalam satu ruangan yang
mencukupi, bila tidak guru berdiri di antara pintu penghubung.
- Pada kegiatan ini 60 menit berikutnya terapkan berbagai metode yang sesuai dengan
masing-masing karakteristik pembelajaran. Jangan meninggalkan salah satu kelas
tanpa tugas karena hal ini bisa memicu keributan. Atur perpindahan anda dari satu
ruangan ke ruangan berikutnya.
- Pada kegiatan penutup 10 menit akhir berdirilah di depan pintu penghubung
menghadap kedua kelas untuk melakukan review tentang materi yang telah dipelajari.
Pengelolaan PKR 222 lebih rumit dibandingkan dengan model PKR 221.
- Model pembelajaran kelas rangkap 222 merupakan model modifikasi atau tingkat
lanjut dari model 221. Model 222 biasanya diterapkan untuk kondisi siswa lebih dari
20 anak. Model ini diterapkan dalam dua ruang kelas yang berbeda, hal ini dilakukan
oleh guru untuk memudahkan guru dalam memaksimalkan potensi yang dimiliki siswa.
Dalam pelaksanaan pembelajaran guru melakukan dua pembelajaran dalam dua
ruangan dan dua tingkat dalam waktu yang bersamaan.
3. Model Alternatif : PKRModifikasi

PKR 333 : tiga kelas, tiga mata pelajaran, tiga ruangan.


Model PKR 333 guru menghadapi tiga kelas, tiga mapel dan tiga ruangan. Model PKR
ini hampir sama dengan model PKR 222 yaitu model PKR modifikasi.
Berikut petunjuk penerapan model PKR 333:

- Pada kegiatan awal 10 menit pertama, kumpulkan ketiga kelas dalam satu ruangan
yang tempat duduknya mencukupi. Berilah pengarahan tentang materi yang ajkan
dipelajari.
- Pada kegiatan inti 60 menit terapkan metode belajar dengan memanfaatkan media
yang tersedia, penggunaan LKS (Lembar Kerja Siswa) dan LTS
(Lembar Tugas Siswa) sangat dianjurkan agar kegiatan siswa bersifat mandiri.

- Pada kegiatan penutup 10 menit terakhir digunakan untuk mereview pelajaran yang
telah dilakukan.
- Model PKR 333 ini lebih rumit pengelolaanya, sehingga guru dituntut untuk
memilki daya gerak pedagogis yang tinggi.
Model PKR 333 merupakan model PKR modifikasi, model ini hampir sama dengan
model PKR 222. Perbedaan yang mendasar PKR 333 dengan PKR 222 dalam
pelaksanaannya. Dalam PKR 333 guru mengelola pembelajaran menghadapi tiga tingkat
kelas, tiga mata pelajaran dan tiga ruangan.
BAB III
KESIMPULAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa Penerapan
Pembelajaran Kelas Rangkap sudah bisa dijadikan model pembelajaran . Penggunaan model ini
dilakukan karena faktor kekurangan tenaga guru, letak geografis yang sulit dijangkau, jumlah
siswa relatif kecil, keterbatasan ruangan, atau ketidakhadiran guru. Penggunaan pola
pembelajaran kelas rangkap sangat ditentukan oleh kondisi dan kebutuhan sekolah. Hal ini
merupakan aspek penting dalam meningkatkan kualitas pembelajaran terutama bagi sekolah
yang melakukan pembelajaran kelas rangkap.

B. Saran

Setelah kita membahas pembelajaran kelas rangkap guru diharapkan memahami konsep
dan dapat melaksanakan pembelajaran kelas rangkap sesuai dengan kondisi tertentu yang
menuntut guru melaksanakan pembelajaran kelas rangkap. Dengan diadakannya pembelajaran
kelas rangkap proses pembelajaran dapat berlangsung lebih efektif dengan kekurangan yang
ada dan sebagai masukan dalam rangka mewujudkan pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan
menyenangkan yang bermuara pada peningkataan mutu hasil pembelajaran, meningkatkan
proses pembelajaran yang berdampak pada peningkatan mutu pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA

https://probolinggokab.go.id/mulai-replikasikan-metode-pembelajaran-kelas-rangkap/ :
03 Juni 2022
https://edukasi.kompas.com/read/2011/08/10/1016068/~Edukasi~News : 03 Juni 2022

https://www.inovasi.or.id/id/news-and-press/pembelajaran-kelas-rangkap-di-pendidikan- dasar-
peluang-dan-tantangan/ : Kompas.com/read/2019/05/1623021) kelas rangkap di sekolah –
dasar-peluang atau tantangan.: 03 Juni 2022

https://www.asikbelajar.com/pendapat-ahli-hakikat-kelas-rangkap/ : 03 Juni 2022

http://eprints.ums.ac.id/20747/2/ : 03 Juni 2022

IGK AK Wardhanum, Hakikat Pembelajaran Kelas Rangkap, materi pokok (Jakarta:Universitas


Terbuka, 2021)

Anda mungkin juga menyukai