Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) dalam era
globalisasi dewasa ini menuntut semua bidang kehidupan untuk
menyesuaikan visi, misi, tujuan dan strateginya agar sesuai dengan kebutuhan
dan tidak ketinggalan zaman. Penyesuaian tersebut secara tidak langsung
mengubah tatanan sistem pendidikan nasional. Dalam hal ini sistem
pendidikan nasional harus mampu menjamin pemerataan pendidikan,
peningkatan mutu, serta relevansi dan efisiensi manajemen pendidikan untuk
menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan baik
lokal, nasional maupun global.
Adapun salah satu komponen penting dari sistem pendidikan nasional
adalah kurikulum. Menjabarkan dan menganalisis kurikulum merupakan
salah satu kegiatan yang harus dilakukan oleh seorang guru sebagai acuan
pokok yang harus dikaji untuk merencanakan, melaksanakan, dan menindak
lanjuti pembelajaran mata pelajaran yang dibinanya.
Seiring diberlakukannya Kurikulum 13 diharapkan guru dapat
meningkatkan kualitas belajar siswa khususnya pada pelajaran matematika
dengan berkreasi dan berinovasi menggunakan berbagai macam strategi
pembelajaran yang berkembang saat ini agar tujuan pembelajaran matematika
di sekolah dasar dapat tercapai secara optimal.

1. Identifikasi Masalah
Hasil studi menyebutkan bahwa meski adanya peningkatan mutu
yang menggembirakan, namun keadaan di lapangan belumlah sesuai
dengan yang diharapkan. Hal ini tampak terlihat di SD Negeri Pondoksari.
Berdasarkan hasil observasi, muncul permasalahan sebagai berikut :
a. kompetensi yang dimiliki siswa kelas IV terhadap beberapa materi
pelajaran matematika menunjukkan hasil yang kurang memuaskan

1
2

b. terutama kemampuan dalam menyelesaikan soal cerita yang


berkaitannya dengan materi pecahan.
c. Sebagian besar siswa mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal
cerita tersebut. Hal ini terjadi karena kurangnya keterampilan siswa
dalam menterjemahkan kalimat sehari-hari ke dalam kalimat
matematika, siswa belum cukup memiliki gambaran yang jelas
khususnya dalam mengaitkan antara keadaan real/nyata yang mereka
temukan sehari-hari dengan kalimat matematika yang sesuai dan siswa
kurang terlibat aktif secara mental (aktif mendayagunakan pikirannya)
dalam pemecahan masalah.
d. Selain itu, dalam pembelajarannya guru masih menggunakan metode
ceramah, guru tidak menyediakan alat peraga serta media
pembelajaran.

2. Analisis Masalah
Kondisi yang terjadi saat ini, permasalahan administrasi sekolah
sangat menyibukkan guru, sehinga guru hanya memiliki sedikit waktu
untuk mengembangkan metode dan pendekatan pembelajaran yang
menyenangkan dan menantang. Proses pembelajaran di sekolah masih
menggunakan metode pembelajaran konvensional dan berorientasi pada
materi ajar serta interaksi belajar mengajar searah. Hal ini menyebabkan
siswa cenderung pasif, hanya mendengarkan informasi yang disampaikan,
sedangkan peran guru lebih dominan. Kondisi ini menjadikan
pembelajaran tidak proporsional. Siswa diperlakukan sebagai objek
sehingga potensi yang dimiliki tidak berkembang dengan baik. Proses
pembelajaran belum memaksimalkan keterampilan guru dalam
mengembangkan metode/pendekatan pembelajaran sehingga
mengakibatkan fokus pembelajaran terpusat pada guru serta tidak adanya
penggunaan media dan alat peraga menjadi penyebab menurunnya kualitas
pembelajaran matematika.

2
3

Jika keadaan seperti ini berlanjut tentu akan semakin membuat


matematika menjadi mata pelajaran yang kurang menyenangkan sehingga
membuat siswa takut pada pelajaran matematika. Mencermati hal tersebut
sudah seharusnya diadakan pembaharuan pelaksanaan pembelajaran
matematika di sekolah dasar secara terencana, terarah dan
berkesinambungan ke arah pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.

3. Alternatif dan Prioritas Pemecahan Masalah


Untuk mengatasi kesulitan murid dalam mengerjakan soal cerita,
diperlukan adanya upaya guru dalam memilih dan menggunakan strategi,
pendekatan, metode, atau teknik mengajar yang lebih bervariasi sesuai
dengan kebutuhan dan perkembangan siswa guna mengoptimalkan
kemampuannya baik secara mental, fisik, maupun sosial. Salah satu
pendekatan pembelajaran yang dapat digunakan adalah dengan
menggunakan pendekatan pemecahan masalah.
Pemecahan masalah merupakan salah satu cara yang harus banyak
digunakan dalam pembelajaran karena metode pemecahan masalah
merupakan metode mengajar yang banyak mengembangkan kemampuan
berpikir tingkat tinggi.
Melalui pendekatan pemecahan masalah siswa belajar dengan
suasana yang menyenangkan, siswa menjadi kreatif dalam berpikir, kritis
dalam menganalisis data/fakta/informasi, madiri dalam bertindak dan
bekerja.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, secara umum permasalahan
dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: “Bagaimana
Pendekatan Pemecahan Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Siswa
dalam Penyelesaian Soal Pecahan pada Siswa Kelas IV SDN Pondoksari ?”

Untuk memudahkan dalam pelaksanaan penelitian, masalah diperinci


sebagai berikut:
4

a. Bagaimana perencanaan pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan


siswa dalam menyelesaikan soal cerita tentang pecahan melalui
pendekatan pemecahan masalah di kelas IV SD Negeri Pondoksari?
b. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan
siswa dalam menyelesaikan soal cerita tentang pecahan melalui
pendekatan pemecahan masalah di kelas IV SD Negeri Pondoksari?
c. Bagaimana meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal
cerita tentang pecahan melalui pendekatan pemecahan masalah di kelas
IV SD Negeri Pondoksari?

C. Tujuan Penelitian Perbaikan


Secara umum tujuan dari penelitian tindakan kelas ini adalah untuk
meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita tentang
pecahan melalui pendekatan pemecahan masalah di kelas IV SD Negeri
Pondoksari.

Secara khusus tujuan dari penelitian tindakan kelas ini adalah:

1. Meningkatkan kemampuan guru dalam menyusun perencanaan


pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam
menyelesaikan soal cerita tentang pecahan melalui pendekatan
pemecahan masalah di kelas IV SD Negeri Pondoksari.
2. Meningkatkan kemampuan guru dalam melaksanakan proses
pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam
menyelesaikan soal cerita tentang pecahan melalui pendekatan
pemecahan masalah di kelas IV SD Negeri Pondoksari.
3. Meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita
tentang pecahan melalui pendekatan pemecahan masalah di kelas IV SD
Negeri Pondoksari.
5

D. Manfaat Penelitian Perbaikan Perbaikan


Hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat sebagai berikut :
1. Manfaat secara teoritis
Sebagai bahan untuk mengembangkan dan meningkatkan proses kegiatan
belajar mengajar siswa Sekolah Dasar khususnya pada materi pecahan
melalui pendekatan pemecahan masalah
2. Manfaat secara praktis
a. Bagi Guru
Guru memiliki pengetahuan dan pengalaman dalam menyusun
melaksanakan rencana pembelajaran soal cerita melalui pendekatan
pemecahan masalah.
b. Bagi Siswa
Siswa memiliki kemampuan dalam menyelesaikan soal cerita melalui
pendekatan pemecahan masalah dalam pembelajaran matematika yang
meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model
matematika, menyelesaikan matematika dan menafsirkan solusi yang
diperolehnya.
c. Bagi Sekolah
Terlaksananya mutu pembelajaran sekolah yang berkualitas melalui
pembelajaran soal cerita dengan pendekatan pemecahan masalah di
kelas IV SD Negeri Pondoksari, kecamatan Sukaresik, kabupaten
Tasikmalaya.
d. Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman dalam meneliti serta meningkatkan wawasan sebagai
calon guru Sekolah Dasar.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Karakter Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar


Paul Suparno (dalam lia Mulyati, 2017) menyebutkan bahwa
pembelajaran matematika di sekolah dasar didasarkan pada teori
konstruksivisme. Pandangan tersebut menekankan pengetahuan merupakan
hasil konstruksi manusia melalui interaksi dengan objek, fenomena,
pengalaman dan lingkungan.
Istilah mathematics (Inggris), mathematic (Jerman), mathematique
(Perancis) atau matematika (Indonesia) berasal dari bahasa latin
mathematica, yang mulanya diambil dari perkataan Yunani mathematike
yang berati “relating to learning”. Perkataan itu mempunyai akar dari kata
mathema yang berati pengetahuan atau ilmu dan mathanein yang berati
belajar (berpikir). Jadi secara etimologis, matematika adalah ilmu
pengetahuan yang diperoleh dengan bernalar.
James dan James (dalam lia Mulyati, 2017) menyatakan bahwa:
“matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran
dan konsep-konsep yang berhubungan satu sama lainnya dengan jumlah
yang banyak terbagi ke dalam tiga bidang, yaitu aljabar, analisis dan
geometri”
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa matematika sangat
berkaitan erat dengan kehidupan sehari-hari yang dapat membantu manusia
dalam memahami dan menguasai permasalahan baik yang bersifat sosial,
ekonomi, maupun alam.
Ruang lingkup dari mata pelajaran matematika pada satuan
pendidikan SD/MI meliputi aspek-aspek sebagai berikut: bilangan, geometri
dan pengukuran serta pengolahan data.
Pada dasarnya secara individual manusia itu berbeda-beda, demikian
pula dalam memahami konsep-konsep abstrak akan dicapai melalui tingkat-
tingkat belajar yang berbeda pula. Namun suatu keyakinan bahwa anak

6
7

belajar melalui dunia nyata dengan memanipulasi benda-benda nyata


sebagai perantaranya sehingga perkembangan kognitifnya dipengaruhi oleh
lingkungan dan tranmisi sosialnya. Berdasarkan karakteristik tersebut,
Piaget (Muhsetyo, Gatot : 1.9) berpendapat bahwa anak tahap
perkembangan kognitif siswa sekolah dasar adalah sebagai berikut:
(1) Sensorik motor (0 – 2 tahun); (2) Pra-operasional, (2 – 7 tahun); (3)
Operasional Konkret,(7 – 12 tahun) dan (4) Operasional, ≥11 tahun.
Berdasarkan pada data diatas, maka siswa sekolah dasar pada
umumnya berada pada fase operasional konkrit. Umumnya anak-anak pada
tahap ini telah memahami operasi logis dengan bantuan benda-benda
konkret. Kemampuan ini terwujud dalam memahami konsep kekekalan,
kemampuan untuk mengklasifikasi dan serasi serta mampu memandang
suatu objek dari sudut pandang yang berbeda secara objektif.

B. Kemampuan Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Cerita tentang pecahan


“Kompetensi atau kemampuan adalah performansi yang mengarah pada
pencapaian tujuan secara tuntas menuju kondisi yang diinginkan”. Makna
dari performansi mengandung perilaku yang bertujuan dan melebihi dari apa
yang diamati, mencakup proses berpikir, menilai dan mengambil keputusan.
Siswa atau peseta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha
mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada
jalur, jenjang dan jenis pendidikan tertentu.

Sebagaimana dikemukakan oleh Sagala (dalam Tini Supartini, 2019)


bahwa kompetensi atau kemampuan dapat diklasifikasikan menjadi:

(1) Kompetensi dasar untuk memelihara dan memenuhi kebutuhan hidup; (2)
kompetensi umum untuk bisa hidup bersama di masyarakat; (3) kompetensi
teknis dan keterampilan untuk melakukan suatu pekerjaan atau kegiatan; dan
(4) kompetensi professional untuk penentuan keputusan, berisi serangkaian
kegiatan analisis sintesis, penggunaan pengetahuan dan pengalaman,
pemikiran dan kreativitas.
8

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kompetensi


bersifat unik karena setiap individu memiliki potensi yang berbeda. Adapun
kemampuan siswa yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan
dalam menyelesaikan soal cerita. Kemampuan siswa yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan soal cerita tidak hanya kemampuan skill (keterampilan) dan
mungkin algoritma tertentu saja melainkan dibutuhkan juga kemampuan
yang lain yaitu kemampuan dalam menyusun rencana atau strategi yang
akan digunakan dalam mengerjakan soal.

Sebagaimana dituangkan dalam Pedoman Umum Matematika


Sekolah Dasar (dalam Tini Supartini, 2019) setiap soal cerita dapat
diselesaikan dengan rencana berikut:

(a) Membaca soal itu dan memikirkan hubungan antara bilangan-bilangan


yang ada dalam soal tersebut; (b) menuliskan kalimat matematika yang
menyatakan hubungan-hubungan itu dalam bentuk operasi-operasi
bilangan; (c) menyelesaikan kalimat matematika tersebut, artinya mencari
bilangan mana yang membuat kalimat matematika itu menjadi benar; (d)
menggunakan penyelesaian itu untuk menjawab pertanyaan yang
dikemukakan di dalam soal.
Untuk dapat menyelesaikan soal cerita, siswa harus menguasai hal-hal
yang dipelajari sebelumnya, misalnya pemahaman tentang satuan ukuran
luas, satuan ukuran panjang dan lebar, satuan berat, satuan isi, satuan waktu,
dan sebagainya. Di samping itu, siswa juga harus menguasai materi
prasyarat, seperti rumus, teorema, dan aturan/hukum yang berlaku dalam
matematika. Pemahaman terhadap hal-hal tersebut akan membantu siswa
memahami maksud yang terkandung dalam soal-soal cerita tersebut. Di
samping hal-hal di atas, seorang siswa yang dihadapkan dengan soal cerita
harus memahami langkah-langkah sistematik untuk menyelesaikan soal
cerita matematika.

Sinaga, Magatur (2007:177) mengungkapkan bahwa:

untuk menyelesaikan soal cerita dengan baik dan benar ada empat hal yang
perlu diperhatikan, yaitu: (1) pahami apa yang diketahui dalam soal, (2)
pahami apa yang ditanyakan dalam soal, (3) tentukan operasi hitung apa
9

yang tepat untuk menyelesaikan soal, (4) periksa kembali hasil dari
perhitungan tersebut.
Permasalahan matematika yang berkaitan dengan kehidupan nyata
biasanya dituangkan melalui soal-soal berbentuk cerita (verbal). Menurut
Abidia (dalam Tini Supartini, 2019) “soal cerita adalah soal yang disajikan
dalam bentuk cerita pendek. Cerita yang diungkapkan dapat merupakan
masalah kehidupan sehari-hari atau masalah lainnya”. Sementara itu,
menurut Haji (dalam Tini Supartini, 2019) “soal yang dapat digunakan
untuk mengetahui kemampuan siswa dalam bidang matematika dapat
berbentuk cerita dan soal bukan cerita atau soal hitungan.” Dalam hal ini,
soal cerita merupakan modifikasi dari soal-soal hitungan yang berkaitan
dengan kenyataan yang ada di lingkungan siswa.

Soal cerita yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah soal


matematika yang berbentuk cerita yang terkait dengan salah satu pokok
bahasan yang diajarkan pada mata pelajaran matematika di kelas IV SD
yaitu yang berkaitan dengan pengurangan dan penjumlahan pecahan.

C. Pecahan
Materi pokok yang dibahas dalam kegiatan penelitian ini adalah tentang
pecahan. Pecahan merupakan bagian dari bilangan rasional yang dapat ditulis
a
dalam bentuk dengan a dan b merupakan bilangan bulat dan b tidak sama
b
dengan nol. Selain itu pecahan merupakan lambang bilangan yang
dipergunakan untuk melambangkan bilangan pecahan dan rasio. Menurut
Darhim (dalam Tini Supartini, 2019) “bilangan pecahan dapat diragakan
dengan suatu bagian dari keseluruhan suatu bagian dari keseluruhan suatu
himpunan atau suatu benda”. Contoh :

- Pecahan didasarkan pada pembagian benda.

2
3
10

Gambar 1

- Pecahan didasarkan pada himpunan bagian

1 4
4 5

1
Gambar 2
4

Dari gambar diatas, dapat dipahami bahwa pecahan terjadi karena satu benda
dibagi menjadi beberapa bagian sama besar. Bagian-bagian itu mempunyai
nilai pecahan. Dalam bilangan pecahan dikenal pecahan-pecahan senilai,
artinya pecahan-pecahan tersebut mempunyai nilai yang sama meskipun
1 2 3
dituliskan dalam bentuk pecahan yang berbeda. Contoh : = =
2 4 6

Operasi hitung pada pecahan terdiri dari 4 yaitu penjumlahan,


pengurangan, perkalian dan pembagian. Adapun operasi hitung yang
digunakan dalam penelitian ini adalah operasi penjumlahan dan
pengurangan pecahan.

1) Penjumlahan pecahan yang berpenyebut sama dilakukan dengan


menjumlahkan pembilang-pembilangnya. Sedangkan penyebutnya tidak
dijumlahkan.
1 4 1+ 4 5
Contoh : + = =
3 3 3 3

2) Penjumlahan pecahan yang berbeda penyebutnya dilakukan dengan cara:


Samakan penyebut dengan KPK kedua bilangan (mencari bentuk pecahan
11

yang senilai). jumlahkan pecahan baru seperti pada penjumlahan pecahan


yang berpenyebut sama.
1 8 5 8 13
Contoh : + = + =
2 10 10 10 10

3) Pengurangan pecahan yang berpenyebut sama dilakukan dengan


mengurangkan pembilang-pembilangnya. Sedangkan penyebutnya tidak
dikurangkan.
5 3 5−3 2
Contoh : - = =
8 8 8 8

4) Pengurangan pecahan yang berbeda penyebutnya dilakukan dengan cara:


Samakan penyebut dengan KPK kedua bilangan (mencari bentuk pecahan
yang senilai). kurangkan pecahan baru seperti pada pengurangan pecahan
yang berpenyebut sama.
1 2 5 4 1
Contoh : - = - =
2 5 10 10 10

D. Pendekatan Pemecahan Masalah


Pendekatan pembelajaran merupakan jalan yang akan ditempuh oleh
guru dan siswa dalam mencapai tujuan instruksional untuk suatu satuan
instruksional tertentu. “Pendekatan pembelajaran matematika adalah cara
yang ditempuh guru dalam pelaksanaan pembelajaran agar konsep yang
disajikan dapat diadaptasikan oleh siswa.

Dalam pembelajaran matematika, masalah dapat disajikan dalam


bentuk soal tidak rutin yang meliputi: soal cerita, penggambaran fenomena
atau kejadian, ilustrasi gambar atau teka-teki. Menurut Polya (dalam Tini
Supartini, 2019) masalah dibedakan menjadi dua, yaitu:

(1) Masalah penemuan berkaitan dengan kegiatan menunjukkan,


menentukan hasil perhitungan, mengidentifikasi dan menemukan suatu
objek yang tidak diketahui dalam suatu masalah yang memenuhi kondisi
masalah tersebut. (2) Masalah pembuktikan berkaitan dengan kegiatan
memutuskan benar atau salah terhadap suatu pernyataan.
12

Berikut jenis masalah dalam pembelajaran SD ada 4 yaitu : (a)


Masalah Translasi adalah masalah yang berhubungan aktivitas sehari-hari
siswa. Contoh: Ade membeli permen Sugus 12 buah. Bagaimana cara Ade
membagikan kepada 24 orang temannya agar semua kebagian dengan adil?
(b) Masalah Aplikasi adalah masalah yang menerapkan suatu konsep, rumus
matematika dalam sebuah soal-soal matematika. Contoh suatu kolam
berbentuk persegipanjang yang berukuran panjang 20 meter dan lebar 10
meter. Berapa luas kolam tersebut? (c) masalah proses adalah masalah yang
memiliki pola, keteraturan dalam penyelesainnya.Contoh: 2 4 6 8 ... Berapa
angka berikutnya? dan (d) masalah teka-teki adalah masalah yang sifat
menerka atau dapat berupa permainan namun tetap mengacu pada konsep
dalam matematika. Contoh : Aku adalah anggota bilangan Asli, aku adalah
bilangan perkasa, jika kelipatanku dijumlahkan angka-angkanya hasilnya
adalah aku, siapakah aku?

Untuk memperoleh kemampuan dalam pemecahan masalah siswa


harus memiliki banyak pengalaman. Pemecahan masalah dapat
didefinisikan sebagai pemulihan kembali situasi yang dianggap sebagai
masalah bagi seseorang yang menyelesaikannya . Pemulihan tersebut
melalui serangkaian perbuatan yang secara bertahap dilakukan dan berakhir
pada hasil yang diperoleh yaitu berupa penyelesaian masalah. Berdasarkan
keterangan yang tercantum dalam KTSP (2006): “pemecahan masalah
merupakan fokus dalam pembelajaran matematika yang mencakup masalah
tertutup sebagai solusi tunggal dan masalah terbuka sebagai solusi yang
tidak tunggal serta masalah dengan berbagai penyelesaiannya.”

Bertolak dari keterang tersebut NCTM Standards (dalam Tini S, 2019)


menyatakan bahwa:

Jika pemecahan masalah merupakan focus dari pelajaran matematika,


maka pemecahan masalah juga harus sebagai focus penilaian. Kecakapan
murid-murid untuk memecahkan masalah terus berkembang sebagai hasil
dari pengajaran yang diperluas, kesempatan untuk menyelesaikan
13

bermacam-macam persoalan yang dijumpai pada situasi kehidupan sehari-


hari.

Dalam Tini S (2019) Pemecahan Masalah dapat diartikan sebagai :

(1) Tujuan: Pemecahan masalah adalah target akhir dalam suatu


pembelajaran matematika, dalam arti dengan mempelajari matematika kita
dapat menyelesaikanmasalah dengan bijak, sistematis, efektif dan efisien.
(2) Proses : Pemecahan masalah diartikan sebagai langkah yang ditempuh
untuk menyelesaikan masalah atau soal dalam matematika secara sistematis.
(3) Kemampuan dasar: Pemecahan masalah merupakan kemampuan dasar
yang harus dikuasai oleh siswa sebagai pemecah masalah dalam kehidupan
sehari-hari.
Berdasarkan paparan para ahli di atas bahwa pendekatan pemecahan
masalah merupakan suatu cara yang ditempuh guru untuk membantu siswa
menyelesaikan masalah/soal matematika dengan lebih sistematis, terukur
dan efisien dengan melibatkan metode dan cara penyelesaian yang tidak
standar dan tidak diketahui terlebih dahulu. Untuk penyelesaiannya para
siswa menggunakan keterampilan yang dimiliki sebelumnya untuk
mencapai pemecahan tantangan suatu masalah. “Siswa harus
mendefinisikan masalah secara lebih jelas dengan membuat hipotesis
(conjecture), menguji data, dan membuat suatu penyelesaian” ( dalam Tini
S, 2019).

Sebagaimana dikemukakan Polya (Suherman, 2003:91) bahwa “dalam


pemecahan suatu masalah terdapat empat langkah yang harus dilakukan
yaitu memahami masalah, merencanakan pemecahan, menyelesaikan
masalah sesuai rencana dan memeriksa kembali hasil yang diperoleh”.
Berikut pemaparannya:

(1) Memahami masalah, pada langkah ini siswa harus dapat menentukan
dengan jeli apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan.
(2) Merencanakan pemecahan, siswa menetapkan beberapa pilihan cara
menyelesaikan (strategi). Strategi bukanlah suatu solusi atau jawaban
melainkan suatu jalan, metode, atau proses untuk menyelesaikan
masalah sehingga kita dapat menemukan solusi dari masalah yang ada.
14

(3) Menyelesaikan masalah sesuai rencana. Siswa menyelesaikan soal


tersebut dengan strategi terbaik yang siswa pilih.
(4) Memeriksa kembali hasil yang diperoleh, melakukan pengecekan atas
apa yang dilakukan mulai dari langkah pertama sampai langkah ketiga,
dengan cara ini maka berbagai kesalahan yang tidak sesuai dapat
terkoreksi kembali sehingga siswa dapat sampai pada jawaban yang
benar sesuai dengan masalah yang diberikan.
BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN

A. Subjek, Tempat, Waktu Penelitian, Pihak Yang Membantu


1. Subjek Peelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV SDN
Pondoksari. Jumlah siswa kelas IV sebanyak 22 siswa, dengan 13 siswa
laki-laki dan 9 siswa perempuan.
2. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SDN POndoksari Kec. Sukaresik
Kab. Tasikmalaya. Tempat tersebut dipilih sebagai tempat penelitian
karena peneliti peneliti sebagai salah satutenaga pendidik di sekolah
tersebut. Sehingga peneliti dapat melakukan penelitian dengan efisien
baik tenaga, dana, maupun waktu agar penelitian dapat terlaksana secara
efektif dan efisien.
3. Waktu penelitian
Dalam penelitian ini dilakukan pengambilan data pada tahun
Pelajaran 2021/2022 bulan Oktober s/d November 2021, dengan
menyesuaikan jam pelajaran Matematika di SDN Pondoksari Kec.
Sukaresik Kab. Tasikmalaya. Penelitian dilakukan di kelas IV pada
semester 1 dan pelaksanaan perbaikan dilakukan 3 siklus yaitu :

Tabel 3.1
Waktu Penelitian
No Pelaksanaan Hari/Tanggal Waktu Kegiatan
1 Siklus 1 Selasa, 26 08.00 – 08.35 Pelaksanaan
Oktober 2021 Pembelajaran siklus 1
2 Siklus 2 Selasa, 2 08.00 – 08.35 Pelaksanaan
November Pembelajaran siklus 2
2021
3 Siklus 3 Selasa, 9 08.00 – 08.35 Pelaksanaan

15
16

November Pembelajaran siklus 3


2021

4. Pihak Yang Membantu


Laporan ini dapat tersusun, atas bimbingan dan dukungan oleh
Pembimbing, Pendamping, Kepala Sekolah SDN Pondoksari Kec.
Sukaresik Kab. Tasikmalaya, Bapak dan Ibu Guru serta siswa kelas IV
SDN Pondoksari, Kec. Sukaresik Kab. Tasikmalaya.

B. Desain Prosedur Perbaikan Pembelajaran


Desain Penelitian Tindakan Kelas yang digunakan dalam penelitian ini
mengacu pada Tim-FKIP UT (2020 : 20) yang meliputi empat tahapan yaitu :
1. Perencanaan (planning)
2. Pelaksanaan Tindakan (acting)
3. Pengamatan (observing)
4. Refleksi (reflecting)
Desain penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut (dimodifikasi dari
model yang dikembangkan oleh Kemmis & Mc. Taggart, 1991) :

Keterangan :
1. Plan (perencanaan)
2. Act & Observe (pelaksanaan dan
observasi)
3. Reflect (refleksi)
4. Revised plan (revisi perencanaan)

Gambar 3.1 Model PTK Kemmis & Taggart


Proses pelaksanaan tiap siklus meliputi :
1. Perencanaan : perencanaan ini dimulai dari observasi atau pengamatan
guna mengetahui permasalahan, kondisi, situasi dan potensi yang ada
dalam kelas tersebut, analisis situasi, perumusan program perbaikan atau
17

alternative pemecahan masalah, penyusunan rencana kegiatan,


penyusunan perangkat program pembelajaran pembelajaran mulai dari
RPP dan media pembelajaran dan instrumen pengumpulan data dan
evaluasi yang akan digunakan.
2. Pelaksanaan : pelaksanaan dilakukan dalam pembelajaran seperti biasa
sesuai dengan rencana yang telah dibuat. Dalam pelaksanaan ini guru dan
peniliti merekam semua yang terjadi dalam pembelajaran baik dalam
bentuk catatan, foto maupun video guna dijadikan data yang akan
digunakan sebagai bahan refleksi dan evaluasi.
3. Refleksi & Evaluasi : hasil pengamatan kemudian dievaluasi dalam
bentuk refleksi. Apabila hasil refleksi menunjukkan belum adanya
perbaikan sesuai yang diinginkan maka kemudian disusun kembali
rencana perbaikan yang akan dilakukan dalam siklus berikutnya. Hal
demikian terus dilakukan sampai tujuan yang diinginkan dapat tercapai.

C. Teknik Analisis Data


Analisis dta merupakan usaha (proses) memilih, memilah, membuang
dan menggolongkan data untuk menjawab dua permasalahan pokok, yaitu : 1)
Tema apa yang ditemukan pada data-data ini, 2) Seberapa jauh data-data ini
dapat menyokong tema-tema tersebut. Penelitian ini akan menggunakan
analisis deskriftif kualitatif dan kuantitatif. Analisis data kualitatif dalam
penelitian ini adalah analisis data yang diperoleh dari hasil observasi
sedangkan analisis data kuantitatif diperoleh dari hasil tes belajar siswa.
Data yang akan dianalisis dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui
persentase peningkatan kemampuan siswa dalam penyelesaian soal pecahan
melalui soal cerita. Presentase peningkatan kemampuan siswa dapat dilihat
dari perolehan skor siswa setelah mengikuti pembelajaran matematika pada
pokok bahasan soal pecahan dengan menggunakan pendekatan pemecahan
masalah.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran


1. Data Penelitian
Penelitian ini dilakukan di kelas IV SDN Pondoksari Kec.
Sukaresik Kab. Tasikmalaya. Penelitian ini memilih siswa kelas IV,
karena hasil belajar siswa masih rendah dalam pembelajaran matematika.
Selain itu, pembelajaran menggunakan pendekatan Pemecahan Masalah
lebih menantang siswa untuk berpikir kritis. Subjek penelitian adalah
siswa kelas IV yang berjumlah 22 siswa, terdiri dari 13 siswa laki-laki
dan 9 siswa perempuan.
Setelah dilaksanakan perbaikan pembelajaran melalui tiga siklus
ada peningkatan nilai evaluasi pada siswa. Peningkatan tersebut
disebabkan penggunaan pendekatan pemecahan masalah yang menarik
perhatian siswa.

2. Data Hasil Penelitian


1) Siklus I
a. Data Pelaksanaan Pembelajaran
Hari / Tanggal : Selasa, 26 Oktober 2021
Kelas / Semester : IV / I
Topik : Pemecahan masalah pada soal pecahan
Tujuan Perbaikan : Meningkatkan kemampuan siswa dalam
penyelelesaian soal pecahan

Aktivitas utama dalam siklus I adalah pembelajaran dengan


menggunakan pendekatan pemecahan masalah untuk
meningkatkan kemampuan siswa dalam penyelesaian soal
pecahan.
Dari hasil tes formatif siklus I diperoleh data sebagai berikut :

18
19

a) Siswa yang sudah tuntas 10 orang atau 45,45 % dari 22 siswa


b) Siswa yang belum tuntas 12 orang atau 54,55 % dari 22 siswa
c) Nilai tertinggi 85 sedangkan nilai terendah 20
d) Nilai rata-rata mencapai 59,54
Tabel 4.1
Nilai Hasil Belajar Siswa
Siklus I
Keterangan
No Nama Siklus I
Tuntas Belum Tuntas
1 Adam Zaki Muhsin 75 
2 Alwan Gusti Maulana 60 
3 Astrin Nurmala Sari 75 
4 Chindy Anjani Nur Paujiah 30 
5 Daffa Muzakky Assyadad 45 
6 Dandi Herwanto 50 
7 Diana Lisdiana Wati 20 
8 Dinda Rahma Dini 60 
9 Elma Trisno 40 
10 Eva Amara 40 
11 Faiz Afriza Siddiq 85 
12 Fuji Lestari 75 
13 Guntur Saeful Wafa 75 
14 Irfan Ziyaul Haq 85 
15 Isa Maulana 30 
16 Muhamad Hasbi Rifa'i 80 
17 Muhammad Fazar Abdillah 75 
18 Nabilal Muhamad Hassbi 40 
19 Rafli Akbar Rojah 75 
20 Raisya Indriyani 85 
21 Rasti Juliyani 55 
20

22 Repin Andriansyah 55 
Jumlah 1310
Rata-rata 59,54

b. Data Hasil Pengamatan


Setelah selesai melaksanakan pembelajaran pada siklus I,
maka ditemukan hasil pengembangan sesuai dengan pengamatan
pendamping sebagai berikut :
a) Dari hasil pengamatan pada kegiatan inti pembelajaran yaitu
siswa masih kurang memahami mengenai materi penyelesaian
soal pecahan.
b) Siswa kurang terlihat aktif dan kurang tertarik dengan
pembelajaran.
c) Penggunaan metode yang kurang bervariasi.
c. Refleksi
Setelah peneliti melaksanakan pengamatan, kemudian peneliti
melaksanakan refleksi pada pelaksanaan kegiatan pembelajaran
penyelesaian soal pecahan hasilnya tidak memuaskan sehingga
perlu diadakan perbaikan pembelajaran.

2) Siklus II
a. Data Pelaksanaan Pembelajaran
Hari / Tanggal : Selasa, 2 November 2021
Kelas / Semester : IV / I
Topik : Pemecahan masalah pada soal pecahan
Tujuan Perbaikan : Meningkatkan kemampuan siswa dalam
penyelelesaian soal pecahan

Aktivitas utama dalam siklus II adalah pembelajaran dengan


menggunakan pendekatan pemecahan masalah untuk
21

meningkatkan kemampuan siswa dalam penyelesaian soal


pecahan.
Dari hasil tes formatif siklus II diperoleh data sebagai berikut :
a) Siswa yang sudah tuntas 13 orang atau 59,09 % dari 22 siswa
b) Siswa yang belum tuntas 9 orang atau 40,91 % dari 22 siswa
c) Nilai tertinggi 90 sedangkan nilai terendah 35
d) Nilai rata-rata mencapai 66,13
Tabel 4.2
Nilai Hasil Belajar Siswa
Siklus II
Keterangan
No Nama Siklus II
Tuntas Belum Tuntas
1 Adam Zaki Muhsin 75 
2 Alwan Gusti Maulana 70 
3 Astrin Nurmala Sari 75 
4 Chindy Anjani Nur Paujiah 35 
5 Daffa Muzakky Assyadad 70 
6 Dandi Herwanto 60 
7 Diana Lisdiana Wati 50 
8 Dinda Rahma Dini 60 
9 Elma Trisno 60 
10 Eva Amara 60 
11 Faiz Afriza Siddiq 85 
12 Fuji Lestari 75 
13 Guntur Saeful Wafa 75 
14 Irfan Ziyaul Haq 90 
15 Isa Maulana 35 
16 Muhamad Hasbi Rifa'i 80 
17 Muhammad Fazar Abdillah 75 
18 Nabilal Muhamad Hassbi 40 
22

19 Rafli Akbar Rojah 75 


20 Raisya Indriyani 85 
21 Rasti Juliyani 70 
22 Repin Andriansyah 55 
Jumlah 1455
Rata-rata 66,13

b. Data Hasil Pengamatan


Setelah selesai melaksanakan pembelajaran pada siklus II,
maka ditemukan hasil pengembangan sesuai dengan pengamatan
pendamping sebagai berikut :
a) Dari hasil pengamatan pada kegiatan inti pembelajaran yaitu
siswa sudah sedikit memahami mengenai materi penyelesaian
soal pecahan.
b) Siswa terlihat lebih aktif dari pada kegiatan siklus I dan
merasa tertarik dengan pembelajaran karena guru
menggunakan metode pendekatan pemecahan masalah.
c) Keaktifan siswa belum maksimal karena masih ada siswa
yang belum memahami penyelesaian masalah .
c. Refleksi
Berdasarkan hasil penelitian, refleksi dan tindakan pada
pembelajaran siklus II, guru sudah melakukan tugasnya dengan
baik, tetapi dalam pelaksanaan pembelajaran dengan
menggunakan pendekatan pemecahan masalah guru masih belum
maksimal. Guru belum sepenuhnya membimbing siswa dalam
berpikir dan menyelesaikan soal pecahan.
Dalam kegiatan berdiskusi tidak sesua siswa aktif dalam
diskusi dan kurang tanggap dalam menyelesaikan soal. Maka
untuk tindakan selanjutnya kepada siswa ditanamkan sikap
berani, bekerja dan cepat tanggap. Sedangkan hasil belajar siswa
Nampak dari table 4.3 sudah lebih baik jika dibandingkan dengan
23

hasil pembelajaran siklus I, walaupun belum mencapai target.


Pada siklus II baru 13 orang siswa atau 59,09 % yang mendapat
nilai 70 keatas.

3) Siklus III
a. Data Pelaksanaan Pembelajaran
Hari / Tanggal : Selasa, 9 November 2021
Kelas / Semester : IV / I
Topik : Pemecahan masalah pada soal pecahan
Tujuan Perbaikan : Meningkatkan kemampuan siswa dalam
penyelelesaian soal pecahan

Penelitian untuk siklus III kegiatan yang dilaksanakan adalah


membahas tentang penyelesaian soal pecahan dengan dibantu
benda nyata yang bervariasi. Hal ini untuk melatih siswa berpikir
kritis dalam menyelesaian soal pecahan.
Dari hasil tes formatif siklus III diperoleh data sebagai berikut :
a) Siswa yang sudah tuntas 22 orang atau 100 % dari 22 siswa
b) Siswa yang belum tuntas 0 orang atau 0 % dari 22 siswa
c) Nilai tertinggi 100 sedangkan nilai terendah 70
d) Nilai rata-rata mencapai 78,18
Tabel 4.3
Nilai Hasil Belajar Siswa
Siklus III
Siklus Keterangan
No Nama
III Tuntas Belum Tuntas
1 Adam Zaki Muhsin 80 
2 Alwan Gusti Maulana 70 
3 Astrin Nurmala Sari 85 
4 Chindy Anjani Nur Paujiah 70 
24

5 Daffa Muzakky Assyadad 75 


6 Dandi Herwanto 70 
7 Diana Lisdiana Wati 70 
8 Dinda Rahma Dini 70 
9 Elma Trisno 70 
10 Eva Amara 70 
11 Faiz Afriza Siddiq 90 
12 Fuji Lestari 85 
13 Guntur Saeful Wafa 85 
14 Irfan Ziyaul Haq 100 
15 Isa Maulana 70 
16 Muhamad Hasbi Rifa'i 85 
17 Muhammad Fazar Abdillah 85 
18 Nabilal Muhamad Hassbi 70 
19 Rafli Akbar Rojah 85 
20 Raisya Indriyani 90 
21 Rasti Juliyani 75 
22 Repin Andriansyah 70 
Jumlah 1720
Rata-rata 78,18

b. Refleksi
Berdasarkan hasil penelitian, refleksi dan tindakan pada
pembelajaran siklus III, guru sudah melaksanakan tugasnya
dengan sangat baik, guru sudah memahami cara berdiskusi
dengan baik dan membimbing siswa untuk dapat berpikir kritis
dalam menyelesaikan soal pecahan.
Kegiatan siswa dalam penyelesaian soal pecahan sudah
baik. Siswa sudah paham cara menyelesaian permasalahan soal
25

pecahan. Guru masih perlu menanamkan pemahaman yang lebih


kepada siswa untuk lebih berpikir kritis.
Agar lebih jelasnya nilai rata-rata hasil belajar siswa pada pembelajaran
matematika dari siklus I, siklus II sampai siklus III peneliti sajikan dalam bentuk
grafik berikut :

100%

80%

60%

40%

20% Rata-rata

0%
Siklus I Siklus II Siklus III

Grafik 4.1
Hasil Nilai Rata-rata Belajar Siswa
Pada Pembelajaran Matematika
Keterangan :
Dari grafik 4.1 kita dapat melihat bahwa penguasaan siswa terhadap materi
pembelajaran matematika menunjukan peningkatan dari siklus I, Siklus II ke
Siklus III.
Siklus I rata-rata nilai : 59,54 %
Siklus II rata-rata nilai : 66,13 %
Siklus III rata-rata nilai : 78,18 %

Berikut peneliti menyajikan table 4.4 rekapitlasi hasil belajar siswa pada
pembelajaran matematika siklus I, siklus II sampai siklus III.
26

Tabel 4.4
Hasil Rekapitulasi Nilai Belajar Siswa
Pada Pembelajaran Matematika
Siswa Persentase % Ket
Nilai
I II III I II III Siklus I yang mendapat nilai
100 1 4,5 70 keatas, 10 orang atau 45,45
%
95
90 1 2 4,5 9,1 Siklus II yang mendapat nilai
85 3 2 6 13,7 9,1 27,3 70 keatas, 13 orang atau 59,09
80 1 1 1 4,5 4,5 4,5 %
75 6 6 2 27,3 27,3 9,1
70 3 10 13,7 45,5 Siklus III yang mendapat nilai
65 70 keatas, 22 orang atau 100 %
60 2 4 9,1 18,3
55 2 1 9,1 4,5
50 1 1 4,5 4,5
45 1 4,5
40 3 1 13,7 4,5
35 2 9,1
30 2 9,1
25
20 1 4,5
15
10
Jumlah 22 22 22 100 100 100

B. Pembahasan Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran


Proses pelaksanaan pembelajaran matematika dengan menggunakan
pendekatan pemecahan masalah di kelas IV SDN Pondoksari Kec. Sukaesik
Kab. Tasikmalaya menunjukan bahwa guru sudah melaksanakan tugasnya,
mulai dari menyusun RPP, menjelaskan materi pelajaran, membimbing siswa
dalam diskusi, menyimpulkan materi yang telah disampaikan dan
menyiapkan alat peraga, lembar observasi, LKPD dan alat evaluasi.
Dari temuan dan refleksi tentang proses pembelajaran dapat diidentifikasi :
Pada siklus I pembelajaran masih belum optimal karena motivasi
belajar siswa masih kurang, kerjasama dalam kerja kelompok masih kurang,
dan tidak semua siswa memahami cara menyelesaikan soal cerita kedalam
bentuk kalimat matematika. Siswa yang sudah tuntas sebanyak 10 orang atau
27

45,45 %. Siswa yang belum tuntas sebanyak 12 siswa 54,55 %. Nilai tertinggi
85, sedangkan nilai terendah 20. Nilai rata-rata mencapai 59,54. Siswa yang
mendapat nilai 70 keatas, 10 orang atau 45,45 %.
Dari temuan tersebut peneliti berusaha untuk memperbaiki proses
pembelajaran dengan merancang dan menentukan focus tindakan berikutnya.
Langkah yang dilakukan pada siklus II adalah mengelompokan siswa untuk
menyelesaikan pemecahan masalah pecahan, sehingga siswa menjadi
termotivasi dan terlibat aktif untuk tampil kedepan kelas. Pada Siklus II baru
13 orang siswa atau 59,09 % yang mendapat nilai 70 keatas.
Pada pembelajaran siklus III, upaya guru untuk melibatkan siswa aktif
dalam kelompok sudah mencapai katagori sangat baik. Ini berarti
menunjukan tingkat keberhasilan peneliti dalam mengajar dengan pendekatan
pemecahan masalah. Siswa yang sudah tuntas pada perbaikan pembelajaran
siklus III sebanyak 22 oang atau 100%. Nilai tertinggi 100, sedangkan nilai
terendah 70. Nilai rata-rata mencapai 78,18.
Dengan demikian penerapan pendekatan pemecahan masalah dalam
pembelajaran dapat memberikan dampak positif terhadap kemampuan siswa,
dapat meningkatkan semangat berkompetisi dan berpikir logis dalam
menyelesaikan masalah sehingga terjadi perubahan yang sangat meningkat
terhadap pemahaman siswa pada materi pecahan.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN TINDAK LANJUT

A. Simpulan
Berdasarkan kegiatan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat
disimpulkan bahwa terjadi peningkatan proses pembelajaran dan peningkatan
hasil belajar pecahan pada siswa kelas IV SDN Pondoksari Kec. Sukaresik
Kab. Tasikmlaya.
1. Pendekatan pemecahan masalah dapat meningkatkan kemampuan siswa
dalam penyelesaian soal pecahan pada siswa Kelas IV SDN Pondoksari.
Adapun tahapan proses pembelajaran melalui pendekatan pemecahan
masalah yaitu dengan menentukan topik/materi peragaan, menyiapkan
alat dan bahan, menyusun petunjuk atau langkah-langkah pelaksanaan
peragaan, menjelaskan maksud dan tujuan serta peraturan dalam
peragaan, membagi siswa atas individu/kelompok, melaksanakan kegiatan
peragaan, melaporkan hasil dari peragaan dan menarik kesimpulan
tentang pengertian atau konsep yang dimaksud dalam tujuan
pembelajaran.
2. Berdasarkan hasil pengamatan pada hasil belajar siswa dapat dibuktikan
dengan perolehan nilai hasil belajar pemecahan masalah pecahan setelah
dikenai tindakan pada siklus I, siklus II dan Siklus III. Nilai rata-rata yang
diperoleh dari pemecahan masalah pecahan belajar siswa pada Siklus I
sebesar 59,54 meningkat menjadi 66,13 dan pada siklus III meningkat
menjadi 78,18. Siswa yang mencapai nilai ≥ 70 pada siklus I sebanyak 10
siswa atau 45,45 %, pada siklus II sebanyak 13 siswa atau 59,09 % pada
siklus III meningkat menjadi 22 siswa atau 100%.

B. Saran Tindak Lanjut


Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian yang telah dikemukakan
tersebut, maka terdapat beberapa saran sebagai berikut :
1. Bagi Guru

28
29

Pada saat pembelajaran, perlu adanya penerapan pendekatan


pembelajaran yang bervariatif agar dapat meningkatkan hasil belajar
siswa. Pendekatan pemecahan masalah dapat menjadi cara untk membuat
pembelajaran matematika dapat melatih daya pikir siswa dan dapat
meningkatkan hasil belajar siswa.
2. Bagi Sekolah
Sekolah hendaknya dapat menyediakan sarana dan prasarana yang
mendukung proses pembelajaran supaya lebih bervariasi dan
menyenangkan .
3. Bagi peneliti Selanjutnya
Pendekatan pemecahan masalah dapat dikembangkan dan
diterapkan pada mata pelajaran lain. Perlu adanya penelitian lebih lanjut
sebagai pengembangan penelitian ini.

Anda mungkin juga menyukai