Anda di halaman 1dari 34

1

KARYA ILMIAH

IMPLEMENTASI METODE DEMONSTRASI


UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA
PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA
DALAM PEMAHAMAN BAHWA PECAHAN MERUPAKAN
BAGIAN DARI SESUATU YANG UTUH

Oleh:

VIDA VIOLA SELFIAROSA SOBUBER


NIM. 859616341
Violavida122@gmail.com
2

ABSTRAK

Penelitian yang di lakukan oleh peneliti bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar
siswa kelas III SD Negeri Inpres Kimi Nabire dalam bidang study matematika dengan
pembahasan Pecahan. Upaya meningkatkan hasil belajar siswa melalui perbaikan -
perbaikan mata pelajaran matematika.
Penelitian di lakukan dalam 2 siklus yaitu siklus I dan siklus II pada siswa kelas III
SD Negeri Inpres Kimi yang berjumlah 30 orang terdiri dari laki - laki sebanyak 17 orang
dan perempuan sebanyak 13 orang. Dari data yang di kumpulkan dari pra sklus, siklus
pertama (I) dan siklus kedua (II) hasil pembelajaran peserta didik mengalami peningkatan.
Peningkatan hasil peserta didik dapat di lihat dari hasil rata - rata evaluasi pembelajaran.
Pada pra siklus jumlah nilai peserta didik 163 dengan rata - rata kelas 5,43. pada siklus I
di peroleh jumlah nilai 174 dengan rata - rata 5,8 dan pada siklus II di peroleh jumlah nilai
214 dengan rata - rata 7,13.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah mencari dan menemukan faktor - faktor
penyebab kesulitan dan kendala yang di hadapi peserta didik sehingga diadakan perbaikan
dan penyempurnaan sehingga akan terjadi peningkatan kualitas pembelajaran

Kata Kunci : Hasil Belajar, Matematika, Metode Demonstrasi, Alat peraga benda konkret
.
3

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Guru memiliki peran yang sangat penting dalam menentukan kuantitas
dan kualitas pengajaran yang dilaksanakan. Oleh sebab itu, guru harus
memikirkan dan membuat perencanaan secara seksama dalam meningkatkan
kesempatan belajar bagi siswanya dan memperbaiki kualitas pengajarannya.
Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran guru dituntut untuk
melakukan perubahan - perubahan dalam mengorganisasikan kelas, penggunaan,
metode mengajar, dan strategi pembelajaran. Guru bertindak sebagai pengelola
proses belajar mengajar, bertintak sebagai fasilitator yang berusaha menciptakan
kondisi belajar yang efektif, sehingga memungkikan proses belajar mengajar
yang efektif mengembangkan bahan pelajaran dengan baik dan meningkatkan
kemampuan siswa untuk menyimak pelajaran dan menguasai tujuan - tujuan
pendidikan yang harus mereka capai. Untuk memenuhi hal tersebut di atas, guru
harus mampu mengelola proses belajar mengajar yang memberikan rangsangan
belajar kepada siswa, sehingga siswa termotivasi untuk belajar.
Selama ini pendidikan matematika masih di dominasi oleh pandangan
bahwa pengetahuan merupakan perangkat fakta-fakta yang harus dihafalkan.
Kelas masih berfokus pada guru sebagai sumber utama pengetahuan, dan
ceramah menjadi pilihan utama strategi belajar. Untuk itu, diperlukan sebuah
strategi belajar ‘baru’ memberikan ruang kepada siswa untuk mengelola
informasi yang di terimanya. Sebuah strategi belajar yang tidak memaksakan
siswa menghafal fakta-fakta, akan tetapi sebuah strategi yang mendorong siswa
mengkonstruksikan pengetahuan di benak mereka sendiri.
Ada kecenderungan dewasa ini untuk kembali pada pemikiran bahwa
anak akan belajar lebih baik jika lingkungan belajar diciptakan alamiah. Belajar
akan lebih bermakna jika anak mengalami apa yang dipelajarinya, bukan
4

mengetahuinya. Pembelajaran yang berorientasi target penguasaan materi


terbukti berhasil dalam kompetensi jangka pendek, tetapi gagal dalam membekali
anak memecahkan persoalan dalam jangka panjang.
Kenyataan yang dihadapi di SD Negeri Inpres Kimi dalam kegiatan
pembelajaran belum berjalan dengan baik sebagaimana yang di harapkan. Seperti
masih dominannya peran guru dalam pembelajaran, kurangnya keaktifan siswa
dalam pembelajaran dan masih banyak siswa yang kurang percaya diri dan masih
mengharapkan jawaban dari temannya dan penggunaan metode yang kurang
bervariasi.

1. Identifikasi Masalah
Menurut pengamatan guru SD Negeri Inpres Kimi secara langsung,
diperoleh gambaran bahwa ternyata kesulitan yang dihadapi oleh para siswa
adalah :
a. Siswa kurang mampu dalam mengaitkan konsep-konsep matematika yang
dipelajarinya dengan kegiatan kehidupan sehari-hari.
b. Pada umumnya siswa belajar dengan menghafal konsep-konsep matematika
bukan belajar untuk memahami konsep-konsep matematika.
c. Siswa mengalami kesulitan dalam memecahkan soal-soal matematika yang
berbentuk aplikasi, bahkan lebih jauh dari itu ada kesan siswa menganggap
pelajaran matematika hanya merupakan suatu beban atau masalah sehingga
banyak siswa yang tidak menyukai pelajaran matematika.
d. Berdasarkan hasil pengamatan pada lembar kerja siswa terlihat bahwa ada
beberapa penyebab hal ini bisa terjadi, 1 yaitu: kemampuan siswa dalam
mengerjakan soal masih rendah, siswa belum dapat menentukan apa yang
diketahui dan apa yang ditanyakan, serta kemampuan siswa dalam
menentukan model matematika yang digunakan dalam penyelesaian soal
sehingga hasil belajar siswa rendah.
5

2. Analisis Masalah
Dalam membelajarkan matematika, sebaiknya guru mengusahakan agar
siswa mudah memahami konsep yang di ajarkan, sehingga siswa akan lebih
berminat untuk mempelajarinya. Jika harus diperlukan media atau alat peraga
yang dapat membantu siswa dalam memahami konsep matematika, maka guru
menyiapkan media atau alat peraga yang dibutuhkan.
Oleh sebab itu pendekatan pembelajaran kontekstual adalah strategi
yang cocok diterapkan untuk mengatasi masalah-masalah yang dihadapi siswa
SD Negeri Inpres Kimi Nabire dalam pembelajaran matematika. Proses
pembelajaran berlangsung dengan alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja
dan mengalami, bukan bukan menerima transfer pengetahuan dari guru ke siswa.

3. Alternatif dan Prioritas Pemecahan Masalah


Sesuai dengan konteks diatas, siswa harus mengerti apa makna belajar,
apa manfaatnya, dalam status apa mereka, dan bagaimana mencapainya. Siswa
sadar bahwa apa yang mereka pelajari akan berguna bagi kehidupannya. Dengan
demikian mereka akan memposisikan diri sebagai dirinya sendiri yang
membutuhkan suatu bekal bagi masa depannya. Dengan pembelajaran berbasis
kontekstual diharapkan akan mempermudah dalam memahami dan
memperdalam matematika untuk meningkatkan motivasi belajar siswa sehingga
dapat meningkatkan hasil belajar.
Mengacu pada uraian di atas, maka penulis melakukan penelitian
tentang Implementasi Pembelajaran Matematika Berbasis Kontekstual dalam
Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa kelas III SD Negeri Inpres Kimi
Nabire

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada permasalahan di atas, masalah yang dapat dirumuskan
sebagai berikut:
6

1. Apakah penerapan Metode Demonstrasi menggunakan dengan alat peraga


benda konkret di sekitar siswa dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas
III SD Negeri Inpres Kimi pada Mata Pelajaran Matematika tentang Sifat-
Sifat Pecahan ?
2. Apakah penerapan Metode Demonstrasi menggunakan Alat Peraga Benda
Konkret di sekitar siswa dapat meningkatkan aktivitas siswa pada Mata
Pelajaran Matematika tentang Sifat - sidat Pecahan di kelas III SD Negeri
Inpres Kimi ?

C. Tujuan Penelitian Perbaikan Pembelajaran


Tujuan Penulis mengadakan penelitian ini adalah :

1. Meningkatkan hasil belajar siswa dengan menerapkan Metode Demonstrasi


menggunakan Alat Peraga benda konkret di sekitar siswa kelas III SD
Negeri Inpres Kimi pada Mata Pelajaran Matematika tentang Sifat - Sifat
Pecahan
2. Mengetahui peningkatan aktivitas belajar siswa dengan menerapkan Metode
Demonstrasi menggunakan Alat Peraga benda konkret di sekitar siswa Kelas
III SD Negeri Inpres Kimi Mata Pelajaran Matematika tentang Sifat - sifat
Pecahan.

D. Manfaat Penelitian Perbaikan Pembelajaran


Manfaat penelitian, yaitu:
1. Bagi Siswa
Manfaat yang diharapkan dari hasil tindakan perbaikan pembelajaran
yang dilaksanakan dengan berlandaskan kaidah PTK ini adalah:
a. Memotivasi siswa sehingga siswa dapat mencintai belajar dan
mengilangkan kebosanan belajar.
b. Menggali kemampuan siswa secara optimal sehingga dapat merangsang
siswa untuk belajar lebih mandiri dan kreatif.
7

c. Keaktifan siswa dalam pelajaran matematika akan meningkat.

2. Bagi Guru
Dengan berlandaskan kaidah PTK, manfaat yang di harapkan dari
hasil tindakan perbaikan pembelajaran adalah :
a. Menambah pengalaman tentang cara menemukan kelemahan/masalah
dalam pembelajaran melalui refleksi.
b. Sebagai syarat untuk memenuhi salah satu tugas Matakuliah Karya
Ilmiah /PDGK 4560.

3. Bagi Sekolah
Hasil tindakan perbaikan pembelajaran yang dilaksanakan dengan
berlandaskan kaidah PTK ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang
positif terhadap kemajuan sekolah, yang antara lain tercermin pada:
a. Masukan dalam upaya perbaikan pembelajaran sehingga dapat
menunjang tercapainya target kurikulum dan daya serap siswa seperti
yang diharapkan
b. Meningkatnya mutu belajar sekolah.
8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Secara terminologis, pembelajaran yang diidentikkan dengan kata “mengajar”


berasal dari kata dasar “ajar” yang berarti petunjuk yang diberikan kepada orang
supaya diketahui (diturut) ditambah dengan awalan “pe” dan akhiran “an menjadi
“pembelajaran”, yang berarti proses, perbuatan, cara mengajar atau mengajarkan
sehingga anak didik mau belajar (Djamaluddin & Wardana, 2019, hlm. 13). Dengan
demikian, terdapat pula istilah alternatif untuk menyokong makna pembelajaran ini,
yakni “pengajaran”.

Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber
belajar pada suatu lingkungan belajar (Djamaluddin & Wardana, 2019, hlm. 6).
Apabila hakikat dari belajar itu adalah “perubahan” maka hakikat pembelajaran
sendiri dapat dikatakan sebagai “interaksi” yang terjadi. Hal tersebut karena tanpa
adanya interaksi, maka tidak akan ada pembelajaran yang terjadi, seperti bagaimana
tanpa ada “perubahan” maka dapat dikatakan tidak ada proses belajar yang terjadi.

Namun demikian, pembelajaran melibatkan banyak interaksi yang dirancang


sedemikian rupa untuk menghasilkan proses belajar yang baik, maka dapat dikatakan
pula bahwa pembelajaran adalah suatu sistem. Istilah sistem berasal dari bahasa
Yunani “systema” yang berarti sehimpunan bagian atau komponen yang saling
berhubungan secara terartur dan merupakan suatu keseluruhan (Djamaluddin &
Wardana, 2019, hlm. 28).

Oleh karena itu, hakikat pembelajaran juga tidak hanya sekedar interaksi yang
terjadi. Bahkan, menurut Djamaluddin & Wardana (2019, hlm. 13) hakikat
pembelajaran adalah perencanaan atau perancangan (desain) sebagai upaya untuk
9

membelajarkan siswa. Hal tersebut karena dalam pembelajaran, peserta didik tidak
hanya berinteraksi dengan guru sebagai salah satu sumber belajar, tetapi mungkin
berinteraksi dengan keseluruhan sumber belajar yang dipakai untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang diinginkan.

1. Hakikat Belajar
Hakikat belajar adalah perubahan dalam kepribadian yang
dimanifestasikan sebagai pola-pola respons yang baru dalam bentuk
keterampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan, dan kecakapan (Suyono &
Hariyanto, 2017, hlm. 11). Dengan demikian, perubahan merupakan
substansi dari belajar itu sendiri. Tentunya berbagai perubahan yang
dimanifestasikan dalam banyak pola dan respons itu didapatkan dari proses
belajar itu sendiri. Seperti yang diungkapkan oleh Amral,Asmar (2020)
Proses belajar pada hakikatnya juga merupakan kegiatan mental yang tidak
dapat dilihat. Artinya, proses perubahan yang terjadi dalam diri seseorang
yang belajar tidak dapat disaksikan. Manusia hanya mungkin dapat
menyaksikan dari adanya gejala-gejala perubahan perilaku yang tampak.
Pada dasarnya, belajar adalah masalah setiap orang. Dengan belajar maka
pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, nilai, sikap, tingkah laku, dan semua
perbuatan manusia terbentuk, disesuaikan dan dikembangkan .Sementara itu
menurut Djamaluddin & Wardana (2019, hlm. 6) hakikat belajar adalah suatu
proses atau upaya yang dilakukan setiap individu untuk mendapatkan
perubahan tingkah laku, baik dalam bentuk pengetahuan, keterampilan, sikap
dan nilai positif sebagai suatu pengalaman dari berbagai materi yang telah
dipelajari. dapat digariskan dengan jelas bahwa hakikat belajar adalah
perubahan akan kepribadian atau tingkah laku, baik dalam bentuk
keterampilan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pengetahuan, dan nilai positif
lain sebagai akibat dari pengalaman dan proses belajar yang telah dialami.
10

Proses belajar harus diupayakan secara efektif agar terjadi perubahan


tingkahlaku siswa yang disebabkan oleh proses-proses tersebut. Dengan
demikian belajar dikatakan berhasil apabila terjadi perubahan dalam diri
individu. Sebaliknya apabila terjadi perubahan dalam diri individu maka
belajar tidak dikatakan berhasil.

2. Pengertian Mengajar
Mengajar adalah pembelajaran dan pembinaan siswa mengenai
bagaimana belajar, bagaimana berfikir dan bagaimana menyelidiki .
Pengertian mengajar pada prinsipnya membimbing siswa dalam kegiatan
belajar mengajar atau mengandung pengertian bahwa mengajar merupakan
suatu usaha mengorganisasi lingkungan dalam hubungannya dengan anak
didik dan bahan pengajaran yang menimbulkan proses belajar mengajar
(http://contoh-surat.net/pengertian-belajar.html).
Sedangkan Menurut Thoifuri (2008 : 37) mengajar adalah kegiatan
yang dilakukan guru dan anak didik secara bersama-sama untuk memperoleh
pengetahuan melalui proses pembelajaran yang akhirnya membentuk
perilaku atau kepribadian anak.
Menurut Anitah, et.al. (2009 : 5.2) mengajar bukan hanya
menyampaikan bahan pelajaran pada siswa, tetapi merupakan suatu proses
upaya membimbing dan memfasilitasi siswa supaya dapat belajar secara
efektif dan efisien.
Dalam bukunya Belajar dan pembelajaran, Dimyati dan Mudjiono
(2002 : 4-5), dampak kegiatan mengajar adalah hasil yang dapat diukur,
seperti tertuang dalam angka rapor, angka dalam ijazah, atau kemampuan
meloncat setelah latihan. Dampak pengiring lainnya adalah terapan
pengetahuan dan kemampuan di bidang lain, suatu transfer belajar.
11

A. Belajar Matematika
Menurut Muhsetyo (2011 : 1.26), pembelajaran matematika adalah proses
pengalaman belajar kepada peserta didik melalui serangkaian kegiatan yang
terencana sehingga siswa memperoleh kompetensi tentang bahan matematika
yang dipelajari.
Menurut Cahyo (2013 : 239) dalam pembelajaran matematika, guru harus
berperan sebagai pemimpin sekaligus fasilitator belajar, sedangkan siswa
berperan sebagai individu yang belajar. Konsep matematika dapat dipahami
siswa dengan mudah apabila kendala utama yang mengakibatakan anak sulit
memahami dapat dikurangi atau dihilangkan. Pada umumnya anak melakukan
abstraksi berdasasarkan intuisi dan pengalaman kongkrit, sehingga cara
mengajarkan konsep-konsep matematika dapat dilakukan dengan menggunakan
bantuan objek kongkrit. Oleh karena itu, usaha-usaha yang dilakukan guru akan
sangat mempengaruhi keberhasilan proses pembelajaran.
Menurut Hernawan, et.al. (2010 : 8.27) mata pelajaran matematika
berfungsi untuk mengembangkan kemampuan komunikasi dengan menggunakan
bilangan dan symbol-simbol serta ketajaman penalaran yang dapat membantu
memperjelas dan menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari.
Melihat pada bahasna diatas , dalam mengajarkan matematika perlu
adanya benda-benda kongkrit yang merupakan model dari ide-ide matematika,
yang selanjutnya disebut sebagai alat peraga sebagai alat bantu pembelajaran.
Alat bantu pembelajaran ini digunakan dengan tujuan agar anak dapat
mengoptimalkan panca inderanya dalam proses pembelajaran, mereka dapat
melihat, meraba, mendengar, dan merasakan objek yang sedang dipelajari.

B. Hasil Belajar
Hasil Belajar adalah sesuatu yang dicapai atau diperoleh siswa berkat
adanya usaha atau pikiran yang dinyatakan dalam bentuk penguasaan,
pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai aspek kehidupan
sehingga nampak pada diri indivdu penggunaan penilaian terhadap sikap,
12

pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai aspek kehidupan
sehingga nampak pada diri individu perubahan tingkah laku secara kuantitatif .
(http://mtsalhidayahsungkai.blogspot.com/2013/05/pengertian-hasil-belajar-
siswa.html,)
Dimyati dan Mujiono (2002 : 3) hasil belajar merupakan hasil dari suatu
interaksi dari tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak
mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil
belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses belajar.

C. Alat Peraga
Dalam pembelajaran matematika SD,agar bahan pelajaran yang
disampaikan menjadi lebih mudah dipahami siswa, diperlukan alat bantu
pembelajaran yang disebut media/alat peraga.

Salah satu jenis alat peraga adalah benda manipulatif. Benda manipulatif
adalah alat peraga yang dapat membantu siswa untuk memahami konsep
matematika. Kamii mengatakan “Young children need the real thing to be quite
closely inferred from the representation”. Senada dengan Kammi, Hoffman pun
menyatakan bahwa benda manipulatif dirancang untuk membantu siswa berfikir
tentang matematika menjadi lebih nyata.Benda manipulatif adalah alat peraga
yang ideal untuk membantu menyampaikan kepada siswa konsep matematika
yang abstrak dan sarat verbalisme sehingga mudah dipahami.Sebagai contoh,
membandingkan dua pecahan tidak sama seperti 1/3 dan 1/6 Siswa yang hanya
melihat angka, akan mendapat kesulitan dan beranggapan bahwa 1/6 lebih besar
daripada 1/3. Apabila siswa melihat penggunaan model pecahan untuk
menjelaskan setiap pecahan dan mengetahui bahwa 1/3 lebih besar daripada 1/6,
maka siswa akan memulai membangun pemikiran tentang pecahan yang lain.
(https://www.researchgate.net/publication/337315685_Alat_Peraga_untuk_Me
mahami_Konsep_Pecahan )
13

Alat peraga adalah alat (benda) yang digunakan untuk menyampaikan


pengetahuan, fakta, konsep, prinsip kepada siswa agar lebih nyata atau konkrit.
Pengertian alat peraga adalah suatu alat yang dapat diserap oleh mata dan
telinga dengan tujuan membantu guru agar proses belajar mengajar siswa lebih
efektif dan efisien (http://www.sarjanaku. com/2011/03/pengertian-alat-
peraga.html). sedangkan Menurut Muhsetyo (2011 : 1.26), alat peraga adalah
alat bantu pembelajaran yang secara sengaja dan terencana disiapkan atau
disediakan guru untuk mempresentasikan dan/atau menjelaskan bahan pelajaran,
serta digunakan siswa untuk dapat terlebat langsung dengan pembelajaran
matematika.

1. Kelebihan Penggunaan Alat Peraga


Menurut Anitah, et.al. (2009 : 6.6) kelebihan penggunaan media
pembelajaran sebagai alat peraga adalah dapat merangsang timbulnya proses
atau dialog mental pada diri siswa. Dengan perkataan lain, terjadi komunikasi
antara siswa dengan alat peraga atau secara tidak langsung tentunya antara
siswa dengan penyalur pesan (guru). Hal-hal lainnya kelebihan penggunaan
alat peraga dalam kegiatan pembelajaran, antara lain :
a. Memunculkan minat belajar siswa sebab pelajaran menjadi lebih
menarik
b. Memperjelas makna pelajaran sehingga siswa lebih mudah
memahaminya
c. Metode mengajar akan lebih bervariasi sehingga siswa tidak akan mudah
bosan 
d. Membuat lebih aktif melakukan kegiatan belajar seperti :mengamati,
melakukan dan mendemonstrasikan dan sebagainya.
2. Kekurangan Alat Peraga
a. Mengajar dengan memakai alat peraga lebih banyak menuntut guru.
b. Banyak waktu yang diperlukan untuk persiapan 
c. Perlu kesediaan berkorban secara materiil
14

D. Metode Demonstrasi

1. Pengertian Metode Demonstrasi


Secara umum, metode demonstrasi adalah suatu metode pembelajaran
yang menggunakan bantuan alat peraga serta peragaan untuk menjelaskan

materi ajar. Metode demonstrasi merupakan metode mengajar yang


menyajikan bahan pelajarannya dengan mempertunjukan secara langsung
objeknya atau caranya melakukan sesuatu untuk mempertunjukan proses
tertentu.
Nana Sudjana (2010:83) mengemukakan metode demonstrasi adalah
suatu metode mengajar memperlihatkan bagaimana jalannya suatu proses
terjadinya sesuatu. Oleh karena itu Metode Demonstrasi merupakan metode
mengajar yang sangat efektif, sebab membantu para peserta didik untuk
mencari jawaban dan usaha sendiri berdasarkan fakta yang dilihat. Metode
demonsrtrasi dapat digunakan dalam penyampaian bahan pelajaran Fiqih,
misalnya pada materi Salat ‘Id. Menurut Syaiful Sagala (2011:210)metode
demonstrasi adalah pertunjukan tentang suatu proses ataubenda sampai pada
penampilan tingkah laku yang dicontohkan agar dapat diketahui dan
dipahami oleh peserta didik secara nyata, atau tiruan peragaan suatu proses
dapat dilakukan oleh guru sendiri atau dibantu beberapa peserta didik, dapat
pula dilakukan olehsekelompok peserta didik.MuhibbinSyah(2000).Metode
demonstrasi adalah metode yang digunakan untuk memperlihatkan sesuatu
proses atau cara kerja suatu benda yang berkenaan dengan bahan
pelajaran.Menurut Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain (2010:91),
metode demonstrasi mempunyai kelebihan dan kekurangan, sebagai berikut:
 Kelebihan Metode Demonstrasi
1) Dapat membuat pengajaran menjadi lebih jelas dan lebih
konkrit, sehingga menghindari verbalisme.
15

2) Siswa lebih mudah memahami apa yang dipelajari.


3) Proses pengajaran lebih menarik.
4) Siswa dirangsang untuk aktif mengamati, menyesuaikan
antara teori dengan kenyataan, dan mencobanya
melakukannya sendiri.
 Kekurangan Metode Demonstrasi
1) Metode ini memerlukan keterampilan guru secara khusus, karena
tanpa ditunjang dengan hal itu, pelaksanaan demonstrasi akan
tidak efektif.
2) Fasilitas seperti peralatan, tempat, dan biaya yang memadai tidak
selalu tersedia dengan baik.
3) Demonstrasi memerlukan kesiapan dan perencanaan yang matang
di samping memerlukan waktu yang cukup panjang, yang
mungkin terpaksa mengambil waktu atau jam pelajaran lain.

2. Langkah-Langkah Pelaksanaan Metode Demonstrasi dalam


Pembelajaran
Menurut Daryanto (2013 : 15) Prosedur metode demonstrasi yang harus
dilakukan dalam pembelajaran adalah: 
a. Perencanaan dan Persiapan
Berikut ini faktor yang perlu diperhatikan :
1) Yakin bahwa semua keterampilan/kemampuan yang diisyaratkan
sudah dimiliki peserta.
2) Yakin bahwa lembar demonstrasi yang dibagikan sesuai dengan
demonstrasi yang akan disampaikan.
3) Mengatur lingkungan jumlah peserta dan memperhatikan
keselamatan kerja.
4) Mempersiapakn alat dan bahan dengan kondisi baik dan siap pakai.
5) Mempersiapkan diri dengan kondisi baik.
6) Mencoba demonstrasi terlebih dahulu.
16

b. Pelaksanaan Demonstrasi
Langkah-langkah demonstrasi sebagai berikut :
1) Membagi dan menjelaskan lembar kegiatan demonstrasi.
2) Memberikan gambaran tentang seluruh kegiatan demonstrasi dan
menunjukkan hasil akhirnya.
3) Menghubungkan kegiatan demonstrasi dengan keterampilan yang
dimiliki peserta dan keterampilan yang akan disampaikan.
4) Mendemonstrasikan langkah-langkah secara perlahan dan
memberikan waktu yang cukup pada peserta untuk mengamatinya.
5) Menentukan hal-hal yang penting dan kritis atau hal yang terkait
dengan keselamatan kerja.
c. Tindak lanjut
1) Bersama peserta didik menguasai pelaksanaan dan hasil peserta didik.
2) Mengulangi semua langkah demonstrasi jika perlu.
3) Memberi tugas pada peserta (membuat laporan dan lain-lain).
17

BAB III
PERBAIKAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

A. Subjek, Tempat, Waktu Penelitian, Pihak yang Membantu

1. Subjek Penelitian
Subyek penelitian adalah siswa-siswi Kelas III (tiga) dengan jumlah siswa
30 Siswa ( Laki-laki =17, Perempuan = 13) Tahun Pelajaran 2022/2023.

2. Tempat Penelitian
Tempat penelitian adalah tempat yang digunakan dalam melakukan
penelitian untuk memperoleh data yang diinginkan. Penelitian ini bertempat
di SD Negeri Inpres Kimi Nabire

3. Waktu Penelitian
Waktu penelitian adalah waktu berlangsungnya penelitian atau saat penelitian
ini dilangsungkan. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 6 April 2023, 13
April 2023 dan 27 April 2023. semester Genap tahun pelajaran 2022/2023
Tabel. 3.1 Jadwal Pelaksanaan Penelitian
Hari/Tanggal Tindakan Waktu Pokok Bahasan

Kamis, 6 April 2023 Pra 2x35 Sifat - sifat pecahan


Siklus menit
Kamis,13 April 2023 Siklus I 2x35 Sifat - sifat pecahan
menit
Kamis, 27 April 2023 Siklus II 2x35 Sifat - sifat pecahan
menit
18

4. Pihak yang Membantu


Setiap siklus meliputi planning (rencana), action (tindakan),
observation (pengamatan), dan reflection (refleksi), dan dibantu oleh
supervisor 2 untuk mengamati proses pembelajaran yang dilakukan dengan
menggunakan lembar pengamatan dan supervisor 1 yang bertugas
membimbing pelaksanaan PKP mahasiswa di kelas bimbingan PKP, serta
kepala SD Negeri Inpres Kimi

B. Desain Prosedur Pebaikan Pembelajaran


Adapun prosedur pelaksanaan dalam penelitian ini peneliti deskripsikan
sebagai berikut:

1. Pra Siklus
a. Perencanaan
Peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana
pelajaran.
b. Pelaksanaan
1) Mendiskusikan materi pelajaran
2) Membimbing peserta didik.
c. Observasi
Pengamatan dilakukan terhadap aktifitas guru dan siswa dalam
pembelajaran.
d. Refleksi
Hasil evaluasi setelah pembelajaran pra siklus

2. Siklus I
a. Perencanaan
19

Adapun kegiatan yang diambil dalam tindakan pendahuluan


meliputi langkah-langkah sebagai berikut :
1) Observasi tentang kondisi siswa saat pelajaran berlangsung untuk
mengetahui kelemahan metode sebelum perbaikan.
2) Konsultasi dengan supervisor 2 tentang hasil observasi untuk
dijadikan dasar untuk merencanakan perbaikan
berdasarkan pada tindakan pendahuluan yang dilakukan peneliti
terhadap aktifitas siswa sebelum tindakan yang dilakukan, yang dapat
dijadikan sebagai tolak ukur untuk mengatasi persoalan dengan
menggunakan metode demonstrasi dengan menggunakan alat peraga
pisang dan kue bolu

b. Pelaksanaan
Kegiatan yang dilaksanakan pada tahap ini adalah melaksanakan
proses pembelajaran yang mengacu pada persiapan yang sudah disiapkan
dalam perencanaan adpun pelaksanaan kegiatan sebagai berikut :
1) Membagi dan menjelaskan lembar kegiatan demonstrasi.
2) Memberikan gambaran tentang seluruh kegiatan demonstrasi dan
menunjukkan hasil akhirnya.
3) Menghubungkan kegiatan demonstrasi dengan keterampilan yang
dimiliki peserta dan keterampilan yang akan disampaikan.
4) Mendemonstrasikan langkah-langkah secara perlahan dan
memberikan waktu yang cukup pada peserta untuk mengamatinya.
5) Menentukan hal-hal yang penting dan kritis atau hal yang terkait
dengan keselamatan kerja.

c. Observasi
Kegiatan observasi dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan
tindakan yang dibantu oleh supervisor 2, kegiatan observator merupakan
upaya untuk merekam segala aktifitas yang terjadi dalam proses belajar
20

mengajar berlangsung juga mengamati perilaku guru mengajar metode


demonstrasi dengan menggunakan alat peraga buah pisang dan kue bolu,
yang nantinya akan diarahkan sebagai bahan refleksi dan perbaikan
tindakan selanjutnya.

d. Refleksi
Pengkajian data pada tahap refleksi melibatkan observer sehingga
diharapkan evaluasi dan refleksi akan lebih efektif, hasil dan refleksi ini
digunakan sebagai diskusi balikan untuk merencanakan dan mengadakan
perbaikan pada pelaksanaan tindakan berikutnya.
Berdasarkan hasil tindakan yang disertai observasi dan refleksi
dapat diketahui kelemahan dan kekurangan kegiatan pembelajaran yang
dapat digunakan untuk menentukan tindakan perbaikan pada siklus II.

3. Siklus II
a. Perencanaan
Adapun kegiatan yang diambil dalam tindakan pendahuluan
meliputi langkah-langkah sebagai berikut :
1) Observasi tentang kondisi siswa saat pelajaran berlangsung untuk
mengetahui kelemahan metode sebelum perbaikan.
2) Konsultasi dengan supervisor 2 tentang hasil observasi untuk
dijadikan dasar untuk merencanakan perbaikan
berdasarkan pada tindakan pendahuluan yang dilakukan peneliti
terhadap aktifitas siswa sebelum tindakan yang dilakukan, maka dapat
dijadikan sebagai tolak ukur untuk mengatasi persoalan dengan
menggunakan metode demonstrasi dengan menggunakan alat peraga
buah pisang dan kue bolu

b. Pelaksanaan
21

Kegiatan yang dilaksanakan pada tahap ini adalah melaksanakan


proses pembelajaran yang mengacu pada persiapan yang sudah disiapkan
dalam perencanaan. Pelaksanaan kegiatan sebagai berikut :
1) Membagi dan menjelaskan lembar kegiatan demonstrasi.
2) Memberikan gambaran tentang seluruh kegiatan demonstrasi dan
menunjukkan hasil akhirnya.
3) Menghubungkan kegiatan demonstrasi dengan keterampilan yang
dimiliki peserta dan keterampilan yang akan disampaikan.
4) Mendemonstrasikan langkah-langkah secara perlahan dan
memberikan waktu yang cukup pada peserta untuk mengamatinya.
5) Menentukan hal-hal yang penting dan kritis atau hal yang terkait
dengan keselamatan kerja.

c. Observasi
Kegiatan observasi dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan
tindakan yang dibantu oleh supervisor 2, kegiatan observator merupakan
upaya untuk merekam segala aktifitas yang terjadi dalam proses belajar
mengajar berlangsung juga mengamati prilaku guru mengajar metode
demonstrasi dengan menggunakan alat peraga buah pisang dan kue bolu,
yang nantinya akan diarahkan sebagai bahan refleksi dan perbaikan
tindakan selanjutnya.

d. Refleksi
Bersama observasi melakukan kajian setelah melaksanakan
perbaikan maka penguasaan hasil belajar dari daya serap secara klasikal,
hasil belajar siswa selama pembelajaran berlangsung, sehingga peneliti
mengetahui berhasil atau tidaknya proses perbaikan pembelajaran yang di
laksanakan dan diyatakan pembelajaran berhasil.
22

C. Teknik Analisis Data

1. Prinsip Pengumpulan Data


Dalam penelitian tindakan kelas ini dikumpulkan dua jenis data, yitu
data kuantitatif dan data kualitatif. Menurut Kunandar (2008 : 123) data
kuantitatif dapat dianalisis dengan deskriptif persentase, sedangkan data
kualitatif dapat dianalisis secara kualitatif.
a. Data Kuantitatif adalah angka hasil belajar siswa.
b. Data Kualitatif yaitu data yang berupa informasi berbentuk kalimat yang
menggambarkan ekspresi siswa tentang tingkat pemahamannya,
antusiasnya, kepercayaan diri, dan motivasinya.
2. Teknik Pengumpulan Data Penelitian Tindakan Kelas
a. Tes, dipergunakan untuk mendapatkan data hasil belajar siswa.
b. Observasi, dipergunakan untuk mengumpulkan data tentang aktivitas
siswa dalam PBM dan implementasi pembelajaran dengan menerapkan
metode demonstrasi menggunakan alat peraga garis bilangan mistar.
c. Diskusi antara guru, supervisor 2, dan kolaborator untuk refleksi hasil
siklus Penelitian tindakan kelas.
3. Alat Pengumpulan Data Penelitian Tindakan Kelas
a. Tes, menggunakan butir soal/instrument soal untuk mengukur hasil
belajar siswa.
b. Observasi, menggunakan lembar observasi untuk mengukur tingkat
aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar matematika.
c. Diskusi, menggunakan lembar hasil pengamatan.
23

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran

Berdasarkan hasil kegiatan perbaikan pembelajaran di uraikan dalam tiga


tahapan yang berupa siklus - siklus pembelajaran yang di lakukan dalam proses
belajar mengajar di kelas. Hasilnya dalam pemaparan berikut :
1. Pra Siklus
Pra siklus atau masa sebelum melakukan perbaikan ada 4 tahap yang di mulai
dengan pengamatan kondisi awal siswa, perencanaan perbaikan, persiapan alat dan
bahan, evaluasi dan refleksi.
Berikut hasil pengamatan nilai matematika siswa sebelum adannya perbaikan :
Tabel 1.1 hasil evaluasi siswa pra perbaikan
Jumlah
Jumlah
No Nilai siswa x Presentase Ket
Siswa
nilai
1. 7 5 35 16,67%
2. 6 6 36 20%
3. 5 16 80 53,33%
4. 4 3 12 10%
Jumlah 30 163

2. Siklus I (Pertama)
Siklus pertama terdiri dari empat tahap, yakni perencanaan, pelaksanaan,
observasi dan refleksi, seperti berikut ini.
24

a. Perencanaan
1) Melkukan observasi mengenai kondisi siswa saat pelajaran berlangsung
untuk mengetahui kelemahan metode sebelum perbaikan.
2) Melakukan konsultasi dengan supervisor 2 tentang hasil observasi untuk
dijadikan dasar untuk merencanakan perbaikan. Berdasarkan pada
tindakan pendahuluan yang dilakukan peneliti terhadap aktifitas siswa
sebelum tindakan yang dilakukan, maka dapat dijadikan sebagai tolak
ukur untuk mengatasi persoalan dengan menggunakan metode
demonstrasi dengan menggunakan alat peraga buah pisang dan kue bolu.

b. Pelaksanaan
Pada saat awal siklus pertama pelaksanaan belum sesuai dengan rencana. Hal
ini disebabkan :
1) Beberapa siswa belum terbias dengan penggunaan metode pmbelajaran
seperti ini, siswa merasa canggung ketika di beri kesempatan untuk
mengemukakan pemikirannya terhadap penjelasan guru dengan
menggunakan alat peraga yang di gunakan.
Untuk mengatasi masalah diatas dilakukan upaya sebagai berikut.
1) Guru dengan intensif memberi pengertian kepada siswa kondisi dalam
melaksanakan penerapan metode demonstrasi, dan cara penggunakan alat
peraga buah pisang dan kue bolu
2) Guru membantu siswa yang belum memahami langkah-langkah
pembelajaran dengan menerapkan metode demonstrasi.
Pada akhir siklus pertama dari hasil pengamatan guru dan kolaborasi
dengan supervisor 2 dapat disimpulkan :
1) Siswa mulai terbiasa dengan kondisi belajar dengan menggunakan alat
peraga yang didemonstrasikan.
2) Siswa mampu menyimpulkan bahwa pembelajaran dengan menerapkan
metode demonstrasi menggunakan alat peraga kue bolu dan buah pisnag
25

mewakili semua bentuk benda di dekitar siswa dalam menyajikan konsep


pecahan sebagai bagian dari sesuatu yang utuh.
c. Observasi dan Evaluasi
1) Hasil Evaluasi siklus I dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 2.1 . Hasil Evaluasi mata pelajaran Matematika Siklus I
Jumlah
Jumlah
No Nilai siswa x Presentase Ket
Siswa
nilai
1. 8 2 16 6,7%
2. 7 6 42 20%
3. 6 7 42 23.3%
4. 5 14 70 46,7%
5. 4 1 1 3,3%
Jumlah 30 171

Dari hasil evaluasi Siklus I pada tabel 1.2 diatas dan di bandingkan dengan hasil
evaluasi siswa pra perbaikan pada tabel 1,1 dan di temukan adanya peningkatan hasil
belajar siswa. Dengan standar ketuntasan ( KKM) 6 dapat di ketahui jumlah siswa
yang sebelumnya belum tuntas sebanyak 19 siswa setelah mengikuti perbaikan siklus
I sudah berkurang menjadi 15 siswa.

d. Refleksi dan perencanaan Ulang


Adapun keberhasilan dan kegagalan yang terjadi pada siklus pertama
adalah sebagai berikut.
1) Guru belum terbiasa menciptakan suasana pembelajaran yang mengarah
kepada pembelajaran kepada penerapan metode demonstrasi
menggunakan alat peraga benda konkret yang ada di sekitar ( buah pisang
dan kue bolu)
26

2) Sebagian siswa belum terbiasa dengan kondisi belajar dengan


menerapkan metode demonstrasi menggunakan alat peraga.

Untuk memperbaiki kelemahan dan mempertahankan keberhasilan yang


ada maka pada pelaksanaan siklus kedua dapat dibuat perencanaan sebagai
berikut.
a. Memberikan motivasi kepada siswa agar lebih aktif lagi dalam pembelajaran.
b. Lebih intensif membimbing siswa yang mengalami kesulitan.
c. Memberi pengakuan atau penghargaan (reward).

1. Siklus II (kedua)
Seperti pada siklus pertama, siklus kedua ini terdiri dari empat tahap,
yakni perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi, seperti berikut ini.
a. Perencanaan
1) Observasi tentang kondisi siswa saat pelajaran berlangsung untuk
mengetahui kelemahan metode sebelum perbaikan, dengan memberikan
motivasi kepada siswa agar lebih aktif lagi dalam pembelajaran.
2) Lebih intensif membimbing siswa yang mengalami kesulitan.
3) Memberi reward unutk lebih memotivasi siswa
4) Konsultasi dengan supervisor 2 tentang hasil observasi untuk dijadikan
dasar untuk merencanakan perbaikan.
b. Pelaksanaan
1) Suasana pembelajaran sudah terbiasa dengan kondisi belajar dengan cara
penyajian informasi dalam kegiatan belajar mengajar.
2) Sebagian siswa termotivasi terhadap pembelajaran dengan menerapkan
metode demonstrasi.
3) Suasana pembelajaran yang efektif dan menyenangkan sudah mulai
tercipta.
c. Observasi dan Evaluasi
27

1) Hasil Evaluasi siklus II dapat dilihat pada tabel berikut ini.


I dan siklus II, dapat digambarkan pada grafik 3.1 berikut.

Jumlah
Jumlah
No Nilai siswa x Presentase Ket
Siswa
nilai
1. 9 3 27 10%
2. 8 4 32 13,33%
3. 7 17 119 56,67%
4. 6 6 36 20%
Jumlah 30 214

Dari data tabel 3.1 diatas dapat di nyatakan bahwa presentase siswa yang
mencapai standar ketuntasan ( skor 6 ) sudah mencapai 100 %. dan dapat di katakan
bahwa upaya perbaikan pembelajaran siklus I dan siklus II berhasil

d. Refleksi
Keberhasilan yang di capai dalam upaya perbaikan pembelajaran melalui siklus I
dan Siklus II berjalan dengan baik, dan menunjukan hasil yang baik. Peran guru
dalam membuat suasana kelas yang nyaman dan memotivasi siswa serta
merangsang siswa untuk berpikir kreatif merupakan kunci - kunci keberhasilan
dalam upaya perbaikan ini.
28

B. Pembahasan Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran


Tabel hasil evaluasi mata pelajaran matematika siswa kelas III SD Negeri Inpres Kimi :

Nilai
No Nama Siswa L/P
Pra Siklus Siklus I Siklus II
1. Agu Linda P 5 6 7
2. Aisyah Nur P 7 8 9
3. Ani Aksamina P 5 5 7
4. Bastian L 5 5 6
5. Benito L 5 5 6
6. Cornelia P 6 6 7
7. Dessy Syane P 5 6 7
8. Debi Wihiawari P 5 5 6
9. Ferri Frans Lawari L 6 6 7
10. Gidion Lawari L 5 5 6
11. Imanuel L 4 5 7
12. Iriansyah L 4 5 6
13. Janwar Boro Solong L 7 8 9
14. Kristina Gainau P 7 7 9
15. M Akbar Hamka L 7 7 8
16. Meisya Yemima P 6 6 7
17. Maried Mandibo L 5 5 7
18. Oktovianus G L 5 5 7
19. Rahmawati P 6 7 8
20. Rina Amelia p 5 5 7
29

21. Rendi Wonda L 4 5 7


22. Tindius Wonda L 5 4 6
23. Villian Kendi L 5 6 7
24. Yahya Mandabayan L 6 7 8
25. Yuliana Maura Puap P 5 5 7
26. Yuliana Keren P 7 7 8
27. Zhidan Abizar L 5 5 7
28. Aditya Alif L 6 7 8
29. Alfaro Samsanoi L 5 5 7
30 Vanesa Sullo P 5 6 7
Rata - rata 5,43 5,80 7,13

Berdasarkan pada tabel hasil penilaian diatas , dapat di bandingkan hasil perolehan
sebelum perbaikan sampai pada perbaikan siklus II. Terjadi peningkatan yang cukup
bagus, dapat di amati dari siswa yang mendapat nilai di atas 6 semakin bertambah
dan nilai rata - rata kelas semakin meningkat

Berdasarkan tabel hasil evaluasi diatas ( tabel 1.1, 2.1, dan 3.1) dapat di rangkum ketiga
tabel hasil belajar siswa seperti di bawah ini :
SIKLUS PEMBELAJARAN
N
YANG DI BANDINGKAN
O
PRA SIKLUS SIKLUS I SIKLUS II
1. Jumlah Siswa 30 30 30
2. Jumlah Nilai 163 171 214
3. Nilai Rata - Rata 5,43 5,8 7,13
Jumlah siswa 11 15 30
4. Nilai Diatas 60
% ( 36,67%) (50%) (100%)

5. Nilai Dibawah 60 Jumlah Siswa 19 15 -


30

% (63,335) (50%) -

6. Nilai Tertinggi 7 8 9

7. Nilai Terendah 4 4 6

Berdasarkan hasil peneilitian ini menunjukkan bahwa metode demonstrasi


menggunakan alat peraga buah pisang dan kue bolu ( benda konkret dalam
kehidupan sehari hari ) meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat
dari semakin tingginya pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan
guru, ketuntasan belajar meningkat dari, masing-masing siklus I (36,67%
%),Siklus II (50%%), dan siklus III (100%).
31

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN TINDAKLANJUT

A. Kesimpulan

Dari Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas dapat disimpulkan sebagai


berikut.
a. Penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran menunjukkan peningkatan.
Hal ini dapat ditunjukkan dengan hasil evaluasi belajar berupa ketuntasan
belajar meningkat dari, masing-masing siklus I (53,85%),Siklus II (65,38%),
dan siklus III (100%) setelah menggunakan metode demonstrasi alat peraga
buah pisang dan kue bolu ( benda konkrit di sekitar)
b. Peningkatan hasil belajar berupa nilai rata-rata mengalami peningkatan mulai
dari siklus I ( 5,43 ),Siklus II (5,8), dan siklus III (7,13).
c. Perbaikan pembelajaran dapat meningkatkan penguasaan siswa terhadap
materi pembelajaran
d. Dengan membuat perencanaan pembelajaran yang baik, persiapan media
yang di gunakan, penguasaan materi dari guru sangat menunjang pelaksanaan
kegiatan pembelajaran.
e. Penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran dapat tercapai secara baik
setelah melakukan dua kali siklus perbaikan pembelajaran.

B. Saran Tindak Lanjut


32

1. Dalam kegiatan belajar mengajar matematika degan topik sifat - sifat pecahan
guru diharapkan menggunakan metode demonstrasi dengan menggunakan
alat peraga benda konkret di sekitar siswa ( pisang, kue, coklat dll) untuk
meningkatkan hasil belajar siswa dan aktivitas siswa.
2. Karena kegiatan ini sangat bermanfaat khususbya bagi siswa dan guru, maka
diharapkan kegiatan ini dapat dilakukan secara berkesinambungan dalam
pelajaran matematika maupun pelajaran lain.
33

DAFTAR PUSTAKA
Dr. Ahdar Djamaluddin S.Ag. S.Sos. M.Pd.I dan Dr. Wardana M.Pd.I (2019).
Belajar dan Pembelajaran. Parepare Sulawesi Selatan : CV. KAAFFAH
LEARNING CENTER

Suyono dan Hariyanto. (2014). Belajar dan Pembelajaran Teori dan Konsep Dasar.
Bandung : PT. Remaja Rosdakarya

Amral S.Pd. M.Pd dan Asmar S.Pd. M.Pd.. (2020) Hakikat Belajar dan
Pembelajaran.. Guepedia

Purwanto. (2014) Evaluasi Hasil belajar. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Anitah, W. Sri., et.al. (2009). Strategi Pembelajaran di SD. Jakarta:


Universitas Terbuka

Cahyo, Agus N. (2013). Panduan Aplikasi Teori-Teori Belajar Mengajar.


Jogjakarta: DIVA Press

Daryanto. (2013). Strategi dan Tahapan Mengajar; Bekal Keterampilan Dasar bagi
Guru. Bandung: Yrama Widya

Dimyati dan Mujiono. (2002). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Rineka Cipta

Hernawan, Asep Herry., et.al.( 2010). Pengembangan Kurikulum dan Pengajaran.


Jakarta: Universitas Terbuka

Kunandar. (2009). Penelitian Tindakan Kelas; Sebagai Pengembangan Profesi


Guru. Jakarta: Rajawali Press.

Muhsetyo, Gatot., et.al. (2011). Pembelajaran Matematika di SD. Jakarta:


Universitas Terbuka
34

Rostiyah, NK. (2008). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Soemanto, Wasty.( 2006). Psikologi Pendidikan; Landasan Kerja Kepemimpinan


Pendidikan. Jakarta: PT. Rineka Cipta

Thoifuri. (2008). Menjadi Guru Inisiator. Semarang : RaSAIL Media Group

http://contoh-surat.net/pengertian-belajar.html, diakses 26/10/2013


http://mtsalhidayahsungkai.blogspot.com/2013/05/pengertian-hasil-belajar-
siswa.html, diakses 26/10/2013
http://the-math-lovers-community.blogspot.com/2011/02/alat-peraga-dan-
sarana.html , diakses 26/10/2013
http://www.sarjanaku.com/2011/03/pengertian-alat-peraga.html, diakses
26/10/2013 , diakses 26/10/2013

Anda mungkin juga menyukai