Anda di halaman 1dari 9

TUGAS RESUME

MODUL 4. PENDIDIKAN ANAK TUNANETRA

MATA KULIAH: PENGANTAR ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

OLEH :
KELOMPOK 3
1. TAUFIK KURNIAWAN (858907568)

2. MOCH. LUKMANUL HAKIM (858907464)

3. IKA RESTU MARGARATNA (858907432)


4. VIQI NURVITA ANGGRAINI (858907457)
MATA KULIAH : PENGANTAR PENDIDIKAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

SEMESTER : II ( DUA )

POKJAR : KALISAT

OLEH KELOMPOK 3: 1. TAUFIK KURNIAWAN (858907568)

2. MOCH. LUKMANUL HAKIM (858907464)

5. IKA RESTU MARGARATNA (858907432)


6. VIQI NURVITA ANGGRAINI (858907457)

TUGAS RESUME MODUL 4

( PENDIDIKAN ANAK TUNANETRA)

KEGIATAN BELAJAR 1

Definisi, Klasifikasi,Penyebab, dan Cara Pencegahan Terjadinya Ketunanetraan

A. Definisi dan klasifikasi Tunanetra


Tunanetra adalah mereka yang tidak memiliki penglihatan sama sekali ( buta total )
hingga mereka yang masih memiliki sisa penglihatan, tetapi tidak mampu menggunakan
penglihatannya untuk membaca tulisan biasa berukuan 12 poin dalam keaadaan cahaya
normal meskipun dibantu dengan kaca mata ( kurang awas ).Orang tunanetra yang masih
memiliki sisa penglihatan yang fungsional kita sebut sebagai orang “ orang awas” atau lebih
dikenal dengan sebutan “ Low Vision “.
Terdapat sejenis consensus internasional untuk menggunakan dua jenis definisi
sehubungan dengan kehilangan penglihatan yakni :
1. Definisi legal ( definisi berdasarkan peraturan perundang – undangan )
2. Definisi edukasional ( definisi untuk tujuan pendidikan )
1. Definisi legal
Ada dua aspek yang diukur yaitu:
a. Ketajaman penglihatan ( visual acuity)
b. Medan pandang (visual field)
Cara yang paling umum untuk mengukur ketajaman penglihatan adalah dengan
menggunakan Snellen Chart yang terdiri dari huruf – huruf atau angka – angka atau gambar
– gambar yang disusun berbaris berdasarkan ukuran besarnya.Sedangkan medan pandang
( visual field) adalah luasnya wilayah yang dapat dilihat orang tanpa menggerakkan
matanya.
2. Definisi edukasional/Fungsional
Definisi edukasional mengenai ketunanetraan lebih dapat memenuhi persyaratan tersebut
daripada definisi legal,oleh karenanya dapat menunjukkan :
a. Metode membaca dan metode pembelajaran membaca yang mana yag sebaiknya
dipergunakan
b. Alat bantu serta bahan ajar yang sebaiknya dipergunakan
c. Kebutuhan yang berkaitan dengan orientasi dan mobilitas
Secara edukasional, seseorang dikatakan tunanetra apabila untuk kegiatan
pembelajarannya memerlukan alat bantu khusus,metode khusus atau teknik – teknik
tertentu sehingga dia dapat belajar tanpa penglihatan atau dengan penglihatan yang
terbatas.Berdasarkan cara pembelajarannya, ketunanetraan dapat dibagi ke dalam dua
kelompok, yaitu buta ( blind) atau tunanetra berat dan kurang awas ( low vision ) atau
tunanetra ringan.

B. Penyebab Terjadinya Ketunanetraan


Sebab – sebab ketunanetraan bervariasi, dan selalu berubah – ubah. Sebab ketunanetraan
bersifat genetic dan berkaitan dengan lingkungan.Beberapa kondisi umum yang dapat
menyebabkan ketunanetraan, yang diurut secara alfabetis:
1. Albinisme
2. Amblyopia
3. Buta warna
4. Cedera ( trauma) dan radiasi
5. Defiensi Vitamin a – Xerophthalmia
6. Glaukoma
7. Katarak
8. Kelainan mata bawaan
9. Myopia ( penglihatan dekat)
10. Nistagmus
11. Ophthalmia Neonatorum
12. Penyakit kornea dan Pencangkokan Kornea
13. Retinitis pigmentosa ( RP)
14. Retinopati Diabetika
15. Retinopathy of prematurity
16. Sobeknya dan lepasnya retina
17. Strabismus
18. Trakhoma
19. Tumor
20. Uveitis
C. Pencegahan Terjadinya Ketunanetraan
Strategi untuk mencegah ketunanetraan pada anak dikembangkan atas tiga tingkatan
yaitu:
a. Pencegahan primer ( pencegahan berjangkitnya penyakit )
b. Pencegahan sekunder ( pencegahan timbulnya komplikasi yang mengancam
penglihatan serat kehilangan penglihatan bila penyakit telah berjangkit )
c. Pencegahan tersier ( minimalisasi ketunanetraan yang diakibatkan oleh penyakit atau
cedera yang telah dialami
Strategi lainnya dikenal dengan “ perang modern “ untuk melawan faktor penyebab
ketunanetraan yaitu :
a. Prophylaxis
b. Imunisasi
c. Perawatan kehamilan yang tepat
d. Perawatan neonatal
e. Perbaikan gizi
f. Pendidikan
g. Penyuluhan genetika
h. Perundang – undangan
i. Deteksi dan intervensi dini
j. Meningkatkan hygiene dan perawatan kesehatan

KEGIATAN BELAJAR 2

Dampak Ketunanetraan terhadap Kehidupan Seorang Individu

Terdapat dua mispersepsi yang bertentangan dikalangan masyarakat tentang tentang orang yang
kehilangan penglihatan.

1. Banyak orang percaya bahwa bila orang kehilangan penglihatan maka hilang pula semua
persepsinya.
2. Mispersepsi bahwa secara otomatis orang tunanetra akan mengembangkan indra ke enam
untuk menggantikan fungsi indra penglihatan.
A. Proses Pengindraan

Organ – organ pengindraan berfungsi memperoleh informasi dari lingkungan dan


mengirimkannya keotak untuk diproses,disimpan dan ditindaklanjuti.Informasi visual
seperti warna dan citra bentuk diperoleh melalui mata.informasi auditer berupa bunyi atau
suara yang diperoleh melalui telinga.Informasi tactual seperti halus/kasar diperoleh melalui
permukaan kulit yang menutupi seluruh tubuh.Kulit ujung jari merupakan akses informasi
tactual yang paling peka yang disebut indra perabaan.dua organ lainnya yang termasuk
pancaindra adalah hidung untuk pengindraan informasi bau/aroma, dan lidah untuk
pengindraan informasi rasa( manis,asin,dll)

B. Latihan Keterampilan Pengindraan


1. Indra Pendengaran
2. Indra Perabaan
3. Indra Penciuman
4. Sisa Indra Penglihatan

C. Visualisasi,Ingatan Kinestetik, dan Persepsi Obyek


1. Visualisasi
Tunanetra untuk mendapatkan kenyamanan didalam lingkungannya dan membantunya
bergerak secara mandiriadal dengan menggunakan ingatan visual ( visual memory) atau
visualisasoi ( jnuga disebut peta mental ).

2. Ingatan Kinestik
Ingatan tentang kesadaran gerak otot yang dihasilkan oleh interaksi antara indra
perabaan ( tactile), propriosepsi dan keseimbangan yang dikontrol oleh system vestibular,
yang berpuasat dibagian atas dari telinga bagian dalam.
3. Persepsi oyek ( Object Perception)
Suatu kemampuan yang memungkinkan individu tunanetra menyadari bahwa suatu
benda hadir disampingnya atau dihadapannya meskipun dia tidak memiliki penglihatan
sama sekali dan tidak menyentuh benda itu.

D. Bagaimana Cara Membantu Seorang Tunanetra


1. Cara Menuntun Orang Tunanetra
a. Kontak pertama
b. Cara memegang
c. Posisi pegangan
d. Jalan sempit
e. Membuka/menutup pintu
f. Melewati tangga
g. Melangkah lubang
h. Duduk dikursi
i. Naik kedalam mobil
2. Cara Mengorientasikan

KEGIATAN BELAJAR 3

Pendidikan Bagi Siswa Tunanetra di Sekolah Umum dalam setting Pendidikan inklusif

Layanan pendidikan bagi siswa tunanetra tidak hanya dilaksanakan disekolah khusus atau SLB -
A, namun dapat juga dilaksanakan disekolah umum bersama – sama dengan siswa – siswa pada
umumnya dalam setting pendidikan inklusif.Agar siswa tunanetra dapat berhasil dalam
belajarnya bersama – sama dengan teman sebaya yang awas,sekolah harus memperhatikan
kebutuhan khusus, terutama yang terkait dengan ketunanetraannya,dan sekolah harus berusaha
memenuhi kebutuhan khusus tersebut.Tujuan pendidikan bagi anak tunanetra pada dasarnya
sama dengan tujuan bagi anak yang lain.tujuan ini mencakup mampu berkomunikasi secara
efektif,memiliki kompetensi social,mampu bekerja dan memiliki kemandirian pribadi.

A. Kebutuhan Khusus Pendidikan Siswa Tunanetra


Bidang kurikulum yang membutuhkan strategi khusus atau penyesuaian bagi siswa
tunanetra antara lain mencakup pengembangan konsep,penggunaan teknik alternative dan
alat bantu belajar khusu,keterampilan social/emosional,keterampilan orientasi dan
mobilitas,keterampilan kehidupan sehari-hari,ketrampilan kerja,dan keterampilan
menggunakan sisa penglihatan.Berikut adalah penjelasan untuk beberapadari kebutuhan
khusus antara lain:
1. Pengembangan Konsep
Konsep adalah symbol atau istilah yang menggambarkan suatu obyek kejadian,atau
keadaan tertentu.Konsep dapat disamakan dengan kognitif dalam teori perkembangan
kognitif piaget.Hill dan Blasch (1980 – dalam Sunanto,2008) mengklasifikasi jenis –
jenis konsep bagi anak tunanetra menjadi tiga kategori besar: konsep tubuh (body
concept),konsep ruang(spatial concepts),dan konsep lingkungan ( environmental
concepts).
2. Teknik Alternatif dan Alat Bantu Belajar khusus
Teknik Alternatif adalah cara khusus ( baik dengan ataupun tanpa alat bantu khusus)
yang memanfaatkan indra – indra nonvisual atau sisa indra penglihatan untuk
melakukan suatu kegiatan yang normalnya dilakukan dengan indra penglihatan.
3. Keterampilan sosial /Emosional
Mengajarkan keterampilan sosial (termasuk didalamnya penggunaan bahasa
nonverbal)kepada anak tunanetra dapat merupakan tugas yang sangat menantang
karena keterampilan tersebut secara tradisi dipelajari melalui modeling dan umpan
balik menggunakan penglihatan.
4. Keterampilan Orientasi dan Mobilitas
Kemampuan yang paling terpengaruh oleh ketunanetraan untuk berhasilnya
penyesuaian social individu tunanetra adalah kemampuan mobilitas,yaitu keterampilan
untuk bergerak secara leluasa didalam lingkungannya.

5. Keterampilan Menggunakn Sisa Penglihatan


Sebagian besar orang tunanetra masih memiliki sisa penglihatan yang
fungsional,dan banyak diantara mereka masih dapat membaca dan menulis
menggunakan tulisan biasa dengan pengaturan pada satu atau tiga aspek yaitu
pencahayaan, penggunaan kaca mata, dan magnifikasi( pembesaran tampilan tulisan)
B. Strategi Dan Media Pembelajaran
1. Strategi Pembelajaran
Strategi pembelajaran adalah penyalahgunaan secara tepat dan optimal dari semua
komponen yang terlibat dalam proses pembelajaran yang meliputi tujuan,materi
pelajaran,media,metode,siswa,guru,lingkungan belajar,dan evaluasai sehingga proses
pembelajaran berjalan efektif dan efisien.
Dalam proses pebelajaran macam strategi pembelajaran didasarkan pada
perkembangan tertentu,antara lain:
a. Berdasarkan pertimbangan pengolahan pesan terdapat dua macam strategi
pembelajaran,yaitu deduktif dan induktif.
b. Berdasarkan pihak pengolah pesan,terdapat dua strategi pembelajaran yaitu
ekpositorik dan heuristic
c. Berdasarkan pertimbangan pengaturan guru ada dua macam yaitu strategi
pembelajran dengan seorang guru dan beregu ( team teaching)
d. Berdasarkan pertimbangan jumlah siswa, strategi pembelajaran klasikal,kelompok
kecil,dan individual
e. Berdasarkan interaksi guru dan siswa, strategi pembelajran tatap muka dan melalui
media
Ada strategi lain yang dapat diterapkan dalam pembelajaran anak tunanetra, yaitu strategi
individualisasi,strategi kooperatif,dan strategi modifikasi perilaku.
Agar lebih mudah memodifikasi dalam strategi pembelajaran siswa tunanetra,guru harus
memahami prinsip – prinsip dasar dalam pembelajaran siswa tunanetra, yaitu:
a.Prinsip individual
b. prinsip kekongkritan/pengalaman pengindraan langsung
c. Prinsip totalitas
d. Prinsip aktivitas mandiri (self-activity)
2. Media Pembelajaran
Media pembelajaran merupakan komponen yang tidak dapat dilepaskan dari suatu
proses pembelajaran karena keberhasilan proses pembelajaran ,salah satunya ditentukan
oleh penggunaan komponen
Menurut fungsinya, media pembelajaran dapat dibedakan menjadi: media untuk
menjelaskan konsep ( alat peraga) dan media untuk membantu kelancaran proses
pembelajaran (alat bantu pembelajaran).
a. Alat peraga yang dapat digunakan dalam pembelajaran anak tunanetra meliputi:obyek
atau situasi sebenarnya,benda asli yang diawetkan,tiruan /model serta gamabar
b. Alat bantu pembelajaran,antara lain meliputi: alat bantu menulis huruf braille,alat
bantu berhitung serta alat bantu yang bersifat audio seperti recorder

C. Evaluasi Pembelajaran
Evaluasi terhadap pencapaian hasil belajar pada anak tunanetra, pada dasarnya sama
dengan yang dilakukan terhadap anak awas,namun ada sedikit perbedaan yang
menyangkut materi tes/soal dan teknik pelaksanaan tes.Materi tes atau pertanyaan yang
diajukan kepada anak tunanetra tidak mengandung unsur – unsur yang memerlukan
persepsi visual dan apabila menggunakan tes tertulis,soal hendaknya diberikan dalam
huruf Braille atau menggunakan rider apabila menggunakan huruf awas

Anda mungkin juga menyukai