Disusun Oleh:
JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
2016
1
PENGANTAR
Maqamat kata jamak dari maqam, diartikan sebagai jalan spiritual yang
harus dilalui para sufi dalam mencapai tujuan luhurnya, melaui proses pensucian
jiwa terhadap kecenderungan materi agar kembali ke jalan Tuhan. Ia merupakan
proses training, melatih diri dalam hidup keruhanian (riyadhah), latihan
memerangi hawa nafsu (mujahadah), dan melepaskan kegiatan dunia untuk
semata-mata berbakti kepada Allah. Hal ini senada dengan pendapat al-Qusyairi,
bahwa maqam merupakan pengalaman puncak yang terjadi pada hamba Allah
berkat ketinggian martabatnya sebagai hasil dari riyadhah yang dilakukan.1
Tujuan akhir dari perjalanan spiritual adalah kemurnian Tauhid (shafa al-
tauhid), yaitu kesaksian seorang Muslim dengan mengucap kalimat syahadah, la
illaha illa Allah (tiada tuhan selain Allah). Pengakuan ini mengandung dua
komitmen. Pertama, tiada Tuhan, dan kedua, selain Allah. Dua komitmen inilah
yang menjadi dasar struktur maqamat. Komitmen pertama merefleksikan
pengosongan diri dari segala sesuatu yang buruk (takhalli), seperti maqam taubat,
wara’, zuhud, dan faqr. Kemudian komitmen kedua berupa pengakuan, atau
tahalli, seperti maqam shabr, tawakkal, dan ridha.2
1
Moenir Nahrowi Tohir, Menjalajahi Eksistensi Tasawuf : Meniti Jalan Menuju Tuhan, (Jakarta:
PT. As-Salam Sejahtera, 2012), hlm.93
2
Ibid. hlm.95
2
TAUBAT
َأِنَ هَلَلا َ ي ٌِحبٌّ التَّ َوبِ ْينَ َويٌ ِحبٌ ال ٌمتَطَ ِه ِر ْين
3
Qusyairi, Risalah Sufi, (Beirut: Daral-Fikr, tt) , hlm.1.
4
Ghazali, Ihya’ Ulumuddin (Beirut: Dar al-Kutub, tt), hlm.547.
3
Bagian utama taubat adalah menyesali kesalahan. Menyesali kesalahan
adalah cukup untuk memenuhi persyaratan taubat, begitu kata orang yang telah
melaksanakannya, karena tindakan tersebut mempunyai akibat berupa dua
persyaratan yang lain. Artinya orang tidak mungkin bertaubat dari suatu tindakan
yang tetap dilakukannya atau yang dia mungkin bermaksud melakukannya. Inilah
makna taubat secara ringkas.
5
Qusyairi, Risalah Sufi, (Beirut: Daral-Fikr, tt), hlm.2.
6
Ibid. hlm.5.
7
Ibid. hlm.6.
4
Orang yang membiarkan dirinya pasrah kepada kesalahan benar-benar
sama dengan membiarkan dirinya tergelincir. Tetapi, apabila dia bertaubat,
niscaya dia ragu akan penerimaan taubatnya oleh Tuhan, terutama karena
kecintaan Tuhan kepadanya adalah satu syarat bagi penerimaan itu, dan itu bakal
terjadi pada waktu sebelum orang yang berbuat dosa sampai pada satu titik di
mana dia menjumpai tanda-tanda kecintaan Tuhan kepada dirinya dalam sifatnya.
Tugas seorang hamba tersebut, ketika dia mengetahui bahwa dia telah melakukan
suatu tindakan yang mengharuskan taubat, hendaknya ia bertaubat dengan
sungguh-sungguh dan konsisten, dengan menolah secara gigih perbuatan dosa dan
memohon ampunan.8
8
Qusyairi, Risalah Sufi, (Beirut: Daral-Fikr, tt), hlm.9.
9
Ibid. hlm.2.
5
Orang yang bertaubat dia harus melakukan berbagai amal yang
berlawanan dengan kejahatan apa dilakukannya agar menghapus dan
mengkaffarahnya. Amal-amal kebaikan yang menghapus adalah dengan hati dan
lisan serta anggota badan sesuai dengan jenis kejahatannya. Apa-apa yang dengan
hati seperti merengek dan merendahkan diri. Sedangkan dengan lisan adalah
pengakuan akan kezhaliman yang ia lakukan dan istighfar. Sedangkan dengan
anggota tubuh adalah dengan berbagai macam bentuk ketaatan, sedekah, dan
berbagai macam ibadah.10
WARA
10
Ghazali, Ihya’ Ulumuddin, (Beirut: Dar al-Kutub, tt), hlm.566.
6
Ibrahim ibn Ad-ham mengatakan wara’ adalah meninggalkan apapun yang
meragukan, dan meninggalkan apapun yang tidak bersangkut paut dengan anda
berarti meninggalkan apapun yang berlebihan.
Yahya ibn Mu’adz menegaskan, “Ada dua jenis wara’: wara’ dalam
pengertian zahir yaitu sikap yang mengisyaratkan bahwa tidak ada satu tindakan
pun selain karena Allah SWT, dan wara’ dalam pengertian batin yaitu sikap yang
mengisyaratkan bahwa tidak ada sesuatu pun yang memasuki hati Anda kecuali
Allah SWT.” Dia juga menyatakan, “Orang yang tidak memeriksa dan memahami
seluk beluk wara’ tidak akan mendapatkan anugerah.” Bisyr ibn al-Harits
mengatakan, “Hal-hal yang paling sulit dilaksanakan adalah bersikap dermawan
di masa-masa sulit, wara’ adalah ‘uzlah, dan menyampaikan kebenaran kepada
seseorang yang kepadanya anda takut dan mengantungkan harapan” .12
7
bertanya, “Mengapa demikian?” Dia menanggapi, “Saya belum pernah meminum
air dari mata air milik anda semua selama empat puluh tahun”. 13
KESIMPULAN
13
Qusyairi, Risalah Sufi, (Beirut: Daral-Fikr, tt), hlm.37.
14
Ibid. hlm.34.
8
Maqamat kata jamak dari maqam, diartikan sebagai jalan spiritual yang
harus dilalui para sufi dalam mencapai tujuan luhurnya, melaui proses pensucian
jiwa terhadap kecenderungan materi agar kembali ke jalan Tuhan. Seorang sufi
yang meraih derajat kesempurnaan diri dituntut untuk melampaui tahapan-tahapan
spiritual yang disebut maqamat, yaitu struktur nilai yang harus menyatu dalam
diri seorang sufi.
DAFTAR PUSTAKA
9
Tohir, Moenir Nahrowi. 2012. Menjalajahi Eksistensi Tasawuf, Meniti Jalan
Menuju Tuhan. Jakarta: PT. As-Salam Sejahtera.
10