Anda di halaman 1dari 7

BUKU JAWABAN TUGAS MATA KULIAH

TUGAS 2

Nama Mahasiswa : ZAHROTUN NAFISAH

Nomor Induk Mahasiswa/ NIM : 836891591

Kode/Nama Mata Kuliah : PDGK4407/ Pengantar Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus

Kode/Nama UPBJJ : 45 / YOGYAKARTA

Masa Ujian : 2022/23.1 (2022.2)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS TERBUKA
1. Keterkaitan kondisi indera pendengaran dan perabaan pada anak
penyandang tuna netra !
Jawaban :
Orang tunanetra adalah mereka yang tidak memiliki penglihatan sama sekali ( buta total ) hingga
mereka yang masih memiliki sisa penglihatan , tetapi tidak mampu menggunakan penglihatannya
untuk membaca tulisan biasa berukuran 12 poin dalam keadaan cahaya normal meskipun dibantu
dengan kaca mata.
● Indra Pendengaran
Meskipun orang tunanetra , namun dapat disikapi melalui cara lain misalnya dengan memanfaatkan
indera pendengaran.Dengan dilatih pendengaran , pendengaran juga akan menjadi peka terhadap bunyi
– bunyi yang ada di sekitarnya.meskipun sederhana misalnya bunyi gelas pecah , bunyi hujan, genting
bocor dan lain sebaginya.Dengan melatih keterampilan pendengaran seperti hal tersebut , tanpa
menggunakan indera penglihatan seorang tunanetra akan menyadari apa yang akan dilakukan oleh
orang-orang yang ada di lingkungan sekitar.Namun, dengan sedikit imajinasi dan kreativitas ,dapat
memanfaatkan indera pendengaran untuk memberikan informasi tentang hal – hal tidak diperoleh
melalui pendengaran.
● Indera perabaan
Dengan memanfaatkan indera peraba sederhana misalnya , tekstur kasar , halus,memegang kancing
baju,benda- benda sederhana misalnya bola , payung ,bolpoin

Keterkaitannya dari ke 2 hal tersebut adalah :


Dengan memanfaatkan indera perabaan dan indera pendengaran , dan dengansedikit imajinasi dan
kreativitas dapat membantu orang – orang tunanetra tersebut.
Dengan meraba benda tersebut otomatis bisa dengan mendengarkan bagaimana bunyi dari benda
tersebut , sehingga tunanetra berusaha untuk mengingat dari hal – hal sederhana

2. Rancangan media yang digunakan untuk penyandang tunanetra


Kategori : Tunanetra
Usia : 5 sampai 6 tahun.
Pelajaran : Matematika
Media : Sempoa
Cara penggunaan media ( sempoa ) tersebut yaitu :
Dengan memanfaatkan indera pendengaran dan indera peraba ( pengaitan ke 2
Indera tersebut ).
- Kenalkan alat tersebut dengan cara meraba butiran – butiran sempoa
tersebut.
- Kemudian mencoba menghitung dari satu – persatu ,
- Mencoba pula menambahkan meskipun dari sedikit demi sedikit.

3. Sistem pendidikan yang tepat yaitu :


Sistem pendidikan segregasi.
Sistem pendidikan segregasi yaitu sistem pendidikan yang terpisah dari sistem pendidikan anak normal
,maksudnya adalah penyelenggaraan pendidikan untuk anak normal dengan memiliki kurikulum
sendiri.Dimana dalam sistem pendidikanini dibagi menjadi 3 yaitu :
1. Sekolah khusus
Sekolah khusus bagi anak tunarungu disebut Sekolah Luar Biasa Bagian B
( SLB – B).
2. Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB )
SDLB adalah sekolah pada tingkat dasar yang menampung berbagai jeniskelainan seperti anak
tunanetra ,tunarungu,tunagrahita,dan tunadaksa dalam satu sekolah.
3. Kelas jauh/ Kelas Kunjung
Kelas Jauh adalah kelas yang dibentuk atau disediakan untuk memberi pelayanan pendidikan
bagi anak luar biasa termasuk anak tunarungu yang bertempat tinggal jauh dari SLB / SDLB.
Sehingga menurut saya , yang paling tepat adalah sistem pendidikan segregasi.
Alasan- alasannya adalah sebagai berikut :
1. Dalam layanan segregasi ( terpisah ) anak akan mendapat perlakuan / perhatian yang lebih
intensif karena para guru memang disiapkan khususuntuk melayani mereka,
2. Dalam layanan ini , tunarungu merasakan nasib yang sama sehingga mereka tentunya dapat
berteman dengan bebas tanpa rasa minder / rendah hati
3. Tunarungu merasa memiliki kemampuan yang seimbang sehingga memungkinkan mereka
untuk bersaing.

4. Membuat bagan dari chronological age dan mental age yang berkaitan
dengan penyandang tunagrahita serta penggunaannya !
Di dalam sebuah sekolah terdapat 5 anak yang umurnya sama yaitu 10 tahun. Andi IQ nya 100 berarti
ia termasuk anak yang Normal
Reni IQ nya 70 – 50
Sinta IQ nya 50 – 40
Kinta IQ nya 40 – 20
Dan Reno IQ nya 20 ke bawah.
Gambar bagan
penjelasan :
1. Andi berusia 10 tahun dan MA nya 10 tahun
2. Reni berusia 10 tahun dan MA nya berkisar 7- 5 tahun
3. Sinta berusia 10 tahun dan MA nya 5- 4 tahun
4. Kinta berusia 10 tahun dan MAnya 4- 2 tahun
5. Reno berusia 10 tahun dan MA nya di bawah 2 tahun.

5. Membuat skenario sederhana dari ketiga pembelajaran untuk tunagrahita


Dalam pembelajaran ini saya memilih skenario pembelajaran kooperatif karena dengan adanya
kerjasama maka mereka yang lebih pandai dapat membantu temannya yang lemah ( mengalami
kesulitan ) dalam suasana keakraban dan kekeluargaan.
Contoh skenario pembelajaran kooperatif
SDN : Citra Bangsa
Kelas 3
Semester 2
Mata pelajaran : Bahasa Inggris
Materi : Telling Time
Jumlah murid kelas 3 sebanyak 15 orang , dimana 10 anak bisa mengikutipembelajaran dengan
baik ( IQ normal ) dan 5 anak mengalami keterlambatan dalam menerima pembelajaran .pada saat
pembelajaran tentang waktu ( jam ) dalam bahasa inggris tersebut , saya sebagai guru memisahkan 5
anak tersebut kedalam satu kelompok dan meminta untuk menghafal angka 1- 10 dalam bahasa inggris
, sementara untuk 10 anak yang lain saya lanjutkan pembelajaran.Setelah itu ,anak – anak yang sudah
menguasai pembelajaran mereka membantu anak – anak yang mengalami keterlambalan.
Meskipun mengalami gangguan dan kendala dalam pembelajaran , namun sudah terlihat bagaimana
suasana kelas tersebut.Setelah itu saya meminta semua anak untuk menggambar jam dengan bagus ,
alhasil salah satu diantara ke 5 anaktersebut dapat membuat dengan sangat bagus.
Dengan strategi tersebut dapat memberikan kesempatan bagi tiap anak untuk belajar sesuai dengan
iramanya sendiri sementara kesempatan untuk berinteraksidengan temannya tetap terselenggara ,dan
dapat menumbuhkan saling pengertian
,tolong – menolong ,adanya keakraban anak tunagrahita dengan anak normal dapat bekerja sama
dengan baik pula serta tercipta saling ketergantungan yang positif.

6. Selain pertumbuhan fisik, karakter anak akan semakin berkembang seiring usianya dan perlu mendapat
perhatian lebih dari orang tua. Perkembangan mental dan psikologis berpengaruh terhadap perkembangan
kognitif buah hati juga, Bun.

 Tahap Perkembangan Kognitif Anak

Bunda bisa mengenali beragam tahapan perkembangan kognitif. Hal ini nantinya akan banyak membantu
Bunda dalam menentukan perkembangan psikologis sang buah hati. Berikut empat tahapan perkembangan
kognitif anak menurut psikolog Perancis, Jean Piaget:

 Sensorimotor Stage

Pada usia 2 tahun, buah hati mulai belajar tentang dunia melalui pancaindera. Buah hati juga mulai
mengenal objek-objek di depan mata mereka pada tahapan ini.

 Preoperational Stage

Anak usia 2-7 tahun mengembangkan memori dan imajinasi. Pada usia ini, buah hati sudah mampu
memahami hal-hal simbolis dan memahami ide-ide masa lalu serta masa depan.

 Concrete Operational Stage

Pada usia 7-11 tahun, buah hati menjadi lebih sadar akan peristiwa-peristiwa eksternal dan perasaan orang
lain selain perasaan mereka sendiri. Mereka mulai memahami bahwa tidak semua orang berbagi pikiran,
keyakinan, atau perasaan mereka.

 Formal Operational Stage

Saat usia 11 tahun atau lebih, buah hati mulai memasuki tahapan ini. Mereka dapat menggunakan logika
untuk menyelesaikan masalah, melihat dunia di sekitar mereka, dan merencanakan masa depan.

Tahukah Bunda? Perkembangan kognitif berdasar pada keterampilan kognitif buah hati. Keterampilan
kognitif meliputi perhatian, memori jangka pendek, memori jangka panjang, logika dan penalaran,
pemrosesan pendengaran, pemrosesan visual, serta kecepatan pemrosesan. Jika buah hati Bunda sudah
dapat berpikir, belajar, membaca, mengingat, memperhatikan, dan menyelesaikan masalah, itu tandanya
keterampilan kognitifnya sudah terasah baik.

Lebih jauh lagi, memori jangka pendek dan jangka panjang berkembang antara usia 2 dan 5 tahun.
Pemrosesan pendengaran yang sangat penting untuk keterampilan membaca buah hati berkembang antara
usia 5 dan 7 tahun. Logika dan penalaran juga menjadi lebih mapan selama setelah usia 5 tahun. Pada usia
5 tahun, perkembangan kognitif buah hati Bunda akan semakin meningkat sehingga mampu membuat ide-
ide.

 Peran Penting Keterampilan Kognitif


Bunda sebaiknya mulai berinisiatif melatih keterampilan kognitif buah hati sejak dini. Hal ini merupakan
cara terbaik mendukung perkembangan anak hingga dewasa, baik secara mental maupun psikologis.

Tidak jarang ditemukan kasus anak memiliki penyakit kronis ketika beranjak remaja bahkan dewasa. Hal
itu disebabkan kurangnya kekuatan emosional, sosial, dan kognitif anak. Bunda juga sebaiknya
menerapkan nilai-nilai positif untuk perkembangan buah hati. Ini termasuk mengajari buah hati untuk
berkompetisi secara positif, baik di lingkungan sosial maupun pendidikan; meningkatkan percaya diri dan
menjaga harga diri; menghormati aturan sosial dan budaya agar bertindak berdasarkan moral yang baik;
serta mengasah rasa simpati dan empati terhadap orang lain.

Perkembangan mental dan psikologis yang berkualitas akan berpengaruh baik pula terhadap temperamen
buah hati dan kepribadian saat remaja dan dewasa. Hal ini juga berpengaruh dalam jangka waktu panjang
saat mereka mulai memasuki fase meniti karier.

Ketika sudah memasuki tahap awal kedewasaan, buah hati harus memiliki fungsi sosial adaptif yang baik
untuk kehidupan karier mereka. Hal ini dapat diukur dari kestabilannya. Karier yang tidak stabil terutama
dalam konteks pengangguran jangka panjang dikaitkan dengan kepuasan subjektif dan harga diri yang
rendah. Untuk mencapainya cukup sederhana. Bunda bisa mulai melatih rasa percaya diri atas potensi
mereka sejak dini.

Kini Bunda dapat mengetahui apakah perkembangan buah hati, khususnya secara mental dan psikologis,
sudah matang atau belum pada usia sekolah 5-12 tahun. Ada beberapa tanda yang bisa Bunda kenali, di
antaranya jika anak mampu melepaskan diri dari orang tua untuk waktu yang terbatas tanpa menimbulkan
ketegangan.

Buah hati juga mampu mengalihkan perhatian dari orang tua kepada orang dewasa lain sehingga mampu
membuat kagum orang lain selain orang tuanya sendiri. Anak juga mampu bekerja sama dengan teman-
teman sebaya, serta mengerti aturan-aturan permainan.

Kemampuan ini juga disempurnakan dengan ketertarikan belajar sesuatu yang baru, dan mampu
menyelesaikan tugas yang diberikan. Apabila Bunda menemukan tanda-tanda tersebut, berarti sang buah
hati sudah matang secara mental dan psikologis.

Jika tanda tersebut belum Bunda temukan, mungkin Bunda bisa berkonsultasi dengan dokter atau psikolog
anak. Keterlibatan ahli sangat berperan dalam menentukan langkah terbaik mengatasi masalah ini. Satu
catatan penting yang sebaiknya Bunda perhatikan adalah tetap bersikap tenang dan selalu memberikan
dukungan terbaik untuk buah hati tercinta

Anda mungkin juga menyukai