Anda di halaman 1dari 2

Nama : Durrotun Nafisah

Nim : 858807666
Pokjar : grati
Matkul : PDGK4407(Pengantar pendidikan anak berkebutuhan khusus)
Tugas :2

TUGAS TUTORIAL 2
1. Anak tunarungu merupakan anak yang mempunyai gangguan pada pendengarannya
sehingga tidak dapat mendengar bunyi dengan sempurna atau bahkan tidak dapat
mendengar sama sekali, tetapi dipercayai bahwa tidak ada satupun manusia yang tidak
bisa mendengar sama sekali.
Keterkaitan indera pendengaran dan perabaan dengan anak tuna netra adalah karena
kemampuan indera penglihatan tidak berfungsi normal, maka untuk melakukan aktivitas
sehari-hari anak tuna netra akan menggunakan indera pendengaran dan indera peraba
untuk memahami sekitarnya.
2. Media yang bisa di gunakan untuk anak tuna netra adalah :
1. Tulisan braille, serta buku-buku yang menggunakan huruf braille. Misalnya dalam
pelajaran bahasa indonesia, anak tunanetra tentunya harus menggunakan huruf braille
dalam menulis serta membaca isi bacaan.
cara menggunakan tulisan braille adalah dengan meraba dan menghafalkan kombinasi
dari 6 titik per sel Braille. Mulailah dengan 10 huruf pertama dalam alfabet.
2. Peta timbul, media ini digunakan dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
3. Puzzel buahan-buahan, dengan puzzel ini tunanetra dapat mengetahui bentuk tiruan
dari buahan-buahan yang dirabanya.
4. Kamus bicara, alat ini adalah kamus yang sudah dilengkapi dengan audio sehingga
tunanetra dapat mendengarkan output suara dari alat tersebut.
3. Saya setuju dengan sistem pendidikan integrasi karna Konsep pendidikan integrasi
memiliki penafsiran yang bermacam-macam antara lain:
1. Menempatkan anak dengan disabilitas dengan anak pada umumnya secara penuh
2. Pendidikan yang berupaya mengoptimalkan perkembangan kognisi, emosi, jasmani,
intuisi
3. Mengintegrasikan pendidikan anak autis dengan pendidikan pada umumnya
4. Mengintegrasikan apa yang dipelajari disekolah dengan tugas masa depan
5. Mengintegrasikan manusia sebagai mahluk individual sekaligus mahluk social
Seorang anak berkebutuhan khusus yang bersekolah pada sekolah regular, tetapi berada
pada unit atau kelas khusus. Meskipun siswa tersebut berada pada kelas khusus, jelas
bahwa apabila kelas tersebut pada sekolah regular, peluang untuk berinteraksi dengan
warga sekolah secara umum jauh lebih besar dari pada anak yang berada pada sekolah
khusus yang terpisah.
Banyak sekolah yang mempunyai kelas khusus mempunyai program khusus untuk
mendorong interaksi antara siswa dengan dan tanpa kebutuhan pendidikan khusus.
Misalnya, pada beberapa sekolah, anak-anak menghabiskan pagi harinya pada kelas
khusus dan siangnya pada kelas regular. Para guru dan asisten dari kelas khusus biasa
mendukung penempatan pada kelas khusus. Peluang-peluang bagi interaksi tersebut,
berdasarkan atas prinsip normalisasi. Jauh mungkin untuk terjadi apabila anak tersebut
diintegrasikan pada sekolah reguler.
4. Anak Tuna Grahita adalah anak berkebutuhan khusus yang memiliki tingkat
intelegensinya dibawah rata-rata tepatnya dibawah 70. Di samping itu mereka mengalami
keterbelakangan dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya, mereka kurang cakap
dalam memikirkan hal-hal yang abstrak, yang sulit,dan yang berbelit-belit dan terjadi
pada masa perkembangan
Pengertian mental age (MA) yaitu kemampuan mental yang dimiliki oleh seorang anak
pada usia tertentu, sedangkan pengertian chronological age(CA) ialah usia anak menurut
ukuran kalender. Seseorang dikatakan normal (rata-rata) jika usia mentalnya (MA)
hampir sama dengan usia kronologisnya (CA).

Dari grafik tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.


1. A berusia (chronological age) 10 tahun dan MA-nya 10 tahun.
2. B berusia 10 tahun dan MA-nya berkisar 7-5,5 tahun artinya ia dapat
mempelajari materi pelajaran/ tugas anak normal usia 5,5 - 7 tahun.
3. C berusia 10 tahun dan MA-nya berkisar 5.5-4.0 tahun artinya ia dapat
mempelajari materi pelajaran/ tugas anak normal usia 5,5-4.0 tahun.
4. D berusia 10 tahun dan MA-nya berkisar 4.0-2,5 tahun artinya ia dapat
mempelajari materi pelajaran/ tugas anak normal 4,0-2,5 tahun.
5. E berusia 10 tahun dan MA-nya berkisar 2,5 tahun ke bawah artinya ia
dapat mempelajari materi pelajaran/tugas anak normal usia 2,5 tahun ke
bawah.
5. Strategi kooperatif merupakan salah satu strategi pembelajaran yang dapat digunakan
untuk meningkatkan prestasi belajar berhitung siswa tunagrahita.
Skenario sederhana dalam pembelajaran dengan strategi tersebut adalah Berhitung
merupakan pelajaran yang umumnya berupa konsep -konsep yang abstrak, sehingga
diperlukan penciptaan suasana belajar yang kondusif antara lain melalui kerjasama dari
anggota kelompok untuk membantu mengerjakan dalam penyelesaian soal-soal
perhitungan. Melalui interaksi tatap muka memungkinkan tersedianya sumber belajar
yang bervariasi yang dapat mengoptimalkan tercapainya tujuan pembelajaran. Oleh sebab
itu diharapkan dengan penerapan Strategi Pembelajaran Kooperatif (SPK) dalam
pembelajaran berhitu ng dapat meningkatkan prestasi belajar anak tunagrahita ringan ke
arah yang lebih baik, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai secara optimal.
menampakkan wujudnya dalam bentuk belajar kelompok dan menekankan pada adanya
interaksi antara siswa dalam suatu kelompok yang heterogen. Interaksi kooperatif
membuat semua anggota kelompok belajar untuk saling bertatap muka, sehingga siswa
dapat melakukan dialo g baik dengan guru maupun dengan sesama siswa.

Anda mungkin juga menyukai