Anda di halaman 1dari 2

TUGAS.

Tugas II ABK:

1.Sebutkan berapa istilah yang digunakan untuk penyebutan anak tunagrahita di Indonesia, dan
mengapa terjadi macam-macam peristilahan tersebut?

Tunagrahita juga sering disepadankan dengan istilah-istilah, sebagai berikut :

1. Lemah fikiran (feeble-minded)


2. Keterbelakangan mental (mentally retarded)
3. Bodoh atau dungu (idiot)
4. Pandir (imbecilie)
5. Tolol (moron)
6. Mampu Didik (educable)
7. Mampu latih (Trainable)
8. Ketergantungan Penuh ( Totally Dependent) atau Butuh Rawat
9. Mental Subnormal
10. Defisit Mental
11. Defisit Kognitif
12. Cacat Mental
13. Defisiensi mental
14. Gangguan Intelektual
15. Oligofernia (oligophernia)

Istilah resmi yang digunakan di Indonesia adalah “tunagrahita” sebagaimana tercantum


dalam Persaturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 72 tahun 1991 tentang
“Pendidikan Luar Biasa”. Mengapa terjadi macam-macam peristilahan tersebut? Karena
memandang dari sudut pandang yang berbeda. Dari faktor gejala yang nampak pada
penderita juga dapat mempengaruhi penyebutan tuna grahita.

2. Ketika pertama kali Alfred binet, seorang psikolog perancis, membuat kerangka tes IQ untuk
anak-anak sekolah yang berusia muda, dia telah mengamati bahwa pada saat anak-anak tersebut
tumbuh besar, kekuatan mereka dalam menyelesaikan persoalan cenderung bertambah
( budiman, 2004). Oleh karena itu, dia memperkenalkan mental age (usia tingkat kecerdasan) dan
chronological age (umur kronologis).

Mental age ( usia tingkat kecerdasan ) adalah usia inteligensi yang dipandang dari segi jenis
perubahan yang biasanya berkaitan dengan pertumbuhan, dan usia mental anak yang cerdas
berada di atas usia kronologisnya apabila usia anak yang lamban berada dibawah usia kronologis
dan usia mental dapat di interpretasi secara mudah oleh siapa saja yang berurusan dengan anak-
anak yang mempunyai keragaman kemampuan mental. Sedangkan chronological age ( umur
kronologis ) adalah usia inteligensi yang ditentukan dari tanggal kelahiran.

3. Tunadaksa yakni anak yang mempunyai gangguan bentuk atau hambatan pada tulang, otot dan
sendi dalam fungsinya yang normal. Kondisi tersebut dapat disebabkan karena penyakit,
kecelakaan atau bawaan.

Ada 7 aspek yang perlu dikembangkan pada diri anak tunadaksa yakni:

1. Pengembangan intelektual dan akademik


2. Membantu perkembangan fisik
3. Meningkatkan perkembangan emosi dan penerimaan diri
4. Mematangkan aspek sosial
5. Mematangkan moral dan spriritual
6. Meningkatkan ekspresi diri
7. Mempersiapkan masa depan anak

3. Pentingnya membangun hubungan personal antara guru dan siswa demi menunjang prestasi
siswa. Hal ini penting karena anak-anak tidak mau belajar dengan guru yang tidak mereka sukai
oleh karena itu anak layak memiliki seorang jawara, orang dewasa yang tidak pernah menyerah
untuk mengajarkan mereka dan bersikeras bawa mereka bisa menjadi pribadi yang lebih baik.

Anda mungkin juga menyukai