Anda di halaman 1dari 38

LOKMIN 1

MANAJEMEN KEPERAWATAN

DI RUANGN PARU RSU MAYJEN H.A THALIB KOTA SUNGAI PENUH

DISUSUN OLEH :

M.FARIS HELGUSMAN RATNA WIDIYAWATI


HENNI SAFITRI YELVA GUSNETI
YENI ARLITA WEZA YETIKA
YENI MARLINA IRDA NOFIA
ELVA SUSANTI

Pembimbing Klinik
Ns. YANTI NOPITA, M.Kep

Pembimbing Akademik
Ns. HIDAYATI, M.Kep

PROGRAM STUDI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KESEHATAN MASYARAKAT
INSTITUT KESEHATAN PRIMA NUSANTARA BUKITTINGGI
TAHUN 2021

1
BAB I
PENDAHULUAN

A.
Latar Belakang Masalah

Manajemen adalah proses untuk melaksanakan pekerjaan melalui upaya

orang lain, sedangkan manajemen keperawatan adalah proses pengelolaan

pelayanan keperawatan, pengobatan dan rasa aman kepada pasien, keluarga

dan masyarakat (Gillies, 2000). Marquis dan Huston (2010) menyatakan

bahwa manajemen keperawatan merupakan suatu proses keperawatan yang

menggunakan fungsi-fungsi keperawatan yang terdiri dari perencanaan,

pengorganisasian, ketenagaan, pengarahan, dan pengendalian. Fungsi-fungsi

manajemen tersebut merupakan pendekatan manajemen dari pengelolaan

manajemen keperawatan (Huber, 2000).

Tenaga keperawatan hendaknya mempersiapkan era global secara benar

dan menyeluruh, mencakup seluruh aspek keadaan dan kejadian atau

peristiwa yang akan berlangsung pada era tersebut. Keperawatan sebagai

pelayanan atau asuhan professional bersifat humanistis, menggunakan

pendekatan holistic, dilakukan berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan,

berorientasi pada kebutuhan objektif pasien, mengacu pada standar

professional keperawatan dan menggunakan etika keperawatan sebagai

tuntutan utama (Nursalam, 2011).

Sebagaimana proses keperawatan, dalam manajemen keperawatan

terdiri dari pengumpulan data, identifikasi masalah, perencanaan,

2
pelaksanaan, dan evaluasi hasil. Konsep yang harus dikuasai adalah konsep

tentang pengolahan bahan, konsep manajemen keperawatan, perencanaan,

yang berupa melalui pendekatan : pengumpulan data, analisis SWOT,

prioritas masalah (scoring), diagnosa manajemen keperawatan, rencana

strategi manajemen keperawatan (POA), Lokmin I, implementasi dan

evaluasi, lokmin II dalam pelaksanaan Model Praktek Keperawatan

Profesional (MPKP) dan melakukan penugasaan dan pengendalian

(Nursalam, 2011).

Metode tim merupakan metode pemberian asuhan keperawatan, yaitu

seorang perawat profesional memimpin sekelompok tenaga keperawatan

dalam memberikan asuhan keperawatan pada sekelompok klien melalui

upaya kooperatif dan kolaboratif (Douglas, 2009). Metode tim didasarkan

pada keyakinan bahwa setiap anggota kelompok mempunyai kontribusi

dalam merencanakan dan memberikan asuhan keperawatan sehingga

menimbulkan rasa tanggung jawab yang tinggi. (Sitorus, 2006).

RSU Mayjen H.A Thalib Kota Sungai Penuh merupakan Rumah

Sakit Pemerintah Kota Sungai Penuh yang mengutamakan mutu pelayanan

yang profesional dan Islami dalam memberikan asuhan keperawatan kepada

klien khususnya diruang paru. Perawat merupakan ujung tombak dalam

pelayanan dirumah sakit, dimana perawat dituntut untuk melaksanakan

asuhan yang berkualitas guna meningkatkan mutu pelayanan di RS dan

memberi kepuasan kepada klien yang hal ini adalah konsumen ( Adill Et All,

2009).

3
Rumah sakit sebagai suatu tempat pelayanan kesehatan memiliki

suatu sistem yang terdiri dari tim pelayanan kesehatan seperti dokter,

perawat, ahli gizi dan tenaga kesehatan lainya, yang mempunyai satu tujuan

untuk meningkatkan pelayanan kesehatan. Rumah sakit merupakan suatu

tempat dimana orang yang sakit dirawat dan ditempatkan dalam jarak yang

sangat dekat .

Berdasarkan survey awal yang dilakukan oleh kelompok 1 pada

tanggal 26-28 November 2021 dengan metode observasi dan wawancara

ditemukan tidak ada kegiatan overan yang dilakukan ketika berganti shift

,Hasil wawancara dengan Kepala Ruangan, menyatakan dalam sistem

pemberian asuhan keperawatan menggunakan metoda tim tetapi belum

optimal. Karu juga menyatakan kadang-kadang mengisi rentang kendali

setiap pagi. Hasil wawancara langsung dengan perawat pelaksana diruang

rawat menyatakan bahwa perawat menyatakan metode asuhan keperawatan

yang digunakan adalah metode Tim, tetapi metode ini belum berjalan dengan

semestinya diakibatkan uraiaan tugas perawat belum optimal, sehingga

belum maksimal melaksanakan metode tim tersebut, jadi metode yang

digunakan hanya inisiatif kerja bersama sesuai kebutuhan pasien asuhan

keperawatan dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan saja.

Berdasarkan wawancara dengan perawat mengatakan ada

mengidentifikasi kejadian pasien jatuh atau resiko jatuh saat pasien masuk

diruang perawatan dan memonitor namun belum ada SPO resiko pasien jatuh

diruangan. Hasil observasi sebagian pasien yang beresiko jatuh masih ada

4
yang belum terpasang tanda bahwa pasien beresiko jatuh. ,Sehingga dapat

disimpulkan bahwa permasalahan yang terdapat pada ruangan PARU , belum

optimalnya kegiatan dan pelaksanaan overan , Belum optimalnya penggunaan

metoda tim dalam pemberian asuhan keperawatan di ruang rawat inap,dan

Belum optimal pelaksanaan pengurangan resiko jatuh di ruangan.

Berdasarkan uraian di atas, maka mahasiswa Program Studi Profesi

Ners Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi mencoba menerapkan

Model Praktek Keperawatan Profesional (MPKP) dengan metode Tim di

ruang Paru RSU Mayjen H.A Thalib Kota Sungai Penuh. Diharapkan mampu

menyelesaikan masalah dan meningkatkan mutu pelayanan keperawatan

professional, sehingga mampu memenuhi tuntutan masyarakat akan

pelayanan kesehatan.

B.
Tujuan
1.
Tujuan Umum

Setelah menyelesaikan program profesi manajemen keperawatan,

mahasiswa diharapkan mampu menerapkan prinsip-prinsip manajemen

keperawatan dalam melaksanakan Model Praktek Keperawatan

Profesional (MPKP) metode tim di ruang Paru dan Belum optimalnya

pelayanan orientasi pasien baru masuk dan pasien pulang .


2.
Tujuan Khusus

Setelah melakukan praktek manajemen keperawatan mahasiswa

mampu :

5
1. Melakukan kajian situasi di ruang rawat inap RS sebagai dasar

untuk menyusun rencana strategis atau Plan of Action (POA)

2. Merumuskan masalah sesuai prioritas berdasarkan kajian situasi di

ruang rawat inap bersama kepala ruangan

3. Menyusun rancangan strategis atau POA berdasarkan kajian

bersama-sama kepala ruangan.

C.
Manfaat Penulisan
1.
Bagi Rumah Sakit

Makalah ini diharapkan dapat memberikan tambahan informasi

bagi petugas kesehatan mengenai pentingnya pelaksanaan fungsi

manajemen keperawatan yaitu model praktek keperawatan professional

(MPKP), terutama metode Tim keperawatan dan Belum optimalnya

pelayanan orientasi pasien baru masuk dan pasien pulang


2.
Bagi Perawat

Diharapkan perawat dapat menjalankan fungsinya dalam

memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan tupoksi atau rentang

kendali di ruangannya ataupun sesuai dengan struktur organisasi yang

ada di dalam ruangan paru


3.
Bagi Mahasiswa Praktek Profesi Ners

Sebagai peluang bagi mahasiswa untuk mengaplikasikan ilmu

manajemen yang dimilikinya khususnya dalam MPKP dengan metode

6
tim dan Belum optimalnya pelayanan orientasi pasien baru masuk dan

pasien pulang

7
BAB II
KAJIAN SITUASI MANAJEMEN KEPERAWATAN
RUANG PARU RSU MAYJEN H.A THALIB SUNGAI PENUH

Berdasarkan wawancara tanggal 18 s/d 19 Desember 2021 didapatkan hasil

sebagai berikut :

A. Gambaran Umum RSU mayjen H.A Thalib Sungai Penuh

RSU mayjen H.A Thalib Kerinci merupakan satu-satunya Rumah sakit

Umum RSU milik Pemerintah Kota Sungai Penuh yang awalnya bernama

Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) yang didirikan pada tahun 1953.Rumah

sakit ini terletak di jalan Jendral Basuki Rahmat. Status Rumah Sakit ini pada

tahun 1972 RSUD Kabupaten Kerinci mengalami perkembangan yang cukup

baik pada masa itu sehingga diresmikan RSUD dengan klasifikasi tipe D.

Seiring perkembangan zaman dan dalam usaha memenuhi tuntutan

masyarakat terhadap layanan Rumah Sakit, maka pada tahun 1999 dinaikkan

klasifikasi tipe C dengan fasilitas tempat tidur sebanyak 70 buah dan dibangun

diatas tanah seluas 70x80x41 Ha. Pada tanggal 11 November 2005, RSUD

Kabupaten Kerinci berubah nama menjadi RSU mayjen H.A Thalib

Kabupaten Kerinci. Kemudian pada tanggal 14 November tahun 2021 ini

berubah lagi menjadi RSU mayjen H.A Thalib Kota Sungai Penuh dengan

fasilitas tempat tidur 102 buah.

RSU Mayjen H.A Thalib Kota Sungai Penuh melayani rujukan bagi 18

Puskesmas, beberapa Klinik dan Rumah Sakit Swasta yang ada di wilayah

Kabupaten Kerinci Dan Kota Sungai Penuh.

8
B. Profil dan Kajian Situasi RSU Mayjen H.A Thalib Kota Sungai Penuh

1. Visi RSU Mayjen H.A Thalib Kota Sungai Penuh

Menjadi pusat pelayanan Prima dan mampu memberikan

pelayanan Paripurna.

2. Misi RSU Mayjen H.A Thalib Kota Sungai Penuh

a. Memberikan pelayanan dengan mengutamakan kepuasan pelanggan

b. Mewujudkan pelayanan yang berkualitas

c. Mewujudkan SDM yang professional

d. Mengembangkan fasilitas rumah sakit

e. Mengembangkan sarana dan prasarana

f. Menciptakan suasana kerja yang harmonis dalam kebersamaan

g. Berperan aktif mendukung peningkatan derajat kesehatan masyarakat

menuju kerinci sehat.

3. Moto RSU Mayjen H.A Thalib Kota Sungai Penuh

“Kami Memberikan Pelayanan dengan semangat, Kepercayaan diri,

keceriaan dan kelembutan”.

4. Sifat, Maksud dan Tujuan RSU Mayjen H.A Thalib Kota Sungai

Penuh

a. Terselenggaranya pelayanan keperawatan prima melalui proses

keperawatan

b. Terciptanya pelayanan kesehatan yang paripurna, bermutu dan

terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat

9
c. Terpeliharanya hubungan kerja sama yang efektif dengan semua

anggota tim kesehatan

d. Terlaksananya pengembangan sumberdaya manusia keperawatan

berkelanjutan bagi tenaga keperawatan baik formal maupun non

formal sesuai rencana pengembangan tenaga keperawatan

e. Terciptanya iklim yang menunjang proses belajar dalam kegiatan

pendidikan bagi pengembangan tenaga keperawatan.

5. Misi bidang keperawatan

a) Memberikan pelayanan asuhan keperawatan sesuai standar pelayanan

b) Meningkatkan citra keperawatan melalui penerapan etika keperawatan

dalam memberikan pelayanan prima

c) Menyelenggarakan pelayanan keperawatan prima dan terjangkau

seluruh lapisan masyarakat

d) Menyelenggarakan pelayanan keperawatan prima dan terjangkau

seluruh lapisan masyarakat.

10
C. Kajian Situasi di Ruang Paru RSU Mayjen H.A Thalib Sungai Penuh

1. Struktur Organisasi

KEPALA RUANGAN
DESI SRI WAHYUNI, AMK

CLINICAL INSTRUCTOR
SUFETNO, AMK

KETUA TIM A KETUA TIM B


NETI HERAWATI, S.Kep JEKA HARJON, AMK

RIKO ERIWAN, Amd.Kep


KHAIRIL AMRIL, Amd.Kep
TITYA FITRIAH, Amd.Kep
Ns. VILIA HARTI, S.Kep
WIRA AGUNG P., Amd.Kep
HENDRI, Amd.Kep
Ns. HECI, S.Kep
MINDA OKTAVIA, Amd.Kep
Ns. SEPTRIA MELIZA, S.Kep

2. Karakteristik Ruangan

a. Visi dan Misi Ruangan Paru

Ruangan Paru sudah memiliki Visi dan Misi keperawatan, dan

pelaksanaan pengorganisasian diruangan Paru sudah mengacu ke Visi

dan Misi ruangan dan visi misi rumah sakit

b. Sifat Kekaryaan Ruangan

11
1) Fokus Telaah

Di dalam bidang pelayanan fokus telaah ruang Paru adalah

mencakup semua jenis penyakit pada sistem pernafasan

2) Lingkup Garapan

Dalam bidang pelayanan lingkup garapan ruang Paru

adalah pemenuhan dasar kebutuhan manusia. Berdasarkan  fokus

telaah, maka lingkup garapan ruang rawat inap Paru adalah

memberikan pelayanan secara terpadu dari berbagai multi disiplin

ilmu secara aman, berkualitas dan berkesinambungan dengan

segala aktivitas untuk mengatasi gangguan atau hambatan

pemenuhan kebutuhan dasar manusia dan meningkatkan kualitas

hidup yang terjadi akibat masalah atau gangguan pernafasan yang

dialami oleh orang dewasa dan lanjut usia.

3) Basis Intervensi

Basis intervensi ruang rawat inap Paru merupakan salah

satu bagian dari pelayanan yang mengutamakan pelayanan yang

nyaman dan kepuasan yang tinggi kepada pasien sehingga

memerlukan pelayanan yang profesional.

c. Model Pelayanan

Model pelayanan keperawatan yang diterapkan di ruangan

Paru RSU Mayjen H.A Thalib sungai penuh adalah dengan

menggunakan metode tim. Tim dalam ruangan ini dibagi menjadi 2

yaitu tim A dan tim B. Masing-masing tim di ketuai oleh seorang ketua

12
tim yang telah dipilih oleh kepala ruangan. Tetapi pada pelaksanaan

masih menggunakan metode gabungan antara metode tim dan

fungsional, tetapi pada laporan penanggungjawabnya dilakukan oleh

masih-masing ketua tim, pada dinas sore dan malam kadang-kadang

hanya memilih satu penanggung jawab saja. Pre conference dan post

coference tidak dilaksanakan.

d. Letak Ruangan

Letak ruangan Paru berada di arah timur rumah sakit ,

berdepanan dengan ruangan bank darah dan gizi . .

Kapasitas Ruangan Ruangan Paru mempunyai ruangan untuk pasien yaitu :

Tabel 2.1
Jumlah Ruangan Rawat dan Bed Pasien
di Ruang Paru
NO Ruangan Kelas
Jumlah bed
1 Ruangan 1,2 1,2 2 bed
Ruangan
2 3 4 bed
infeksi
Ruangan non
3 3 4 bed
infeksi

Berdasarkan tabel diatas terdapat jumlah bed yang ada di ruang Paru
berjumlah 10 bed pasien.

e. Bagian-bagian ruangan Paru :

1) 1 ruangan Dokter

2) 1 Ruangan perawat

3) 1 Ruang penyimpanan stokobat

4) 1 Ruang penyimpanan barang

13
3. Analisis terhadap Pasien

a. Karakteristik

Karakteristik klien di ruang Paru RSU Mayjen H.A Thalib

Kerinci adalah terdiri dari berbagai jenis diagnosa medis antara lain

TB , Asma ,Pneumonia , CA Paru , Dypsnea ,dan penyakit dalam

system pernafaan lain nya . Dari berbagai masalah ini pasien dapat

diberikan pelayanan keperawatan yang profesional, bermutu, dan

unggulan di RSU Mayjen H.A Thalib Kerinci sesuai dengan visi dan

misi rumah sakit dan sebagian besar pasien yang dirawat di RSU

dengan jaminan BPJS dan pasien umum.

b. Tingkat ketergantungan

Tingkat ketergantungan klien diruang Paru untuk 1 hari

rawatan pada tanggal 26 November 2021 yaitu dari 2 pasien terdapat

pasien dengan minimal care 1 pasien dengan parsial care 1

4. Sumber Daya/ Kekuatan Kerja

a. Manusia

Jumlah tenaga keperawatan diruang Paru adalah 11 orang yang

terdiri dari 4 orang S1 Keperawatan/NERS, 7 orang DIII Keperawatan.

Dari 11 orang terdapat 1 kepala ruangan, 2 katim , 8 perawat pelaksana

b. Non manusia

1) Metode

Adapun metode penugasan yang diterapkan diruang

Neurologi adalah metode tim, yaitu kepala ruangan akan memilih

14
ketua tim (Tim A dan Tim B) dan kepala ruangan langsung

memilih perawat pelaksana untuk bertugas pada masing-masing

tim, kemudian katim dan perawat pelaksana berkolaborasi dalam

pemberian asuhan keperawatan pada pasien.

2) Money

Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruangan dan

perawat pelaksana semua keuangan diruangan dikelola sepenuhnya

oleh administrasi rumah sakit.Sehingga kebutuhan pengembangan

ruangan disesuaikan dengan ketentuan-ketentuan serta permintaan

kebutuhan pasien yang sebelumnya diajukan oleh kepala ruangan

kepada pihak rumah sakit yaitu untuk masalah meringankan biaya

pihak rumah sakit bekerjasama dengan BPJS.

3) Machine

Hasil observasi diruang Paru diperoleh data bahwa terdapat

sarana dan prasarana guna mendukung kualitas pelayanan

optimal.Rumah sakit telah memberikan beberapa fasilitas

penunjang yang berkaitan dengan perkembangan teknologi

misalnya dengan mengadakan peralatan-peralatan medis yang

canggih seperti Nebulizer ,tabung oksigen , rontgen, laboratorium

yang merupakan fasilitas penunjang rumah sakit.

5. Lingkungan Kerja

a. Lingkungan fisik

15
Lingkungan ruang Paru memiliki jendela dan pencahayaan yang

baik, terdapat ventilasi.Ruangan Paru berada di timur rumah sakit ,

ruang Paru jauh dari kebisingan. Lingkungan sekitar tampak rapi,

blangko askep terletak pada tempatnya yaitu dilemari dan stok

benda-benda yang lain ditempatkan disuatu ruangan yang sama

tempat letak stok askep.

b. Lingkungan non fisik

Lingkungan non fisik diruangan dilihat dari sirkulasi udaranya

sudah optimal

6. Kajian Indikator Mutu Ruangan

a. BOR

BOR adalah persentase pemakaian tempat tidur pada waktu

tertentu dimana normalnya adalah 60-85%. Indikator ini memberikan

gambaran tentang tinggi rendahnya pemanfaatan tempat tidur di rumah

sakit (Depkes RI, 2008).:

Rumus:

(Jumlah hari rawatan dirumah sakit)


×100%
(jumlah tempat tidur × jumlah hari dalam satu periode)

Berdasarkan data dari Rekam Medis didapatkan BOR diruangan paru


sebanyak 54,41% pada bulan Januari 2020, 62,57% pada bulan
Desember 2020, dan 58,17% pada bulan November 2021. (Rekam
Medis, RSU Mayjen H.A Thalib Kerinci, 2021).

b. ALOS (Average Length of Stay = Rata-rata lamanya pasien dirawat)

16
ALOS menurut Depkes RI (2005) adalah rata-rata lama rawat

seorang pasien.Indikator ini disamping memberikan gambaran tingkat

efisiensi, juga dapat memberikan gambaran mutu pelayanan, apabila

diterapkan pada diagnosis tertentu dapat dijadikan hal yang perlu

pengamatan yang lebih lanjut.Secara umum nilai ALOS yang ideal

antara 6-9 hari (Depkes, 2008).

Rumus :

(Jumlah lama dirawat)


(Jumlah pasien keluar (hidup + mati)
Bedasarkan data dari Rekam Medis didapatkan ALOS di

ruangan Paru sebanyak 4,14 pada bulan Januari 2020. Pada bulan

Desember 2020 didapatkan 3,13 dan bulan November 2021

didapatkan 3,01.

c. TOI (Turn Over Interval = Tenggang perputaran)

TOI menurut Depkes RI (2008) adalah rata-rata hari dimana

tempat tidur tidak ditempati dari telah diisi ke saat terisi

berikutnya.Indikator ini memberikan gambaran tingkat efisiensi

penggunaan tempat tidur.Idealnya tempat tidur kosong tidak terisi pada

kisaran 1-3 hari.

Rumus :

((Jumlah tempat tidur x Periode) – Hari rawatan)


(Jumlah pasien keluar (hidup + mati))

17
Berdasarkan data dari Rekam Medis didapatkan TOI di

ruangan Neurologi sebanyak 3,7 atau 4 hari pada bulan Januari

2020, sebanyak 3,13 atau 3 hari pada bulan Desember 2020, dan

sebanyak 2,85 atau 3 hari pada bulan November 2021.

d. BTO (Bed Turn Over = Angka perputaran tempat tidur)

BTO menurut Depkes RI (2008) adalah frekuensi pemakaian

tempat tidur pada satu periode, berapa kali tempat tidur dipakai dalam

satu satuan waktu tertentu.Idealnya dalam satu tahun, satu tempat tidur

rata-rata dipakai 40-50 kali.

Rumus :

Jumlah pasien dirawat (hidup + mati)


Jumlah tempat tidur
Berdasarkan data dari Rekam Medis didapatkan angka BTO ruang
Neurologi pada bulan Januari 2020 sebanyak 3,69, sebanyak 4,66
pada bulan Desember 2020 dan 4,55 pada bulan November 2021.

7. Analisis Pelaksanaan Fungsi-Fungsi Manajemen

a. Perencanaan

1) Visi dan misi

Hasil wawancara dengan kepala ruangan, tanggal 26

November 2021 didapatkan kepala ruangan mengatakan bahwa

visi dan misi ruangan Paru mengacu pada visi misi rumah sakit

RSU Mayjen H.A Thalib Kerinci.

Analisis: potensial perencanaan (visi dan misi) diruangan Paru.

2) Kebijakan organisasi ruangan

18
Jajaran manajerial ruangan memiliki akses secara

langsung dengan kepala ruangan, setiap kebijakan kepala

ruangan yang diturunkan sudah melingkupi permasalahan dan

aspek yang memperhatikan kepentingan keperawatan.

Hasil wawancara dengan 8 orang perawat yang ada

diruangan menyatakan bahwa mereka dilibatkan dalam

pengambilan kebijakan oleh kepala ruangan secara langsung

terutama yang terkait dengan keperawatan

ruangan.Berdasarkan observasi yang dilakukan pada tanggal 26

November 2021 ditemukan dalam pengambilan keputusan dan

pemecahan masalah diadakan rapat ruangan secara

berkala.Berdasarkan hasil wawancara menyatakan bahwa

mereka dilibatkan dalam pengambilan kebijakan oleh kepala

ruangan.

Analisis: Potensial penerapan kebijakan pengorganisasian

ruangan secara konsisten.

3) Perencanaan Strategis Organisasi

Dari hasil wawancara dengan kepala ruangan tanggal 26

November 2021 bahwa kepala ruangan terlibat dalam

perencanaan strategis ruangan dan juga melibatkan secara

langsung perawat pelaksana, termasuk pertemuan bulanan

yang sudah terjadwal.Kepala ruangan sudah memiliki rencana

19
tahunan. Dari hasil observasi terdapat rencana strategis ruangan

yaitu rencana bulanan dan tahunan dari kepala ruangan.

Analisis: Potensial penyusunan dan penerapan rencana

strategis ruangan.

b. Pengorganisasian

1) Struktur organisasi

Dari hasil observasi diruangan pada tanggal 26

November 2021 bahwa struktur organisasi belum ada terpajang

diruangan.Tetapi kepala ruangan, katim, dan PP sudah

melaksanakan kegiatan sesuai dengan tugas dan perannya.

Berdasarkan kuesioner menyatakan struktur organisasi

belum ada terpajang diruangan, namun perawat telah

mengetahui tugas dan perannya, serta melaksanakannya sesuai

dengan aturan yang ada.

Analisis : Potensial pengorganisasian yang berlaku diruangan.

2) Pengorganisasian perawatan pasien

RSU Mayjen H.A Thalib Kerinci diruangan Paru

belum menerapkan metode asuhan keperawatan yang

optimal. Metode yang digunakan saat ini adalah metode

tim. Hasil observasi tanggal 26-28 November 2021 di

20
ruangan Paru terdiri dari 1 kepala ruangan dan 2 ketua tim

yang dibagi menjadi katim A dan katim B. Setiap katim

membawahi 4 orang perawat pelaksana.

Berdasarkan hasil observasi pada tanggal 26-28

November 2021 perawat bekerja sesuai metode tim dan

menjalankan tugasnya sesuai dengan perannya masing-

masing.

Analisa :optimal penerapan pengorganisasian pasien

c. Ketenagaan

1) Kebutuhan tenaga

Bidang keperawatan dilibatkan dalam perencanaan

kebutuhan tenaga perawat diruangan, yang kemudian di seleksi

oleh tim rekruitmen rumah sakit. Adanya alur rekruitmen

pegawai baru (seleksi ADM test tulis dan tes wawancara

Psikotes serta tentang keagamaan) yang dilakukan di RSU

Mayjen H.AThalib Kerinci.

Dari hasil wawancara kepala ruangan tanggal 26

November 2021 mengatakan bahwa perhitungan tenaga

keperawatan di ruangan Paru berdasarkan jumlah perawat yang

ada.Selanjutnya untuk pengembangan karier staf, jenjang

pendidikan tinggi, perawat diberi kesempatan mengikuti

seminar atau pelatihan keperawatan yang dilaksanakan setiap

tahun dan kepala ruangan juga menyatakan bahwa rumah sakit

21
telah memberikan kebijaksanaan kepada perawat ruangan

untuk mengikuti kesempatan melanjutkan pendidikan.

Tabel 2.2 Karakteristik Tingkat Pendidikan Perawat di ruangan Paru


RSU Mayjen H.A Thalib Kerinci

No Tingkatan Frekuensi (f) Persentase


Pendidikan (%)
1. D III keperawatan 7 70
2. S 1 keperawatan/ne 4 30
rs
Jumlah 11 100

Tabel 2.3 Jumlah Tenaga Perawat Berdasarkan


Tingkat Ketergantungan Tanggal
13 Februari 2019
Tingkat Jumlah Pagi Siang Malam

ketergantunga pasien

Pasien
Minimal 1 pasien 1 x 0,17 = 0,34 1 x 0,14 = 0,28 1 x 0,07 = 0,14

Parsial 1 pasien 1 x 0,27 = 1,35 1 x 0,15 = 0,75 1 x 0,10 = 0,5

Jumlah 2 pasien 1,05 = 1 1,33 = 1 0,39 = 1

Perawat yang ada 1 perawat 1 perawat 1 perawat

Berdasarkan hasil observasi, didapatkan bahwa jumlah


perawat pershif sesuai dengan perbandingan jumlah
pasien.Hasil ini sesuai dengan kuesioner dimana menyatakan
bahwa jumlah perawat pershift sesuai dengan perbandingan
jumlah pasien.
Analisis: Potensial peningkatan mutu ketenagaan

2) System Reward dan Punishment

22
Dari hasil wawancara dengan kepala ruangan tanggal

26 November 2021 didapatkan bahwa reward ada diberikan,

dengan memberikan reward kepada staf yang memiliki kinerja

dan disiplin yang bagus, reward diberikan oleh pihak rumah

sakit. reward yang diberikan berupa pelatihan dan pendidikan.

Untuk punishment bagi perawat yang melakukan pelanggaran

secara etika maupun non etika diberikan sanksi sesuai tingkat

kesalahan dalam bentuk surat peringatan ataupun teguran lisan

dari SDM dan jika sudah fatal akan ditindak oleh pihak

yayasan.

Berdasarkan hasil kuesioner menyatakan bahwa

mereka diberikan reward dan punishment oleh kepala ruangan

dan rumah sakit bagi yang berprestasi atau yang bermasalah.

Analisis: Potensial meningkatkan mekanisme pemberian


reward dan punishment.

3) Pengarahan dan pengawasan

a) Kegiatan overan

Prosedur overan setiap pergantian shift, dari hasil

Observasi pada tanggal 26-28 November 2021 timbang

terima tidak dilakukan diwaktu pergantian shift.

Karna seharusnya dilakukan adalah overan setiap

pergantian shift dengan melibatkan karu, katim, perawat

pelaksana, saat overan, tim membahas tentang keadaan

pasien diantaranya nama pasien, ruangan, diagnosa medis,

23
hari rawatan, diagnosa keperawatan, dokter DPJP, keluhan,

rencana tindak lanjut, dan pada saat datang ke pasien,

perawat bersama timnya menanyakan tentang keluhan

pasien dan kemudian didokumentasikan. Substansi atau isi

materi overan sudah terfokus pada permasalahan

keperawatan yang dialami oleh pasien.

Berdasarkan hasil kuesioner menyatakantidak

melakukan overan dinas setiap shiftnya.

Analisis: Belum optimalnya kegiatan dan pelaksanaan

overan.

b) Kegiatan Ronde Keperawatan

Hasil observasi tanggal 26-28 November 2021

belum ada melakukan ronde keperawatan, tapi sudah

direncanakan akan diadakan 1 kali sebulan oleh kepala

ruangan dengan ketua tim ruangan Paru beserta bidang

keperawatan.

Analisis : Potensial Peningkatan kegiatan ronde

keperawatan.

c) Kolaborasi dan Koordinasi

Hasil wawancara dengan kepala ruangan tanggal 26

November 2021 menyatakan setiap bulannya diadakan

rapat bulanan. Rapat bulanan dilakukan pada minggu ke 4

24
hari selasa dalam rapat akan dibahas masalah terkait

masalah-masalah yang terjadi diruangan dan informasi baru

terkait peningkatan mutu pelayanan rumah sakit.

Analisis: Potensial Peningkatan kolaborasi dan koordinasi

d) Motivasi Kerja Perawat

Berdasarkan hasil observasi tanggal 26 November

2021 bahwa motivasi selalu diberikan dalam hal

peningkatan kinerja kepada perawat pelaksana. Dari hasil

observasi diruangan didapatkan data bahwa motivasi

perawat cukup baik terlihat dari kehadiran perawat datang

tepat waktu sesuai dengan jadwal yang sudah ditetapkan.

Analisis : Potensial Peningkatan motivasi kerja perawat.

4) Pengendalian

a) Program Pengendalian Mutu

Berdasarkan hasil Observasi diruangan Paru tanggal

26 November 2021 bahwa RSU Mayjen H.A Thalib sungai

penuh sudah mempunyai program pengendalian mutu yaitu

mutu rumah sakit yang terdiri dari :

1. Angka tidak terpakainya darah sesuai permintaan

2. Kejadian kesalahan identitas pada gelang pasien

3. Kejadian ketidaklengkapan verifikasi the read back

proses

25
4. Angka tidak terpasangnya stiker kuning dan segitiga

kuning pada pasien resiko jatuh

Sedangkan mutu rawat inap yaitu assessment awal

keperawatan.

Analisis: Potensial peningkatan kegiatan pengendalian

mutu pelayanan keperawatan.

b) Pengembangan Standar (SPO )

Hasil observasi bahwa SPO sudah ada diruangan masing-

masing, namun dalam aplikasinya perawat belum

sepenuhnya melakukan tindakan sesuai dengan SPO. Hasil

observasi pada tanggal 26-28 November 2021 bahwa dari 6

orang perawat pelaksana didapatkan masih kurangnya

keinginan perawat pelaksana untuk membaca SPO yang

sudah di tetapkan, perawat ruangan terlihat membaca buku

SPO tindakan. Berdasarkan hasil kuesioner 100% perawat

menyatakan telah melakukan tindakan keperawatan sesuai

dengan SPO yang ada.

Analisis :potensial pelaksanaan SPO diruangan.

c) Dokumentasi Proses Keperawatan

Standar dokumentasi keperawatan merupakan kebijakan

atau garis penentuan terhadap tindakan keperawatan yang

diberikan ukuran atau model terhadap hal yang sama yang

26
tepat dan dengan akurat ( Depkes 1995 dalam Nursalam,

2011 ).

Pada hasil dokumentasi perawat ditemukan adanya

EWS.Early Warning System (EWS) adalah sistem

peringatan dini yang dapat diartikan sebagai rangkaian

sistem komunikasi informasi yang dimulai dari deteksi

awal, dan pengambilan keputusan selanjutnya.Diteksi dini

merupakan gambaran dan isyarat terjadinya gangguan

fungsi tubuh yang buruk atau ketidakstabilan fisik pasien

sehingga dapat menjadi kode dan atau mempersiapkan

kejadian buruk dan meminimalkan dampaknya, penilaian

untuk mengukur peringatan dini ini menggunakan Early

Warning Score. National Early Warning Score (NEWS)

adalah sebuah pendekatan sistematis yang menggunakan

skoring untuk mengidentifikasi perubahan kondisi sesorang

sekaligus menentukan langkah selanjutnya yang harus

dikerjakan.Penilaian ini dilakukan pada orang dewasa

(berusia lebih dari 16 tahun), tidak untuk anak-anak dan ibu

hamil. Sistem ini dikembangkan oleh Royal College of

Physicians, the Royal College of Nursing, the National

Outreach Forum and NHS Training for Innovatio, London

tahun 2012. Sistem skoring NEWS menggunakan

pengkajian yang menggunakan 7 (tujuh) parameter

27
fisiologis yaitu tekanan darah sistolik, nadi, suhu, saturasi

oksigen, kebutuhan alat bantu O2 dan status kesadaran

untuk mendeteksi terjadinya perburukan/kegawatan kondisi

pasien yang tujuannya adalah mencegah hilangnya nyawa

seseorang dan mengurangi dampak yang lebih parah dari

sebelumnya. Pediatric Early Warning System (PEWS)

adalah penggunaan skor peringatan dini dan penerapan

perubahan kompleks yang diperlukan untuk pengenalan dini

terhadap pasien anak di rumah sakit.Sistem skoring PEWS

menggunakan pengkajian yang menggunakan 10 (sepuluh)

parameter fisiologis yaitu warna kulit, upaya respirasi,

penggunaan alat bantu O2, denyut jantung, waktu pengisian

capillary refill, tekanan darah sistolik, tingkat kesadaran dan

suhu untuk mendeteksi terjadinya perburukan/kegawatan

kondisi pasien yang tujuannya adalah mencegah hilangnya

nyawa seseorang dan mengurangi dampak yang lebih parah

dari sebelumnya.

Dari hasil observasi didapatkan data bahwa 100%

perawat melakukan pendokumentasian rencana asuhan

keperawatan setiap pergantian shift.Hasil observasi sudah

terdapat format pendokumentasian keperawatan dan dari 8

status yang di observasi didapatkan hasil dari point

intervensi, evaluasi, dan catatan asuhan keperawatan

28
(bedasarkan standar asuhan keperawatan menurut Depkes

1995, Dalam Nursalam 2011) sudah dilakukan secara

konsisten dan benar.

Analisis:potensial EWS pada Rekam medis di ruangan Paru

d) Kepuasan Pasien

Hasil dari wawancara diruang kelas I, II, III Paru

didapatkan hasil bahwa 5 orang keluarga pasien

menyatakan perawat bersikap sopan dan ramah dan selalu

memperhatikan keluhan pasien,perawat tidk menjelaskan

peraturan dan tata tertib di rumah sakit pada saat pasien

masuk baru rumah sakit, perawat meminta persetujuan

kepada pasien atau keluarga sebelum melakukan

tindakan,pasien menyatakan perawat ruangan dalam

melakukan tindakan sudah terampil dan percaya diri, dan

dari wawancara tersebut didapatkan bahwa pasien di

ruangan kelas I, II, III dan perinatologi menyatakan puas

atas pelayanan rumah sakit.

Berdasarkan hasil kuesioner 80% pasien atau

keluarga menyatakan merasa puas dengan pelayanan yang

diberikan kepada mereka.Bedasarkan hasil observasi

tanggal 26-28 November 2021 terdapat 1 orang pasien baru

masuk dan pasien pulang dan tenaga keperawatan ada 2

orang.Dari 2 orang perawat didapatkan 1 orang perawat

29
yang menerima pasien.dari 1 orang perawat yang menerima

pasien perawat tidak melakukan layanan orientasi kepada

pasien/keluarga seperti menjelaskan ruangan dan fasilitas,

rutinitas ruangan, (waktu mandi, waktu makan, jadwal

pergantian sprai, dan jadwal pembersihan ruangan),

kebijakan rumah sakit (kebijakan tentang penggunaan

gelang identitas pasien), tetapi perawat tidak menjelaskan

tentang cara cuci tangan, waktu kunjungan, larangan

membawa anak-anak, jumlah penunggu di ruangan pasien

dan penkes saat pasien pulang. Berdasarkan hasil kuesioner

50% pasien menyatakan `tidak diajarkan bagaimana cara

cuci tangan.. Sedangkan 90% pasien menyatakan dijelaskan

tentang jam besuk dan dokter penanggungjawab.

Analisis :
 Belum optimalnya pelayanan orientasi pada pasien baru

masuk.

30
BAB III
ANALISA SWOT DAN PERENCANAAN

A.
ANALISA SWOT

31
NO FAKTOR INTERNAL FAKTOR EKSTERNAL Masalah
Keperawatan
Strenght/ Kekuatan Weakness/Kelemahan Opportunity/ Threatened/
Peluang Ancaman
1. Pengarahan dan  S   
Pengawasan emua perawat Adan A Be
 Kepuasan pasien yang tidak ya institusi danya lum
(pelayanan) melaksanakan STIKes kesadaran optimalny
 P overan dinas Syedza yang lebih a kegiatan
erawat yang setiap Saintika tinggi dari dan
melakukan pergantian shift Padang yang perawatda pelaksana
kegiatan overan sesuai peraturan menggunaka lamemela an overan.
sesuai dengan yang sudah n lahan ksanakan
SOP ditetapkan oleh sebagai kegiatan
 5 rumah sakit. tempat overan
0% perawat praktek dinas
melakukan manajemen sebelum
kegiatan overan. keperawatan memulai
kegiatan/t
indakan
pada
pasien.
2. Pengendalian  M   Belum
 K etode Adan A optimalnya
penggunaan
epuasan pasien Tim,belum ya institusi danya
metoda tim dalam
(pelayanan) berjalan dengan STIKes tuntutan pemberian
 5 semestinyadiaki Syedza yang lebih asuhan
keperawatan di 32
0% perawat batkan uraiaan Saintika tinggi dari
ruang rawat inap,
melakukan tugas perawat Padang yang masyarak
B.
DAFTAR MASALAH

1. Belum optimalnya kegiatan dan pelaksanaan overran


2. Belum optimalnya penggunaan metoda tim dalam pemberian asuhan keperawatan di ruang rawat inap,
3. Belum optimal pelaksanaan pengurangan resiko jatuh di ruangan.

C.
PRIORITAS MASALAH

Penentuan urutan masalah yang menjadi prioritas dilakukan perhitungan dengan pembobotan pada setiap masalah yang ditemukan.

Proses memprioritaskan masalah yang akan dilakukan dengan pembobotan yang memperhatikan aspek sebagai berikut :

1) Magnitude (M)

Kecendrungan dan seringnya kejadian masalah

2) Severity (S)

Besarnya kerugian yang ditimbulkan

3) Manageable (Mn)

Bisa dipecahkan

4) Nursing Consern (Nc)

33
Melibatkan perhatian dan pertimbangan perawat

5) Affordability (A)

Ketersediaan sumber daya

Aspek – aspek diatas dapat diukur dengan cara

1) Magnitude/prevalensi masalah yaitu apabila masalah tersebut lebih banyak ditemukan (prevalensi tinggi)

2) Severity/akibat yang ditimbulkan yaitu apabila akibat yang ditimbulkan suatu masalah lebih serius

3) Manageable/bisa dipecahkan yaitu apabila masalah yang ada di yakini dapat dipecahkan (menentukan jalan keluar)

4) Nursing concern/keterlibatan perawat jika masalah tersebut akan selalu melibatkan dan memerlukan pertimbangan perawat

5) Affordability/keterbatasan sumber daya yaitu adanya sumber daya yang mencakup dana, sarana dan tenaga yang diperlukan

untuk menyelesaikan suatu masalah

Dengan rentang nilai 1-5 yaitu : 5=sangat penting, 4=penting, 3=cukup penting, 2=kurang penting, 1=sangat kurang penting.

dimana yang terjadi prioritas adalah masalah dengan nilai atau skor paling besar. Skor akhir dirumuskan dengan cara M x S x

Mn x Nc x Af

34
PRIORITAS MASALAH MANAJEMEN KEPERWATAN
dengan PSBN di RUANGAN PARU RSU MAYJEN H.A THALIB KERINCI

No MASALAH M S Mn Nc Af SKOR Masalah


prioritas
1. Belum optimalnya kegiatan dan 5 5 5 5 5 3.125 1
pelaksanaan overan.
2. Belum optimalnya penggunaan metoda 4 3 5 5 5 1.500 2
tim dalam pemberian asuhan keperawatan
di ruang rawat inap,

35
Hasil pembobotan ini adalah hasil sementara yang akan disepakati saat presentasi awal bersama pihak rumah sakit. Metode
pembobotan didapatkan urutan prioritas masalah berdasarkan skor yang paling besar dan atas dasar pertimbangan waktu,
keterbatasan sumber daya dan kewenang, maka masalah yang akan diatasi terlebih dahulu adalah:

a. Belum optimalnya kegiatan dan pelaksanaan overan.

b. Belum optimalnya penggunaan metoda tim dalam pemberian asuhan keperawatan di ruang rawat inap,

D.
PLANNING OF ACTION (POA)

a. Masalah: Belum optimalnya kegiatan dan pelaksanaan overan.

36
KEGIATAN SASARAN PENGANGGUNG TEMPAT Indikator
WAKTU JAWAB
Belum optimalnya kegiatan  Dedi Ruang Menerapkan
dan pelaksanaan kegiatan 03-04 P Deasy Rawat Paru terlaksanya
overan Desember eraw Dian kegiatan dan
1. Berko 2021 at Baitul pelaksanaan
laborasi dengan Pela Era overan.
kepala ruangan hal- ksan
hal yang a
dipersiapkan ketika
mengadakan
kegiatan overan.

Masalah: Belum optimalnya penggunaan metoda tim dalam pemberian asuhan keperawatan di ruang rawat inap

37
KEGIATAN WAKTU SASARAN PENGANGGUNG TEMPAT Indikator
JAWAB
Belum optimalnya  Aura Ruang Menerapkan
penggunaan metoda tim 03-04 P Ginarti Rawat Paru terlaksanya metoda
dalam pemberian Desember eraw Esi tim untuk
asuhan keperawatan di 2021 at Egi melakukan asuhan
ruang rawat inap, Pela Annisa keperawatan
2,
Berkolaborasi dengan ksan Eva
kepala ruangan untuk a
mengoptimalkan metoda
tim dalam melakukan
asuhan keperawatan

38

Anda mungkin juga menyukai