Dosen Pembimbing :
Sheylla Septina M., S.Kep.Ns.,M.Kep
OLEH :
Sukma Putri Sholikah (10217059)
Puji Syukur saya ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala rahmat dan
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan asuhan keperawatan gawat darurat dengan
baik dan tepat waktu.
Asuhan keperawatan gawat darurat ini disusun untuk memenuhi tugas PBK 3. Selain
itu, asuhan keperawatan gawat darurat ini disusun untuk memperluas ilmu tentang asuhan
keperawatan pada keadaan gawat darurat.
Saya mengakui masih banyak kekurangan dalam pembuatan asuhan keperawatan ini
karena pengalaman dan pengetahuan yang saya miliki masih kurang. Oleh karena itu, saya
berharap kepada pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun
untuk kesempurnaan asuhan keperawatan gawat darurat ini.
Saya berharap asuhan keperawatan gawat darurat ini dapat bermanfaat bagi pembaca
dalam rangka menambah pengetahuan juga wawasan.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................3
HALAMAN PENGESAHAN....................................................................................................4
BAB I LAPORAN PENDAHULUAN
A. Definisi................................................................................................................................5
B. Anatomi Fisiologi...............................................................................................................5
C. Klasifikasi...........................................................................................................................7
D. Manifestasi Klinis Terjadinya Gangguan...........................................................................8
E. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi....................................................................................8
F. Masalah yang Terjadi..........................................................................................................9
G. Patofisiologi........................................................................................................................9
H. WOC.................................................................................................................................10
I. Penatalaksanaan................................................................................................................11
J. Asuhan Keperawatan Secara Teori...................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................15
KASUS 2..................................................................................................................................16
BAB 2 ASUHAN KEPERAWATAN.....................................................................................17
BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Definisi
Menurut Brain Injury Association Of America (2009), cidera kepala adalah suatu
kerusakan pada kepala, bukan bersifat congenital atau degenerative, tetapi disebabkan
oleh benturan fisik dari luar yang dapat mengakibatkan kerusakan kemampuan kognitif
maupun fisik.
Cedera kepala adalah trauma yang mengenai otak disebabkan oleh kekuatan
eksternal yang menimbulkan peubahan tingkat kesadaran dan perubahan kemampuan
kognitif, fungsi fisik, fungsi tingkah laku dan emosional (Widagdo, 2007).
Cidera kepala berat adalah cidera kepala yang mengakibatkan penurunan
kesadaran dengan skor GCS 3-8, mengalami amnesia > 24 jam (Haddad, 2012).
B. Anatomi Fisiologi
Dalam buku Anatomi dan Fisiologi (Ethel Sloane, 2014) :
1. Anatomi dan Fisiologi Kepala
a. Kulit Kepala
Pada bagian ini tidak terdapat banyak pembuluh darah. Bila robek, pembuluh-
pembuluh ini sukar mengadakan vasokonstriksi yang dapat menyebabkan
kehilangan darah yang banyak. Terdapat vena emiseria dan diploika yang dapat
membawa infeksi dari kulit kepala sampai dalam tengkorak(intracranial) trauma
dapat menyebabkan abrasi, kontusio, laserasi, atau avulasi.
b. Tulang Kepala
Terdiri dari calvaria (atap tengkorak) dan basis eranium (dasar tengkorak).
Fraktur tengkorak adalah rusaknya kontinuibis tulang tengkorak disebabkan oleh
trauma. Fraktur calvarea dapat berbentuk garis (liners) yang bisa non impresi
(tidak masuk / menekan kedalam) atau impresi. Fraktur tengkorak dapat terbuka
(dua rusak) dan tertutup (dua tidak rusak). Tulang kepala terdiri dari 2 dinding
yang dipisahkan tulang berongga, dinding luar (tabula eksterna) dan dinding
dalam (labula interna) yang mengandung aluralur artesia meningia anterior, indra
dan prosterion. Perdarahan pada arteriaarteria ini dapat menyebabkan
tertimbunya darah dalam ruang epidural.
c. Lapisan Pelindung otak / Meninges
Terdiri dari 3 lapisan meninges yaitu durameter, Asachnoid dan piameter.
1) Durameter adalah membran luas yang kuat, semi translusen, tidak elastis
menempel ketat pada bagian tengkorak. Bila durameter robek, tidak dapat
diperbaiki dengan sempurna. Fungsi durameter :
a) Melindungi otak
b) Menutupi sinus-sinus vena (yang terdiri dari durameter dan lapisan
endotekal saja tanpa jaringan vaskuler)
c) Membentuk periosteum tabula interna.
2) Arachnoid adalah membrane halus, vibrosa dan elastis, tidak menempel pada
dura. Diantara durameter dan arachnoid terdapat ruang subdural yang
merupakan ruangan potensial. Pendarahan subdural dapat menyebar dengan
bebas. Dan hanya terbatas untuk seluas valks serebri dan tentorium. Vena-
vena otak yang melewati subdural mempunyasedikit jaringan penyokong
sehingga mudah cedera dan robek pada trauma kepala.
3) Piameter adalah membran halus yang sangat kaya dengan pembuluh darah
halus, masuk kedalam semua sulkus dan membungkus semua girus, kedua
lapisan yang lain hanya menjembatani sulkus. Pada beberapa fisura dan
sulkus di sisi medial homisfer otak. Prametar membentuk sawan antar
ventrikel dan sulkus atau vernia. Sawar ini merupakan struktur penyokong
dari pleksus foroideus pada setiap ventrikel. Diantara arachnoid dan
parameter terdapat ruang subarachnoid, ruang ini melebar dan mendalam
pada tempat tertentu. Dan memungkinkan sirkulasi cairan cerebrospinal. Pada
kedalam system vena.
d. Otak. Otak terdapat didalam iquor cerebro Spiraks. Kerusakan otak yang
dijumpai pada trauma kepala dapat terjadi melalui 2 campuran :
1) Efek langsung trauma pada fungsi otak
2) Efek-efek lanjutan dari sel- sel otakyang bereaksi terhadap trauma.
Apabila terdapat hubungan langsung antara otak dengan dunia luar (fraktur
cranium terbuka, fraktur basis cranium dengan cairan otak keluar dari hidung /
telinga), merupakan keadaan yang berbahaya karena dapat menimbulkan
peradangan otak. Otak dapat mengalami pembengkakan (edema cerebri) dan
karena tengkorak merupakan ruangan yang tertutup rapat, maka edema ini akan
menimbulkan peninggian tekanan dalam rongga tengkorak (peninggian tekanan
tekanan intra cranial).
e. Tekanan Intra Kranial (TIK)
Tekanan intra cranial (TIK) adalah hasil dari sejumlah jaringan otak, volume
darah intracranial dan cairan cerebrospiral di dalam tengkorak pada 1 satuan
waktu. Keadaan normal dari TIK bergantung pada posisi pasien dan berkisar ± 15
mmHg. Ruang cranial yang kalau berisi jaringan otak (1400 gr), Darah (75 ml),
cairan cerebrospiral (75 ml), terhadap 2 tekanan pada 3 komponen ini selalu
berhubungan dengan keadaan keseimbangan Hipotesa Monro – Kellie
menyatakan : Karena keterbatasan ruang ini untuk ekspansi di dalam tengkorak,
adanya peningkatan salah 1 dari komponen ini menyebabkan perubahan pada
volume darah cerebral tanpa adanya perubahan, TIK akan naik. Peningkatan TIK
yang cukup tinggi, menyebabkan turunnya batang otak (Herniasi batang otak)
yang berakibat kematian.
C. Klasifikasi
Jika dilihat dari ringan sampai berat, maka dapat kita lihat sebagai berikut (Amin, 2015) :
1. Berdasarkan Patologi
a. Cedera Kepala Primer
Merupakan akibat dari cedera awal. Cedera awal menyebabkan gangguan integritas
fisik, kimia, dan listrik dari sel di area tersebut, yang menyebabkan kematian sel.
b. Cedera Kepala Sekunder
Merupakan cedera yang menyebabkan kerusakan otak lebih lanjut yang terjadi
setelah trauma sehingga meningkatkan TIK tak terkendali.
2. Menurut Jenis Cedera
a. Cedera kepala terbuka kulit mengalami laserasi sampai pada merusak tulang
tengkorak.
b. Cedera kepala tertutup dapat disamakan gagar otak ringan dengan disertai edema
cerebra.
3. Menurut Berat ringannya
a. Cedera kepala ringan (CKR)
Jika GCS antara 14-15, dapat terjadi kehilangan kesadaran kurang dari 30 menit,
tetapi ada yang menyebut kurang dari 2 jam, jika ada penyerta seperti fraktur
tengkorak, kontusio atau temotom (sekitar 55% ).
b. Cedera kepala kepala sedang (CKS)
Jika GCS antara 9-13, hilang kesadaran atau amnesia antara 30 menit -24 jam,
dapat mengalami fraktur tengkorak, disorientasi ringan ( bingung ).
c. Cedera kepala berat (CKB)
Jika GCS 3-8, hilang kesadaran lebih dari 24 jam, juga meliputi contusio cerebral,
laserasi atau adanya hematoina atau edema.
G. Patofisiologi
Otak dapat berfungsi dengan baik bila kebutuhan oksigen dan glukosa dapat
terpenuhi. Energi yang dihasilkan di dalam sel-sel saraf hampir seluruhnya melalui
proses oksidasi. Otak tidak mempunyai cadangan oksigen, jadi kekurangan aliran darah
ke otak walaupun sebentar akan menyebabkan gangguan fungsi. Demikian pula dengan
kebutuhan oksigen sebagai bahan bakar metabolisme otak tidak boleh kurang dari 20 mg
% karena akan menimbulkan koma. Kebutuhan glukosa sebanyak 25 % dari seluruh
kebutuhan glukosa tubuh, sehingga bila kadar glukosa plasma turun sampai 70% akan
terjadi gejala-gejala permulaan disfungsi serebral seperti kesulitan dalam berbicara,nyeri
di kepakla dan bola mata, tampak berkeringat, bisa muntah, dan terjadi kerusakan fungsi
motorik. Dari sini dapat muncul masalah keperawatan gangguan perfusi jaringan
serebral.
Pada saat otak mengalami hipoksia, tubuh berusaha memenuhi kebutuhan oksigen
melalui proses metabolik anaerob yang dapat menyebabkan dilatasi pembuluh darah.
Pada kontusio berat, hipoksia atau kerusakan otak akan terjadi penimbunan asam laktat
akibat metabolisme anaerob. Hal ini akan menyebabkan asidosis metabolik.
Dalam keadaan normal cerebral bood flow (CBF) adalah 50-60 ml/menit/100 gr
jaringan otak yang merupakan 15 % dari cardiac output. Trauma kepala menyebakan
perubahan fungsi jantung sekuncup aktivitas atypical-myocardial, perubahan tekanan
vaskuler dan udem paru. Perubahan otonom pada fungsi ventrikel adalah perubahan
gelombang T dan P dan disritmia, fibrilasi atrium dan ventrikel, takikardia.
Akibat adanya perdarahan otak akan mempengaruhi tekanan vaskuler, dimana
penurunan tekanan vaskuler menyebabkan pembuluh darah arteriol akan berkontraksi.
Pengaruh persarafan simpatik dan parasimpatik pada pembuuh darah arteri dan arteriol
otak tidak begitu besar
H. WOC
I. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan medik cedera kepala yang utama adalah mencegah terjadinya
cedera otak sekunder. Cedera otak sekunder disebabkan oleh faktor sistemik seperti
hipotensi atau hipoksia atau oleh karena kompresi jaringan otak. (Tunner, 36 2000).
Pengatasan nyeri yang adekuat juga direkomendasikan pada pendertia cedera kepala
(Turner, 2000).
Penatalaksanaan umum adalah
1. Nilai fungsi saluran nafas dan respirasi
2. Stabilisasi vertebrata servikalis pada semua kasus trauma
3. Berikan oksigenasi
4. Awasi tekanan darah
5. Kenali tanda-tanda shock akibat hipovelemik atau neurogenik
6. Atasi shock
7. Awasi kemungkinan munculnya kejang.
Penatalaksanaan lainnya:
1. Dexamethason/kalmethason sebagai pengobatan anti edema serebral, dosis sesuai
dengan berat ringannya trauma.
2. Therapi hiperventilasi (trauma kepala berat). Untuk mengurangi vasodilatasi.
3. Pemberian analgetika
4. Pengobatan anti oedema dengan larutan hipertonis yaitu manitol 20% atau glukosa
40 % atau gliserol 10 %.
5. Antibiotika yang mengandung barrier darah otak (penisilin).
6. Makanan atau cairan. Pada trauma ringan bila terjadi muntah-muntah tidak dapat
diberikan apa-apa, hanya cairan infus dextrosa 5%, aminofusin, aminofel (18 jam
pertama dan terjadinya kecelakaan), 2-3 hari kemudian diberikana makanan lunak,
Pada trauma berat, hari-hari pertama (2-3 hari), tidak terlalu banyak cairan. Dextrosa
5% untuk 8 jam pertama, ringer dextrose untuk 8 jam kedua dan dextrosa 5% untuk 8
jam ketiga. Pada hari selanjutnya bila kesadaran 37 rendah, makanan diberikan
melalui ngt (2500-3000 tktp). Pemberian protein tergantung nilai urea.
Tindakan terhadap peningkatan TIK yaitu:
1. Pemantauan TIK dengan ketat
2. Oksigenisasi adekuat
3. Pemberian manitol
4. Penggunaan steroid
5. Peningkatan kepala tempat tidur
6. Bedah neuro.
Tindakan pendukung lain yaitu:
1. Dukungan ventilasi
2. Pencegahan kejang
3. Pemeliharaan cairan, elektrolit dan keseimbangan nutrisi
4. Terapi anti konvulsan
5. Klorpromazin untuk menenangkan klien
6. Pemasangan selang nasogastrik.
Haddad, S.H., & Arabi, Y.M. 2010. Critical care manajementof severe traumatic brain injury
in adults. Scan J Trauma ResuscEmerg Med 20 (12) :1-15.
Widagdo, Wahyu, dkk. 2007. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem
Persarafan. Jakarta: Tim Penerbit Buku Kesehatan.
KASUS 2
Pasien yang dijadikan subjek studi kasus adalah Tn. Y.T (inisial) dirawat di ruangan Kelimutu RSUD
Prof. Dr.W.Z Johannes Kupang dengan diagnosa medis CKB (Cedera Kepala Berat).Nomor Rekam
medik pasien adalah 493383. Usia pasien 51 tahun, jenis kelamin laki-laki, suku Timor, menganut
agama Kristen Protestan, pekerjaan pasien adalah sebagai petani, Pendidikan terakhir SD (Sekolah
Dasar), dan bertempat tinggal di Oemofa , Naibonat. Tanggal pengkajian Minggu, 24 Juni 2018. b.
Pengkajian Data Dalam melakukan asuhan keperawatan tahap awal yang penulis lakukan adalah
mengumpulkan data tentang status sehat-sakit pasien. Proses pengumpulan data tentang status sehat-
sakit pasien dengan menggunakan pendekatan wawancara, pemeriksaan fifik, studi dokumentasi, dan
pengobatan. Data tentang status sehatsakit pasien dapat dikategorikan menjadi data subjektif dan data
objektif. Data subjektif diperoleh dengan menggunakan pendekatan wawancara. Sedangkan data
objektif diperoleh dengan melihat kondsi pasien yang dialami pada saat itu. a) Keluhan Utama
Keluarga mengatakan pasien jatuh dari pohon kelapa setinggi 10 meter jam 06.00 pagi tanggal 20 Juni
2018 dan tidak sadarkan diri, setelah itu keluarga membawa pasien ke Puskesmas Oenutono untuk
mendapat pertolongan pertama. Setelah itu pihak Puskesmas merujuk pasien ke RSU Naibonat untuk
mendapatkan pemeriksaan foto rontgen. Pada pukul 16.00 WITA pasien dirujuk kembali ke RSUD
Prof. Dr.W.Z. Johannes Kupang untuk mendapatkan penanganan yang lengkap termasuk pemeriksaan
CT Scan kepala. b) Riwayat Penyakit Sebelumnya Keluarga mengatakan pasien tidak pernah sakit
seperti ini sebelumnya dan jarang pergi ke rumah sakit. Pasien memiliki istri dan 2 orang anak. c)
Riwayat Penyakit Sekarang Keluarga mengatakan pasien tidak sadarkan diri sejak 4 hari yang lalu.
Pasien terpasang infus futrolit 20 tetes per menit, NGT dan dower kateter. d) Pemeriksaan Fisik
Setelah dilakukan pemeriksaan fisik didapatkan hasil tandatanda vital, TD : 130/80 mmHg, N : 64 x /
menit, RR : 20 x / menit, S : 36,7º C. Keadaan umum pasien lemah, kesadaran somnolen, nilai GCS :
E1V2M5, Capillary Refill time < 3 detik, inspeksi pupil isokor. Inspeksi kulit ada lecet di pinggang
bagian kanan, skala kekuatan tonus otot 5, ADL pasien semua dibantu oleh perawat dan keluarga
( mandi, berpakaian, toileting, makan dan minum). Hasil pemeriksaan penunjang foto rontgen cervical
dan pelvis yaitu tidak terdapat fraktur. Hasil pemeriksaan penunjang CT Scan kepala adalah terdapat
gumpalan darah di 3 titik pada bagian kepala belakang tepatnya di tulang occipital. Hasil pemeriksaan
laboratorium ialah Urea 22 mg/dl, Creatinin 0,8 mg/dl, AST/SGOT 50 u/L, dan ALT/SGPT 37 u/L.
Pasien mendapatkan terapi obat futrolit 1500 cc / 24 jam, Tetracef 1x1 gr/IV, Ranitidine 2x50 mg/IV,
Ketorolac 2x30 mg/IV, Plasmirex 3x500 mg/IV, Vitamin K 3x10 mg/IV, dan Manitol 4x150 cc/IV.
BAB 2
ASUHAN KEPERAWATAN
PRODI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
INSTITUT ILMU KESEHATAN
BHAKTI WIYATA KEDIRI
Data umum
Nama : Tn. Y.T
Umur : 51 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Kristen Protestan
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Petani
Alamat : Oemofa
No. Registrasi : 493383
Diagnosa medis : Cedera Kepala Berat
Tanggal MRS : 20 Juni 2018 Pukul : 16.00
Tanggal pengkajian : 24 Juni 2018 Pukul : 12.00
Bila pasien di IGD
Triage pada pukul : 16.02
Kategori triage : P1 P2 P3
Data khusus
1. Subyektif
Keluhan utama (chief complaint): Pasien tidak sadarkan diri saat pengkajian
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Menurut Ahency for Health Care Polcy and Research (Data Obyektif)
Intensitas
No Diskripsi
Nyeri
Ti
1 Pasien mengatakan tidak nyeri
dak Nyeri
2. Obyektif
Keadaan umum : Baik Sedang Lemah
A. AIRWAY
Snoring Ya Tidak
Gurgling Ya Tidak
Stridor Ya Tidak
Wheezing Ya Tidak
Perdarahan Ya Tidak
Benda asing Ya Tidak Sebutkan................
B. BREATHING
Gerakan dada Simetris Asimetris
Gerakan paradoksal Ya Tidak
Retraksi intercosta Ya Tidak
Retraksi suprasternal Ya Tidak
Retraksi substernal Ya Tidak
Retraksi supraklavikular Ya Tidak
Retraksi Intraklavikula Ya Tidak
Gerakan diafragma Normal Tidak
C. CIRCULATION
Akral tangan dan kaki Hangat Dingin
Kualitas nadi Kuat Lemah
CRT < 2 dt > 2 dt
Perdarahan Ya Tidak
D. DISABILITY/STATUS NEUROLOGI
Tingkat kesadaran :
Alert : sadar dan orientasi baik
Verbal : respon terhadap suara (sadar tapi bingung atau tidak sadar tapi berespon terhadap
suara
Pain : tidak sadar tapi berespon terhadap nyeri
Unresponsive : tidak sadar, tidak ada reflek batuk/reflek gag
GCS Eye: 1 Verbal: 2 Motorik: 5 Total: 8
Pupil : Isokor Anisokor
Reaksi terhadap cahaya : Ya tidak
B. Kimia Darah
Ureum : 22 mg/dl ( N : 10 – 50 mg / dl )
Creatinin : 0,8 mg/dl ( N : 07 – 1,5 mg / dl )
SGOT : 50 u/L ( N : 2 – 17 )
SGPT : 37 u/L ( N : 3 – 19 )
BUN :......................... ( N : 20 – 40 / 10 – 20 mg / dl )
Bilirubin :..........................( N : 1,0 mg / dl )
Total Protein :...................... ( N : 6,7 – 8,7 mg / dl )
GD Puasa :..........................( N : 100 mg / dl )
GD 2 JPP :..........................( N : 140 – 180 mg / dl )
C. Analisa elektrolit
Natrium :..........................( N : 136 – 145 mmol / l )
Kalium :..........................( N : 3,5 – 5,0 mml / l )
Clorida :..........................( N : 98 – 106 mmol / l )
Calsium :..........................( N : 7,6 – 11,0 mg / dl )
Phospor :..........................( N : 2,5 – 7,07 mg / dl )
G. GIVE COMFORT
Pasien tidak sadarkan diri sehingga pengkajian give comfort tidak terkaji
H. HISTORY (MIVT)
M : Mechanism
…………………………………………………………………...
I : Injuries Suspected
…………………………………………………………………...
V : Vital sign on scene
…………………………………………………………………..
T : Treatment received
Pasien mendapatkan terapi obat :
- Futrolit 1500 cc / 24 jam,
- Tetracef 1x1 gr/IV
- Ranitidine 2x50 mg/IV
- Ketorolac 2x30 mg/IV
- Plasmirex 3x500 mg/IV
- Vitamin K 3x10 mg/IV
- Manitol 4x150 cc/IV.
Mata
Palpebra oedema Ya Tidak
Sklera Ikterik Kemerahan Normal
Konjungtiva Anemis Kemerahan Normal
Pupil Isokor Anisokor
Midriasis Ø: mm
Miosis Ø: mm.
Reaksi terhadap cahaya: ...../......
Racoon eyes Ya Tidak
Hidung
Bentuk Normal Tidak
Laserasi/jejas Ya Tidak
Epistaksis Ya Tidak
Nyeri tekan Ya Tidak
Pernafasan cuping hidung Ya Tidak
Terpasang oksigen: 3 lpm
Gangguan penciuman Ya Tidak
Telinga
Bentuk Normal Tidak
Othorhea Ya Tidak
Cairan Ya Tidak
Gangguan pendengaran Ya Tidak
Luka Ya Tidak
Mulut
Mukosa Lembab Kering Stomatitis
Luka Ya Tidak
Perdarahan Ya Tidak
Muntahan Ya Tidak
Leher
Deviasi trakhea Ya Tidak
JVD Normal Meningkat Menurun
Pembesaran kelenjar tiroid Ya Tidak
Deformitas leher Ya Tidak
Contusio/memar Ya Tidak
Abrasi/luka babras Ya Tidak
Penetrasi/luka tusuk Ya Tidak
Burns/luka bakar Ya Tidak
Tenderness/kekakuan Ya Tidak
Laserasi Ya Tidak
Swelling/bengkak Ya Tidak
Pain/nyeri Ya Tidak
Instability Ya Tidak
Crepitasi Ya Tidak
Thoraks :
Deformitas Ya Tidak
Contusio/memar Ya Tidak
Abrasi/luka babras Ya Tidak
Penetrasi/luka tusuk Ya Tidak
Burns/luka bakar Ya Tidak
Laserasi Ya Tidak
Swelling/bengkak Ya Tidak
Instability Ya Tidak
Crepitasi Ya Tidak
Gerakan paradoksal Simetris Tidak
Paru – paru :
Pola nafas, irama : Teratur Tidak teratur
Jenis Dispnoe Kusmaul Cheyne Stokes
Lain-lain:...........
Suara nafas Vesikuler Bronkial Bronkovesikuler
Suara nafas tambahan :
Ronkhi Wheezing Stridor Crackles
Lain-lain:..............
Batuk Ya Tidak Produktif Ya Tidak
Sputum: - Warna................ Jumlah....................... Bau....................
Konsistensi................
Jantung
Iktus cordis teraba pada ICS V
Irama jantung Reguler Ireguler
S1/S2 tunggal Ya Tidak
Bunyi jantung tambahan Murmur Gallops Rhitme lain-lain: .........
Nyeri dada Ya Tidak
Pulsasi Sangat kuat Kuat, teraba Lemah
Teraba hilang timbul tidak teraba
CVP: Ada Tidak ada
Tempat CVP Subklavia Brachialis Femoralis
Pacu jantung Ada Tidak ada
Jenis: Permanen Sementara
Abdomen
Jejas Ya Tidak
Nyeri tekan Ya Tidak
Distensi Ya Tidak
Massa Ya Tidak
Peristaltik usus 12 x/menit
Mual Ya Tidak
Muntah Ya Tidak
Frekuensi............., Jumlah.............cc, warna..............
Pembesarah hepar Ya Tidak
Pembesaran lien Ya Tidak
Ekstremitas
Deformitas Ya Tidak
Contusio/memar Ya Tidak
Abrasi/luka babras Ya Tidak
Penetrasi/luka tusuk Ya Tidak
Burns/luka bakar Ya Tidak
Tenderness/kekakuan Ya Tidak
Laserasi/jejas Ya Tidak
Swelling/bengkak Ya Tidak
Restaint Ya Tidak
Kontraktur Ya Tidak
Parese Ya Tidak
Plegi Ya Tidak
Nyeri tekan Ya Tidak
Pulsasi Sangat kuat Kuat, teraba Lemah
Teraba hilang timbul tidak teraba
Fraktur Ya Tidak
Crepitasi Ya, di......... Tidak
Kekuatan otot 5 5
5 5
Oedema - -
- -
Kulit
Turgor Baik Sedang Jelek
Decubitus Ada Tidak Lokasi:…………
Pelvis/Genetalia
Deformitas Ya Tidak
Swelling/bengkak Ya Tidak
Perdarahan Ya Tidak
Instability Ya Tidak
Crepitasi Ya, di......... Tidak
Kebersihan area genital Bersih Kotor
Priapismus Ya Tidak
Incontinensia urine Ya Tidak
Retensi Urine Ya Tidak
b. Pola Eliminasi
No Pemenuhan Sebelum Sakit Setelah Sakit
Eliminasi BAB
/ BAK
1 Jumlah / Waktu BAK Pasien terpasang dower
Pagi : 2x kateter
Siang : 1x BAB : Tidak BAB
Malam : 1x
BAB :1x sehari
2 Warna BAB : Kuning Pasien terpasang dower
BAK : Kuning jernih kateter
3 Bau BAB : Khas feses Pasien terpasang dower
BAK : Khas urine kateter
4 Konsistensi BAB : Lunak Pasien terpasang dower
kateter
5 Masalah Tidak ada masalah Pasien terpasang dower
eliminasi eliminasi kateter
6 Cara mengatasi Tidak ada Pasien dipasang dower
masalah kateter
Edukasi :
- Menganjurkan menghubungi
perawat jika tanda dan gejaa
kelelahan tidak berkurang