“VENTILASI MEKANIK”
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 3 (A 2016 1)
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini
dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di
akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-
Nya, baik itu berupa sehar fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah Keperawatan
Kritis dengan judul “Ventilasi Mekanik”.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih terdapat kesalahan serta
kekurangan di dalamnya. Untuk itu penulis mengharapkan kritik serta saran dari
pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah
yang lebih baik lagi. Demikian, apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini
penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.
Kelompok 3
DAFTAR ISI
halaman
HALAMAN JUDUL ....................................................................................................
KATA PENGANTAR ..................................................................................................
DAFTAR ISI .................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..........................................................................................
B. Rumusan Masalah .....................................................................................
C. Tujuan ......................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Terminologi ................................................................................................
B. Learning Issues...........................................................................................
C. Menjawab Learning Issues .........................................................................
D. Skema .........................................................................................................
E. Learning Objective .....................................................................................
1. Definisi Ventilasi Mekanik ............................................................
2. Tujuan Pemasangan Ventilasi Mekanik .........................................
3. Indikasi Pasien ICU .......................................................................
4. Indikasi Pemasangan Ventilasi Mekanik .......................................
5. Kontraindikasi Pemasangan Ventilasi Mekanik ............................
6. Jenis Ventilasi Mekanik .................................................................
7. Kriteria Pemasangan Ventilasi Mekanik ........................................
8. Setting Ventilator ...........................................................................
9. Mode Ventilator .............................................................................
10. Prosedur Pemasangan.....................................................................
11. Perawatan Ventilasi Mekanik ........................................................
12. Indikasi Weaning Ventilator ..........................................................
13. Lama Penggunaan Ventilasi Mekanik ...........................................
14. Penyapihan .....................................................................................
15. Asuhan Keperawatan .....................................................................
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ...............................................................................................
B. Saran ..........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ventilasi mekanik (ventilator) memegang peranan penting bagi dunia
keperawatan kritis, dimana perannya sebagai pengganti bagi fungsi ventilasi bagi
pasien dengan gangguan fungsi respiratorik (Sundana, 2014). Ventilator
merupakan alat bantu pernafasan bertekanan negatif atau positif yang
menghasilkan udara terkontrol pada jalan nafas sehingga pasien mampu
mempertahankan ventilasi dan pemberian oksigen dalam jangka waktu lama.
Dimana tujuan dari pemasangan ventilator tersebut adalah mempertahankan
ventilasi alveolar secara optimal untuk memenuhi kebutuhan metabolik pasien,
memperbaiki hipoksemia dan memaksimalkan transport oksigen (Purnawan.
2010).
Ventilator mekanik merupakan alat yang digunakan untuk membantu fungsi
pernapasan. Penggunaannya diindikasikan untuk pasien dengan hipoksemia,
hiperkapnia berat dan gagal napas. Ventilator mekanik merupakan salah satu
aspek yang penting dan banyak digunakan bagi perawatan pasien yang kritis di
Intensive Care Unit (ICU), dengan penggunaan di Amerika Serikat mencapai 1,5
juta per tahun.
Pemasangan ventilasi mekanik pada pasien harus memperhatikan banyak hal
agar tidak memperburuk kondisi pasien mulai dari kondisi pasienya hingga
prosedur-prosedur yang harus dilakukan. Oleh karena itu, dalam makalah ini akan
dibahas lebih lanjut tentang ventilasi mekanik dan asuhan keperawatan yang
dapat seorang perawat berikan terhadap pasien yang terpasang ventilasi mekanik.
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari ventilasi mekanik?
2. Apa tujuan pemasangan ventilasi mekanik?
3. Apa indikasi pasien yang dimasukkan ke ruang ICU?
4. Apa indikasi pemasangan ventilasi mekanik?
5. Apa saja kontraindikasi ketika pemasangan ventilasi mekanik?
6. Apa saja jenis-jenis dari ventilasi mekanik?
7. Apa yang menjadi kriteria pemasangan ventilasi mekanik?
8. Bagaimana setting pada ventilator?
9. Apa saja mode pada ventilator?
10. Bagaimana prosedur pemasangan ventilasi mekanik?
11. Bagaimana perawatan yang diberikan pada pasien yang terpasang ventilator?
12. Bagaimana indikasi dilakukannya weaning ventilator?
13. Berapa lama seorang pasien dipasang ventilator?
14. Bagaimana proses penyapihan pada pasien yang terpasang ventilator?
15. Bagaimana asuhan keperawatan yang dapat diberikan terhadap pasien yang
terpasang ventilator?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui definisi dari ventilasi mekanik.
2. Untuk mengetahui tujuan dari pemasangan ventilasi mekanik.
3. Untuk mengetahui indikasi seorang pasien dipindahkan atau dimasukkan ke
ruangan ICU.
4. Untuk mengetahui dan memahami indikasi dipasangnya ventilasi mekanik.
5. Untuk mengetahui kontraindikasi dari pemasangan ventilasi mekanik.
6. Untuk mengetahui dan memahami jenis-jenis dari ventilasi mekanik.
7. Untuk mengetahui kriteria pemasangan ventilasi mekanik pada pasien.
8. Untuk mengetahui dan memahami setting dalam pemggunaan ventilasi
mekanik.
9. Untuk mengetahui mode-mode dalam ventilasi mekanik.
10. Untuk mengetahui dan memahami cara atau prosedur dalam pemasangan alat
ventilasi mekanik.
11. Untuk mengetahui dan memahami proses pemantauan pada pasien selama
terpasang ventilator.
12. Untuk mengetahui indikasi dilakukannya weaning ventilator.
13. Untuk mengetahui waktu maksimal pemasangan ventilator terhadap pasien.
14. Untuk mengetahui dan memahami cara atau prosedur penyapihan terhadap
seorang pasien yang terpasang ventilator.
15. Untuk mengetahui dan memahami bentuk asuhan keperawatan yang dapat
diberikan kepada seorang pasien yang terpasang ventilator.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Terminologi
1. Ventilasi Mekanik adalah tindakan awal oleh petugas kesehatan untuk
respirasi yang bermasalah atau mempertahankan ventilasi, serta
menyeimbangan antara oksigen dan karbon monoksida.
2. Orofaringeal adalah sebuah alat yang dikenal dengan istilah opa berfungsi
untuk mempertahankan kepatenan jalan nafas.
3. Continuous Positive Airway Pressure adalah untuk pasien yang mengalami
masalah kesehatan.
4. Samnolen adalah suatu status kesadaran pasien yang digambarkan dimana
pasien seperti mengantuk berat, atau kesadaran menurun, respon psikomotor
yang lambat bahkan tertidur ringan tapi dapat dibangunkan atau disadarkan
dengan diberikan rangsangan.
5. Volume tidal adalah udara yang dihirup dalam satu hirupan nafas normal.
6. Triger adalah kekakuan.
7. Distensi abnormalitas adalah penumpukan cairan atau gas pada abdomen.
8. Analisa gas darah adalah prosedur pemeriksaan yang bertujuan untuk
mengukur jumlah oksigen dan karbon dioksida dalam darah. Analisa gas
darah dapat digunakan untuk menentukan tingkat keasaman atau pH darah.
9. Peristaltik Usus yaitu makanan dan minuman bergerak melalui saluran
pencernaan dengan bantuan dari kontraksi otot usus. Gerakan yang dihasilkan
kontraksi otot usus ini disebut dengan peristaltik usus.
10. Takikardi adalah keadaan denyut nadi yang cepat atau tidak teratur.
11. Weaning ventilator adalah usaha melepaskan pasien dari ventilasi mekanik
secara bertahap.
12. HT 29% (Hematokrit) adalah perbandingan jumlah sel darah merah dalam
darah.
B. Learning Issues
1. Apakah ada indikasi dari pemasangan ventilasi mekanik?
2. Apakah skenario dapat dikategorikan ke dalam keperawatan paliatif?
3. Apakah maksud reflek pupil 2/2?
4. Masalah kesehatan dari hasil pengkajian dan pemeriksaan yang di dapat?
5. CRT dan suhu meningkat, apa hubungannya dengan masalah pernafasan?
6. Kapan diatasi masalah pernafasan atau penumpukan secret?
7. Kontraindikasi weaning ventilator?
8. Berapa nilai normal analisa gas darah?
9. Apakah data yang mendukung untuk seseorang dipasangkan opa?
10. Dari hasil yang di dapatkapan opa di pasang?
membutuhkan
Ventilasi
Mekanik
Askep
1. Pengkajian
2. Diagnosa
3. Intervensi
4. Implementasi
5. Evaluasi
6.
Weaning
Ventilator
E. Learning Objective
1. Definisi Ventilasi Mekanik
Ventilasi mekanik adalah proses penggunaan suatu peralatan untuk
memfasilitasi transpor oksigen dan karbondioksida antara atmosfer dan alveoli
untuk tujuan meningkatkan pertukaran gas paru-paru (Urden, Stacy, Lough,
2010). Ventilator merupakan alat pernafasan bertekanan negatif atau positif
yang dapat mempertahankan ventilasi dan pemberian oksigen untuk periode
waktu yang lama (Smeltzer, Bare, Hinkle, Cheever, 2008).
8. Setting ventilator
Parameter yang harus ditetapkan sangat bervariasi tergantung pada mode
ventilasi yang digunakan. Beberapa parameter tersebut antara lain:
a. Laju pernapasan (respiratory rate)
Rentang laju pernapasan yang digunakan pada ventilator mandatori
cukup luas. Hal ini tergantung pada nilai sasaran ventilasi semenit
(minute ventilation) yang berbeda-beda pada tiap individu maupun
kondisi klinis tertentu. Secara umum, rentang laju pernapasan berkisar
antara 4 sampai 20 kali tiap menit dan pada sebagian besar pasien-
pasien yang stabil, berkisar antara 8 sampai 12 kali tiap menit. Pada
pasien dewasa dengan sindroma distres pernapasan akut, penggunaan
volume tidal yang rendah harus diimbangi dengan peningkatan laju
pernapasan sampai 35 kali tiap menit untuk mempertahankan ventilasi
semenit yang adekuat.
b. Volume tidal
Pada beberapa kasus, volume tidal harus lebih rendah terutama pada
sindroma distres pernapasan akut. Pada saat mengatur volume tidal
pada mode tertentu, perkiraan kasarnya berkisar antara 5 sampai 8
ml/kg berat badan ideal. Pada pasien dengan paru-paru normal yang
terintubasi karena alasan tertentu, volume tidal yang digunakan sampai
12 ml/kg berat badan ideal. Volume tidal harus disesuaikan sehingga
dapat mempertahankan tekanan plato di bawah 35 cm H2O. Tekanan
plato ditentukan dengan manuver menahan napas selama inspirasi
yang disebut dengan istlah tekanan alveolar akhir inspirasi pada
pasien-pasien yang direlaksasi.
c. Tekanan inspirasi
Pada ventilasi tekanan terkontrol (PCV) dan ventilasi pressure-
support, tekanan inspirasi diatur sedemikian rupa sehingga tekanan
plato kurang atau sama dengan 35 cm H2O. Volume tidal juga harus
dipertahankan pada rentang yang telah ditetapkan sebelumnya.
9. Mode Ventilator
a. Control mode ventilation
Ventilasi mode control menjamin bahwa pasien menerima suatu
antisipasi jumlah dan volume pernapasan setiap menit (Chulay &
Burns, 2006). Pada mode control, ventilator mengontrol pasien.
Pernapasan diberikan kepada pasien pada frekuensi dan volume yang
telah ditentukan pada ventilator, tanpa menghiraukan upaya pasien
untuk mengawali inspirasi. Bila pasien sadar atau paralisis, mode ini
dapat menimbulkan ansietas tinggi dan ketidaknyamanan (Hudak &
Gallo, 2010). Biasanya pasien tersedasi berat dan/atau mengalami
paralisis dengan blocking agents neuromuscular untuk mencapai
tujuan (Chulay & Burns, 2006). Indikasi untuk pemakaian ventilator
meliputi pasien dengan apnea, intoksikasi obat-obatan, trauma medula
spinalis, disfungsi susunan saraf pusat, frail chest, paralisis karena
obat-obatan, penyakit neuromuskular (Rab, 2007).
b. Assist mode
Pada mode assist, hanya picuan pernafasan oleh pasien diberikan
pada VT yang telah diatur. Pada mode ini pasien harus mempunyai
kendali untuk bernafas. Bila pasien tidak mampu untuk memicu
pernafasan, udara tak diberikan (Hudak & Gallo, 2010). Kesulitannya
buruknya faktor pendukung “lack of back-up” bila pasien menjadi
apnea model ini kemudian dirubah menjadi assit/control, A/C (Rab,
2007).
c. Model ACV (Assist Control Ventilation)
Assist control ventilation merupakan gabungan assist dan control
mode yang dapat mengontrol ventilasi, volume tidal dan kecepatan.
Bila pasien gagal untuk inspirasi maka ventilator akan secara otomatik
mengambil alih (control mode) dan mempreset kepada volume tidal
(Rab, 2007). Ini menjamin bahwa pasien tidak pernah berhenti
bernafas selama terpasang ventilator. Pada mode assist control, semua
pernafasan dipicu oleh pasien atau diberikan pada frekuensi yang
ditentukan pada VT yang sama (Hudak & Gallo, 2010).
Assist control ventilation sering digunakan saat awal pasien
diintubasi (karena menit ventilasi yang diperlukan bisa ditentukan oleh
pasien), untuk dukungan ventilasi jangka pendek misalnya setelah
anastesi dan sebagai dukungan ventilasi ketika dukungan ventilasi
tingkat tinggi diperlukan (Chulay & Burns, 2006). Secara klinis
banyak digunakan pada sindroma Guillain Barre, postcardiac, edema
pulmonari, Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS) dan ansietas
(Rab, 2007).
d. Intermittent Mandatory Ventilation (IMV)
IMV dirancang untuk menyediakan bantuan ventilator tapi hanya
sebagian, merupakan kombinasi periode assist control dengan periode
ketika pasien bernafas spontan (Marino, 2007). Mode IMV
memungkinkan ventilasi mandatori intermiten. Seperti pada mode
kontrol frekuensi dan VT praset. Bila pasien mengharapkan untuk
bernafas diatas frekuensi ini, pasien dapat melakukannya. Namun tidak
seperti pada mode assist control, berapapun pernafasan dapat diambil
melalui sirkuit ventilator (Hudak & Gallo, 2010).
e. Pressure-Controlled Ventilation (PCV)
PCV menggunakan suatu tekanan konstan untuk mengembangkan
paru-paru. Mode ventilator ini kurang disukai karena volume inflasi
bisa bervariasi. Akan tetapi, ada ketertarikan kepada PCV karena
risiko injuri paru-paru yang disebabkan oleh pemasangan ventilasi
mekanik lebih rendah (Marino, 2006).
f. Pressure-Support Ventilation (PSV)
Pernafasan yang membantu tekanan yang memberikan kesempatan
kepada pasien untuk menentukan volume inflasi dan durasi siklus
respirasi dinamakan PSV. PSV bisa digunakan untuk menambah
volume inflasi selama pernafasan spontan atau untuk mengatasi
resistensi pernafasan melalui sirkuit ventilator. Belakangan ini PSV
digunakan untuk membatasi kerja pernafasan selama penyapihan dari
ventilasi mekanik (Marino, 2007).
g. Positive End-Expiratory Pressure (PEEP)
Kolaps pada jalan nafas bagian distal pada akhir ekspirasi sering
terjadi pada pasien dengan ventilasi mekanik dan menimbulkan
ateletaksis ganguan pertukaran gas dan menambah berat kegagalan
pernafasan. Suatu tekanan posistif diberikan pada jalan nafas di akhir
ekspirasi untuk mengimbangi kecenderungan kolaps alveolar pada
akhir ekspirasi (Marino, 2007).
PEEP digunakan untuk mempertahankan alveolus tetap terbuka.
PEEP meningkatkan kapasitas residu fungsional dengan cara
melakukan reinflasi alveolus yang kolaps, mempertahankan alveolus
pada posisi terbuka, dan memperbaiki komplain paru (Morton &
Fontaine, 2009).
h. Continuous Positive Airway Pressure (CPAP)
Pernafasan spontan dimana tekanan positif dipertahankan sepanjang
siklus respirasi dinamakan CPAP (Marino, 2007). CPAP merupakan
mode pernafasan spontan digunakan pada pasien untuk meningkatkan
kapasitas residu fungsional dan memperbaiki oksigenasi dengan cara
membuka alveolus yang kolaps pada akhir ekspirasi. Mode ini juga
digunakan untuk penyapihan ventilasi mekanik (Urden, Stacy, Lough,
2010).
14. Penyapihan
a. Definisi penyapihan ventilasi mekanik
Ventilator mekanik merupakan alat bantu pernapasan bertekanan
positif atau negatif yang menghasilkan aliran udara terkontrol pada
jalan nafas pasien sehingga mampu mempertahankan ventilasi dan
pemberian oksigen dalam jangka waktu lama. Tujuan pemasangan
ventilator mekanik adalah untuk mempertahankan ventilasi alveolar
secara optimal dalam rangka memenuhi kebutuhan metabolik,
memperbaiki hipoksemia, dan memaksimalkan transpor oksigen.
Penyapihan dari ventilator mekanik dapat didefinisikan sebagai
proses pelepasan ventilator baik secara langsung maupun bertahap.
Tindakan ini biasanya mengandung dua hal yang terpisah tapi
memiliki hubungan erat yaitu pemutusan ventilator dan pelepasan
jalan nafas buatan.
b. Indikasi Penyapihan Ventilasi Mekanik
Dahulu, weaning dilakukan berdasarkan beberapa hal, yakni:
volume permenit (MV), tekanan inspirasi maksimum, volume tidal,
nafas cepat dan dangkal, indeks CROP. Kebanyakan dari kriteria diatas
sensitif tapi tidak spesifik, sehingga menskipun pasien gagal
berdasarkan kriteria tersebut, tetapi sebenarnya ia masih bisa
dilakukan penyapihan. Ini menunjukkan bahwa semua indikasi
tersebut merupakan prediktor penyapihan yang buruk pada pasien ICU
secara umum. Pasien seharusnya terus mendapatkan skrining untuk
menemukan kemungkinan dilakukan penyapihan.
Terdapat kriteria mengenai keputusan penyapihan ventilasi mekanik
pada pasien. Namun demikian tidak semua pasien yang memenuhi
kriteria tersebut mampu bertoleransi terhadap latihan nafas spontan
(spontaneous breathing trial/SBT).
No. Kriteria
2 - PaO2/FiO2> 200
- PEEP < 5
- FiO2< 0,5
- pH > 7,25
- Hb > 8 g%
3 Pasien sadar, dan afebril (suhu tubuh normal)
Hudak C.M. & Gallo B.M. (2010). Critical Care Nursing: A Holistic Approach.
Philadelphia: J.B. Lippincott Company
Ignatavicius, D.D. & Workman, M.L. (2006) Medical Surgical Nursing: Critical
Thinking for Collaborative Care. Philadelphia, Elsevier
Smeltzer, S.C., Bare, B.G., Hinkle, J.L., Cheever, K.H. (2008). Brunner & Suddarth’s
Textbook of Medical Surgical Nursing. Philadelphia, Lippincott Williams &
Wilkins
Gallo dan Hudak (1997). Keperawatan Kritis, ed 6 vol 1 Jakarta: EGC. Buku asli;
Critical Care Nursing: A Holistic Approach. Philadelphia: Lippincot