Anda di halaman 1dari 10

EFEKTIVITAS TERAPI RELAKSASI SLOW DEEP BREATHING (SDB) DAN RELAKSASI

BENSON TERHADAP PENURUNAN INTENSITAS NYERI PASIEN KANKER DI RS


TUGUREJO SEMARANG

Edhi Ristiyanto *), Mugi Hartoyo**), Wulandari***)

*) Alumni Program Studi S1 Ilmu Keperawatan STIKES Telogorejo Semarang ** ) Dosen Jurusan
Keperawatan Poltekkes Kemenkes Semarang ***) Dosen Jurusan Kesehatan Masyarakat UNIMUS
Semarang

ABSTRAK

Kanker yang disebut juga keganasan atau tumor ganas adalah istilah untuk menjelaskan suatu penyakit
dimana sel-sel tubuh yang normal berubah menjadi abnormal yang bisa menimbulkan nyeri. Nyeri
kanker umumnya diakibatkan oleh infiltrasi sel tumor pada struktur yang sensitif terhadap nyeri seperti
tulang, jaringan lunak, serabut saraf, organ dalam, dan pembuluh darah. Nyeri kanker dapat diatasi
perawat dengan menggunakan metode non farmakologi dengan terapi relaksasi slow deep breathing
dan relaksasi Benson. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Efektifitas terapi relaksasi slow deep
breathing dan relaksasi Benson terhadap penurunan skala nyeri pasien kanker di RS Tugurejo
Semarang. Desain penelitian ini menggunakan pre-post test nonequivalent control group dengan
jumlah sampel 32 responden yang dibagi menjadi 2 kelompok intervensi. Hasil penelitian
menunjukkan terjadi penurunan skala nyeri pada kelompok slow deep breathing sebesar 0,068,
sedangkan penurunan skala nyeri pada kelompok Benson 0,026. Hasil uji Mann Whitney menunjukkan
p value 0,801 (p>0,05), tidak ada perbedaan efektifitas antara relaksasi slow deep breathing dan
relaksasi Benson terhadap penurunan skala nyeri kanker. Hasil penelitian ini merekomendasikan
relaksasi slow deep breathing dan relaksasi Benson dapat dijadikan tindakan mandiri keperawatan non
farmakologi untuk menurunkan skala nyeri kanker.

Kata kunci : kanker, nyeri, slow deep breathing, Benson

ABSTRACT

Cancer also called malignancy or malignant tumor is the term used to describe a disease in which cells
of normal body turn into abnormal that can cause pain. Cancer pain is generally caused by infiltration
of tumor cells in structures that are sensitive to pain such as bone, soft tissue, nerves, organs, and
blood vessels. Nurses can overcome cancer pain by using non-pharmacological methods i.e. either
slow deep breathing relaxation therapy or Benson relaxation. This study aims to determine the
effectiveness of slow deep breathing relaxation therapy and Benson relaxation to decrease pain scale
cancer patients at the Tugurejo Hospital Semarang. This study designs pre-post test nonequivalent
control group with a sample of 32 respondents divided into two intervention groups. The results shows
a decrease in the pain scale groups of slow deep breathing of 0.068, while decreasing pain scale at
0,026 in Benson group. Mann Whitney test results show the p value 0.801 (p> 0.05), no difference in
effectiveness between relaxation slow deep breathing and relaxation Benson to decrease cancer pain
scale. The results of this study recommends a relaxation of slow deep breathing and relaxation Benson
can be used as non-pharmacological actions of nursing independently to reduce cancer pain scale.

Keywords: cancer, pain, slow deep breathing, Benson

Efektivitas Terapi Relaksasi Slow Deep Breathing … (ristiyantoedhi.77@gmail.com) 1


PENDAHULUAN berhubungan dengan imobilitas terkait nyeri.
Perilaku kognitif memiliki tujuan untuk
Kanker adalah suatu penyakit yang disebabkan mengubah persepsi dan perilaku pasien
oleh pertumbuhan sel-sel jaringan tubuh yang terhadap nyeri, serta mengajarkan pasien untuk
tidak normal. Sel-sel kanker akan berkembang mengontrol nyeri lebih baik seperti
degan cepat, tidak terkendali, dan akan terus menggunakan distraksi dengan tepat, berdoa,
membelah diri. Sel-sel tersebut menyusup ke mendengarkan musik, pemberian relaksasi
jaringan sekitarnya dan terus menyebar melaui nafas dalam serta pemberian relaksasi
jaringan ikat, darah, serta menyerang organ- imajinasi terbimbing (Perry & Potter, 2010,
organ penting dan saraf tulang belakang hlm.245).
(Maharani, 2009, hlm.11). Penyakit kanker
merupakan salah satu penyebab kematian Teknik relaksasi yang dapat menurunkan nyeri
utama di seluruh dunia. Pada tahun 2012, diantaranya dengan terapi relaksasi Benson
sekitar 8,2 juta kematian disebabkan oleh yaitu terapi untuk menghilangkan nyeri,
kanker. Kanker paru, hati, perut, kolorektal, insomnia dan kecemasan dengan upaya
dan kanker payudara adalah penyebab terbesar memusatkan perhatian pada suatu fokus
kematian akibat kanker setiap tahunnya dengan menyebut berulang-ulang kalimat yang
(Kementerian Kesehatan RI, 2015, hlm.1). telah dipilih dan menghilangkan berbagai
pikiran yang mengganggu (Cahyono, 2011,
Prevalensi penyakit kanker pada penduduk hlm.141). Relaksasi Benson merupakan teknik
semua umur di Indonesia tahun 2013 sebesar relaksasi yang digabungkan dengan keyakinan
1,4% atau diperkirakan sekitar 347.792 orang. yang dianut oleh pasien, dan akan menghambat
Berdasarkan estimasi jumlah penderita kanker
aktivitas saraf simpatis yang dapat
Provinsi Jawa Tengah dan Provinsi Jawa Timur menurunkan konsumsi oksigen oleh tubuh dan
merupakan provinsi dengan estimasi penderita selanjutnya otot-otot tubuh menjadi relaks
kanker terbanyak, yaitu sekitar 68.638 dan sehingga menimbulkan perasaan tenang dan
61.230 orang (Kementrian Kesehatan nyaman (Benson & Proctor 2000, dalam
RI,2015,hlm.3). Penyakit kanker sering diikuti Mardiani, 2014).
dengan berbagai keluhan, salah satunya adalah
nyeri. Menurut Junaidi (2007, hlm.87) nyeri Terapi lain untuk mengontrol nyeri adalah
pada kanker merupakan gejala yang sering Relaksasi slow deep breathing (SDB) adalah
ditemukan, biasanya bersifat kronis atau bentuk latihan nafas yang terdiri atas
menahun. Nyeri kanker mempunyai arti pernafasan abdomen (diafragma) dan purse
tersendiri khususnya bagi penderita dan lips breathing (Kozier, et al., 2010, hlm.914).
keluarganya, dimana nyeri membuat lelah dan SDB akan menstimulasi saraf otonom yang
menuntut energi dari mempengarui kebutuhan oksigen dengan
individu yang mengalaminya serta mengeluarkan neurotransmiter. Respons saraf
mengganggu hubungan dan kemampuan simpatis dari SDB adalah dengan
individu untuk mempertahankan perawatan meningkatkan aktivitas tubuh. Sedangkan
dirinya (Potter & Perry, 2006, hlm.1504). respons saraf parasimpatis adalah menurunkan
aktivitas tubuh (Hidayat, 2007 hlm.7).
Tindakan untuk mengatasi nyeri dapat
dilakukan melalui dua cara yaitu terapi Hasil penelitian yang dilakukan Cahyaningrum
farmakologi dan non farmakologi. Terapi non (2015) terhadap 22 responden post ORIF
farmakologi mancakup pendekatan secara fisik menunjukkan bahwa relaksasi slow deep
dan perilaku kognitif. Tujuan pendekatan breathing (SDB) mampu menurunkan nyeri
secara fisik, agar nyeri berkurang, post ORIF di SMC RS Telogorejo (p value
memperbaiki disfungsi fisik, mengubah respon 0,000 < α 0,05). Penelitian selanjutnya
fisiologis, serta mengurangi ketakutan yang dilakukan Datak (2008) menunjukkan bahwa

2 Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan (JIKK), Vol.., No….


kombinasi relaksasi Benson dan terapi sesudah diberikan teknik relaksasi Benson
analgesik lebih efektif untuk menurunkan rasa menggunakan alat ukur Numeric Rating Scale
nyeri pasca bedah dibandingkan hanya (NRS).
diberikan terapi analgesik (p value-0,019
α=0,05). Dari dua penelitian di atas terbukti Hasil uji normalitas didapatkan relaksasi slow
bahwa slow deep breathing (SDB) efektif deep breathing sebelum dilakukan intervensi
untuk menurunkan nyeri post ORIF, dan 0,012 (p value < 0,05) data berdistribusi tidak
Benson efektif untuk menurunkan nyeri pasca normal dan sesudah didapatkan nilai 0,068 (p
bedah, hal ini memunculkan pertanyaan value > 0,05) dikatakan sebaran data normal,
apakah (SDB) dan Benson juga efektif untuk sedangkan pada intervensi Benson sebelum
menurunkan nyeri kanker, sehingga peneliti dilakukan intervensi didapatkan nilai 0,001 (p
tertarik untuk melakukan penelitian tentang value < 0,05) dan sesudah didapatkan nilai
efektivitas terapi relaksasi (SDB) dan relaksasi 0,026 (p value < 0,05) data berdistribusi tidak
Benson terhadap penurunan intensitas nyeri normal. Selanjutnya untuk data yang
pasien kanker di RS Tugurejo Semarang. berdistribusi tidak normal dilakukan
METODE PENELITIAN transformasi data untuk memastikan sebaran
data normal atau tidak normal. Setelah
Desain penelitian yang digunakan pada didapatkan hasil transformasi data sebarannya
penelitian ini adalah Quasi Experiment, yaitu tidak normal selanjutnya dilakukan dengan uji
suatu rancangan penelitian yang digunakan alternatif Wilcoxon dengan keputusan hipotesis
untuk mencari hubungan sebab-akibat dengan penelitian (Ha) diterima bila p value lebih kecil
adanya keterlibatan penelitian dalam dari 0,05.
melakukan manipulasi terhadap variabel bebas.
Rancangan penelitian ini adalah Two Group HASIL PENELITIAN
PreTest-Posttest, rancangan penelitian ini tidak jenis Kelamin
memakai kelompok kontrol, dilakukan dengan Tabel 5.1
cara melakukan observasi pertama (pre test)
Distribusi frekuensi karakteristik responden
terhadap responden, kemudian responden
berdasarkan jenis kelamin pasien nyeri kanker
diberikan intervensi, setelah diberikan
di RS Tugurejo Semarang Mei 2016 (n=32)
intervensi dilakukan observasi kedua (post
test) (Notoatmodjo, 2012, hlm.57).
Relaksasi Relaksasi
Populasi adalah subjek yang mempunyai Jenis Slow Benson
kuantitas dan karakteristik tertentu yang kelamin Deep
ditetapkan oleh peneliti kemudian dipelajari Breathing
dan ditarik kesimpulan (Hidayat, 2009,
f % F %
hlm.60). Populasi yang dilakukan dalam
Laki-laki 2 12,5 3 18,8
penelitian ini adalah pasien nyeri kanker di RS Perempuan 14 87,5 13 81,2
Tugurejo tahun 2015 sebanyak 939 pasien rata-
Total 16 100,0 16 100,0
rata setiap bulan 78 responden.

Pada penelitian ini alat yang digunakan untuk Berdasarkan Tabel 5.1 dapat diketahui bahwa
pengumpulan data berupa lembar observasi responden yang berjenis kelamin perempuan
skala nyeri. Lembar observasi yang berisi jenis lebih banyak dibanding laki-laki dengan
kelamin, pekerjaan, pendidikan, umur dan data jumlah pada intervensi Slow Deep Breathing
hasil pengukuran skala nyeri yang terdiri dari (SDB) 14 responden (87%) dan pada teknik
skala pengukuran nyeri sebelum dan sesudah Benson 13 responden (81,2%).
diberikan teknik relaksasi slow deep breathing
dan pengukuran skala nyeri sebelum dan

Efektivitas Terapi Relaksasi Slow Deep Breathing … (ristiyantoedhi.77@gmail.com) 3


Usia relaksasi (SDB) sebagian besar berada pada
Tabel 5.2 tingkat nyeri ringan menjadi 12 responden
Distribusi frekuensi karakteristik responden (75,0%), serta yang tidak mengalami nyeri 1
berdasarkan usia pada pasien nyeri kanker di responden (6,2%).
RS Tugurejo Semarang Mei 2016 (n=32)
Tabel 5.4

Distribusi frekuensi intensitas nyeri sesudah


Slow Teknik diberikan intervensi pada pasien nyeri
Usia Deep Benson
kanker di RS Tugurejo Semarang Mei 2016
Breathing
(SDB) (n=32)
F % f % mi mak
n s
Dewas 3 18,8 1 6,2 19 62 Relaksasi Relaksasi
a awal 4 25,0 6 37,5 Tingkat Benson Benson sesudah
Dewas 9 56,2 9 56,2 nyeri sebelum
a F % f %
Dewas 0 (tidak 1 6,2
a akhir nyeri) 8 50,0 10 62,5
Total 1 100, 1 100, 1-3 8 50,0 5 31,2
6 0 6 0 (nyeri
ringan)
Berdasarkan Tabel 5.2 dapat diketahui bahwa
4-6
usia dewasa akhir lebih banyak dibanding
(nyeri
dengan usia dewasa dan dewasa awal dengan
sedang)
jumlah 9 responden (56,2%) untuk (SDB) dan
9 responden (56,2%) untuk teknik Benson, Total 16 100,0 16 100,0
dengan usia termuda 19 tahun dan usia paling Tabel 5.4 dapat diketahui bahwa sebelum
tua 62 tahun diberikan relaksaki Benson sebagian responden
berada pada tingkat nyeri ringan dan sedang
Tabel 5.3 masing-masing (50,0%). Sesudah diberikan
Distribusi frekuensi tingkat nyeri sebelum dan relaksasi Benson sebagian besar (62,5%)
sesudah diberikan intervensi (SDB) pada pasien berada pada tingkat nyeri ringan dan
kanker di RS Tugurejo Semarang Mei 2016 (n=32) ditemukan 1 responden (6,2%) yang tidak
Sebelum ) sesudah nyeri.
Tingkat
nyeri F % F %
0 (tidak 0 0 1 6,2
nyeri) 4 25,0 12 75,0
1-3 (nyeri 12 75,0 3 18,8
ringan)
4-6 (nyeri
sedang)
Total 16 100,0 16 100,0
Berdasarkan Tabel 5.3 dapat diketahui
bahwa sebagian besar responden pada
tingkat nyeri sedang sebanyak 12 responden
(75,0%), sedangkan setelah diberikan

4 Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan (JIKK), Vol.., No….


Tabel 5.5 relaksasi (SDB) terhadap penurunan intensitas
Uji normalitas Shapiro-Wilk skala nyeri kanker
(n=32)
Tabel 5.7
Shapiro-Wilk Perbedaan intensitas nyeri sebelum dan
Kelomp
sesudah dilakukan relaksasi Benson pasien
Intervensi ok Statisti kanker di RS Tugurejo Semarang Mei 2016
c Df Sig.
(n=32)
(SDB) Sebelu .846 16 .012
m Relaksa Mea Media Mi Mak P
Sesudah .895 16 .068 si n n n. s. valu
Benson e
Benson Sebelu .770 16 .001
m Sebelu 4,00 3,50 3 6 0,00
.869 16 .026 m 2,31 2,00 0 4 0
Sesudah
Sesuda
Berdasarkan Tabel 5.5 menunjukkan bahwa
h
hasil uji normalitas untuk (SDB) sebelum
0,012 (p value < 0,05), sesudah 0,068 (p value Berdasarkan Tabel 5.7 menunjukkan bahwa
< 0,05), sedangkan untuk Benson sebelum sebelum dilakukan relaksasi Benson
0,001 (p value < 0,05) dan sesudah 0,026 (p didapatkan nilai mean sebesar 4,00 sedangkan
value < 0.05), maka dari hasil uji normalitas sesudah dilakukan relaksasi Benson didapatkan
untuk data yang berdistribusi tidak normal nilai mean sebesar 2,31, serta nilai p value
dilakukan transformasi data terlebih dahulu, sebesar 0,000 (p value <0,05) yang berarti ada
setelah diketahui hasil transformasi data perbedaan sebelum dan sesudah dilakukan
sebaran data baru tetap berdistribusi tidak relaksasi Benson terhadap penurunan intensitas
normal maka dilanjutkan uji Wilcoxon. nyeri kanker.

Uji Wilcoxon Uji Alternatif Mann-Whitne


Tabel 5.6
Tabel 5.8
Perbedaan intensitas nyeri sebelum dan
Perbedaan efektifitas relaksasi Slow deep
sesudah dilakukan relaksasi Slow deep
breathing dan relaksasi Benson pada pasien
breathing (SDB) pasien kanker di RS Tugurejo
nyeri kanker di RS Tugurejo Semarang Mei
Semarang Mei 2016
2016
(n=32)
(n=32)

Relaksa Mea Media Min Maks P


Intervensi Mean Sum of P value
si n n . . valu
of Rank
(SDB) e
Rank
Sebelu 4,62 5,00 3 6 0,00 (SDB) 16,91 270,50 0,801
m 2,56 2,00 0 6 1 Benson 16,09 257,50
Sesudah
Berdasarkan Tabel 5.8 menunjukkan bahwa
Berdasarkan Tabel 5.6 dapat diketahui bahwa hasil analisis menggunakan uji Mann-Whitney
sebelum dilakukan relaksasi (SDB) didapatkan didapatkan p value sebesar 0,801 (p
nilai mean sebesar 4,62 sedangkan sesudah value>0.05) yang artinya tidak ada perbedaan
dilakukan relaksasi (SDB) didapatkan nilai efektivitas antara relaksasi (SDB) dengan
mean sebesar 2,62, serta hasil uji nilai p value relaksasi Benson terhadap penurunan intensitas
sebesar 0,001 (p value <0.05) yang berarti ada nyeri kanker.
perbedaan sebelum dan sesudah dilakukan

Efektivitas Terapi Relaksasi Slow Deep Breathing … (ristiyantoedhi.77@gmail.com) 5


PEMBAHASAN Ardawati(2014) karakteristik penderita nyeri
kanker di RSUP DR. Wahidin Sudirohusodo
Jenia kelamin Makassar diketahui bahwa 100 pasien kanker
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 32 menunjukkan bahwa usia pasien kanker
responden dengan 27 responden berjenis terbanyak 40-59 tahun (45%). Toleransi nyeri
kelamin perempuan dan 5 responden berjenis terlihat meningkat sejalan dengan
kelamin laki-laki. Penelitian ini sejalan dengan bertambahnya usia. Usia merupakan variabel
penelitian yang dilakukan Ardawati (2014), penting yang mempengarui nyeri, dimana
karakteristik penderita nyeri kanker di RSUP perbedaan perkembangan yang ditentukan
DR. Wahidin sudirohusodo Makasar dengan akan kelompok umur dapat mempengarui
sampel 100 pasien di dapatkan jenis kelamin bagian bereaksi terhadap nyeri. Ini
perempuan lebih banyak (93%). Secara umum menunjukkan umur mempengarui seseorang
perempuan lebih beresiko terkena penyakit terhadap nyeri yang dialaminya (Kozier & Erb,
kanker dibandingkan laki-laki. 2009,hlm.416).
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan
bahwa semakin lama seseorang terekspos oleh bahwa usia dewasa akhir lebih beresiko di
estrogen semakin rentan mereka terkena bandingkan dengan usia remaja dan dewasa.
kanker salah satunya kanker payudara. Pada Semakin lama seseorang terekspos oleh
dasarnya, estrogen membantu pembelahan sel estrogen semakin rentan mereka terkena
dalam tubuh, semakin banyak sel terbelah kanker salah satunya kanker payudara.
semakin besar kemungkinan sel tersebut
menjadi abnormal dan potensial menjadi Intensitas skala nyeri sebelum dan sesudah
kanker, ini menyebabkan jenis kelamin pemberian teknik relaksasi slow deep
perempuan sebagai faktor resiko terkena breathing (SDB) pada pasien kanker.
kanker salah satunya kanker payudara. Bedasarkan hasil penelitian diketahui bahwa
sebelum dilakukan relaksasi (SDB) didapatkan
Usia
nilai mean sebesar 4.62 sedangkan sesudah
Berdasarkkan hasil penelitian pada tanggal 1
dilakukan relaksasi (SDB) didapatkan nilai
April sampai 30 April 2016 di RS Tugurejo
mean sebesar 2.62. Gambaran nyeri sebelum
Semarang didapatkan sebanyak 32 responden
dilakukan intervensi relaksasi slow deep
pada penelitian ini didapatkan hasil bahwa usia
breathing menunjukan rata-rata nyeri rindan
responden dengan intervensi slow deep
dan nyeri sedang. Hasil uji Wilcoxon dengan
breathing yang masuk dalam kategori masa
nilai p value sebesar 0.001 (p value <0.05)
dewasa awal sebanyak 3 responden (18,8%),
yang berarti ada perbedaan sebelum dan
dewasa sebanyak 4 (25,0%) dan dewasa akhir
sesudah dilakukan relaksasi (SDB) terhadap
sebanyak 9 responden (56,2%), sedangkan
penurunan intensitas skala nyeri kanker.
karakteristik responden pada pasien kanker
dengan intervensi Benson didapatkan hasil
yang masuk dalam kategori masa dewasa awal Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang
sebanyak 1 responden (6,2%), dewasa dilakukan (Sumiati, Erna, Basri) 2013 tentang
sebanyak 6 (37,5%) dan dewasa akhir pengaruh penggunaan tindakan teknik relaksasi
sebanyak 9 responden (56,2%). Penelitian ini nafas dalam, distraksi, gate kontrol terhadap
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh penurunan sensasi nyeri CA mamae di RSUD
(Lestari, 2014,hlm.5) di RSUD Dr.H Labuang Baji Makassar. Dengan sampel 20
Soewondo Kendal diketahui diketahui bahwa responden, relaksasi nafas dalam mampu
dalam 27 responden menunjukkan rata-rata menurunkan nyeri sedang pada pasien CA
mayoritas umur 55 tahun pada pasien kanker. mamae.
Sejalan dengan penelitian yang dilakukan

6 Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan (JIKK), Vol.., No….


Intensitas nyeri ringan apabila tidak ditangani Efektifitas pemberian teknik Slow deep
mengakibatkan nyeri sedang, sedangkan nyeri breathing dan teknik relaksasi Benson
sedang apabila tidak ditangani mengakibatkan terhadap pasien kanker.
nyeri berat dapat menuntut energi dari individu Hasil analisis menggunakan uji Mann-whitney
yang mengalaminya serta mengganggu didapatkan p value sebesar 0.801 (p
hubungan dan kemampuan individu untuk value>0.05) yang artinya tidak ada perbedaan
mempertahankan perawatan dirinya (Potter & efektivitas antara relaksasi Slow deep
Perry, 2006, hlm.1504). Efek relaksasi nafas breathing dengan relaksasi Benson terhadap
dalam pada nyeri memberikan efek rileks penurunan intensitas nyeri kanker.
dengan cara menurunkan ketegangan otot
sehingga nyeri akan berkurang (Tamsuri, 2007, Penelitian ini sejalan dengan penelitian
hlm.11). Dari penjelasan di atas dapat Candra (2013) Hasil penelitian menunjukkan
disimpulkan bahwa relaksasi slow deep bahwa teknik relaksasi nafas dalam dan guided
breathing mampu menurunkan nyeri ringan imagery terbukti efektif dalam menurunkan
sampai sedang pada pasien kanker. intensitas nyeri pada pasien post operasi sectio
caesarea di Irina D BLU RSUP Prof. Dr. R. D.
Intensitas skala nyeri sebelum dan sesudah Kandou Manado (nilai p=0,000(<0,05) yang
pemberian teknik relaksasi Benson pada berarti hipotesis diterima. Kesimpulan, teknik
pasien klien. relaksasi nafas dalam dan guided imagery
Sebelum dilakukan relaksasi Benson mampu menurunkan intensitas nyeri pada
didapatkan nilai mean sebesar 4.00 sedangkan pasien post operasi sectio caesarea di Irina D
sesudah dilakukan relaksasi Benson didapatkan BLU RSUP Prof. Dr. R.D. Dan penelitian yang
nilai mean sebesar 2.31. Bedasarkan uji dilakukan Ulfah (2015) pemberian relaksasi
Wilcoxon nilai p value sebesar 0.000 (p value Benson terhadap penurunan nyeri pada asuhan
<0.05) yang berarti ada perbedaan sebelum dan keperawatan Tn. W dengan pasca bedah
sesudah dilakukan relaksasi Benson terhadap benigna prostat hyperplasia di ruang mawar
penurunan intensitas skala nyeri kanker. Untuk RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Menyatakan
penurunan nyeri penelitian ini sejalan dengan nyeri berkurang dari skala 5 menjadi 2 setelah
penelitian yang dilakukan Anita 2015, dilakukan tindakan relaksasi Benson.
efektivitas relaksasi benson terhadap
penurunan nyeri pada ibu post partum section Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan
caesaria di RSUD Arifin Achmad pekanbaru. yang tidak menyenangkan bersifat sangat
Bedasarkan hasil penelitian dengan subjektif karena perasaan nyeri berbeda pada
menggunakan uji independent t test didapatkan setiap orang dalam hal skala atau tingkatannya
nilai p value 0,000 (<0,05) yang artinya (Hidayat, 2006, hlm. 214). Slow deep
relaksasi benson efktif untuk penurunan nyeri breathing merupakan salah satu cara yang
pada ibu post partum section caesarea. dapat membantu pasien untuk melepaskan
endorfin (Smeltzer & Bare, 2013, hlm.215-
Kelebihan dari teknik relaksasi Benson adalah 216). Endofrin dan enkefalin berfungsi sebagai
unuk menghilangkan nyeri, insomnia, dan neurotransmiter analgesik, sehingga setelah
kecemasan (Kushariyadi, 2011, hlm.46-48). dibebaskan dari jalur analgesik desenden akan
Bedasarkan penjelasan di atas yang di dukung berikatan dengan reseptor opiat diujung serat
oleh penelitian yang terkait dengan relaksasi nyeri aferen. Peningkatan akan ini menekan
Benson dan teori, dapat disimpulkan bahwa pelepasan subtansi P melalui inhibisi
relaksasi Benson mampu menurunkan prasinaps, sehingga transmisi nyeri dihambat.
intensitas nyeri. Jadi apabila endokrin dan enkefalin yang
dikeluarkan banyak, maka akan banyak pula
subtansi P yang terikat, sihingga nyeri dapat

Efektivitas Terapi Relaksasi Slow Deep Breathing … (ristiyantoedhi.77@gmail.com) 7


berkurang (Sherwood, 2011, hlm.211). Teknik kedua intervensi tersebut saling efektif
lain yaitu teknik relaksasi Benson relaksasi untuk penurunan nyeri pada pasien kanker.
Benson merupakan pengembangan metode Saran
respons relaksasi dengan melibatkan faktor 1. Bagi Pelayanan Keperawatan
keyakinan pasien yang dapat mengurangi Setelah dilakukan penelitian ini perawat
stress dan kecemasan. Relaksasi Benson juga dapat melakukan management nyeri
berfokus pada kata atau kalimat tertentu yang kanker secara mandiri dengan penerapan
diucapkan berulang kali dengan ritme yang teknik slow deep breathing dan teknik
teratur disertai sikap pasrah dengan tuhan Benson.
sesuai dengan keyakinan masing-masing 2. Bagi Institusi Pendidikan Keperawatan
(Sukmono, 2011, hlm.99). kelebihan dari Dengan adanya penelitian ini, intervensi
tehnik relaksasi Benson adalah untuk slow deep breathing dan teknik Benson
menghilangkan nyeri, insomnia, dan dapat dijadikan materi yang diajarkan
kecemasan (Kushariyadi, 2011, hlm.46-48). kepada para mahasiswa dalam mengurangi
Demikian dapat disimpulkan bahwa relaksasi nyeri kanker. Karena kedua teknik tersebut
slow deep breathing dan relaksasi Benson terbukti berpengaruh menurunkan
saling efektif untuk penurunkan nyeri ringan intensitas nyeri kanker.
dan sedang pada pasien kanker di RS Tugurejo 3. Bagi Penelitian selanjutnya
Semarang. Peneliti selanjutnya dapat mengembangkan
penelitian ini dengan menambah jumlah
KESIMPULAN DAN responden, menetapkan kriteria inklusi
SARAN Kesimpulan lebih spesifik, seperti menetapkan jenis
1. Responden yang berjenis kelamin kanker. Hasil penelitian ini diharapkan
perempuan lebih banyak dibanding dengan dapat menginspirasi peneliti selanjutnya
jenis kelamin laki-laki, dengan usia untuk meneliti pada kasus-kasus lain selain
dewasa akhir lebih banyak dibanding pada nyeri kanker.
dengan usia dewasa dan dewasa awal.
2. Sebelum diberikan intervensi relaksasi
slow deep breathing pada pasien kanker DAFTAR PUSTAKA
didapatkan sebagian besar (75%) dengan Anita (2015). Efektivitas relaksasi benson
tingkat nyeri sedang. terhadap penurunan nyeri pada ibu
3. Intensitas nyeri sesudah diberikan post partum section caesaria di RSUD
intervensi relaksasi slow deep breathing Arifin Achmad pekanbaru. Riau:
terjadi penurunan didapatkan hasil sebesar Universitas Riau
(75%) dengan tingkat nyeri ringan.
4. Intensitas nyeri sebelum dilakukan
intervensi relaksasi Benson pada pasien Ardawati & Suardianti (2014). Karakteritik
kanker didapatkan sabagian besar (50%) penderita nyeri kanker di RSUP
dengan tingan nyeri ringan dan sedang. DR. Wahidin Sudirohusodo
5. Intensitas nyeri sesudah dilakukan Makassar. Makassar: Stikes
intervensi relaksasi Benson terjadi Nani Hasanudin Makassar
penuruan didapatkan hasil sebagian besar
(62,5%) dengan tingkat nyeri ringan. Benson, H.M.D. (2000). Dasar dasar respon
6. Tidak ada perbedaan efektivitas antara relaksasi : bagaimana
intervensi relaksasi Slow deep breathing menggabungkan respon
dengan relaksasi Benson terhadap relaksasi dengan keyakinan
penurunan intensitas nyeri kanker. Dari pribadi anda (terjemahan).
Bandung: Mizan.

8 Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan (JIKK), Vol.., No….


Cahyono, S.B (2011). Meraih kekuatan dan praktik Edisi 7 Volume 1.
penyembuh diri yang tak terbatas. Alih bahasa: Pamilih Eko
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama Karyuni et al. Editor Dwi
Widiarti. Jakarta: EGC

Cahyaningrum (2015). Pengaruh slow deep Erb. G. (2009). Buku ajar


breathing terhadap intensitas keperawatan klinis. Edisi 5 alih
nyeri pada pasien post orif di bahasa: Eni. N, Esty. W, Devi. Y.
SMC RS Telogorejo. Semarang: Jakarta:EGC
Stikes Telogorejo
Kushariyadi & Setyoadi, (2011). Terapi
Carver AC, Foley KM. (2008). Complications modalitas keperawatan pada
of Cancer and Its Treatment. klien psikoreligius, Jakarta:
American Pain Society: Cancer salemba medika
Medicine
Lestari, Machmudah, Elisa (2014). Efektivitas
Datak, G. (2008). Perbedaan relaksasi benson terapi musik terhadap skala
terhadap terhadap nyeri pasca nyeri pada pasien kanker
bedah pada pasien transurethral payudara di RS umum Dr. H
resection of the prostate di Soewondo Kendal. Semarang:
rumah sakit umum pusat Stikes Telogrejo, UNIMUS,
fatmawati. Thesis. Jakarta: POLTEKES.pdf diunduh 24 mei
Indonesia Universiy 2016

Hidayat A.A.A (2009). Metode penelitian Lincoln, J & Wilensky. (2008). Kanker
kebidanan teknik analisa data. Edisi payudara. Jakarta: Prestasi Pustakaraya.
3. Jakarta: Salemba Medika Maharani, S. 2009. Mengenal 13 jenis kanker
& pengobatannya. Jogjakarta:
catalog dalam terbitan
(2006). Kebutuhan dasar
manusia: aplikasi konsep dan Mardiani. (2014). Perbedaan teknik relaksasi
proses keperawatan. Jakarta: Benson dan nafas dalam
Salemba Medika terhadap tingkat kecemasan
pasien pre operasi bedah
Hyman, M. (2006). Ultra metabolisme. abdomen di RSUD Kota
Yogyakarta: B First Salatiga. Semarang: Stikes
Telogorejo
Junaidi, I. (2007). Kanker. Jakarta: PT Buana
Ilmu Populer Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi penelitian
kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
Kementerian Kesehatan Ri Pusat Data Dan
Informasi. 2015.
Potter, P., A. & Perry, A., G., (2006).
http://www.depkes.go.id/resourc Fundamental of nursing
es/download/pusdatin/infodatin/i fundamental keperawatan.
nfodatin-kanker.pdf diunduh Jakarta: Salema Medika
tanggal 7 januari 2015 (2010). Fundamental

Kozier, B, et al. (2010). Buku ajar keperawatan. Edisi 7, alih


fundamental keperawatan: konsep, proses,

Efektivitas Terapi Relaksasi Slow Deep Breathing … (ristiyantoedhi.77@gmail.com) 9


bahasa: dr. Andriana ferderika Sumiati, Erna, Basri (2013). tentang pengaruh
nggie & dr. marina albar.jakarta: penggunaan tindakan teknik relaksasi nafas
Salemba medika dalam, distraksi, gate kontrol terhadap
penurunan sensasi nyeri CA mamae di RSUD
Sherwood, Lauralee. (2011). Manusia dari sel Labuang Baji Makassar. Makassar: Stikes
ke sistem Edisi 6. Alih bahasa: Nani Hasanuddin
brahm U. editor Nella Yesdelita.
Jakarta:EGC Tamsuri, A. (2007). Konsep dan
penatalaksanaan nyeri.
Smeltzer, S., C., J & Bare, B., G. (2013). Buku Jakarta:EGC
ajar keperawatan medikal
bedah. Alih bahasa: Agung Utomo, W. (2015). Efektivitas antara terapi
Waluyo. Vol 1. Edisi 8. musik religi dan slow deep
Jakarta:EGC breathing relaxation terhadap
intensitas nyeri pada pasien post
Sukmono, R.J. (2011). Mendongkrak operasi bedah mayor di rsud
kecerdasan otak dengan ungaran. Semarang: Stikes
meditasi. Jakarta: Visimedia Telogorejo

10 Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan (JIKK), Vol.., No….

Anda mungkin juga menyukai