Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH KEPERAWATAN GAWAT DARURAT 2

TENTANG “ASUHAN KEPERAWATAN PERITONITIS”

KELOMPOK I
1. Alwi Anwar Rangkuti
2. Annisa Fitri Juliyana
3. Elsa eka putri
4. Fani Okta Fitri
5. Melgarani Putri
6. Nadia kurnia
7. Nurma Mutia Yusman
8. Salma Afifah
9. Sindy Febri Maladia
10. Tiara Zulvi Putri
11. Yollanda Trimelta

DOSEN PENGAMPU : Ns.Harinal Afri Resta,M.kep, CWCCA.

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


STIKES SYEDZA SAINTIKA PADANG
2021
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami ucapkan kepada Allah SWT atas berkat dan rahmat Nya kami
bisa menyelasaikan tugas makalah ini dengan tepat waktu. Makalah ini disusun untuk
memenuhi tugas dari mata kuliah KGD 2. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada
bapak Ns. Harinal Afri Resta. M.Kep ,CWCCA.,sebagai dosen pembimbing yang telah
membimbing kami dalam penulis makalah ini. Kami juga berterima kasih kepada semua
pihak yang telah berkontribusi untuk tersajinya makalah ini. Kami selaku penyusun makalah
ini menyadari bawa dalam penyajian makalah ini masih minim dan jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu, kami senantiasa megharapkan masukan dari para pembaca yang bersifat
membangun demi kesempurnaan makalah ini dimasa yang akan datang. Atas perhatian, kami
ucapkan terimakasih.
Padang,06 Juni 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.....................................................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................1
C. Tujuan.............................................................................................................................2
D. Manfaat...........................................................................................................................2
BAB II.......................................................................................................................................3
TINJAUAN TEORI...................................................................................................................3
A. Definisi...........................................................................................................................3
B. Tanda dan Gejala............................................................................................................4
C. Etiologi...........................................................................................................................5
D. Patofisiologi....................................................................................................................6
E. Pathway...........................................................................................................................6
F. Pemeriksaan Diagnositik................................................................................................7
G. Penatalaksanaan..............................................................................................................7
H. Komplikasi......................................................................................................................7
I. Askep Teoritis.................................................................................................................8
BAB IV....................................................................................................................................12
PENUTUP...............................................................................................................................12
A. Kesimpulan...................................................................................................................12
B. Saran.............................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................13

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Peritoneum terdiri dari dua bagian yaitu peritoneum paretal yang melapisi dinding
rongga abdomen dan peritoneum visceral yang melapisi semua organ yang berada dalam
rongga abdomen. Ruang yang terdapat diantara dua lapisan ini disebut ruang peritoneal
atau kantong peritoneum. Pada laki-laki berupa kantong tertutup dan pada perempuan
merupakan saluran telur yang terbuka masuk ke dalam rongga peritoneum, di dalam
peritoneum banyak terdapat lipatan atau kantong. Lipatan besar (omentum mayor)
banyak terdapat lemak yang terdapat disebelah depan lambung. Lipatan kecil (omentum
minor) meliputi hati, kurvaturan minor, dan lambung berjalan keatas dinding abdomen
dan membentuk mesenterium usus halus. Fungsi peritoneum :
1. Menutupi sebagian dari organ abdomen dan pelvis
2. Membentuk pembatas yang halus sehinggan organ yang ada dalam rongga
peritoneum tidak saling bergesekan
3. Menjaga kedudukan dan mempertahankan hubungan organ terhadap dinding posterior
abdomen
4. Tempat kelenjar limfe dan pembuluh darah yang membantu melindungi terhadap
infeksi.
Sebagai calon perawat sangatlah penting mengetahui fungsi dari peritoneum dan
mengetahui kelainan atau penyakit yang bisa terjadi pada peritoneum, penyebab dan
proses terjadinya gangguan peritoneum sehingga nantinya dalam praktik keperawatan
dapat menerapkan asuhan keperawatan yang tepat.

B. Rumusan Masalah
- Apa yang dimaksud dengan peritonitis?
- Bagaimana tanda dan gejala dari peritonitis?
- Apa yang menyebabkan dan bagaimana proses terjadinya peritonitis?
- Bagaimana asuhan keperawatan peritonitis?

1
C. Tujuan
a. Tujuan Umum
Adapun tujuan umum penyusunan makalah ini adalah mendukung kegiatan
pembelajaran keparawatan, khususnya mata kuliah KGD 2 serta melatih mahasiswa
untuk berpikir kritis.

b. Tujuan Khusus
- Untuk mengetahui dan memahami tentang peritonitis baik pengertian, penyebab,
tanda dan gejalalanya
- Untuk mengetahui dan memahami tentang proses terjadinya peritonitis
- Untuk mengetahui dan memahami asuhan keperawatan pada klien dengan
peritonitis

D. Manfaat

Mendapatkan pengetahuan tentang pencernaan khususnya tentang asuhan


keperawatan pada klien dengan peritonitis sehingga nantinya dapat mengembangkan
pengetahuan tersebut dalam praktik keperawatan.

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Definisi

Peritonitis adalah peradangan pada lapisan dinding perut atau peritoneum. Peritonitis
adalah inflamasi peritoneum- lapisan membrane serosa rongga abdomen dan meliputi
visera merupakan penyulit berbahaya yang dapat terjadi dalam bentuk akut maupun
kronis/kumpulan tanda dan gejala, diantaranya nyeri tekan dan nyeri lepas pada palpasi,
defans muscular, dan tanda-tanda umum inflamasi. Pasien dengan peritonitis dapat
mengalami gejala akut, penyakit ringan dan terbatas, atau penyakit berat dan sistemik
dengan syok sepsis. Infeksi peritonitis terbagi atas penyebab perimer (peritonitis
spontan), sekunder (berkaitan dengan proses patologis pada organ visceral), atau
penyebab tersier (infeksi rekuren atau persisten sesudah terapi awal yang adekuat).
Infeksi pada abdomen dikelompokkan menjadi pertitonitis infeksi (umum) dan abses
abdomen (local infeksi peritonitis relative sulit ditegakkan dan sangat bergantung dari
penyakit yang mendasarinya.
1. Peritonitis primer/ spontan : spontaneous bacterial peritonitis (SBP)
- Biasa terjadi pada masa anak – anak dengan sindrom nefrotik atau sirosis hati
- Tidak ada sumber infeksi pada intra peritoneal
- Lebih banyak diderita perempuan daripada laki – laki
- Kuman masuk melalui aliran darah atau alat genital
- Rasa sakit dan lemas
- Dehidrasi dan nyeri tekan
- Otot abdomen tegang
- Kembung
- Bunyi peristaltic usus sulit ditemukan
2. Peritonitis sekunder
- Kuman yang masuk banyak, biasa dari GIT dan imun klien
- Kuman campuran aerob dan aerob
- Adanya sumber infeksi intraperitoneal, apendiksitis, salpingitis, kolesistitis,
pancreatitis, perforasi apendisitis, perforasi ulkus peptikum dan duodenum,

3
perforasi kolon akibat diverdikulitis, volvulus dan kanker, dan strangulasi kolon
asendens, dsg.
- Dapat dari trauma yang menyebabkan rupture pada GIT atau perporasi setelah
endoskopi, biopsy, atau polipektomi endoskopik
- Dapat terjadi keganasan GIT
- Tertelannya benda asing dan tajam
- Sangat nyeri
- Tidak berani bergerak saat tidur
- Napas pendek
- Awalnya tensi turun sedikit dan nadi lebih cepat, kemudian masuk dalam renjatan
dengan nadi kecil dan lebih cepat
- Hivopolemia
- Abdomen tegang
3. Peritonitis tersier
Peritonitis yang disebabkan oleh pemasangan alat
Penyebab iatrogenic umumnya berasal dari trauma saluran cerna bagian atas termasuk
pancreas, saluran empedu dan kolon kadang juga dapat terjadi dari trauma endoskopi.
Jahitan oprasi yang bocor (dehisensi) merupakan penyebab tersering terjadinya
peritonitis. Sesudah operasi, abdomen efektif untuk etiologi noninfeksi, insiden
peritonitis sekunder (akibat pecahnya jahitan operasi seharusnya kurang dari 2%. Operasi
untuk penyakit inflamasi (misalnya apendisitis, divetikulitis, kolesistitis) tanpa perforasi
berisiko kurang dari 10% terjadinya peritonitis sekunder dan abses peritoneal. Risiko
terjadinya peritonitis sekunder dan abses makin tinggi dengan adanya keterlibatan
duodenum, pancreas perforasi kolon, kontaminasi peritoneal, syok perioperatif, dan
transfuse yang pasif.

B. Tanda dan Gejala

Diagnosis peritonitis ditegakkan secara klinis dengan adanya nyeri abdomen (akut
abdomen) dengan nyeri yang tumpul dan tidak terlalu jelas lokasinya (peritoneum
visceral) yang makin lama makin jelas lokasinya (peritoneum parietal). Tanda-tanda

4
peritonitis relative sama dengan infeksi berat yaitu demam tinggi atau pasien yang sepsis
bisa menjadi hipotermia, takikardi, dehidrasi hingga menjadi hipotensi. Nyeri abdomen
yang hebat biasanya memiliki punctum maximum ditempat tertentu sebagai sumber
infeksi. Dinding perut akan terasa tegang karena mekanisme antisipasi penderita secara
tidak sadar untuk menghindari palpasinya yang menyakinkan atau tegang karena iritasi
peritoneum.
Pada wanita dilakukan pemeriksaan vagina bimanual untuk membedakan nyeri akibat
pelvic inflammatoru disease. Pemeriksaan-pemeriksaan klinis ini bisa jadi positif palsu
pada penderita dalam keadaan imunosupresi (misalnya diabetes berat, penggunaan
steroid, pascatransplantasi, atau HIV), penderita dengan penurunan kesadaran (misalnya
trauma cranial, ensefalopati toksik, syok sepsis, atau penggunaan analgesic), penderita
dengan paraplegia dan penderita geriatric.

C. Etiologi

Bentuk peritonitis yang paling sering ialah Spontaneous bacterial Peritonitis (SBP)
dan peritonitis sekunder. SBP terjadi bukan karena infeksi intraabdomen, tetapi biasanya
terjadi pada pasien yang asites terjadi kontaminasi hingga kerongga peritoneal sehinggan
menjadi translokasi bakteri munuju dinding perut atau pembuluh limfe mesenterium,
kadang terjadi penyebaran hematogen jika terjadi bakterimia dan akibat penyakit hati
yang kronik. Semakin rendah kadar protein cairan asites, semakin tinggi risiko terjadinya
peritonitis dan abses. Ini terjadi karena ikatan opsonisasi yang rendah antar molekul
komponen asites pathogen. Yang paling sering menyebabkan infeksi adalah bakteri gram
negative E. Coli 40%, Klebsiella pneumoniae 7%, spesies Pseudomonas, Proteus dan
gram lainnya 20% dan bakteri gram positif yaitu Streptococcus pnemuminae 15%, jenis
Streptococcus lain 15%, dan golongan Staphylococcus 3%, selain itu juga terdapat
anaerob dan infeksi campur bakteri.
Peritonitis sekunder yang paling sering terjadi disebabkan oleh perforasi atau nekrosis
(infeksi transmural) organ-organ dalam dengan inokulasi bakteri rongga peritoneal
terutama disebabkan bakteri gram positif yang berasal dari saluran cerna bagian atas.

5
Peritonitis tersier terjadi karena infeksi peritoneal berulang setelah mendapatkan
terapi SBP atau peritonitis sekunder yang adekuat, bukan berasal dari kelainan organ,
pada pasien peritonisis tersier biasanya timbul abses atau flagmon dengan atau tanpa
fistula. Selain itu juga terdapat peritonitis TB, peritonitis steril atau kimiawi terjadi
karena iritasi bahan-bahan kimia, misalnya cairan empedu, barium, dan substansi kimia
lain atau proses inflamasi transmural dari organ-organ dalam (Misalnya penyakit Crohn).

D. Patofisiologi

Peritonitis disebabkan oleh kebocoran isi dari organ abdomen ke dalam rongga
abdomen sebagai akibat dari inflamasi, infeksi, iskemia, trauma atau perforasi tumor.
Terjadinya proliferasi bacterial, terjadinya edema jaringan dan dalam waktu singkat
terjadi eksudasi cairan. Cairan dalam rongga peritoneal menjadi keruh dengan
peningkatan jumlah protein, sel darah putih, debris seluler dan darah. Respons segera dari
saluran usus adalah hipermotilitas, diikuti oleh ileus paralitik disertai akumulasi udara
dan cairan dalam usus.

E. Pathway

Factor primer Factor sekunder Factor tersier

spontaneous bacterial peritonitis (SBP) infeksi meluas pemasangan alat

aliran darah perkembangan bakteri

hipertermi PERADANGAN PERITONEUM

nyeri abdomen tegang penurunan kontraksi usus

mual, muntah kekurangan volume cairan konstipasi

6
anoreksia syok hivopolemia

perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh kelemahan

intoleran aktivitas

F. Pemeriksaan Diagnositik
- Drainase panduan CT-Scan
- USG

G. Penatalaksanaan
Penggantian cairan, koloid dan elektrolit adalah focus utama. Analegesik diberikan
untuk mengatasi nyeri antiemetik dapat diberikan sebagai terapi untuk mual dan muntah.
Terapi oksigen dengan kanula nasal atau masker akan meningkatkan oksigenasi secara
adekuat, tetapi kadang-kadang inkubasi jalan napas dan bentuk ventilasi diperlukan.
Tetapi medikamentosa nonoperatif dengan terapi antibiotic, terapi hemodinamik untuk
paru dan ginjal, terapi nutrisi dan metabolic dan terapi modulasi respon peradangan.
Penatalaksanaan pasien trauma tembus dengan hemodinamik stabil di dada bagian
bawah atau abdomen berbeda-beda namun semua ahli bedah sepakat pasien dengan tanda
peritonitis atau hipovolemia harus menjalani explorasi bedah, tetapi hal ini tidak pasti
bagi pasien tanpa-tanda sepsis dengan hemodinamik stabil. Semua luka tusuk di dada
bawah dan abdomen harus dieksplorasi terlebih dahulu. Bila luka menembus
peritoniummaka tindakan laparotomi diperlukan. Prolaps visera, tanda-tanda peritonitis,
syok, hilangnya bising usus, terdapat darah dalam lambung, buli-buli dan rectum, adanya
udara bebas intraperitoneal dan lavase peritoneal yang positif juga merupakan indikasi
melakukan laparotomi. Bila tidak ada, pasien harus diobservasi selama 24-48 jam.
Sedangkan pada pasien luka tembak dianjurkan agar dilakukan laparotomi.

H. Komplikasi
- Eviserasi Luka
- Pembentukan abses

7
I. Askep Teoritis
1. Pengkajian
2. Pengkajian primer
3. a. Airway
4. Menilai apakah jalan nafas pasien bebas. Adakah sumbatan jalan nafas berupa secret,
5. lidah jatuh atau benda asing
6. b. Breathing
7. Kaji pernafasan klien, berupa pola nafas, ritme, kedalaman, dan nilai berapa frekuensi
8. pernafasan klien per menitnya.
9. c. Circulation
10. Nilai sirkulasi dan peredaran darah, kaji pengisian kapiler, kaji keseimbangan cairan
dan
11. elektrolit klien, lebih lanjut kaji output dan intake klien.
12. d. Disability
13. Menilai kesadaran dengan cepat dan akurat. Hanya respon terhadap nyeri atau sama
sekali
14. tidak sadar. Tidak di anjurkan menggunakan GCS, adapun cara yang cukup jelas dan
cepat
15. adalah :
16. A: Awakening
17. V: Respon Bicara
18. P: Respon Nyeri
19. U: Tidak Ada Nyeri
20. e. Exposure
21. Lepaskan pakaian yang dikenakan dan penutup tubuh agar dapat diketahui kelaianan
yang
22. muncul, pada abdomen akan tampak distensi sebagai akibat perubahan sirkulasi,
23. penumpukan cairan dan udara yang tertahan dilumen.
24. Pengkajian primer
25. a. Airway
26. Menilai apakah jalan nafas pasien bebas. Adakah sumbatan jalan nafas berupa secret,
27. lidah jatuh atau benda asing
28. b. Breathing
29. Kaji pernafasan klien, berupa pola nafas, ritme, kedalaman, dan nilai berapa frekuensi
30. pernafasan klien per menitnya.
31. c. Circulation
32. Nilai sirkulasi dan peredaran darah, kaji pengisian kapiler, kaji keseimbangan cairan
dan
33. elektrolit klien, lebih lanjut kaji output dan intake klien.
34. d. Disability
35. Menilai kesadaran dengan cepat dan akurat. Hanya respon terhadap nyeri atau sama
sekali

8
36. tidak sadar. Tidak di anjurkan menggunakan GCS, adapun cara yang cukup jelas dan
cepat
37. adalah :
38. A: Awakening
39. V: Respon Bicara
40. P: Respon Nyeri
41. U: Tidak Ada Nyeri
42. e. Exposure
43. Lepaskan pakaian yang dikenakan dan penutup tubuh agar dapat diketahui kelaianan
yang
44. muncul, pada abdomen akan tampak distensi sebagai akibat perubahan sirkulasi,
45. penumpukan cairan dan udara yang tertahan dilumen.
Pengkajian primer

a. Airway
Menilai apakah jalan nafas pasien bebas. Adakah sumbatan jalan nafas berupa
secret,lidah jatuh atau benda asing
b. Breathing
Kaji pernafasan klien, berupa pola nafas, ritme, kedalaman, dan nilai berapa
frekuensipernafasan klien per menitnya.
c. Circulation
Nilai sirkulasi dan peredaran darah, kaji pengisian kapiler, kaji keseimbangan
cairan danelektrolit klien, lebih lanjut kaji output dan intake klien.
d. Disability
Menilai kesadaran dengan cepat dan akurat. Hanya respon terhadap nyeri atau
sama sekalitidak sadar. Tidak di anjurkan menggunakan GCS, adapun cara
yang cukup jelas dan cepatadalah :
A: Awakening
V: Respon Bicara
P: Respon Nyeri
U: Tidak Ada Nyerie.
e. Exposure
Lepaskan pakaian yang dikenakan dan penutup tubuh agar dapat diketahui
kelaianan yang muncul, pada abdomen akan tampak distensi sebagai

9
akibat perubahan sirkulasi,penumpukan cairan dan udara yang tertahan
dilumen.

2. Diagnose keperawatan yang mungkin muncul

1. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi

2. Nyeri akut berhubungan dengan inflamsi peritonium

3. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

mual, muntah, anoreksia, penurunan penyerapan nutrient sekunder

4. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan sekunder akibat

mual, muntah

5. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan yang memburuk

6. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya pengetahuan yang

didapat

7. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan medikasi

10
8. Ketidakefektifan pola
nafas b.d peningkatan
tekanan intra abdomen
9. 2. Kekurangan volume
cairan berhubungan
dengan kehilangan volume
cairan aktif
10. Ketidakefektifan pola nafas b.d peningkatan tekanan intra abdomen

11. Kekurangan volume cairan b.d kehilangan volume cairan aktif

11
3. Intervensi
no Diagnose noc Nic aktivitas
1 Ketidakefektifan pola nafas Status Pernapasan Manajemen jalan napas 1. Monitor status pernapasan sebagaimana
b.d peningkatan tekanan Dipertahankan pada 4 Mestinya
intra abdomen Ditingkatkan pada 5 2. Posisikan untuk meringankan sesak napas
1. deviasi berat dari kisaran 3. Motivasi pasien untuk bernapas pelan, dan
normal dalam
2. deviasi yang cukup berat 4. Auskultasi suaran napas, catat area ventilasi
dari kisaran normal menurun, atau tidak ada dan suara tambahan
3. deviasi sedang dari 5. Berikan terapi oksigen sesuai indikasi
kisaran normal 6. Monitor aliran oksigen
4. deviasi ringan dari kisaran 7. Kelola pemberian bronkodilator
normal 8. Monitor status respires
5. tidak ada deviasi dari 9. Monitor status hemodinamik
kisaran normal 10. Monitor pola nafas : bradipena,
Dengan kriteria hasil: takipenia,kussmaul, hiperventilasi, cheyne
 Status Pernapasan (1/2/3/4/5 stokes, biot
11. Atur intake cairan

2 Kekurangan volume cairan Keseimbangan cairan dengan Manajemen cairan 1. Timbang berat badan setiap hari dan monitor
b.d kehilangan volume indicator dari sangat terganggu status pasien
cairan aktif 1, di tingkatkan ke ccukup 2. Jaga intake dan output

12
tergaanggu 3. 3. Monitor ttv
4. Monitor status hidrasi
5. Berikan terapi iv sesuai instruksi dokter

13
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan

Peritonitis adalah peradangan pada lapisan dinding perut atau peritoneum. Peritonitis
adalah inflamasi peritoneum- lapisan membrane serosa rongga abdomen dan meliputi
visera merupakan penyulit berbahaya yang dapat terjadi dalam bentuk akut maupun
kronis/kumpulan tanda dan gejala, diantaranya nyeri tekan dan nyeri lepas pada palpasi,
defans muscular, dan tanda-tanda umum inflamasi. Setelah diberikan asuhan keperawatan
kepada klien diharapkan kondisi klien menjadi lebih baik dari sebelumnya sehingga klien
dapt menjalankan aktivitasnya seperti biasa, tanpa adanya gangguan.

B. Saran

Diharapkan sebagai calon perawat agar lebih mengetahui dan memahami tentang
penyusunan asuhan keperawatan sehingga nantinya dapat menerapkan dan
mengembangkannya dalam paktik keperawatan.

14
DAFTAR PUSTAKA

Inayah, Iin. 2004. Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Gangguan Sistem Pencernaan.
Salemba Medika. Jakarta.
Carpenito, Lynda Juall. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. EGC. Jakarta.
Santosa, Budi.2005-2006. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda. Prima Medika. Jakarta

Sumber lain:
http://penyakitperitonitis.blogspot.com/2008/05/penyakit-peritonitis.html

15

Anda mungkin juga menyukai