Anda di halaman 1dari 44

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT PADA Tn.

X DENGAN
ASMA DENGAN PPOK DI RUANG IGD Rs. ANANDA SALATIGA

OLEH :
1. Firda Chamelia Panna (462020001)
2. Presty Adventri (462020003)
3. Iren Heni Mahakena (462020004)
4. Husada Marga Tyas Seta (462020005)
5. Martvindha Sandynta Bellinda Putri (462020006)
6. Yosua Dovan Abdi Prasetya (462020062)

Dosen Pembimbing: Ns. Catherine Natawirarindry, S. Kep., MSN

PROGAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
TAHUN 2022
Kata Pengantar
Puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa dimana atas berkat
karunianya yang begitu besar sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan Asuhan
Keperawatan Gawat Darurat dengan pembahasan Asma Dengan PPOK dengan baik dan
tepat waktu .Adapun tujuan dari penulisan Laporan ini adalah untuk memenuhi tugas pada
mata kuliah Emergency Nursing A. Selain itu laporan ini juga bertujuan untuk mengetahui
dan mempelajari bagaimana penyakit dari Asma dengan PPOK .

Kami mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada Ibu dosen Ns. Catherine


Natawirarindry, S. Kep., MSN selaku dosen pembimbing kami. Dalam penyusunan laporan
asuhan keperawatan gawat darurat ini kami memohon maaf jika terdapat kesalahan dalam
penulisan pada setiap bagian tulisan, dan kami dapat diberikan kritik agar tercipta laporan
pendahuluan yang baik kedepannya.

Salatiga ,16 Oktober 2022

ii
DAFTAR ISI
Cover………………………………………………………………………….…i

Kata Pengantar………………………………………………………………....ii

Daftar Isi………………………………………………………………………..iii

A.Konsep Penyakit……………………………………………………………...1

1. Pengertian ………………………………………………………………1
2. Manifestasi Klinis……………………………………………………….1
3. Patofisiologi……………………………………………………………...2
4. Patway…………………………………………………………………...4
5. Pemeriksaan Diagnostik……………………………………………..…5
6. Penatalaksanaan Medik…………………………………………….….6

B.Asuhan Keperawatan Gawat Darurat……………………………..…….…9

C.Daftar Pustaka………………………………………………………………36

iii
A.KONSEP PENYAKIT

1. Pengertian

Asma dan Penyakit paru obstruktif (PPOK) merupakan dua jenis penyakit yang
berbeda, walaupun pada dasarnya mereka merupakan penyakit yang menyerang paru-
paru. Asma adalah penyakit peradangan kronis pada saluran pernapasan yang
mempengaruhi banyak sel inflamasi seperti eosinofil, sel mast, leuktorin, dan
sebagainya. Peradangan ini berhubungan dengan hiperresponsif saluran napas yang
menyebabkan episode mengi (wheezing) berulang, sesak napas, dada terasa berat,
batuk terutama pada malam hari dan dini hari dan basanya ditandai dengan obstruksi
jalan napas reversible. Asma bersifat fluktuatif atau hilang timbul yang berarti dapat
tenang tanpa gejala dan tidak mengganggu aktivitas, tetapi dapat eksaserbasi dengan
gejala ringan sampai berat bahkan dapat menimbulkan kematian, alternatif dalam
mendiagnosis penyakit asma (Wijaya & Toyib, 2018)

Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah sebutan yang biasa digunakan
untuk penyakit paru-paru yang sudah berlangsung lama atau dalam Bahasa inggris
disebut dengan Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD). PPOK merupakan
sebuah kelompok penyakit dengan gejala klinis yang hampir serupa dengan bronkitis
kronis, emfisema, asma, bronkiektasis, dan bronkiolitis. The Global Initiative for
Chronic Obstructive Pulmonary Disease (GOLD) tahun 2014 mendefinisikan PPOK
sebagai penyakit respirasi kronis yang dapat dicegah dan dapat diobati. Penyakit ini
ditandai dengan adanya hambatan aliran udara yang persisten dan biasanya bersifat
progresif serta berhubungan dengan peningkatan respons inflamasi kronis saluran
napas yang disebabkan oleh gas atau partikel iritan tertentu (Arto & Suryadinata,
2014).

2. Manifestasi Klinis
a. Manifestasi klinis asma adalah mengi/wheezing, sesk napas, batuk, dada terasa
seperti tertekan, nyeri dada, takikardi, ekspirasi memanjang, sianosis, retraksi
otot dada, kelelahan, dan gelisah. Gejala klinis utama asma anak pada umumnya
adalah mengi berulang dan sesak napas, tetapi pada anak tidak jarang batuk
kronik dapat merupakan satu-satunya gejala klinis yang ditemukan. Biasanya
batuk kronik itu berhubungan dengan infeksi saluran napas atas, selain itu harus
dipikirkan pula kemungkinan asma pada anak bila terdapat penurunan

iv
kosentrasi terhadap aktivitas fisik atau gejala batuk malam hari (Wijaya &
Toyib, 2018)
b. Menurut Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD) International (2012)
penderita Penyakit Obstruktif Paru Kronis mengalami perubahan dalam bentuk
dada yaitu berubah menjadi bentuk barrel chest. Gejala paling umum pasien
PPOK adalah sesak napas. Sesak nafas itu biasa menjadi keluhan utama pasien
karena aktivitas dapat terganggu karena gejala ini. Pasien biasanya
mendefinisikan sesak napas sebagai upaya pernapasan yang meningkat,
perasaan berat untuk bernapas, gasping, dan air hunger. Batuk kronis pada
PPOK dapat muncul tanpa dahak dan biasanya hilang timbul. Faktor risiko
PPOK adalah merokok, genetik, paparan terhadap partikel berbahaya, usia,
asma atau hiperreaktivitas bronkus, status sosioekonomi, dan infeksi (Arto &
Suryadinata, 2014).
3. Patofisiologi
B. ASMA PPOK
C. Faktor pencetus atau penyebab utama yaitu faktor internal dan eksternal Pada faktor
internal terdiri dari secret dan sputum sedangkan eksternal yaitu dari faktor lingkungan
yang dalah bulu hewan, asap rokok, debu, hawa dingin. Selanjutnya faktor pencetus
dari dalam dan luar menimbulkan masalah yaitu ASMA yang juga dibarengi dengan
PPOK, diketahui ASMA adalah kondisi dimana saluran udara meradang, sempit, dan
membengkak, dan menghasilkan lendir berlebih sehingga menyulitkan bernapas.
Tanda dan gejala daripada ASMA ini adalah adanya spasme jalan nafas, depresi pusat
pernapasan dan keseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen. Penyakit Paru Obstruktif
Kronik (PPOK) adalah sebutan yang biasa digunakan untuk penyakit paru-paru yang
sudah berlangsung lama. PPOK atau dalam Bahasa inggris disebut dengan Chronic
Obstructive Pulmonary Disease (COPD) disebabkan oleh emfisema dan bronkitis.
D. Seseorang jika didiagnosa ASMA dengan PPOK kemudian cara tubuh merespon yaitu
dimana tubuh membentuk pertahanan sehingga terjadi spasme nafas ketika terjadi
spasme nafas atau peradangan pada jalan nafas terjadinya sel darah putih yang
meningkat, ketika sel darah putih meningkat maka terjadi peningkatan mukosa
(sputum dan secret) sputum atau secret adalah bahan seperti lendir yang berada dalam
trakea atau jalan nafas sehingga menimbulkan suara/bunyi nafas mengi/siulan yang
disebabkan oleh kelemahan otot dan mengakibatkan penumpukan pada saluran nafas
kemudian ketika adanya rangsangan gangguan saluran nafas terjadinya sesak dan sulit
v
bernafas sehingga adanya masalah bersihan jalan nafas tidak efektif. Cara lain dimana
tubuh merespon ASMA dengan PPOK yaitu dimana sesak diakibatkan karena ASMA
sehingga terjadi ketidakmampuan sel menggunakan oksigen mengapa dikatakan sel
tidak mampu menggunakan oksigen karena ketika sesak, tonus otot diseluruh tubuh itu
lemah sehingga oksigen yang masuk tidak diterima dengan maksimal. Dari
ketidakmampuan sel menggunakan oksigen terjadinya penurunan oksigen dalam paru-
paru kemudian ketika terjadi penurunan oksigen terjadinya Respirasi meningkat atau
pernapasan cepat dan menimbulkan masalah pola nafas tidak efektif. Respon tubuh
terhadap ASMA bisa terjadi kekurangan oksigen dalam tubuh mengapa demikian
karena, terjadinya penurunan oksigen didalam tubuh yang mengakibatkan darah
kekurangan pasokan oksigen ke jaringan sehingga terjadi permintaan glukosa
meningkat kemudian apabila makanan yang di konsumsi dan cerna oleh organ
pencernaan selanjutnya ditambah dengan pasokan oksigen yang kurang maka tubuh
akan merasa lemah atau kelelahan maka dari terjadilah metabolisme anaerob sehingga
mengakibatkan terjadinya peningkatan asam laktat. Peningkatan asam laktat
dikarenakan terjadinya metabolisme anaerob tadi yang dimana tubuh mengalami
kelemahan juga kelelahan sehingga akan terjadi penurunan pada tonus otot dari tonus
otot akan terjadi sesak nafas kemudian jika terjadi sesak maka akan terjadi gangguan
imobilitas dalam tubuh atau kelelahan dan kelemahan secara menyeluruh (seluruh
tubuh) dan hilangnya konsentrasi untuk beraktifitas, hal ini juga disebabkan oleh
masalah kekurangan oksigen lainnya misalnya terdapat clubbing, kemudian tanda dan
gejala lainnya maka masalah yang muncul yaitu Intoleransi aktifitas sehingga bisa
diadakan berbagai intervensi yang sesuai dengan data pendukung yang ada.

vi
4.Pathway

vii
viii
5.Pemeriksaan Diagnostik

. ASMA

a. Pemeriksaan laboratorium
- Pemeriksaan sputum
Pemeriksaan untuk melihat adanya:
- Kristal-kristal charcot leyden yang merupakan degranulasi dan kristal
eosinopil.
- Spiral curshman, yakni merupakan castcell (sel cetakan) dari cabang
bronkus.
- Creole yang merupakan fragmen dari epitel bronkus
- Netrofil dan eosinofil yang terdapat pada sputum, umumnya bersifat mukoid
dengan viskositas yang tinggi dan kadang terdapat muscus plug.
b. Pemeriksaan darah
- Analisa Gas Darah pada umumnya normal akan tetapi dapat terjadi
hipoksemia, hipercapnia, atau sianosis.
- Kadang pada darah terdapat peningkatan SGOT dan LDH
- Hiponatremia dan kadar leukosit kadang diatas 15.000/mm3 yang
menandakan adanya infeksi.
- Pemeriksaan alergi menunjukkan peningkatan IgE pada waktu serangan
dan menurun pada saat bebas serangan asma (AS Broto, I Santoso, AA
Zahra – 2011).
b. Pemeriksaan penunjang
- Tes fungsi paru: Cara mendiagnosis asma yang tepat adalah dengan
melihat respon pengobatan bronkodilator untuk menunjukkan adanya
obstruksi jalan napas yang reversibel.
- Pemeriksaan Radiologi: Pada saat serangan terjadi menunjukkan
hiperinflamasi paru, serta diafragma yang menurun.
- Pemeriksaan Tes Kulit: Dilakukan untuk mencari faktor alergen yang
mungkin secara spesifik merespon asma
- Elektrokardiografi: a) Terjadi right axis deviation
- Adanya hipertropo otot jantung
- Tanda hipoksemia
- Scanning paru (Sujono riyadi & Sukarmin, 2009).

ix
2. PPOK

1. Pengukuran Fungsi Paru


a. Kapasitas inspirasi menurun
b. Volume, residu meningkat pada emfisema, bronkitis, dan asma
c. Forced Expiratory Volume in One Second selalu menurun
2. Analisa Gas Darah
3. Pemeriksaan Laboratorium
4. Hemoglobin (Hb) dan hematocrit (Ht) polisitemia sekunder, jumlah darah meningkat.
a. Eosinofil dan total IgE serum meningkat
b. Pulse oksimetri/oksigenasi menurun
c. Elektrolit menurun karena pemakaian obat diuretic
5. Pemeriksaan sputum
Pemeriksaan gram kuman atau kultur adanya infeksi campuran. Kuman patogen yang
bisa ditemukan adalah Streptococus Pneumonia, Hemophylus influenza, dan Monawella
Catamhalis.
6.Pemeriksaan Radiologi Thoraks foto (AP dan Lateral)
Menunjukan adanya hiperinflasi paru, pembesaran jantung, dan bendungan area paru-
paru. Jantung tampak bergantung, memanjang, dan menyempit.
7. Pemeriksaan Bronkhogram
Menunjukan dilatasi bronchos.
8. EKG
Kelainan EKG yang paling awal terjadi adalah rotasi clock wise jantung (Muttaqin,
2012).
6. Penatalaksanaan Medik
 PPOK
Terapi farmakologi (Arto Yuwono Soeroto & Hendarsyah Suryadinata,2014)
 Obat-obatan
1. Bronkodilator
Diberikan secara tunggal atau kombinasi dari ketiga jenis bronkodilator dan
disesuaikan dengan klasifikasi derajat berat penyakit.
2. Methylxanthine

x
Contoh obat yang tergolong Methylxanthine adalah teofilin. Obat ini dilaporkan
berperan dalam perubahan otot-otot inspirasi.
3. Kortikosteroid
Kortikosteroid inhalasi yang diberikan secara reguler dapat memperbaiki gejala,
fungsi paru, kualitas hidup serta mengurangi frekuensi eksaserbasi pada pasien.
4. Phosphodiesterese-4 inhibitor.
Mekanisme dari obat ini adalah untuk mengurangi inflamasi dengan menghambat
pemecahan intraseluler C-AMP. Tetapi, penggunaaan obat ini memiliki efek
samping seperti mual, menurunnya nafsu makan, sakit perut, diare, gangguan
tidur, dan sakit kepala.
 Vaksin
Vaksin pneumococcus ini diekomendasikan untuk pada pasien PPOK usia lebih
dari 65 tahun.
 Alpha-1 Augmentation therapy: terapi ini ditunjukan bagi pasien usia
mudah dengan dengan defisiensi alpha-1 antitrisipin herediter berat.
 Antibiotik: penggunaan untuk mengobati infeksi baterial yang
mencetuskan eksaserbasi.

Terapi Non-fakmakologi (Arto Yuwono Soeroto & Hendarsyah Suryadinata,2014)

 Edukasi
edukasi merupakan salah satu hal penting dalam pengelolaan PPOK jangka
panjang.
 Berhenti merokok
Berhenti merokok berpengaruh terhadap perkembangan PPOK. Karena
merokok dapat menganggu fungsi polmuler. (jimenezRuiz et al,2015).
 Rehabilitasi
Rehabilitasi pulmuner pada pasien dengan PPOK mampu mengurang penurunan
serta memperbaiki ketehanan otot akibat disfungsi otot yang disebabkan oleh
hiperinflasi paru pasien PPOK (Borge,2014).
 Edukasi Nutrisi
Asupan nutrisi yang adekuat bagi pasien PPOK diharapkan mampu
meningkatkan berat badan dan kekuatan otot serta kualitas hidup bagi pasien
PPOK yang mengalami malnutrisi. (Rawel & Yadav,2015).

xi
 ASMA
Terapi farmakologi (Nanda Nic-Noc 2015. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia).
1. Menilai dan memonitor berat asma secara berkala
Penilaian klinis secara berkala antara1-6 bulan.
2. Merencanakan dan memberikan pengobatan jangka panjang
Bertujuan untuk mengontrol penyakit disebut sebagai asma control.
3. Kotrol secara teratur
Pada pasien asma harus dilakukan pemeriksaan secara rutin agar dapat mengontrol
perkembangan asma.
Terapi non-farmakologi
1. Edukasi
Edukasi yang baik dapat menurunkan morbiditi dan mortaliti. Edukasi tidak hanya
dilakukan pada pasien saja tetapi keluarga juga
2. Pola hidup sehat
1. Meningkatkan kebugaran fisik
2. Berhenti atau tidak merokok
3. Lingkungan kerja
Kenali lingkungan tempat kerja yang berpotensi menimbulkan asma.

Teori Askepnya mana ?

xii
ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT PADA Tn.X DENGAN ASMA
DENGAN PPOK DI RUANG IGD Rs. ANANDA SALATIGA
Kasus :

Seorang laki-laki umur 61 tahun datang ke IGD dengan keluhan sesak napas pada malam
hari dan pagi hari, batuk dengan dahak dan episode mengi selama 2 minggu terakhir.Selain
itu klien mengeluh lemas dan Lelah.Klien tanpa penggunaan otot bantu napas .Klien dapat
melakukan aktivitas secara mandiri ,namun merasa lemah ,lelah ,dan lemas ketika beraktifitas
maupun pada saat sesak napas klien merasa cepat lelah .Dia memberikan riwayat episode
serupa selama 6-7 tahun terakhir. Riwayat sesak nafas pada masa kanak-kanak tidak ada.
Pasien didiagnosis PPOK 6 tahun yang lalu. Ada riwayat sesak napas progresif yang
memburuk, variasi musiman sesak napas dengan gejala pajanan debu dan lebih banyak pada
iklim dingin yang sering memerlukan rawat inap sejak 6-7 tahun terakhir. Dia memberikan
riwayat paparan bahan bakar biomassa sejak kecil, mungkin menjadi faktor penyebab dalam
mengembangkan perubahan emfisematous dalam kasus ini. Dia bukan perokok, non-alkohol.
Tidak ada riwayat TBC di masa lalu dan keluarga. Pada pemeriksaan, pasien sedikit sesak
tanpa menggunakan otot bantu, dengan tekanan darah 132/90 mmHg, denyut nadi 108/menit,
frekuensi pernapasan 34/menit, dan saturasi 92% pada udara ruangan.Pada pemeriksaan fisik
umum ,didapatkan bentuk dada barrel chest .Pada auskultasi didapatkan ronki bilateral
dengan penurunan suara napas .

Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukan hemoglobin 12.9g/dl, hitung darah putih


10.600, ESR-28, RBS-104mg/dl, serum bilirubin-0,41, SGOT-22, SGPT-19, serum kreatinin-
0,98. Terdapat eosinofilia perifer (AEC-766). Dahaknya untuk basil tahan asam, pewarnaan
gram dan kultur dan jamur negatif. Sputum untuk CBNAAT (Xpert MTB/RIF) menunjukkan
MTB tidak terdeteksi. Tes Mantoux dan serologi HIV negatif. Kita harus mengesampingkan
kondisi lain yang terkait dengan eosinofilia seperti parasitosis, aspergillosis bronkopulmoner
alergi atau sindrom Churg Strauss.Radiografi dada menunjukan hiperinflasi bilateral dengan
penyempitan diafragma dan obliterasi sudut kostofrenikus kanan. Karena pasien tidak
terjangkau, pasien menyangkal untuk HRCT dada yang disarankan kepada pasien.Tes
spirometry menunjukan : : FEV1- 57%, Pasca bronkodilator FEV1-69%, FEV1/FVC-59%,
Pasca Bronkodilator FEV1/FVC-61%, Pasca peningkatan bronkodilator pada FEV1-
20% .Pasien menggunakan kombinasi ICS dan Laba untuk pengobatan Karena temuan
reversibilitas keterbatasan aliran udara dan eosinofilia perifer. Pasien dipertimbangkan untuk

xiii
diagnosis asma COPD overlap (ACO). Jadi, pasien mulai dengan kombinasi ICS, LABA dan
LAMA. Setelah 4 minggu tindak lanjut, pasien secara klinis membaik tanpa dispnea
nokturnal dan tidak ada mengi dengan penurunan eosinofilia perifer (AEC-225). Saat ini
pasien mengikuti terapi farmakologis ini dan secara klinis membaik.

A. Pengkajian Keperawatan Gawat Darurat


Tanggal Masuk :11 Oktober 2022
Tanggal Pengkajian :11 Oktober 2022
Identitas Klien
Nama : Tn.X
Usia :.....
No RM : 123xxxxx
Tanggal masuk : 11 Oktober 2022
Masuk dari : IGD
Dx medis : Asma dengan COPD (PPOK)
Cara datang ke RS :Ambulance
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : India
Agama :Kristen
Pekerjaan : Berwirausaha
Pendidikan terakhir : SMP
Status pernikahan : Menikah
Penanggung jawab
1. Nama : Tn.A
2. Alamat : India
3. Jenis kelamin : Laki-laki
4. Hub. dengan klien : Anak
1. Keluhan Utama
Klien mengeluh sesak napas dengan batuk dan mengeluh lelah serta lemas
2. Alasan Masuk IGD
Tn .X dirawat di rumah sakit melalui IGD dengan alasan masuk klien
mengeluh sesak napas pada malam hari dan pagi hari, batuk dengan dahak dan
episode mengi selama 2 minggu terakhir.
3. Riwayat Penyakit Sekarang

xiv
Klien mengalami penyakit asma dengan penyakit penyerta PPOK. Hasil pemeriksaan umum
didapatkan barrel chest dan terdapat bunyi tambahan ronchi bilateral dan penurunan suara
napas. Tambahkan yang sudah di terjemahkan A 61-year-old male presented at emergency with complaints
of nocturnal and early morning shortness of breath, cough with
expectoration and wheezing episodes for past 2 weeks.
On examination, patient
was slightly dyspnoeic without the use of accessory muscles,
with a blood pressure of 132/90 mmHg, pulse rate of 108/min,
respiratory rate of 34/min, and saturation of 92% on room air.
On general physical examination, clubbing was present and
shape of the chest was barrel shaped. On auscultation, bilateral
rhonchi with decreased breath sounds were present.
Laboratory fi ndings revealed haemoglobin of 12.9g/dl,
white blood count of 10,600, ESR-28, RBS-104mg/dl, serum
bilirubin-0.41, SGOT-22, SGPT-19, serum creatinine-0.98.
Peripheral eosinophilia was present (AEC- 766). His sputum
for acid fast bacilli, gram stain and culture and fungus were
negative. Sputum for CBNAAT (Xpert MTB/RIF) showed
MTB not detected. Mantoux test and serology of HIV were
negative. We should rule out other conditions associated with
eosinophilia such as parasitosis, allergic bronchopulmonary
aspergillosis or Churg Strauss syndrome. Owing to these fi ndings of reversibility of airfl ow limitation
and peripheral eosinophilia. Patient was considered for the
diagnosis of asthma COPD overlap (ACO). Thus, patient started
with the ICS, LABA and LAMA combination. After 4 week follow
up, patient was clinically improved with no nocturnal dyspnoea
and did not have wheezing with decrease in peripheral
eosinophilia (AEC-225). Currently patient is following this
pharmacological therapy and is clinically improved

4. Riwayat Penyakit Terdahulu


Klien memiliki riwayat penyakit terdahulu berupa PPOK pada 6 tahun yang
lalu,klien memiliki riwayat sesak napas progresif yang memburuk,alergi pajanan
debu dan udara dingin ,mengalami sesak nafas musiman .Serta ,klien memiliki
riwayat terpapar bahan bakar biomassa sejak kecil yang menyebabkan klien
perubahan emfisematous . tambahkan yang lengkap

He gave
history of similar episodes for past 6-7 years. There is no history
of breathlessness in childhood. Patient was diagnosed with
COPD 6 years back. There is history of progressive worsening
of exertional dyspnoea, seasonal variation of breathlessness
with symptoms on exposure to dust and were more during cold
climate that often need hospitalization since past 6-7 years. He
gave history of biomass fuel exposure since childhood, might be
the causative factor in developing emphysematous changes in
this case. He is non-smoker, non-alcoholic. There is no history
of tuberculosis in past and family.

a) Primary Survey
1) Airway

Look (melihat obstruksi jalan nafas)


Obstruksi jalan nafas : : Ada
Jika ada berupa: Sekret/Sputum

xv
Hembusan udara : Hidung Mulut
2) Breathing
Look (Lihat pergerakan dada)
(Sesak nafas )
(retraksi intercostal)
(cuping hidung )
(distensi vena jugularis)
luka terbuka di dada :Tidak ada
Listen (Mendengarkan Suara Nafas)
Vesikuler :Tidak ada
Bronkhovesikuler :Tidak ada
Bronkhial : Tidak ada
Tracheal : Tidak ada
Whezzing : (√)
Ronchi : (√)
Krekles : Tidak ada
Stridor : Tidak ada
Mengi : (√)
Feel (Meraba)
Krepitasi Nyeri tekan Deviasi trakea
3) Circulation
Nadi :Teraba Tidak Teraba
Nadi : 108 X/menit
Irama Nadi :Teratur
Tidak teratur Perdarahan :Ada
Tidak ada Perfusi/ CRT : <2 detik
Akral :Dingin
Sianosis :Tidak ada
Lain-lain : Tidak ada
4) Disability
Kesadaran :
Alert :(✓)
Verbal Respon :(-)

xvi
Pain respon : (-)
Unresponsible : (-)
GCS :motorik: (6) verbal: (5)eye: ( 4)
Pupil :Isokor(✓) Miosis Pin Poin Medriasis
Pupil Edema :Tidak Ada
Reflek cahaya :Ada
Lain-lain :-
5) Exposure
Suhu tubuh Tn.X terbilang normal yaitu di angka 36,5 °C
Deformitas :Tidak ada
Contisio :Tidak ada
Abrasi :Tidak ada
Laserasi :Tidak ada
Edema :Tidak ada
Jejas :Terdapat jejas pada leher
Keluhan lain :Tidak ada
b) Secondary Survey
a. Anamnesis
1.A (Alergy) :Tn.X memiliki alergi debu ,dan udara dingin
dimalam hari
2.M (Medication): Tn.X menggunakan ICS ,LABA,LAMA,dan
penggunaan bronkodilator
3.P (Past Ilness) :PPOK kurang lebih 6 – 7 tahun terakhir
4.L (Last Meal) : Tidak terkaji
5.E (Event) : Tn.X mengalami keluhan sesak napas pada
pagi dan malam hari serta terpapar bahan bakar biomassa sejak kecil
b. Tanda-tanda Vital
a. Suhu :36,5 °C
b. Nadi :108 x/mnt (kuat/lemah); (reguler/ireguler)
c. TD : 132/90 mmHg
d. RR :34 x/mnt (dalam/dangkal); (reguler/ireguler)
e. Kesadaran:
GCS : motorik: .6 verbal: 5 eye: 4

xvii
 CM
 Apatis
 Somnolen
 Stupor
 Coma
c. Pengkajian Head To Toe (Pengkajian dapat dilakukan terfokus hanya
pada organ tubuh yang bermasalah saja)
1. Kulit dan Kuku
Inspeksi
Warna kulit :Sawo matang
Lesi kulit :Tidak ada
Jaringan parut :Tidak ada
Distribusi rambut :Hitam dan tebal
Kebersihan kuku : Bersih ,pendek
Kelainan pada plat kuku :Tidak ada
Palpasi
Tekstur kulit :Lembab
Turgor kulit :< 2 detik (normal )
Pitting edema :Tidak ditemukan
Capillary refill time :<2detik
2. Kepala
Inspeksi
Bentuk Kepala : bulat / simetris (normal)
Warna rambut :hitam pekat
Kulit Kepala :Bersih
Distribusi Rambut :lebat/banyak
Benjolan di Kepala :tidak ada
Rambut Rontok :tidak
Palpasi
Nyeri Tekan :tidak ada
Temuan lainnya :tidak ada
3. Mata
Inspeksi

xviii
Kelopak mata mengalami ptosis : ya/tidak
Konjungtiva : pucat/merah muda
Sklera :putih/kekuningan
Iris :kecoklatan/kebiruan
Kornea :jernih/keruh
Pupil :Isokor / Miosis /Pin
poin/Midriasis
Ketajaman penglihatan :normal
Buta warna :tidak buta warna
Palpasi

Kelopak mata :nyeri/tidak nyeri


Temuan lainnya :tidak ada
4. Hidung
Inspeksi
Bentuk hidung : Simetris tanpa ada kecatatan
Warna Kulit Hidung : sawo matang
Lubang Hidung : berjumlah 2 (normal) / tidak ada sekret
Lesi : tidak ada
Palpasi
Mobilisasi Sputum Hidung :Tidak ada
Sinusitas :Tidak ada
Temuan lainnya :Tidak ada
5. Telinga
Inspeksi
Bentuk telinga : Simetris dan kedua telinga sejajar
Lesi : Tidak ada
Kebersihan telinga luar : Bersih/tanpa ada serumen
Kebersihan telinga dalam : Bersih/tanpa ada serumen
Membran timpani : normal, tidak ada robekan
Tes arloji : normal, terdengar
Tes bisikan : normal, terdengar
Tes webber :+,positif (mendengar bunyi garpu tala
di kedua telinga)

xix
Tes rinne :+,positif(mendengar suara getar
garpu tala
Tes swabach : normal, terdengar

Palpasi
Daun telinga :normal, tidak ada edema dan lesi
Prosessus mastoideus :Teraba tanpa ditemukan edema,lesi dan
masalah kulit lainnya
Temuan lainnya : Tidak ada
6. Mulut
Inspeksi
Bau nafas : Tidak tercium bau (Normal )
Warna mukosa bibir : Merah muda
Pedarahan : Tidak ada
Pembengkakan : ( ) Ya ( √) Tidak
Kebersihan Lidah :Bersih tanpa adanya kotoran putih
dilidah
Kebersihan gigi : bersih berwarna putih tanpa ada yang
berlubang
Lesi/luka/eritema :( ) Ya (√ ) Tidak
Jika ada ;
Lokasi:-
Jumlah:-
Ukuran:-
Warna dasar:-
Stadium:-
Tanda-tanda:-
infeksi:-
Pembesaran Tonsil:-
7. Leher
Inspeksi
Kesimetrisan leher : Simetris, apakah tidak ada peningkatan vena
jugularis?
Palpasi
xx
Kaku Leher : ( ) Ya (√ ) Tidak Pembesaran kelenjar
limfe : tidak ada
Pembesaran kelenjar tiroid: tidak ada
Nyeri tekan : (ya/tidak), intensitas
Suara bruits : tidak ada
Temuan lainnya :-
8. Dada dan Tulang Belakang
Inspeksi
Bentuk dada :Simetris /asimetris
Kelainan bentuk dada : pigeon chest/funnel chest/barrel
chest
Kelainan tulang belakang :Tidak ada
Luka terbuka di area dada:Tidak ada
Temuan lainnya :-
Perkusi
Bunyi permukaan dada :bergaung
Auskultasi
Suara napas :Mengi,Ronchi bilateral ,Whezing
9. Toraks
Inspeksi
Pengembangan dada : Simetris/Asimetris
Bentuk toraks :Barrel chest
Warna kulit :Sawo matang
Pernafasan cepat/dangkal: pernapasan cepat
Retraksi interkosta : adanya retraksi interkosta
Pernafasan cuping hidung:tidak ada
Palpasi
Taktil fremitus :Melemah/mengalami penurunan
Perkusi
Perkusi torak : sonor/hipersonor/redup
Auskultasi
Auskultasi torak :vesikuler/bronkovesikuler/trakeal/suara
tambahan/whezzing/ ronchi bilateral /krekles/Mengi
Temuan lainnya :tidak ada
xxi
10. Jantung
Inspeksi
Titik impuls maksimal : Bentuk dada simetris, bagian kanan kiri
tidak ada yang lebih menonjol, ictus cordis tidak nampak
Palpasi
Palpasi dinding toraks teraba kuat
Perkusi
Batas jantung :
Batas atas :ICS II
Batas Kiri :MCL S
Batas kanan PSL D
Auskultasi
Bunyi jantung :Lup-dup(S1 dan S2)
Temuan lainnya:Tidak ada
11. Abdomen
Inspeksi

Bentuk abdomen : Datar


Massa /benjolan :Tidak ada
Kesimetrisan :Simetris (+)
Lesi : Tidak ditemukan
Auskultasi
Bising usus :12 x/menit
Perkusi
Normalnya hasil perkusi pada abdomen adalah tympani
Palpasi
Nyeri tekan :Tidak ada
Pembersaran :Tidak ada

Perabaan :Lunak

Permukaan :Halus

Limpa :Tidak terkaji

Usus :Tidak terkaji

xxii
Nyeri tekan :Ya/tidak
P:
Q:
R:
S:
T:
12. Muskuloskeletal
Inspeksi
Lesi kulit :Tidak ada
Papasi
Nyeri otot/tulang :( )Ya,( √) Tidak
P:
Q:
R:
S:
T:
Bengkak sendi : ( ) Ya ( √ )) Tidak Lokasi:
Fraktur (terbuka/tertutup):( ) Ya ( √ ) Tidak Lokasi:
Menggunakan alat bantu : ( ) Ya ( √ ) Tidak Jelaskan:
Pergerakan terbatas : ( ) Ya ( √ ) Tidak Jelaskan:
Keluhan lain : Tidak ada
13. Genitalia
Inspeksi :Tidak terkaji
Palpasi :Tidak terkaji
14. Rektum dan perkemihan
Riwayat gangguan ginjal : Tidak (√ )
Riwayat penggunaan obat diuretic : () ya (√) tidak
Rasa nyeri/terbakar saat kencing :( ) ya (√ )tidak
Nyeri pinggang : ( ) ya (√ ) tidak
P :-
Q :-
R :-
S :-

xxiii
T :-
Buang air kecil: Lancar/Menetes/Inkontinensia/ Retensi/
Menggunaan kateter ukuran…………, jenis kateter…………,
sejak………...
Warna urine : Kuning jernih
Frekuensi urine :6 x/hari / normal
Benjolan : (ya/tidak), lokasi: …………
Kesulitan BAK : ( ) Ya (√ ) Tidak
Frekuensi BAB : 1-2 x /hari
Karakter feses : warna:Kuning kecolatan dan bau (normal )
Konsistensi :lembek
Keluhan lain : Tidak ada

c) Tertiery Survey
a) Pemeriksaan hasil laboratorium

No Tanggal Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Keterangan


1. 13 september Hemoglobin 12.9 g/dl 12,3-15,3 gr/dl Normal
2. 13 september Leukosit 10.600 4,4-11,3 Mikro Normal
Liter
3. 13 september Laju endap darah 28 mm/h 0-20 mm/h Tinggi
(ESR)
4. 13 september Gula Darah (RBS) 104 mg/dl Sebelum Normal
makan:70-
130 mg/Dl
2.Setelah
makan:<180
mg/Dl
3.Sebelum

xxiv
tidur :100-
140 mg/dl
5. 13 september Serum Billirubin 0,41mg/dl 0,2-1,2 mg/dl Normal
6. 13 september SGOT 22 µL 3 – 45 µL Normal
7. 13 september SGPT 19 µL 0 – 35 µL Normal
8. 13 september Serum Kreatinin 0,98 0,6-1,2 mg/dl Normal
mg/dl
9. 13 september Eosinofil 766 µL 30-350 µL Tinggi

b) Pemeriksaan Rotgen
 Tidak ada
c) Pemeriksaan EKG
 Tidak ada
d) Pemeriksaan CTScan
 Tidak ada
e) Pemeriksaan USG
 Tidak ada
f) Pemeriksaan lainnya :
Pemeriksaan X-Ray : Tampilan CXR PA: Hiperinflasi bilateral dengan
penyempitan diafragma dan obliterasi sudut kostofrenikus sisi kanan.
B. Terapi
Tanggal/Hari Nama Dosis Alasan
Obat pemberian
13 September Kombinasi Diberikan selama Pasien dipertimbangkan untuk
2022 ICS,LABA dan 4 minggu diagnosis asma COPD overlap
LAMA (ACO). Karena temuan reversibilitas
keterbatasan aliran udara dan
eosinofilia perifer.
13 September Bronkodilator *Ipratropium : 20- Untuk meredakan gejala akibat
2022 40 mcg ,3-4 kali penyempitan saluran
sehari pernapasan,seperti
*Formoterol :12 batuk ,mengi .Pasien mengalami
mcg ,2 kali sehari sesak napas pada saat udara dingin .

xxv
*

C. Analisa Data

No Data Etiologi Masalah


Keperawatan

1. DS: Terkena paparan zat Bersihan jalan


Klien mengatakan mengeluh sesak biomasa napas tidak efektif
napas pada malam hari dan pagi hari (D.0149)
dan batuk
Klien mengatakan alergi terhadap Alergi pajanan

pajanan debu dan alergi udara dingin debu dan udara dingin

pada malam hari


Klien mengatakan memiliki riwayat
Masuk dalam
pajanan zat biomassa dari sejak kecil
tubuh
DO:

 Batuk peristen dengan sputum

 Sesak tanpa menggunakan otot


Tubuh merespon
bantu

 Mengi selama 2 minggu


terakhir

 RR:34/Menit

 Saturasi :92%

 Adanya wheezing

 Dipsnea

 Ronchi

 Leukosit : 10.600

 Pengembangan dada asimetris

xxvi
Penyempitan saluran

pernapasan

Sesak napas dan batuk


serta terdapat suara
nafas tambahan
(wheezing,Ronchi,
dan Mengi)

Bersihan jalan
napas tidak efektif

2. DS: Riwayat Asma Pola Napas Tidak


Klien mengatakan mempunyai riwayat dengan PPOK yang Efektif (D.0005)
PPOK 6 tahun yang lalu lama dan tidak
Klien mengatakan mempunyai riwayat sembuh selama 7
sesak nafas progresif yang memburuk tahun
Klien mengeluh sesak napas sejak 2
minggu terakhir
DO: Adanya
penyempitan saluran
 Mukosa bibir kering
nafas / spasme jalan

 Tanda tanda napas

Vital :

 RR : 34x/menit Frekuensi
pernafasan meningkat
 TD : 130/90 mmHg

Pengeluaran

xxvii
 Nadi : 108x/menit karbondioksida dari
dalam paru-paru
 Suhu : 36,5 derajat C
lambat karena
 dispnea tersumbat sputum dan
adanya penyempitan
 SPO2 : 92%
saluran nafas

 Dari hasil pemeriksaan


kesimetrisan dada terdapat
Ketidakmampuan
bentuk dada barrel chest (tong)
sel menggunakan
 Dari hasil pemeriksaan oksigen
didapatkan clubbing

 Leukosit : 10.600 Penurunan oksigen


dalam paru-paru
 Perkusi hipersonor

 Bentuk dada asimetris


Rongga dada
 Laju endap darah (ESR): 28 semakin membuka
mm/h /terbuka menyebabkan
bentuk dada barrel
chest (tong)

Pernapasananya
menjadi kurang
efisien

Pola Napas Tidak


Efektif

3. DS : Kekurangan oksigen Intoleransi

xxviii
Klien mengatakan badannya lemas dalam tubuh Aktivitas (D.0056)
karena sesak nafas yang dideritanya
Klien mengatakan merasa cepat lelah
ketika beraktifitas dan saat sesak napas
lelahnya semakin bertamabah

DO :

 Mengeluh lelah

 Mengalami dispnea sebelum dan


setelah aktivitas

 Merasa lemah

 Merasa lemas

 Tanda tanda Vital :

 RR : 34x/menit

 TD : 130/90 mmHg

 Nadi : 108x/menit

xxix
Oksigen dalam tubuh

menurun

Darah kekurangan
oksigen

Organ -organ dalam


tubuh kekurangan
suplai oksigen

Terjadi permintaan
glukosa meningkat

Anaerob glukosa

Terjadi
peningkatan asam
laktat

Tonus otot
menurun dalam tubuh

xxx
Sesak napas

xxxi
Gangguan imobilisasi
dalam tubuh
(Kelemahan dan
kelelahan dalam tubuh

xxxii
Intoleransi Aktivitas

D. Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan spasme jalan napas
ditandai dengan adanya suara tambahan mengi selama 2 minggu terakhir dan
sputum (D.0149)
2. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan Deformitas dinding dadaditandai
dengan adanya bentuk dada barrel chest,RR:34x permenit . (tong),(D.0005).
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen ditandai dengan mengeluh lelah dan lemas (D.0056).

E. Rencana Keperawatan

N DX KEP RENCANA
o TUJUAN INTERVENSI Rasional
1. Bersihan jalan Setelah dilakukan Manajemen Jalan Napas Manajemen Jalan Napas
napas tidak efektif tindakan (I.01011) (I.01011)
berhubungan keperawatan Observasi : Observasi :
dengan spasme selama 1 x 2 jam 1. Monitor pola napas 1. Perawat dapat
jalan napas diharapkan 2. Monitor bunyi napas mengetahui pola napas
ditandai dengan bersihan jalan tambahan pada pasien
adanya suara napas meningkat. 3. Monitor sputum 2. Perawat dapat
tambahan mengi Dengan kriteria Teraupetik : mengetahui bunyi napas
selama 2 minggu hasil (L.01001) : 1. Pertahankan kepatenan tambahan
terakhir dan 1. Batuk jalan napas dengan 3. Karakteristik Sputum
sputum (D.0149) efektif head-tilt & chin-lift perlu diperhatikan,
meningkat 2. Posisikan semi fowler karena sputum
(4) atau fowler merupakan salah satu
2. Produksi 3. Berikan minum hangat masalah dalam jalan
sputum 4. Lakukan penghisapan napas
sedang (3) lendir < 15 detik

xxxiii
3. Mengi 5. Berikan oksigen,jika Teraupetik :
cukup perlu 1. Head-tilt and chin-lift
menurun Edukasi : merupakan tindakan
(4) 1. Anjurkan asupan cairan yang dapat membantu
4. Wheezing 2000 ml/hari,jika tidak membuka jalan napas,
sedang (3) kontraindikasi sehingga pasien dapat
5. Frekuensi 2. Ajarkan Teknik batuk bernapas
napas efektif
2. Berguna agar pasien
sedang (3) Kolaborasi :
memiliki posisi yang
6. Pola napas 1. Kolaborasi pemberian
nyaman ketika bernapas
sedang (3) bronkodilator,espektora
3. Bermanfaat untuk
n
mencairkan dahak di
,mukolitik,jika perlu
tenggorokan apabila
ada dahak
Stabilisasi Jalan Napas
4. Memiliki fungsi atau
(I.01025)
manfaat untuk
Observasi :
mengurangi lendir di
1. Monitor suara napas
saluran nafas
setelah selang jalan
5. Berguna untuk
napas terpasang
memudahkan dan
2. Monitor kesimetrisan
melancarkan serta
pergerakan dinding
memberikan
dada
kenyamanan pasien
3. Monitor saturasi
dalam bernafas
oksigen (SpO2) dan
CO2
Edukasi :
Teraupetik :
1. Berguna bagi pasien
1. Gunakan alat pelindung
agar kebutuhan cairan
diri
dalam tubuh terpenuhi
2. Posisikan kepala pasien
2. Berguna bagi pasien
sesuai dengan
untuk memberikan ilmu
kebutuhan
tambahan kepada
3. Lakukan pengisapan
pasien tentang teknik
mulut dan orofaring

xxxiv
4. Berikan oksigen 100% batuk efektif
selama 3-5 menit, Kolaborasi :
sesuai dengan 1. Berguna untuk
kebutuhan mencegah / untuk
Edukasi : memperlancar jalan
1. Jelaskan tujuan dan napas
prosedur stabilisasi Stabilisasi Jalan Napas
jalan napas (I.01025)
Kolaborasi : - Observasi :
1. Perawat dapat
mengetahui apakah pola
napas pasien membaik
dengan diberikannya
terapi oksigen
2. Perawat dapat
mengetahui
kesimetrisan bentuk
pengembangan dada
saat bernapas
3. Berguna untuk supaya
saturasi pada pasien
dapat membaik
Teraupetik :
1. Berguna untuk
melindungi diri diri
terhadap ancaman yang
ada
(bakteri,darah,muntaha
n)
2. Membantu pasien untuk
mempermudah pasien
bernapas
3. Tindakan pengisapan
mulut dan orofaring ini
xxxv
berguna agar
memudahkan pasien
untuk bernapas dan
menghilangkan
secret/sputum
4. Berguna agar pasien
dapat tenang dan mudah
untuk bernapas
Edukasi :
1. Berguna bagi pasien
untuk mengetahui apa
saja tindakan yang akan
dilakukan dan diberikan
.
Kolaborasi : -
2. Pola napas tidak Setelah dilakukan Pemantauan Respirasi Pemantauan Respirasi
efektif tindakan (I.01014) (I.01014)
berhubungan keperawatan Observasi : Observasi :
dengan depresi selama 1 x 2 jam 1. Monitor 1. Perawat dapat
pusat pernapasan diharapkan pola frekuensi ,irama,kedala mengetahui
ditandai dengan napas membaik. man dan upaya napas frekuensi,irama ,kedala
adanya dyspnea Dengan kriteria 2. Monitor pola napas man dan upaya napas
dan RR:34 x hasil (L.01004) : 3. Monitor kemampuan pada pasien
permenit (D.0005) 1. Dispnea batuk efektif 2. Perawat dapat
sedang (3) 4. Monitor adanya mengetahui pola napas
2. Frekuensi produksi sputum pasien
napas 5. Monitor adanya 3. Perawat dapat
sedang (3) sumbatan jalan napas mengetahui apakah
3. Kedalaman 6. Auskultasi bunyi napas pasien bisa / tahu
napas 7. Monitor saturasi tentang batuk efektif
sedang (3) oksigen 4. Perawat dapat
Teraupetik : mengetahui dan
1. Atur interval mengontrol apakah ada

xxxvi
pemantauan respirasi produksi sputum pada
sesuai kondisi pasien pasien
2. Dokumentasikan hasil 5. Perawat dapat
pemantauan mengetahui apakah ada
Edukasi : sumbatan jalan napas
1. Jelaskan tujuan dan pada pasien
prosedur pemantauan 6. Perawat dapat
2. Informasikan hasil mendengarkan suara
pemantauan,jika perlu napas pada pasien
7. Perawat dapat
Dukungan Ventilasi (I.01002) mengetahui saturasi
Observasi : oksigen pasien apakah
1. Identifikasi adanya normal atau abnormal
kelemahan otot bantu Teraupetik :
napas 1. Berguna untuk
2. Identifikasi efek memantau respirasi
perubahan posisi pasien
terhadap status 2. Berguna agar perawat
pernapasan mempunyai hasil
3. Monitor status respirasi pemantauan dengan
dan oksigenasi cara pendokumentasian
Teraupetik : Edukasi :
1. Pertahankan kepatenan 1. Menjelaskan tujuan dan
jalan napas prosedur pemantauan
2. Berikan posisi semi agar pasien atau
fowler atau fowler keluarga mengetahui
3. Fasilitasi mengubah tentang tujuan dan
posisi senyaman prosedur pemantauan
mungkin 2. Menginformasikan
4. Berikan oksigenasi hasil pemantauan
sesuai kebutuhan penting,agar pasien atau
Edukasi : keluarga pasien
1. Ajarkan mengubah mendapatkan hasil
posisi secara mandiri pemantauan
xxxvii
2. Ajarkan teknik batuk Dukungan Ventilasi (I.01002)
efektif Observasi :
Kolaborasi : 1. Perawat dapat
1. Kolaborasi pemberian mengetahui apakah
bronkodilator , jika pasien membutuhkan
perlu alat bantu napas karena
otot lemah
2. Perawat dapat
mengevaluasi posisi
yang tepat agar pasien
mudah untuk bernapas
3. Perawat dapat
memantau pernapasan
dan pemberian oksigen
pada pasien
Teraupetik :
1. Berguna agar tidak
terjadi sumbatan yang
menyebabkan sulit
bernapas pada pasien
2. Berguna untuk
mempermudah proses
bernapas dengan posisi
yang nyaman pada
pasien
3. Berguna untuk
mengetahui apakah
posisi pasien sudah
nyaman
4. Berguna untuk
mempermudah proses
pernapasan pada pasien
Edukasi :
1. Melatih kemandirian
xxxviii
pasien di saat tidak ada
yang mendampingi
2. Berguna agar sputum
dapat keluar dari tubuh
sehingga tidak
menggangu
penyumbatan /pola
napas pasien membaik
Kolaborasi :
Terapi farmakologi
mempercepat penyembuhan
3. Intoleransi Setelah dilakukan Manajemen Energi (I.05178) Manajemen Energi (I.05178)
aktivitas tindakan Observasi : Observasi :
berhubungan keperawatan 1. Identifikasi gangguan 1. Kelelahan diakibatkan
dengan selama 1 x 2 jam fungsi tubuh yang oleh gangguan fungsi
ketidakseimbanga diharapkan mengakibatkan tubuh ,sehingga
n antara suplai toleransi aktivitas kelelahan perawat harus
dan kebutuhan meningkat. 2. Monitor kelelahan fisik mengidentifikasi
oksigen ditandai Dengan kriteria dan emosional gangguan yang
dengan mengeluh hasil (L.05047) : 3. Monitor lokasi dan disebabkan oleh klien .
elah dan lemas 1. Kemudaha ketidaknyamanan 2. Perawat mengevaluasi
(D.0056). n dalam selama melakukan perkembangan emosi
melakukan aktivitas dan kelelahan fisik
aktivitas Teraupetik : klien agar dapat
sehari-hari 1. Sediakan lingkungan memperbaiki system
sedang (3) nyaman dan rendah yang bermasalah
2. Keluhan stimulus 3. Mengetahui lokasi dan
lelah 2. Berikan aktivitas kenyamanan dapat
cukup distraksi yang mempermudah klien
menurun menyenangkan dalam melakukan
(4) Edukasi : aktivitas
3. Perasaan 1. Anjurkan tirah baring Teraupetik :
lemah 2. Anjurkan melakukan 1. Perawat berusaha

xxxix
cukup aktivitas secara menyediakan
menurun bertahap lingkungan yang
(4) 3. Ajarkan strategi koping nyaman agar klien
4. Frekuensi untuk mengurangi dapat pulih dan
napas
kelelahan melakukan aktivitas
sedang (3)
Kolaborasi : tanpa merasakan lelah
1. Kolaborasi dengan ahli 2. Perawat menyediakan
gizi tentang cara hiburan untuk
meningkatkan asupan mendistraksi pikiran
makanan pasien agar klien dapat
terhibur
Edukasi :
1. Tirah baring salah satu
cara agar klien dapat
pulih secara cepat
2. Perawat mengajarkan
pasien untuk
melakukan aktivitas
secara bertahap agar
klien dapat mandiri.
3. Perawat mengajarkan
cara menghadapi
masalah dan membuat
keputusan dengan benar
dengan kondisinya .
Kolaborasi :
1. Perawat berkolaborasi
Bersama tenaga
Terapi Oksigen (I.01026)
kesehatan seperti
Observasi :
dengan ahli gizi tentang
1. Monitor kecepatan
cara meningkatkan
aliran oksigen
asupan makan kepada
2. Monitor efektifitas
pasien
terapi oksigen

xl
3. Monitor tingkat
kecemasan akibat terapi Terapi Oksigen (I.01026)
oksigen Observasi :
Teraupetik : 1. Perawat memantau
1. Bersihkan secret pada aliran oksigen agar
mulut,hidung dan pasien dapat merasa
trakea ,jika perlu tenang dan volume
2. Pertahankan kepatenan aliran gas dapat sesuai
jalan napas dengan anjuran
3. Siapkan dan atur 2. Perawat mengetahui
peralatan pemberian oksigen yang masuk
oksigen dalam tubuh pasien
4. Berikan oksigen 3. Perawat mengetahui
tambahan , jika perlu apakah pasien merasa
Edukasi : cemas dengan
1. Ajarkan pasien dan dipasangnya oksigen
keluarga cara Teraupetik :
menggunakan oksigen 1. Perawat membebaskan
di rumah jalan napas,dan
Kolaborasi : mempertahankan
1. Kolaborasi penentuan pernapasan pasien
dosis oksigen membaik agar pasien
2. Kolaborasi penggunaan dapat bernapas dengan
oksigen saat aktivitas baik
dan / saat tidur 2. Perawat memantau
kepatenan jalan napas
agar tetap stabil
3. Perawat mempersiapan
oksigen pada pasien
4. Pemasangan oksigen
diberikan untuk
mencegah pasien sesak
napas kembali

xli
Edukasi :
1. Perawat memberikan
edukasi kepada klien
dan keluarga agar dapat
menyiapkan /memasang
oksigen kepada pasien
di rumah
Kolaborasi :
1. Melakukan kolaborasi
Bersama dokter
/perawat lainnya untuk
menentukan dosis yang
tepat
2. Perawat memfasilitasi
klien agar
mempermudah proses
bernapas pasien

xlii
DAFTAR PUSTAKA
Soeroto, Arto Yuwono, and Hendarsyah Suryadinata. 2014. “Penyakit Paru Obstruktif
Kronik.” Ina J Chest Crit and Emerg Med \ Vol. 1, No. 2 \ June - August 2014 1 (2): 83–
84.

Gerungan, Geraldo, Fat Buang Runtu, and Nancy Bawiling. 2020. “Karakteristik Penderita
Penyakit Paru Obstruktif Kronis Yang Di Rawat Inap Di Rumah Sakit Budi Setia
Langowan.” Pidemia Jurnal Kesehatan Masyarakat UNIMA 01 (01): 2.

Laksana, Mukhamad Aria, and Khairun Nisa Berawi. 2015. “Faktor – Faktor Yang
Berpengaruh Pada Timbulnya Kejadian Sesak Napas Penderita Asma Bronkial.”
Majority 4 (9): 64–68.

Permatasari, Dianita, and Budi Yanti. 2020. “Perbedaan Diagnosis Asma, Penyakit Paru
Obstruktif Kronik Dan Asthma-COPD Overlap Syndrome.” Jurnal Kedokteran Syiah Kuala
20 (3). https://doi.org/10.24815/jks.v20i3.18640.

Prasetyo, Agung, and Handriyani. 2020. “Diagnosis Dan Tatalaksana Asthma-COPD Overlap
Syndrome (ACOS).” Cme 47 (3): 167–71.

Rachmawati, Afina Dwi, and Sulistyaningsih. 2020. “REVIEW ARTIKEL: PENYAKIT


PARU OBSTRUKTIF KRONIK (PPOK) Afina.” Farmaka 18 (1): 1–15.

xliii
xliv

Anda mungkin juga menyukai