Disusun:
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. yang telah memberikan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas yang berjudul “Laporan PPOK (Penyakit
Paru Obstruksi Kronis) ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan dari laporan ini adalah
untuk memenuhi tugas pada mata kuliah “Keperawatan Dewasa Sistem Kardiovaskuler, Respirasi,
dan Hematologi”. Selain itu, laporan ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang enzim
katalase di kehidupan sehari-hari bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Terlebih dahulu, saya mengucapkan terima kasih kepada Ibu Ns. putu sintya arlinda A, S.kep,
selaku Dosen KMB yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan
wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni ini.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan semua,
terima kasih atas bantuannya sehingga sehingga saya dapat menyelesaikan tugas ini.
Kemudian, kami menyadari bahwa tugas yang kami susun ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun kami butuhkan demi kesempurnaan laporan ini.
BAB I...............................................................................................................................................
1.3 Tujuan.......................................................................................................................................
BAB II .............................................................................................................................................
BAB III.............................................................................................................................................
3.1 Saran.........................................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Istilah CARA atau Chronic Aspecifik Respiratory Affections mencakup semua penyakit
saluran napas yang bercirikan penyumbatan (obstruksi) bronchi disertai pengembangan
mukosa dan sekreesi dahak berlebihan. Penyakit-penyakit tersebut meliputi berbagai bentuk
penyakit beserta peralihannya, yakni asma, bronchitis kronis dan enfisema paru atau PPOK.
PPOK menepati uraian ketiga dari kematian penduduk di negri Belanda (setelah
Penyakit Jantung dan Pembuluh (PJP) dan kanker). Juga secara global mortalitas akibat
gangguan ini meningkat, sedangkan kematian karena penyakit kardiovasakuler menurun.
Menurunkan angka kematian dari COPD/PPOK merupakan salah satu tujuan dari “Global
initiative for cronis obstructive lungdisease (GOLD)” suau organisasi dari WHO dan US
National Heart, Lung and Blood Institute
Berkaitan dengan farmakoterapi bagi cara pemilihan terapi yang baik salah satunya
adalah tatatlaksana terapi sesuai alogaritma terapi dengan menimalkan efek samping.
Sehingga untuk mengetahui pemilihan tatalaksana terapi yang sesuai diperlukan
pemahaman lebih lanjut mengenai penyakit PPOK ini baik itu meliputi etiologic,
patofisiologi, klasifikasi, gejala dan tanda serta alogaritma terapinya.
B. Rumusan Masalah
Rumusan Masalah pada makalah ini yaitu
1. Apa yang di maksud dengan PPOK
2. Penyakit apa saja yang termasuk dalam kelompok PPOK
3. Tanda dan gejala PPOK
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang di maksud degan PPOK
2. Untuk mengetahui kelompok penyakit PPOK
3. Untuk mengetahui tanda dan gejala PPOK
BAB II
KONSEP DASAR PENYAKIT
A. PENGERTIAN
Penyakit paru obstruktif kronis merupakan sejumlah gangguan yang mempegaruhi
pergerakan udara dari dan keluar paru. (Tamsuir, Anas2008).
PPOK (Penyakit Paru Obstuksi Kronis) ataupun COPD adalah klasifikasi luas dari
gangguan yang mencakup bronchitis kronis, bron-kiektasis, emfisema dan asma
(Smeltzer dan bare :2002)
PPOK merupakan suatu istilah yang sering digunakan untuk sekelompok penyakit
paru yang berlangsung lama dan ditandai dengan peningkatan retensi terhadap aliran
udara sebagai gambaran patofisiologi utamanya yang merupakan bentuk kesatuan dari
penyakit bronchitis kronis dan emfisema paru ataupun asma bronkial. (Sylvia A. Price,
2006: 784).
Eksaserbasi akut pada PPOK berarti timbulnya perburukan dibandingkan dengan
kondisi sebelumnya. Definisi eksaserbasi akut pada PPOK adalah kejadian akut dalam
perjalanan alami penyakit dengan karakteristik adanya perubahan basal sesak napas,
batuk dan/atau spatum yang diluar batas normal dalam variasi hari ke hari (GOLD, 2009)
PPOK merupakan suatu istilah yang sering digunak untuk sekelompok penyakit paru
yang berlangsung lama dan ditandai dengan peningkatan retensi terhadap aliran udarah
sebagai gambaran patofisiologi utamanya yang merupakan bentuk kesatuan dari
penyakit bronckitis kronis dan emfisema paru ataupun asma bronkial (Price, 2006)
Menurut beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa penyakit paru obstruksi
kronis adalah kelainan paru yang di tandai dengan gangguan fungsi paru berupa
memanjangnya preriode ekspirasi yang disebabkan oleh adanya penyempitan saluran
napas dan tidak banyak mengalami perubahan dalam masa observasi beberapa waktu.
Ekaserbasi akut pada PPOK berarati timbulnya perburukan dibandingkan dengan kondisi
sebelumnya. Definisi eksaserbasi akut pada PPOK adalah kejadian akut dalam perjalanan
alami penyakit dengan karakteristik adanya perubahan basal sesak napas, batuk, dan
sputum yang diluar batas normal dalam variasi hari ke hari. Penyakit yang termasuk
dalam kelompok PPOK adalah sebagai berikut:
1. Bronchitis Kronis
a. Definisi
Bronchitis kronis merupakan gangguan klinis yang di tandai dengan pembentukan mucus
yang berlebihan dalam bronkus dan termanifestasikan dalam bentuk batuk kronis dan
pembentuk sputum selama 3 bulan dalam setahun, paling sedikit 2 tahun berturut-turut
(Bruner & Suddarth, 2002).
b. Etiologi
Terdapat tiga jenis penyebab bronchitis yaitu:
1. Infeksi: stafilokokus, sterptokokus, haemophilus influenzae
2. Alergi
3. Ransang: missal asap pabrik, asap mobil, asap rokok dll.
c. Manifestasi klinis
1. Peningkatan ukuran dan jumlah kelenjar mukus pada bronchi besar, yangmana
akanmeningkatkan produksi mucus
2. Mucus lebih kental
3. Dinding bronchial meradang dan menebal (seringkali sampai dua kaliketebalan
normal)
4. Mukus yang kental dan pembesaran bronchus akan mengobstruksi jalannafas,
terutama selama ekspirasi. Jalan nafas mengalami kollaps, dan udaraterperangkap
pada bagian distal dari paru-paru.
5. Klien terlihat cyanosis. Sebagai kompensasi dari hipoxemia, maka terjadi polisitemia
(overproduksi eritrosit). Pada saat penyakit memberat, diproduksi sejumlah sputum
yang hitam, biasanya karena infeksi pulmonary.
2. Emfisem
a. Definisi
Perubahan anatomis parenkim paru yang ditandai pelebaran dinding alveolus, duktus
alveolaris dan destruksi dinding alveolar (Bruner & Suddarth, 2002).
b. Etilogi
Factor tidak di ketahui
1. Predisposisi genetic
2. Merokok
3. Polusi udara
c. Manifestasi klinis
1. Dispnea
2. Takipnea
3. Inspeksi: barrel chest, penggunaan otot bantu pernapasan
4. Perkusi: hiperresonan, penurunan fremitus pada seluruh bidang paru
5. Auskultasi bunyi napas: krekles, ronchi, perpanjangan ekspirasi
6. Hipoksemia
7. Hiperkapnia
8. Anoreksia
9. Penurunan BB
10. Kelemahan
3. asthma Bronchiale
a. Definisi
Suatu penyakit yang ditandai dengan tanggap reaksi yang meningkat dari tracheadan
bronkus terhadap berbagai macam rangsangan dengan manifestasi berupa kesukaran
bernafas yang disebabkan oleh peyempitan yang menyeluruh darisaluran nafas.
b. Etilogi
1. Alergen (debu, bulu binatang, kulit, dll)
2. Infeksi saluran nafas
3. Stress
4. Olahraga (kegiatan jasmani berat)
5. Obat-obatan
6. Polusi udara
7. Lingkungan kerja
8. Lain-lain (iklim, bahan pengawet)
c. Manifestasi Klinis
1. Dispnea
2. Wheezing
3. Batuk Non Produktif
4. Takikardi
5. Takipnea (Smeltzer dan Bare: 2002).
B. ETIOLOGI
Faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK), antara
lain:
1. Factor Eksternal
a. Polusi udara (bahan kimia, zat iritan, gas beracun)
b. Asap rokok, (perokok pasif) kebiasaan merokok menahun (perokok aktif) Perokok aktif
memiliki prevalensi lebih tinggi untuk mengalami gejala respiratorik, abnormalitas fungsi
paru, dan mortalitas yang lebih tinggi dari pada orang yang tidak merokok. Resiko
menderita PPOK tergantung padaumur orang tersebut mulai merokok, jumlah rokok
yang dihisap per hari dan berapa lama orang tersebut merokok. Enviromental tobacco
smoke (ETS) atau perokok pasif juga dapat mengalami gejala-gejala respiratorik
dikarenakan oleh partikel-partikel iritatif tersebut terinhalasi sehingga mengakibatkan
paru-paru “terbakar”. Merokok selama masa kehamilan juga dapat mewariskan faktor
resiko kepada janin, mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan paru-paru dan
perkembangan janin dalam kandungan, bahkan mungkin juga dapat mengganggu sistem
imun dari janin tersebut.
c. Indoor Air Pollution atau polusi di dalam ruangan Batubara, arang, kayu bakar ataupun
bahan bakar biomass lainnya sebagai penghasil energi untuk memasak, pemanas dan
untuk kebutuhan rumah tangga lainnya, sehingga menyebabkan polusi dalam ruangan.
2. Faktor Internal
a. Asap rokok atau zat kimia berbahaya yang masuk ke saluran pernafasan kemudian
menyebabkan peradangan
b. Reaksi antigen-antibodi
c. Emosional: takut, cemas dan tegang
d. Aktivitas yang berlebihan juga dapat menjadi faktor pencetuse
e. Umur (semakin tua semakin berisiko)
f. Keletihan, kelelahan, malaise.
C. TANDA DAN GEJALA
Tanda dan gejala akan mengarah pada dua tipe pokok, yaitu:
1. Batuk disertai peningkatan produksi sputum
Batuk bersifat produktif, yang pada awalnya hilang timbul lalu kemudian berlangsung
lama dan sepanjang hari. Batuk disertai dengan produksi sputumyang pada awalnya
sedikit dan mukoid kemudian berubah menjadi banyak dan purulen seiring dengan
semakin bertambahnya parahnya batuk penderita.
2. Sesak Nafas
Penderita PPOK juga akan mengeluhkan sesak yang berlangsung lama, sepanjang hari,
tidak hanya pada malam hari, dan tidak pernah hilang sama sekali, hal ini menunjukkan
adanya obstruksi jalan nafas yang menetap. Keluhan sesak inilah yang biasanya
membawa penderita PPOK berobat ke rumah sakit. Sesak dirasakan memberat saat
melakukan aktifitas dan pada saat mengalami eksaserbasi akut
a. Bertambahnya keterbatasan aktifitas
b. Terdapat gagal nafas akut pada gagal nafas kronis
c. Terdapat suara nafas tambahan (mengi atau wheezing)
d. Ekspirasi yang memanjang
e. Bentuk dada tong (barrel chest) pada penyakit lanjut.
f. Penggunaan otot-otot aksesori pernafasan (retraksi otot-otot abdominal,
mengangkat bahu saat inspirasi, nafas cuping hidung).
g. Kadang ditemukan pernapasan paradoksal
h. Pernapasan cuping hidung
D. POHON MASALAH
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang yang diperlukan adalah sebagai berikut:
1. Pemeriksaan radiologis
Pada bronchitis kronik secara radiologis ada beberapa hal yang perlu diperhatikan:
a. Tubular shadows atau farm lines terlihat bayangan garis-garis yang parallel, keluar dari
hilus menuju apeks paru. Bayangan tersebut adalah bayangan bronkus yang menebal.
b. Corak paru yang bertambah
Pada emfisema paru terdapat 2 bentuk kelainan foto dada, yaitu:
a. Gambaran defisiensi arteri, terjadi overinflasi, pulmonary oligoemia dan bula.
Keadaan ini lebih sering terdapat pada emfisema panlobular dan pink puffer.
b. Corakan paru yang bertambah.
2. Pemeriksaan faal paru
Pada bronchitis kronik terdapat VEP1 dan KV yang menurun, VR yang bertambah dan KTP
yang normal. Pada emfisema paru terdapat penurunan VEP1, KV, dan KAEM (kecepatan
arum ekspirasi maksimal) atau MEFR (maximal expiratoryflow rate), kenaikan KRF dan VR,
sedangkan KTP bertambah atau normal. Keadaan diatas lebih jelas pada stadium lanjut,
sedang pada stadium dini perubahan hanya pada saluran napas kecil (small airways). Pada
emfisema kapasitas difusi menurun karena permu-kaan alveoli untuk difusi berkurang.
3. Analisis gas darah
Pada bronchitis PaCO2naik, saturasi hemoglobin menurun, timbul sianosis, terjadi
vasokonstriksi vaskuler paru dan penambahan eritropoesis. Hipoksia yang kronik
merangsang pembentukan eritropoetin sehingga menimbulkan polisitemia. Padakondisi
umur 55-60 tahun polisitemia menyebabkan jantung kanan harus bekerja lebih berat dan
merupakan salah satu penyebab payah jantung kanan.
4. Pemeriksaan EKG
Kelainan yang paling dini adalah rotasi clock wise jantung. Bila sudah terdapat kor pulmonal
terdapat deviasi aksis ke kanan dan P pulmonal pada hantaran II, III, dan aVF. Voltase QRS
rendah Di V1 rasio R/S lebih dari 1 dan V6 rasio R/Skurang dari 1. Sering terdapat RBBB
inkomplet.
5. Kultur sputum, untuk mengetahui pathogen penyebab infeksi
6. Laboratorium darah lengkap
F. PENATALAKSANAAN MEDIS
Tujuan penatalaksanaan PPOK, yaitu:
1. Memperbaiki kemampuan penderita mengatasi gejala tidak hanya pada faseakut, tetapi juga
fase kronik.
2. Memperbaiki kemampuan penderita dalam melaksanakan aktivitas harian.
3. Mengurangi laju progresivitas penyakit apabila penyakitnya dapat dideteksi lebih awal.
A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
a. Identitas
1. Identitas klien
Identitas klien meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan,
agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS, nomor register,diagnose medis, dan
status pernikahan
2. Identitas penanggung jawab klien
Identitas penanggung jawab klien nama, umur, jenis kelamin, Pendidikan alamat,
agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS, nomor register, status pernikahan, dan
hubungan dengan klien.
b. Riwayat Kesehatan
1. Alasan utama masuk rumah sakit.
Alasan atau keluhan pasien saat masuk rumah sakit, dari kapan pasien
sudahmerasakan sakit yang dialami.
2. Keluhan utama
Keluhan utama merupakan keluhan yang paling utama, hanya ada satu keluhan yang
paling menganggu pasien atau mengancam nyawa pasien.
3. Riwayat kesehatan sekarang. Penyakit yang dirasakan oleh pasien pada saat pasien
datang kerumah sakit. Pada pasien dengan sinusitis biasanya mengeluh nyeri saat
BAK atau susahuntuk BAK.
4. Riwayat Kesehatan dahulu
Riwayat penyakit yang dulu pernah di derita oleh pasien. Misalnya adanya riwayat
hipertensi, diabetes militus, penyakit jantung, anemia, dan lain-lain.
5. Riwayat kesehatan keluarga.
Riwayat penyakit yang mungkin pernah diderita oleh keluarga pasien.
6. Riwayat alergi.
Riwayat alergi merupakan apakah pasien ada alergi terhadap makanantertentu atau
tidak.
c. Genogram
Adanya genogram untuk mengetahui garis keturunan dari pasien, agar mengetahui
informasi bilamana ada penyakit keturunan pada keluarga pasien.
d. Pola fungsi Kesehatan
1. Pola perepsian dan management
Pola ini menjelskan bagaimana klien mengetasi penyakitnya, cara klien memandang
penyakitnya dan pemeliharaan kesehatannya.
2. Pola nutrisi dan metabolik
Pola ini menjelaskan bagaimana makan dan minum klien, meliputi frekuensi, jenis
makanan dan minuman klien serta gangguan yang terjadi pada pemenuhan nutrisi
klien seperti mual dan muntah. Pada penderita sinusitis biasanya nafsu makan
berkurang karena terjadi gangguan pada hidung.
3. Pola eliminasi
Pola ini menjelaskan bagaimanan pola eliminasi klien, intensitas, konsentrasi,warna
dan bau dari BAK dan BAB pasien. Khususnya pada pasien yangmengalami batu
ureter akan lebih banyak mengalami gangguan pada saluran perkemihannya.
4. Pola aktivitas dan Latihan
Pola ini menjelaskan tentang sejauh mana kemandirian klien dalam melakukan
aktivitas sehari-hari.
5. Pola kognitif dan perceptual
Pola ini menjelaskan tentang persepsi sensori dan kognitif pasien. Pola persepsi
sensori meliputi pengkajian fungsi penglihatan, pendengaran, perasaan, pembau
dan kompensasinya terhadap tubuh. Sedangkan kognitif meliputi daya ingat pasien,
orientasi terhadap waktu, tempat, dan nama orang.Biasanya pada penderita.
6. Pola istirahat dan tidur
Pola ini menjelaskan tentang pola istirahat dan tidur pasien, jumlah jam tidur pada
siang dan malam, masalah selama tidur, insomnia atau mimpi buruk.
7. Pola konsep diri dan persepsi
Pola ini menggambarkan sikap tentang diri sendiri dan persepsi tentang kemampuan
meliputi gambaran diri, harga diri, peran, identitas dan ide dirisendiri.
8. Pola peran dan hubunganPola ini menggambarkan dan mengetahui hubungan dan
peran klien terhadap anggota keluarga dan masyarakat di sekitar tempat tinggal
klien.
9. Pola reproduksi dan seksual
Pola ini menjelaskan tentang bagaimana keadaan system reproduksi danseksual
klien.
10. Pola koping dan toleransi
Pola ini menggambarkan kemampuan pasien untuk menangani stress dan
bagaimana cara klien menghadapi dan menyelesaikan masalah yang dihadapi.
11. Pola nilai dan keyakinan
Pola ini menjelaskan tentang bagaimana cara klien melakukan ibadah.Biasanya
pasien yang menderita anemia tidak mengalam gangguan pada ibadahnya karena
tidak ada organ tubuhnya yang rusak atau tidak berfungsi hanya saja penderita
mengalami kelemahan dan keletihan.
B. DIANGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan utama pasien mencakup hal berikut ini:
1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidak seimbangan ventilasi perfusi
2. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan hipersekresi jalan napas, batuk
tidak efektif, dan sekresi yang tertahan.
3. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya napas.
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidak seimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen dan kelemahan.
5. Defisit Nutrisi berhubungan dengan Ketidak mampuan untuk mengabsorpsi nutrien,
ketidakmampuan untuk mencerna makanan, faktor psikologi.
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
Pemantauan Respirasi
Observasi
monitor frekuensi, irama,
kedalaman, dan upaya
nafas
monitor pola nafas
(seperti bradypnea,
takipnea, hiperventilasi,
kussmaul, Cheyne-stokes,
ataksisk
monitor kemampuan
batuk efektif
monitor adanya produksi
sputum
monitor adanya
sumbatan jalan napas
palpasi kesimetrisan
ekspansi paru
auskultasi bunyi napas
monitor saturasi oksigen
monitor nilai AGD
monitor hasil x-ray
thoraks
Terapeutik
atur interval pemantauan
respirasi sesuai kondisi
pasien
dokumentasi hasil
pemantauan
Edukasi
jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
informasikan hasil
pemantauan, jika perlu
A. Kesimpulan
PPOK adalah penyakit paru kronik yang ditandai oleh hambatan aliran udarah di saluran
pernapasan yang bersifat progressif nonreversibel atau reversibe parsial. PPOK meliputi
factor resiko paparan lingkungan (merokok, pekerjaan dan polusi udarah)
B. Saran
Sebaikan dalam melakukan terapi farmakologi bagi pasien PPOK perlu di perhatikan
algoritma dan kondisi fisiologi agar diperoleh efek yang terapi dan tepat
DAFTAR PUSTAKA