Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN PENYAKIT

PARU OBSTRUKSI KRONIS (PPOK)

Disusun:

ANUM TABARJURIN (2101130613)

ANDREAS PAKAIMU (2101130635)


KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. yang telah memberikan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas yang berjudul “Laporan PPOK (Penyakit
Paru Obstruksi Kronis) ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan dari laporan ini adalah
untuk memenuhi tugas pada mata kuliah “Keperawatan Dewasa Sistem Kardiovaskuler, Respirasi,
dan Hematologi”. Selain itu, laporan ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang enzim
katalase di kehidupan sehari-hari bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Terlebih dahulu, saya mengucapkan terima kasih kepada Ibu Ns. putu sintya arlinda A, S.kep,
selaku Dosen KMB yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan
wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni ini.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan semua,
terima kasih atas bantuannya sehingga sehingga saya dapat menyelesaikan tugas ini.

Kemudian, kami menyadari bahwa tugas yang kami susun ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun kami butuhkan demi kesempurnaan laporan ini.

Malang, 14 September 2022


DAFTAR ISI

BAB I...............................................................................................................................................

1.1 Latar belakang..........................................................................................................................

1.2 Rumusan masalah....................................................................................................................

1.3 Tujuan.......................................................................................................................................

BAB II .............................................................................................................................................

2.1 Konsep dasar PPOK...................................................................................................................

2.2 Asuhan keperawatan PPOK......................................................................................................

BAB III.............................................................................................................................................

3.1 Kesimpulan ..............................................................................................................................

3.1 Saran.........................................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Istilah CARA atau Chronic Aspecifik Respiratory Affections mencakup semua penyakit
saluran napas yang bercirikan penyumbatan (obstruksi) bronchi disertai pengembangan
mukosa dan sekreesi dahak berlebihan. Penyakit-penyakit tersebut meliputi berbagai bentuk
penyakit beserta peralihannya, yakni asma, bronchitis kronis dan enfisema paru atau PPOK.
PPOK menepati uraian ketiga dari kematian penduduk di negri Belanda (setelah
Penyakit Jantung dan Pembuluh (PJP) dan kanker). Juga secara global mortalitas akibat
gangguan ini meningkat, sedangkan kematian karena penyakit kardiovasakuler menurun.
Menurunkan angka kematian dari COPD/PPOK merupakan salah satu tujuan dari “Global
initiative for cronis obstructive lungdisease (GOLD)” suau organisasi dari WHO dan US
National Heart, Lung and Blood Institute
Berkaitan dengan farmakoterapi bagi cara pemilihan terapi yang baik salah satunya
adalah tatatlaksana terapi sesuai alogaritma terapi dengan menimalkan efek samping.
Sehingga untuk mengetahui pemilihan tatalaksana terapi yang sesuai diperlukan
pemahaman lebih lanjut mengenai penyakit PPOK ini baik itu meliputi etiologic,
patofisiologi, klasifikasi, gejala dan tanda serta alogaritma terapinya.
B. Rumusan Masalah
Rumusan Masalah pada makalah ini yaitu
1. Apa yang di maksud dengan PPOK
2. Penyakit apa saja yang termasuk dalam kelompok PPOK
3. Tanda dan gejala PPOK
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang di maksud degan PPOK
2. Untuk mengetahui kelompok penyakit PPOK
3. Untuk mengetahui tanda dan gejala PPOK
BAB II
KONSEP DASAR PENYAKIT
A. PENGERTIAN
Penyakit paru obstruktif kronis merupakan sejumlah gangguan yang mempegaruhi
pergerakan udara dari dan keluar paru. (Tamsuir, Anas2008).
PPOK (Penyakit Paru Obstuksi Kronis) ataupun COPD adalah klasifikasi luas dari
gangguan yang mencakup bronchitis kronis, bron-kiektasis, emfisema dan asma
(Smeltzer dan bare :2002)
PPOK merupakan suatu istilah yang sering digunakan untuk sekelompok penyakit
paru yang berlangsung lama dan ditandai dengan peningkatan retensi terhadap aliran
udara sebagai gambaran patofisiologi utamanya yang merupakan bentuk kesatuan dari
penyakit bronchitis kronis dan emfisema paru ataupun asma bronkial. (Sylvia A. Price,
2006: 784).
Eksaserbasi akut pada PPOK berarti timbulnya perburukan dibandingkan dengan
kondisi sebelumnya. Definisi eksaserbasi akut pada PPOK adalah kejadian akut dalam
perjalanan alami penyakit dengan karakteristik adanya perubahan basal sesak napas,
batuk dan/atau spatum yang diluar batas normal dalam variasi hari ke hari (GOLD, 2009)
PPOK merupakan suatu istilah yang sering digunak untuk sekelompok penyakit paru
yang berlangsung lama dan ditandai dengan peningkatan retensi terhadap aliran udarah
sebagai gambaran patofisiologi utamanya yang merupakan bentuk kesatuan dari
penyakit bronckitis kronis dan emfisema paru ataupun asma bronkial (Price, 2006)
Menurut beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa penyakit paru obstruksi
kronis adalah kelainan paru yang di tandai dengan gangguan fungsi paru berupa
memanjangnya preriode ekspirasi yang disebabkan oleh adanya penyempitan saluran
napas dan tidak banyak mengalami perubahan dalam masa observasi beberapa waktu.
Ekaserbasi akut pada PPOK berarati timbulnya perburukan dibandingkan dengan kondisi
sebelumnya. Definisi eksaserbasi akut pada PPOK adalah kejadian akut dalam perjalanan
alami penyakit dengan karakteristik adanya perubahan basal sesak napas, batuk, dan
sputum yang diluar batas normal dalam variasi hari ke hari. Penyakit yang termasuk
dalam kelompok PPOK adalah sebagai berikut:
1. Bronchitis Kronis
a. Definisi
Bronchitis kronis merupakan gangguan klinis yang di tandai dengan pembentukan mucus
yang berlebihan dalam bronkus dan termanifestasikan dalam bentuk batuk kronis dan
pembentuk sputum selama 3 bulan dalam setahun, paling sedikit 2 tahun berturut-turut
(Bruner & Suddarth, 2002).
b. Etiologi
Terdapat tiga jenis penyebab bronchitis yaitu:
1. Infeksi: stafilokokus, sterptokokus, haemophilus influenzae
2. Alergi
3. Ransang: missal asap pabrik, asap mobil, asap rokok dll.
c. Manifestasi klinis
1. Peningkatan ukuran dan jumlah kelenjar mukus pada bronchi besar, yangmana
akanmeningkatkan produksi mucus
2. Mucus lebih kental
3. Dinding bronchial meradang dan menebal (seringkali sampai dua kaliketebalan
normal)
4. Mukus yang kental dan pembesaran bronchus akan mengobstruksi jalannafas,
terutama selama ekspirasi. Jalan nafas mengalami kollaps, dan udaraterperangkap
pada bagian distal dari paru-paru.
5. Klien terlihat cyanosis. Sebagai kompensasi dari hipoxemia, maka terjadi polisitemia
(overproduksi eritrosit). Pada saat penyakit memberat, diproduksi sejumlah sputum
yang hitam, biasanya karena infeksi pulmonary.
2. Emfisem
a. Definisi
Perubahan anatomis parenkim paru yang ditandai pelebaran dinding alveolus, duktus
alveolaris dan destruksi dinding alveolar (Bruner & Suddarth, 2002).
b. Etilogi
Factor tidak di ketahui
1. Predisposisi genetic
2. Merokok
3. Polusi udara
c. Manifestasi klinis
1. Dispnea
2. Takipnea
3. Inspeksi: barrel chest, penggunaan otot bantu pernapasan
4. Perkusi: hiperresonan, penurunan fremitus pada seluruh bidang paru
5. Auskultasi bunyi napas: krekles, ronchi, perpanjangan ekspirasi
6. Hipoksemia
7. Hiperkapnia
8. Anoreksia
9. Penurunan BB
10. Kelemahan
3. asthma Bronchiale
a. Definisi
Suatu penyakit yang ditandai dengan tanggap reaksi yang meningkat dari tracheadan
bronkus terhadap berbagai macam rangsangan dengan manifestasi berupa kesukaran
bernafas yang disebabkan oleh peyempitan yang menyeluruh darisaluran nafas.
b. Etilogi
1. Alergen (debu, bulu binatang, kulit, dll)
2. Infeksi saluran nafas
3. Stress
4. Olahraga (kegiatan jasmani berat)
5. Obat-obatan
6. Polusi udara
7. Lingkungan kerja
8. Lain-lain (iklim, bahan pengawet)
c. Manifestasi Klinis
1. Dispnea
2. Wheezing
3. Batuk Non Produktif
4. Takikardi
5. Takipnea (Smeltzer dan Bare: 2002).
B. ETIOLOGI
Faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK), antara
lain:
1. Factor Eksternal
a. Polusi udara (bahan kimia, zat iritan, gas beracun)
b. Asap rokok, (perokok pasif) kebiasaan merokok menahun (perokok aktif) Perokok aktif
memiliki prevalensi lebih tinggi untuk mengalami gejala respiratorik, abnormalitas fungsi
paru, dan mortalitas yang lebih tinggi dari pada orang yang tidak merokok. Resiko
menderita PPOK tergantung padaumur orang tersebut mulai merokok, jumlah rokok
yang dihisap per hari dan berapa lama orang tersebut merokok. Enviromental tobacco
smoke (ETS) atau perokok pasif juga dapat mengalami gejala-gejala respiratorik
dikarenakan oleh partikel-partikel iritatif tersebut terinhalasi sehingga mengakibatkan
paru-paru “terbakar”. Merokok selama masa kehamilan juga dapat mewariskan faktor
resiko kepada janin, mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan paru-paru dan
perkembangan janin dalam kandungan, bahkan mungkin juga dapat mengganggu sistem
imun dari janin tersebut.
c. Indoor Air Pollution atau polusi di dalam ruangan Batubara, arang, kayu bakar ataupun
bahan bakar biomass lainnya sebagai penghasil energi untuk memasak, pemanas dan
untuk kebutuhan rumah tangga lainnya, sehingga menyebabkan polusi dalam ruangan.
2. Faktor Internal
a. Asap rokok atau zat kimia berbahaya yang masuk ke saluran pernafasan kemudian
menyebabkan peradangan
b. Reaksi antigen-antibodi
c. Emosional: takut, cemas dan tegang
d. Aktivitas yang berlebihan juga dapat menjadi faktor pencetuse
e. Umur (semakin tua semakin berisiko)
f. Keletihan, kelelahan, malaise.
C. TANDA DAN GEJALA
Tanda dan gejala akan mengarah pada dua tipe pokok, yaitu:
1. Batuk disertai peningkatan produksi sputum
Batuk bersifat produktif, yang pada awalnya hilang timbul lalu kemudian berlangsung
lama dan sepanjang hari. Batuk disertai dengan produksi sputumyang pada awalnya
sedikit dan mukoid kemudian berubah menjadi banyak dan purulen seiring dengan
semakin bertambahnya parahnya batuk penderita.
2. Sesak Nafas
Penderita PPOK juga akan mengeluhkan sesak yang berlangsung lama, sepanjang hari,
tidak hanya pada malam hari, dan tidak pernah hilang sama sekali, hal ini menunjukkan
adanya obstruksi jalan nafas yang menetap. Keluhan sesak inilah yang biasanya
membawa penderita PPOK berobat ke rumah sakit. Sesak dirasakan memberat saat
melakukan aktifitas dan pada saat mengalami eksaserbasi akut
a. Bertambahnya keterbatasan aktifitas
b. Terdapat gagal nafas akut pada gagal nafas kronis
c. Terdapat suara nafas tambahan (mengi atau wheezing)
d. Ekspirasi yang memanjang
e. Bentuk dada tong (barrel chest) pada penyakit lanjut.
f. Penggunaan otot-otot aksesori pernafasan (retraksi otot-otot abdominal,
mengangkat bahu saat inspirasi, nafas cuping hidung).
g. Kadang ditemukan pernapasan paradoksal
h. Pernapasan cuping hidung

D. POHON MASALAH
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang yang diperlukan adalah sebagai berikut:
1. Pemeriksaan radiologis
Pada bronchitis kronik secara radiologis ada beberapa hal yang perlu diperhatikan:
a. Tubular shadows atau farm lines terlihat bayangan garis-garis yang parallel, keluar dari
hilus menuju apeks paru. Bayangan tersebut adalah bayangan bronkus yang menebal.
b. Corak paru yang bertambah
Pada emfisema paru terdapat 2 bentuk kelainan foto dada, yaitu:
a. Gambaran defisiensi arteri, terjadi overinflasi, pulmonary oligoemia dan bula.
Keadaan ini lebih sering terdapat pada emfisema panlobular dan pink puffer.
b. Corakan paru yang bertambah.
2. Pemeriksaan faal paru
Pada bronchitis kronik terdapat VEP1 dan KV yang menurun, VR yang bertambah dan KTP
yang normal. Pada emfisema paru terdapat penurunan VEP1, KV, dan KAEM (kecepatan
arum ekspirasi maksimal) atau MEFR (maximal expiratoryflow rate), kenaikan KRF dan VR,
sedangkan KTP bertambah atau normal. Keadaan diatas lebih jelas pada stadium lanjut,
sedang pada stadium dini perubahan hanya pada saluran napas kecil (small airways). Pada
emfisema kapasitas difusi menurun karena permu-kaan alveoli untuk difusi berkurang.
3. Analisis gas darah
Pada bronchitis PaCO2naik, saturasi hemoglobin menurun, timbul sianosis, terjadi
vasokonstriksi vaskuler paru dan penambahan eritropoesis. Hipoksia yang kronik
merangsang pembentukan eritropoetin sehingga menimbulkan polisitemia. Padakondisi
umur 55-60 tahun polisitemia menyebabkan jantung kanan harus bekerja lebih berat dan
merupakan salah satu penyebab payah jantung kanan.
4. Pemeriksaan EKG
Kelainan yang paling dini adalah rotasi clock wise jantung. Bila sudah terdapat kor pulmonal
terdapat deviasi aksis ke kanan dan P pulmonal pada hantaran II, III, dan aVF. Voltase QRS
rendah Di V1 rasio R/S lebih dari 1 dan V6 rasio R/Skurang dari 1. Sering terdapat RBBB
inkomplet.
5. Kultur sputum, untuk mengetahui pathogen penyebab infeksi
6. Laboratorium darah lengkap

F. PENATALAKSANAAN MEDIS
Tujuan penatalaksanaan PPOK, yaitu:

1. Memperbaiki kemampuan penderita mengatasi gejala tidak hanya pada faseakut, tetapi juga
fase kronik.
2. Memperbaiki kemampuan penderita dalam melaksanakan aktivitas harian.
3. Mengurangi laju progresivitas penyakit apabila penyakitnya dapat dideteksi lebih awal.

Penatalaksanaan PPOK pada usia lanjut adalah sebagai berikut:

1. Meniadakan faktor etiologi/presipitasi, misalnya segera menghenti-kan merokok,


menghindari polusi udara.
2. Membersihkan sekresi bronkus dengan pertolongan berbagai cara.
3. Memberantas infeksi dengan antimikroba. Apabila tidak ada infeksi antimikroba tidak perlu
diberikan. Pemberian antimikroba harus tepat sesuai dengan kuman penyebab infeksi yaitu
sesuai hasil uji sensitivitas atau pengobatan empirik.
4. Mengatasi bronkospasme dengan obat-obat bronkodilator. Penggu-naan kortikosteroid
untuk mengatasi proses inflamasi (bronko spas-me) masih controversial.
5. Pengobatan simtomatik.
6. Penanganan terhadap komplikasi-komplikasi yang timbul.
7. Pengobatan oksigen, bagi yang memerlukan. Oksigen harus diberi-kan dengan aliran lambat
1-2 liter/menit.
8. Tindakan rehabilitasi yang meliputi:
a. Fisioterapi, terutama bertujuan untuk membantu pengelu-aran secret bronkus.
b. Latihan pernapasan, untuk melatih penderita agar bisa me-lakukan pernapasan yang
paling efektif.
c. Latihan dengan beban olahraga tertentu, dengan tujuan untuk memulihkan kesegaran
jasmani.
d. Vocational guidance, yaitu usaha yang dilakukan terhadap penderita dapat kembali
mengerjakan pekerjaan semula.
e. Pengelolaan psikosial, terutama ditujukan untuk penyesu-aian diri penderita dengan
penyakit yang dideritanya.
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
a. Identitas
1. Identitas klien
Identitas klien meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan,
agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS, nomor register,diagnose medis, dan
status pernikahan
2. Identitas penanggung jawab klien
Identitas penanggung jawab klien nama, umur, jenis kelamin, Pendidikan alamat,
agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS, nomor register, status pernikahan, dan
hubungan dengan klien.
b. Riwayat Kesehatan
1. Alasan utama masuk rumah sakit.
Alasan atau keluhan pasien saat masuk rumah sakit, dari kapan pasien
sudahmerasakan sakit yang dialami.
2. Keluhan utama
Keluhan utama merupakan keluhan yang paling utama, hanya ada satu keluhan yang
paling menganggu pasien atau mengancam nyawa pasien.
3. Riwayat kesehatan sekarang. Penyakit yang dirasakan oleh pasien pada saat pasien
datang kerumah sakit. Pada pasien dengan sinusitis biasanya mengeluh nyeri saat
BAK atau susahuntuk BAK.
4. Riwayat Kesehatan dahulu
Riwayat penyakit yang dulu pernah di derita oleh pasien. Misalnya adanya riwayat
hipertensi, diabetes militus, penyakit jantung, anemia, dan lain-lain.
5. Riwayat kesehatan keluarga.
Riwayat penyakit yang mungkin pernah diderita oleh keluarga pasien.
6. Riwayat alergi.
Riwayat alergi merupakan apakah pasien ada alergi terhadap makanantertentu atau
tidak.
c. Genogram
Adanya genogram untuk mengetahui garis keturunan dari pasien, agar mengetahui
informasi bilamana ada penyakit keturunan pada keluarga pasien.
d. Pola fungsi Kesehatan
1. Pola perepsian dan management
Pola ini menjelskan bagaimana klien mengetasi penyakitnya, cara klien memandang
penyakitnya dan pemeliharaan kesehatannya.
2. Pola nutrisi dan metabolik
Pola ini menjelaskan bagaimana makan dan minum klien, meliputi frekuensi, jenis
makanan dan minuman klien serta gangguan yang terjadi pada pemenuhan nutrisi
klien seperti mual dan muntah. Pada penderita sinusitis biasanya nafsu makan
berkurang karena terjadi gangguan pada hidung.
3. Pola eliminasi
Pola ini menjelaskan bagaimanan pola eliminasi klien, intensitas, konsentrasi,warna
dan bau dari BAK dan BAB pasien. Khususnya pada pasien yangmengalami batu
ureter akan lebih banyak mengalami gangguan pada saluran perkemihannya.
4. Pola aktivitas dan Latihan
Pola ini menjelaskan tentang sejauh mana kemandirian klien dalam melakukan
aktivitas sehari-hari.
5. Pola kognitif dan perceptual
Pola ini menjelaskan tentang persepsi sensori dan kognitif pasien. Pola persepsi
sensori meliputi pengkajian fungsi penglihatan, pendengaran, perasaan, pembau
dan kompensasinya terhadap tubuh. Sedangkan kognitif meliputi daya ingat pasien,
orientasi terhadap waktu, tempat, dan nama orang.Biasanya pada penderita.
6. Pola istirahat dan tidur
Pola ini menjelaskan tentang pola istirahat dan tidur pasien, jumlah jam tidur pada
siang dan malam, masalah selama tidur, insomnia atau mimpi buruk.
7. Pola konsep diri dan persepsi
Pola ini menggambarkan sikap tentang diri sendiri dan persepsi tentang kemampuan
meliputi gambaran diri, harga diri, peran, identitas dan ide dirisendiri.
8. Pola peran dan hubunganPola ini menggambarkan dan mengetahui hubungan dan
peran klien terhadap anggota keluarga dan masyarakat di sekitar tempat tinggal
klien.
9. Pola reproduksi dan seksual
Pola ini menjelaskan tentang bagaimana keadaan system reproduksi danseksual
klien.
10. Pola koping dan toleransi
Pola ini menggambarkan kemampuan pasien untuk menangani stress dan
bagaimana cara klien menghadapi dan menyelesaikan masalah yang dihadapi.
11. Pola nilai dan keyakinan
Pola ini menjelaskan tentang bagaimana cara klien melakukan ibadah.Biasanya
pasien yang menderita anemia tidak mengalam gangguan pada ibadahnya karena
tidak ada organ tubuhnya yang rusak atau tidak berfungsi hanya saja penderita
mengalami kelemahan dan keletihan.

B. DIANGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan utama pasien mencakup hal berikut ini:
1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidak seimbangan ventilasi perfusi
2. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan hipersekresi jalan napas, batuk
tidak efektif, dan sekresi yang tertahan.
3. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya napas.
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidak seimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen dan kelemahan.
5. Defisit Nutrisi berhubungan dengan Ketidak mampuan untuk mengabsorpsi nutrien,
ketidakmampuan untuk mencerna makanan, faktor psikologi.
C. INTERVENSI KEPERAWATAN

No Diangnosa Keperawatan Standar Luaran Keperawatan Indonesia Standar Intervensi Keperawatan


(SLKI) Indonesia (SIKI)
1. Gangguan pertukaran gas Setelah dilakukan Tindakan Keperawatan pemantauan Respirasi
Penyebab: 2x24jam maka pertukaran gas meningkat Observasi
 Ketidak keseimbangan dengan kriteria hasil:  monitor frekuensi, irama,
vantilasi-pervusi  Tindakan kesedaran meningkat kedalaman, dan upaya
 Perubahan membrane  Dispnea menurun nafas
alveolus-kapiler  Bunyi nafas tambahan menurun  monitor pola nafas
Tanda dan gejala mayor:  Pusing menurun (seperti bradypnea,
 Dyspnea  Penglihatan kabur menurun takipnea, hiperventilasi,
 PCO2 meningkat /  Diaphoresis menurun kussmaul, Cheyne-stokes,
menurun  Gelisah menurun ataksisk)
 PO2 menurun  Napas cuping hidung menurun  monitor kemampuan
 Takikardia  PCO2 membaik batuk efektif
 pH arteri Meningkat /  PO2 membaik  monitor adanya produksi
menurun  Takikardia membaik spatum
 Bunyi napas tambahan  pH arteri membaik  monitor adanya
Tanda dan Gejala Minor  sianosis membaik sumbatan jalan napas
 Pusing  pola napas membaik  palpasi kesinetrisan
 Penglihatan kabur  warna kulit membaik ekspansi paru
 Sianosis  auskultasi saturasi
 Diaphoresis oksigen
 Gelisah  monitor nilai AGD
 Napas cuping hidung  monitor hasil x-ray
 pola napas abnormal thoraks
 warna kulit abnormal Terapeutik
 kesedaran menurun  atur interval pemantauan
Kondisi Klinis Terkait respirasi sesuai kondisi
 PPOK pasien
 Gagal jantung  dokumentasi hasil
kongestif pemantauan
 Asma Edukasi
 Pneumonia  jelaskan tujuan dan
 Tuberculosis paru prosedur pemantauan
 Penyakit membrane  informasikan hasil
hialin pemantauan, jika perlu
 Asfiksia Terapi Oksigen
 Persistem Pulmunari Observasi
Hypertension Of New  monitor kecepatan aliran
oksigen
born (PPHN)  monitor posisi alat terapi
 Prematuritas oksigen
 Infeksi saluran napas  monitor aliran oksigen
secara periodic dan
pastikan fraksi yang
diberikan cukup
 monitor efektifitas terapi
oksigen (mis oksimetri,
AGD), jika perlu
 monitor kemampuan
melepaskan oksigen dan
atelektasis
 monitor tingkat
kecemasan akibat terapi
oksigen
 monitor integritas
mukosa hidung akibat
pemasangan oksigen
Terapeutik
 bersihkan secret pada
mulut, hidung dan trakea,
jika perlu
 pertahankan kepatenan
jalan napas
 siapkan dan atur
peralatan pemberian
oksigen
 berikan oksigen
tambahan, jika perlu
 tetap berikan oksigen
saat pasien ditransportasi
 gunakan perangkat
oksigen yang sesuai
dengan tingkat mobilitas
pasien
Edukasi
 ajarkan pasien dan
keluarga cara
menggunakan oksigen
dirumah
Kolaborasi
 kolaborasi penentuan
dosis oksigen
 kolaborasi penggunaan
oksigen saat aktivitas
dan / atau tidur

Latihan Batuk Efektif


Setelah dilakukan Tindakan keperawatan Observasi
2. Bersihan Jalan Napas Tidak selama 2x24 jam, maka bersihan jalan
 identifikasi kemampuan
Efektif nafas meningkat dengan kriteria hasil: batuk
 batuk efektif meningkat  monitor adanya retensi
Penyebab  produksi spuntum menurun spuntum
Fisiologis  mengi menurun  monitor tanda dan gejala
 Spasme jalan nafas  wheezing menurun infeksi saluran nafas
 Hipersekresi jalan  meconium (pada neonates)  monitor input dan output
nafas menurun cairan (mis. Jumlah dan
 Difungsi  Dyspnea menurun karakteristik)
neuromuscular  Ortopnea menurun Terapeutik
 Benda asing dalam  Sulit bicara menurun  atur posisi semi fowler
jalan nafas  Sianosis menurun  pasang perlak dan
 Adanya jalan nafas  Gelisah menurun bengkok di pangkuan
buatan  Frekuensi nafas membaik pasien
 Sekresi yang bertahan  Pola nafas membaik  buang secret pada
 Hyperplasia dinding tempat spuntum
jalan nafas
 Proses infeksi Edukasi
 Repon alergi  jelaskan tujuan dan
 Efek agen farmakologis prosedur batuk efektif
Situasional  anjurkan Tarik napas
 Merokok aktif dalam melalui hidung
 Merokok pasif selama 4 detik, ditahan
 Terpanjan polutan selama 2 detik, kemudian
Tanda dan Gejala Mayor keluarkan dari mulut
 Batuk tidak efektif dengan bibir mencucu
 Tidak mampu batuk selama 8 detik
 Sputum berlebih  anjurkan mengulangi
 Mengi, wheezing dan / Tarik napas dalam hingga
atau ronkhi kering 3 kali
 Menconium dijalan  anjurkan batuk dengan
nafas (pada neontus) kuat langsung setelah
Tanda dan Gejala Minor Tarik napas dalam yang
 Dyspnea ketiga
 Sulit bicara Kolaborasi
 Ortopnea  kolaborasi pemberian
 Gelisah mukolitik atau
 Sianosis ekspektoran, jika perlu
 Bunyi napas menurun
 Frekuensi nafas Menejemen Jalan Nafas
berubah Observasi
 Pola nafas berubah  monitor pola nafas
Kondisi Klinis Terkait (frekuensi, kedalan usaha
 Gullian bare syndrome nafas
 Sclerosis multiple  monitor bunyi nafas
tambahan (mis, gurgling,
 Myasthenia gravis
mengi, wheezing, rhonki)
 Prosedur diagnostic
 monitor sputum (jumlah,
 Depresi system saraf
warna, aroma)
pusat
Terapeutik
 cedera kepala
 pertahankan kepatenan
 stroke
jalan napas dengan
 kuadriplegia headtilt dan chin lift (jaw
 sindrom aspirasi thrust jika curiga trauma
meconium servikal)
 infeksi saluran nafas  posisikan semi fowler
atau fowler
 berikan minuman hangat
 lakukan fisioterapi dada
jika perlu
 lakukan penghisapan
lender kurang dari 15
detik
 lakukan hiperoksigenasi
sebelum penghisapan
endotrakeal
 keluarkan sumbatan
benda padat dengan
forsep McGill
 berikan oksigen jika perlu
Edukasi
 anjurkan asupan cairan
2000ml/hari, jika tidak
kontraindikasi
 ajarkan Teknik batuk
efektif
Kolaborasi
 kolaborasi pemberian
bronkodilator,
ekspektoran, mukolitik,
jika perlu

Pemantauan Respirasi
Observasi
 monitor frekuensi, irama,
kedalaman, dan upaya
nafas
 monitor pola nafas
(seperti bradypnea,
takipnea, hiperventilasi,
kussmaul, Cheyne-stokes,
ataksisk
 monitor kemampuan
batuk efektif
 monitor adanya produksi
sputum
 monitor adanya
sumbatan jalan napas
 palpasi kesimetrisan
ekspansi paru
 auskultasi bunyi napas
 monitor saturasi oksigen
 monitor nilai AGD
 monitor hasil x-ray
thoraks
Terapeutik
 atur interval pemantauan
respirasi sesuai kondisi
pasien
 dokumentasi hasil
pemantauan

Edukasi
 jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
 informasikan hasil
pemantauan, jika perlu

Setelah dilakukan Tindakan keperawatan Menejemen Jalan Nafas


3. Pola Nafas Tidak Efektif 1x24jam, maka pola nafas membaik Observasi
Penyebab dengan kriteria hasil:  monitor pola nafas
 depresi pusat  Ventilasi semenit meningkat (frekuensi, kedalaman,
pernapasan  Kapasitas vital meningkat usaha nafas
 hambatan upaya napas  Diameter thoraks anterior-  monitor bunyi nafas
 deformitas dinding posterior meningkat tambahan (mis gurgling,
dada  Tekanan ekspirasi meningkat mengi, wheezing, ronkhi)
 deformitas tulang dada  Tekanan inspirasi meningkat  monitor sputum (jumlah,
 gangguan  Dyspnea menurun warna, aroma)
neuromuscular  Penggunaan otot bantu nafas Terapeutik
 gangguan neurologis menurun  pertahankan kepatenan
 imaturitas neurologis  Pemanjangan fase ekspirasi jalan napas dengan
 penurunan oksigen menurun headtilt dan chin lift (jaw
obesitas  Ortopnea menurun thrust jika curiga trauma
 posisi tubuh yang  Pernapasan pursed lips menurun servikal)
menghambat ekspansi  Pernapasan cuping hidung  posisikan semi fowler
paru menurun atau fowler
 sindrom hipoventilasi  Frekuensi nafas membaik  berikan minuman hangat
 kerusakan inervasi  Kedalamaan nafas membaik  lakukan fisioterapi jika
diafragma  Ekskursi dada membaik perlu lakukan
 cedera pada medulla penghisapan lender
spinalis kurang dari 15detik
 efek agen farmakologis  lakukan hiperoksigenasi
 kecemasan sebelum penghisapan
Tanda dan Gejala Mayor endotrakeal
 dyspnea  keluarkan sumbatan
 penggunaan obat benda padat dengan
bantu pernafasan forsep McGill
 fase ekspirasi  berikan oksigen jika perlu
memanjang Edukasi
 pola nafas abnormal  anjurkan asupan cairan
Tanda dan Gejala Minor 2000 ml/hari, jika tidak
 ortopnea kontraindikasi
 pernapasan pursed lips  ajarkan Teknik batuk
 pernapasan cuping efektif
hidung Kolaborasi
 diameter thoraks  kolaborasi pemberian
anterior posterior bronkodilator,
meningkat ekspektoran, mukolitik,
 ventilasi semenit jika perlu
menurun Pemantauan Respirasi
 kapasitas vital Observasi
menurun  monitor frekuensi, irama,
 tekanan ekspirasi kedalaman, dan upaya
menurun nafas
 tekanan inspirasi  monitor pola nafas
menurun (seperti bradypnea,
 efek dada berubah takipnea, hiperventilasi,
Kondisi Klinis Terkai kussmaul chene-strukes,
 depresi system saraf ataksis)
pusat  monitor kemampuan
 cedera kepala batuk efektif
 trauma thoraks  monitor adanya produksi
 gullian bare syndrome sputum
 multipe gravis  monitor adanya
 struke sumbatan jalan napas
 kuadriplegia  palpasi kesimetrisan
 intoksikasi alcohol ekspansi paru
 auskultasi bunyi napas
 monitor saturasi oksigen
 monitor nilai AGD
 monitor x-ray thoraks
Terapeutik
 atur interval pemantauan
respirasi sesuai kondisi
pasien
 dokumentasi hasil
pemantauan
Edukasi
 jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
 informasikan hasil
pemantauan, jika perlu

4. Intoleransi Aktivitas Setelah dilakukan asuhan keperawatan Menejemen Energi


Penyebab selam 1x24 jam diharapkan toleransi Observasi
 ketidakseimbangan aktivitas meningkat dengan kriteria hasil:  Identifikasi gangguan
antara suplai dan  Frekuensi nadi meningkat fungsi tubuh yang
kebutuhan oksigen  Saturasi oksigen meningkat mengakibatkan kelelahan
 kebutuhan oksigen  Kemudahan dalam melakukan  Monitor kelelahan fisik
 tirah baring aktivitas sehari-hari meningkat dan emosional
 kelemahan  Kecepatan berjalan meningkat  Monitor pola dan jam
 imobilisasi  Jarak berjalan meningkat tidur
 gaya hidup menotom  Kekuatan tubuh bagian atas  Monitor lokasi dan
Gejala dan Tanda Mayor meningkat ketidaknyamanan selama
Subjektif  Kekuatan tubuh bagian bawah melakukan aktivitas
 mengeluh Lelah meningkat Terapeutik
Objektif  Toleransi dalam menaiki tangga  Sediakan lingkungan
 frekuensi jantung meningkat nyaman dan rendah
meningkat >20% dari  Keluhan menurun stimulus (ms, cahaya,
kondisi istirahat  Dispnae saat aktivitas menurun suara, kunjungan,)
 Dispnae setelah aktivitas  Lakukan latihan rentang
Gejala dan Tanda Minor menurun gerak pasif dan/atau aktif
Subjektif  Perasaan lemah menurun  Berikan aktivitas distraksi
 Dispnae saat /setelah  Aritmia saat aktivitas menurun yang menenangkan
aktivitas  Artemia setelah aktivitas  Fasilitasi duduk di sisi
 Merasa tidak nyaman menurun tempat tidur, jika tidak
setelah aktivitas  Sianosis menurun dapat berpindah atau
 Merasa lemah  Warna kulit membaik berjalan
Objektif  Tekanan darah membaik Edukasi
 Tekanan darah  Frekuensi napas membaik  Anjurkan tirah baring
berubah >20% dari  EKG iskemia membaik  Anjurkan melakukan
kondisi istirahat aktivitas secarah
 Gambaran EKG bertahap
menunjukan aritmia  Anjurkan menghubungi
saat/setelah aktivitas perawat jika tanda dan
 Gambaran EKG gejala kelelahan tidak
menunjukan iskemia berkurang
 Sianosis  Anjurkan strategi koping
Kondisi Klinis Terkait untuk mengurangi
 Anemia kelelahan
 Gagal jantung Kolaborasi
kongestif  Kolaborasi dengan ahli
 Penyakit jantung gizi tentang cara
kroner meningkatkan asupan
 Penyakit katup jantung makanan
 Aritmia Terapi Aktivitas
 Penyakit paru Observasi
obstruktif kronis  Identifikasi defisit tingkat
(PPOK) aktivitas
 Gangguan metabolic  Identifikasi sumber daya
 Gangguan untuk aktivitas yang
muskoloskeletal diinginkan
 Identivikasi makna
aktivitas rutin (mis,
bekerja) dan waktu luang
 Monitor respon
emosional, fisik, sosial,
dan spiritual terhadap
aktivitas
Terapeutik
 Fasilitasi focus pada
kemampuan, bukan
deficit yang dialami
 Sepakati komitmen untuk
meningkatkan frekuensi
dan rentang aktivitas
 Fasilitasi memilih aktivitas
dan tetapkan tujuan
aktivitas yang konsisten
sesuai kemampuan fisik,
psikologi dan sosial
 Koordinasikan pemilihan
aktivitas sesuai usia
 Fasilitasi makna aktivitas
yang dipilih
 Fasilitasi transportasi
untuk menghindari
aktivitas, jika sesuai
 Fasilitasi pasien dan
keluarga dalam
menyusuaikan lingkungan
untuk mengakomodasi
aktivitas yang dipilih
 Fasilitasi aktivitas fisik
rutin (mis, ambulansi,
mobilisasi, dan
perawatan diri) sesuai
kebutuhan
 Fasilitasi aktivitas
penggati saat mengalami
keterbatasan waktu,
energi atau gerak
 Fasilitasi aktivitas motoric
kasar untuk pasien
hiperaktif
 Tingakat aktivitas fisik
untuk memelihara berat
bada, jika sesuai
 Fasilitasi aktifitas motoric
untuk merelaksasikan
otot
 Faasilitasi aktivitas
dengan komponen
memori implist dan
emosional (mis, kegiatan
keagamaan khusus) untuk
pasien demensi, jika
sesuai
 Libatkan keluarga dalam
aktivitas, bila perlu
 Fasilitasi
mengembangkan
motivasi dan penguatan
diri
 Fasilitas pasien dan
keluarga menatau
kemajuannya sendiri
mencapai tujuan
 Jadwalkan aktivitas dalam
rutinitas sehari-hari
 Berikan penguatan positif
dalam aktivitas
Edukasi
 Jelaskan metode aktivitas
fisik sehari-hari, jika perlu
 Ajarkan cara melakukan
aktivitas yang dipilih
 Anjurkan melakukan
aktivitas fisik, sosial,
spiritual, dan kongnitif
dalam menjaga fungsi
dan Kesehatan
 Anjurkan terlibat dalam
aktivitas kelompok terapi,
jika sesuai
 Anjurkan keluarga untuk
memberi penguatan
positif atas partisipasi
dalam aktivitas
Kolaborasi
 Kolaborasi dengan terapis
okupasi dalam
merencanakan dan
memonitor program
aktivitas, jika sesuai
 Rujuk pada pusat atau
program aktivitas
komunitas, jika perlu
5. Resiko Defisit Nutrisi Setelah dilakukan asuhan keperawatan Menejemen gangguan makan
Faktor Resiko selama 1x24 jam diharapkan status nutrisi Observasi
 Ketidakmampuan membaik dengan kriteria:  Monitor asupan dan
menelan makanan  Porsi makanan yang dihabiskan keluarnya makanan dan
 Ketidak mampuan meningkat cairan serta kebutuhan
mencerna makanan  Kekuatan otot mengunyah kalori
 Ketidakmampuan meningkat Terapeutik
mengabsorbsi nutrient  Serum albumin meningkat  Timbang berat badan
 Peningkatan  Verbalisasi keinginan untuk secara rutin
kebutuhan meningkatkan nutrisi meningkat  Diskusi perilaku makan
metabolisme  Pengetahuan tentang pilihan dan jumlah aktivitas
 Factor ekonomi (mis, makanan yang sehat meningkat fisik(termasuk olaraga)
finansial, tidak  Pengetahuan tentang pilihan yang sesuai
tercukupi) minuman yang sehat meningkat  Lakukan kontrak perilaku
 Factor psikologi (mis,  Pengetahuan tentang standar (mis, target berat badan,
stress, keenganan untk asupan nutrisi yang tepat tanggung jawab perilaku)
makan) meningkat  Dampingi kekamar mandi
Kondisi Klinis Terkait  Penyiapan dari penyimpanan untuk pengamatan
 Stroke minum yang aman meningkat perilaku memuntahkan
 Parkinson  Sikap terhadap Kembali makanan
 Mobius syndrome makanan/minuman sesuai  Berikan penguatan positif
 Cerebral palsy dengan tujuan Kesehatan terhadap keberhasilan
 Clef lip meningkat target dan perubahan
 Cleft lip  Perasaan cepat kenyang menurun perilaku
 Cleft palate  Nyeri abdomen  Berikan konsekuensi jika
 Amyotropic lateral  Sariawan menurun tidak mencapai target
sclerosis  Rambut rontok menurun sesuai kontrak
 Kerusakan  Diare menurun  Rencanakan program
neuromuscular  Berat badan membaik pengobatan untuk
 Luka bakar  Indeks massa tubuh (ITM) perawatan dirumah (mis,
 Kanker membaik medis, konseling)
 Infeksi  Frekuensi makan membaik Edukasi
 AIDS  Nafsu makan membaik  Anjurkan membuat
 Penyakit crohn’s  Bising usus membaik catatan harian tetan
 Enterocolitis  Tebal lipatan kulit trisep membaik perasaan dan situasi
 Fibrosis kistik  Membrane mukosa membaik pemicu pengeluaran
makanan (mis,
pengeluaran yang
disengaja, muntah,
aktivitas berlebihan)
 Ajarkan pengaturan diet
yang tepat
 Ajarkan keterampilan
koping untuk
menyelesaikan masalah
perilaku makan
Kolaborasi
 Kolaborasi dengan ahli
gizi tentang target berat
bada, kebutuhan kalori
dan pilihan makanan
Menejemen nutrisi
Observasi
 Identifikasi status nutrisi
 Indentifikasi alergi dan
toleransi makan
 Indentifikasi makanan
yang di sukai
 Identifikasi kebutuhan
kalori dan jenis nutrient
 Identifikasi perlu
penggunaan selang
nasogastric
 Monitor asupan makanan
monitor berat badan
 Monitor hasil
pemeriksaan
laboratorium
Terapeutik
 Lakukan oral hygiene
sebelum makan, jika
perlu
 Fasilitas menentukan
pedoman diet (mis,
piramida makanan)
 Sajikan makanan secara
menarik dan suhu yang
sesuai
 Berikan makanan tinggi
serat untuk mencegah
konstipasi
 Berikanan makanan tinggi
kalori dan tinggi protein
 Berikan suplemen
makanan, jika perlu
 Hentika pemberian
makanan melalui selang
nasogatrik jika asupan
oral dapat ditoleransi
Edukasi
 Anjurkan posisi duduk,
jika mampu
 Anjurkan diet yang
diprogramkan
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum makan
(mis, oereda nyeri,
antiemetic), jika perlu
 Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis
nutrient yang di
butuhkan, jika perlu
BAB II

A. Kesimpulan
PPOK adalah penyakit paru kronik yang ditandai oleh hambatan aliran udarah di saluran
pernapasan yang bersifat progressif nonreversibel atau reversibe parsial. PPOK meliputi
factor resiko paparan lingkungan (merokok, pekerjaan dan polusi udarah)
B. Saran
Sebaikan dalam melakukan terapi farmakologi bagi pasien PPOK perlu di perhatikan
algoritma dan kondisi fisiologi agar diperoleh efek yang terapi dan tepat
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddart, dkk. 2002. Keperawatan Medikal-Bedah. Jakarta: EGC


Lynda, Juall. 2007. BukuSuku Diagnosis Keperawatan. Jakarta: EGC
PPNI. 2016. Standar Diangnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Indikator Diagnostik. Jakarta: DPP PPNI
PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Deficit dan criteria hasil
keperawatan. Jakarta: DPP PPNI
PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan
Keperawatan. Jakarta: DPP PPNI
Price, S>A. dan Wilson L>M> 2006. Patofisologi: konsep klinis proses-proses
penyakit. Edisi ke6. Volume 1. Jakarta: EGC
Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G Bare. 2002. Buku ajaran keperawatan
medical bedah brunner & suddarth edisi 8 v0l 1. Ahli Bahasa H.Y. kuncara,
anrdy Hartono, monica ester, Yasmin asih. Jakarta: EGC
Tamsuri, anas. 2008 seri asuhan keperawatan klien gangguan pernafasan.
Jakarta:EGC

Anda mungkin juga menyukai