Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN

DENGAN PPOK (Penyakit Paru Obstruktif Kronik )

OLEH:

I KOMANG BUDI MAHENDRA


NIM. 219012786

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA BALI DENPASAR
TAHUN 2022
LAPORAN PENDAHULUAN
PPOK (Penyakit Paru Obstruktif Kronik )

A. KONSEP PENYAKIT

1. Definisi

Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) merupakan penyakit paru yang dapat
dicegah dan diobati, yang ditandai dengan adanya hambatan aliran udara pada saluran
pernapasan yang tidak sepenuhnya reversibel. Gangguan yang bersifat progresif ini terjadi
karena adanya respon inflamasi paru akibat pajanan partikel atau gas beracun yang
disertai efek ekstraparu yang berkontribusi terhadap derajat penyakit (Perhimpunan
dokter paru Indoesia, 2018).
PPOK  merupakan suatu istilah yang sering digunakan untuk sekelompok penyakit
paru-paru yang berlangsung lama  dan ditandai oleh peningkatan resistensi terhadap aliran
udara sebagai gambaran patofisiologi utamanya. Ketiga penyakit yang membentuk satu
kesatuan yang dikenal dengan COPDadalah : bronchitis kronis, emfisema paru-paru
dan asma bronchiale (S Meltzer, 2019)
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa Penyakit Paru Obstruksi
Kronik merupakan penyakit obstruksi jalan nafas karena bronkitis kronis, bronkietaksis
dan emfisema, obstruksi tersebut bersifat progresif disertai hiperaktif aktivitas bronkus.

2. Klasifikasi
Penyakit yang termasuk dalam kelompok penyakit paru obstruksi kronik adalah sebagai
berikut :
1) Bronchitis kronis
a. Definisi
Bronchitis kronis adalah ganggua klinis yang ditandai dengan pembentukan muus
yang berlebihan dalam bronkus an temanifestasikan dalam bentuk batuk kronis dan
pembentukan sputum selama3 bulan dalam setahun ,paling sedikit 2 than berturut-
turut (Brunner&suddart,2017).
b. Etiologi
Terdapat 3 jenis penyebab bronchitis yaitu:
1) Infeksi : stafilkokus ,streptokokus, pneumokokus.
2) Alergi
3) Rangsang : misal asap pabrik,asap obil,asap rokok.
c. Manifestasi klinis
1) Peningkatan ukuran dan jumlah kelenjar ukus pada broki besar yang mana akan
meingkatan prodksi mucus
2) Mucus lebih
3) Kerusakan fungsi fungsi cilliary shngg menurunkan mekanisme pembersihan
mucus.oleh karena itu”mucociliary defence” dari paru mengalami kerusakan
dan meningakan kecendrungan untuk terserang infeksi.ketika infeksi timbul
kelenjar mucus akan menjadi hipertropi dan hyperplasia sehingga produksi
mucus akan meningkat.
4) Dingding bronchial meradang dan menebal dan mengganggu aliran
udara.mukus kental ini bersama-sama dengan produksi mucus yang banyakan
menghambat beberapa aliran udara kecil dan mempersempit saluran udara
besar.bronkitis kronis mula-mula mempengaruhi hanya pada bronkus
besar,tetapi biasanya seluruh saluran nafas akan terkena
5) Mukus yang kental dan pembesaran bronchus akan mengobstruksi jalan nafas,
terutama selama ekspirasi. Jalan nafas mengalami kollaps, dan udara
terperangkap pada bagian distal dari paru-paru. Obstruksi ini menyebabkan
penurunan ventilasi alveolar, hypoxia dan asidosis
6) Klien mengalami kekurangan oksigen jaringan ; ratio ventilasi perfusi
abnormal timbul, dimana terjadi penurunan PaO2. Kerusakan ventilasi dapat
juga meningkatkan nilai PaCO2.
7) Klien terlihat cyanosis. Sebagai kompensasi dari hipoxemia, maka terjadi
polisitemia (overproduksi eritrosit). Pada saat penyakit memberat, diproduksi
sejumlah sputum yang hitam, biasanya karena infeksi pulmonary.
8) Selama infeksi klien mengalami reduksi pada FEV dengan peningkatan pada
RV dan FRC. Jika masalah tersebut tidak ditanggulangi,
hypoxemia akan timbul yang akhirnya menuju penyakit cor pulmonal dan CHF
2) Emfisema
a. Definisi
Perubahan anatomis parenkim paru yang ditandai pelebaran dinding alveolus,
duktus alveolaris dan destruksi dinding alveolar (Bruner & Suddarth, 2017).
b. Etiologi
a) Faktor tidak diketahui
b) Predisposisi genetic
c) Merokok
d) Polusi udara
3) Asthma Bronchiale
a. Definisi
Suatu penyakit yang ditandai dengan tanggap reaksi yang meningkat dari trachea
dan bronkus terhadap berbagai macam rangsangan dengan manifestasi berupa
kesukaran bernafas yang disebabkan oleh peyempitan yang menyeluruh dari
saluran nafas (Bruner & Suddarth, 2017).
b. Etiologi
a) Alergen (debu, bulu binatang, kulit, dll)
b) Infeksi saluran  nafas
c) Stress
d) Olahraga (kegiatan jasmani berat)
e) Obat-obatan
f) Polusi udara
g) Lingkungan kerja
h) Lain-lain (iklim, bahan pengawet)
c. Manifestasi Klinis
a) Dispnea
b) Permulaan Serangan Terdapat Sensasi Kontriksi Dada (Dada Terasa Berat),
c) Wheezing,
d) Batuk Non Produktif
e) Takikardi
f) Takipnea
3. Etiologi
Faktor-faktor yang menyebabkan penyakit Paru Obstruksi Kronik menurut Arief
Mansjoer (2018) adalah :
1) Kebiasaan merokok
2) Polusi Udara
3) Paparan Debu, asap
4) Gas-gas kimiawi akibat kerja
5) Riwayat infeki saluran nafas
6) Bersifat genetik yakni definisi a-l anti tripsin
Sedangkan penyebab lain Penyakit Paru Obstruksi Kronikmenurut David Ovedoff
(2019) yaitu : adanya kebiasaan merokok berat dan terkena polusi udara dari bahan
kimiawi akibat pekerjaan. Mungkin infeksi juga berkaitan dengan virus hemophilus
influenza dan strepto coccus pneumonia.

4. Manifestasi Klinik
Tanda gejala yang umum muncul pada pasien dengan COPD atau PPOK adalah
sebagai berikut:
 Batuk produktif, pada awalnya intermiten, dan kemudian terjadi hampir tiap hari
seiring waktu
 Sputum putih atau mukoid, jika ada infeksi menjadi purulen atau mukupurulent sesak
sampai menggunakan otot-otot pernafasan tambahan untuk bernafas Batuk dan
ekspektorasi,dimana cenderung meningkat dan maksimal pada pagi hari
 Sesak nafas setelah beraktivitas berat terjadi seiring dengan berkembangnya penyakit
pada keadaan yang berat, sesak nafas bahkan terjadi dengan aktivitas minimal dan
bahkan pada saat istirahat akibat semakin memburuknya abnormalitas pertukaran
udara.
 Pada penyakit yang moderat hingga berat, pemeriksaan fisik dapat memperlihatkan
penurunan suara nafas, ekspirasi yang memanjang, ronchi, dan hiperresonansi pada
perkusi
 Anoreksia
 Penurunan berat badan dan kelemahan
 Takikardia, berkeringat
 Hipoksia

5. Komplikasi
1) Hipoxemia
Hipoxemia didefinisikan sebagai penurunan nilai PaO2 kurang dari 55 mmHg, dengan
nilai saturasi Oksigen <85%. Pada awalnya klien akan mengalami perubahan mood,
penurunan konsentrasi dan pelupa. Pada tahap lanjut timbul cyanosis.
2) Asidosis Respiratory
Timbul akibat dari peningkatan nilai PaCO2 (hiperkapnia). Tanda yang muncul
antara lain : nyeri kepala, fatique, lethargi, dizzines, tachipnea.
3) Infeksi Respiratory
Infeksi pernafasan akut disebabkan karena peningkatan produksi mukus, peningkatan
rangsangan otot polos bronchial dan edema mukosa. Terbatasnya aliran
udara akan meningkatkan kerja nafas dan timbulnya dyspnea.
4) Gagal jantung
Terutama kor-pulmonal (gagal jantung kanan akibat penyakit paru), harus diobservasi
terutama pada klien dengan dyspnea berat. Komplikasi ini sering kali berhubungan
dengan bronchitis kronis, tetapi klien dengan emfisema berat juga dapat mengalami
masalah ini.
5) Cardiac Disritmia
Timbul akibat dari hipoxemia, penyakit jantung lain, efek obat atau asidosis
respiratory.
6) Status Asmatikus
Merupakan komplikasi mayor yang berhubungan dengan asthma bronchial. Penyakit
ini sangat berat, potensial mengancam kehidupan dan seringkali tidak berespon
terhadap therapi yang biasa diberikan.Penggunaan otot bantu pernafasan dan distensi
vena leher seringkali terlihat.
6. Patofisiologi dan Pathway
Saluran napas dan paru berfungsi untuk proses respirasi yaitu pengambilan
oksigen untuk keperluan metabolisme dan pengeluaran karbondioksida dan air sebagai
hasil metabolisme. Proses ini terdiri dari tiga tahap, yaitu ventilasi, difusi dan perfusi.
Ventilasi adalah proses masuk dan keluarnya udara dari dalam paru. Difusi adalah
peristiwa pertukaran gas antara alveolus dan pembuluh darah, sedangkan perfusi adalah
distribusi darah yang sudah teroksigenasi. Gangguan ventilasi terdiri dari gangguan
restriksi yaitu gangguan pengembangan paru serta gangguan obstruksi berupa
perlambatan aliran udara di saluran napas.  Faktor risiko utama dari PPOK adalah
merokok. Komponen-komponen asap rokok merangsang perubahan pada sel-sel
penghasil mukus bronkus. Selain itu, silia yang melapisi bronkus mengalami kelumpuhan
atau disfungsional serta metaplasia. Perubahan-perubahan pada sel-sel penghasil mukus
dan silia ini mengganggu sistem eskalator mukosiliaris dan menyebabkan penumpukan
mukus kental dalam jumlah besar dan sulit dikeluarkan dari saluran napas. Mukus
berfungsi sebagai tempat persemaian mikroorganisme penyebab infeksi dan menjadi
sangat purulen. Timbul peradangan yang menyebabkan edema jaringan. Proses ventilasi
terutama ekspirasi terhambat. Timbul hiperkapnia akibat dari ekspirasi yang memanjang
dan sulit dilakukan akibat mukus yang kental dan adanya peradangan (GOLD, 2020).
Komponen-komponen asap rokok juga merangsang terjadinya peradangan kronik
pada paru.Mediator-mediator peradangan secara progresif merusak struktur-struktur
penunjang di paru. Akibat hilangnya elastisitas saluran udara dan kolapsnya alveolus,
maka ventilasi berkurang. Saluran udara kolaps terutama pada ekspirasi karena ekspirasi
normal terjadi akibat pengempisan (recoil) paru secara pasif setelah inspirasi. Dengan
demikian, apabila tidak terjadi recoil pasif, maka udara akan terperangkap di dalam paru
dan saluran udara kolaps (GOLD, 2020).
Berbeda dengan asma yang memiliki sel inflamasi predominan berupa eosinofil,
komposisi seluler pada inflamasi saluran napas pada PPOK predominan dimediasi oleh
neutrofil. Asap rokok menginduksi makrofag untuk melepaskan Neutrophil Chemotactic
Factors dan elastase, yang tidak diimbangi dengan antiprotease, sehingga terjadi
kerusakan jaringan. Selama eksaserbasi akut, terjadi perburukan pertukaran gas dengan
adanya ketidakseimbangan ventilasi perfusi. Kelainan ventilasi berhubungan dengan
adanya inflamasi jalan napas, edema, bronkokonstriksi, dan hipersekresi mukus.Kelainan
perfusi berhubungan dengan konstriksi hipoksik pada arteriol

Pathway
Faktor presdiposisi

Peningkatan secret bronkiolus

Bersihan jalan
nafas tidak Obstruksi bronkiolus awal fase
efektif
ekspirasi
Udara terperangakap dalam
alveolus

Sesak nafas,
nafas pendek
Suplai O2 ke PaO2 rendah
jaringan PaCO2 tinggi
Infusiensi Nafsu Pola Nafas
rendah Gagal Nafas makan Tidak Efektif

menurun
Gangguan
Gangguan
Kompensasi hipoksemia metabolisme
pertukaran gas Berat badan
kardiovaskuler jaringan
kurang dari 10 %

Hipertensi Metabolisme
Defisit
pulmonal anaerob
Nutrisi

Produksi ATP
Gagal jantung
menurun
kanan

Deficit energi

Intoleransi
Lelah, lemah
aktivitas
7. Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan
Tujuan penatalaksanaan PPOK adalah:
a) Memeperbaiki kemampuan penderita mengatasi gejala tidak hanya pada fase akut,
tetapi juga fase kronik.
b) Memperbaiki kemampuan penderita dalam melaksanakan aktivitas harian.
c) Mengurangi laju progresivitas penyakit apabila penyakitnya dapat dideteksi lebih
awal.
Penatalaksanaan PPOK pada usia lanjut adalah sebagai berikut:
a) Meniadakan faktor etiologi/presipitasi, misalnya segera menghentikan merokok,
menghindari polusi udara.
b) Membersihkan sekresi bronkus dengan pertolongan berbagai cara.
c) Memberantas infeksi dengan antimikroba. Apabila tidak ada infeksi antimikroba
tidak perlu diberikan. Pemberian antimikroba harus tepat sesuai dengan kuman
penyebab infeksi yaitu sesuai hasil uji sensitivitas atau pengobatan empirik.
d) Mengatasi bronkospasme dengan obat-obat bronkodilator. Penggunaan
kortikosteroid untuk mengatasi proses inflamasi (bronkospasme) masih
controversial.
e) Pengobatan simtomatik.
f) Penanganan terhadap komplikasi-komplikasi yang timbul.
g) Pengobatan oksigen, bagi yang memerlukan. Oksigen harus diberikan dengan
aliran lambat 1 – 2 liter/menit.
Tindakan rehabilitasi yang meliputi:
a) Fisioterapi, terutama bertujuan untuk membantu pengeluaran secret bronkus.
b) Latihan pernapasan, untuk melatih penderita agar bisa melakukan pernapasan
yang paling efektif.
c) Latihan dengan beban olah raga tertentu, dengan tujuan untuk memulihkan
kesegaran jasmani.
d) Vocational guidance, yaitu usaha yang dilakukan terhadap penderita dapat
kembali mengerjakan pekerjaan semula.
e) Pengelolaan psikosial, terutama ditujukan untuk penyesuaian diri penderita
dengan penyakit yang dideritanya.
B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Pengkajian dilakukan dengan melakukan anamnesis pada pasien. Data- data yang
dikumpulkan atau dikaji meliputi :
a) Riwayat Kesehatan
 Keluhan Utama
Keluhan utama merupakan faktor utama yang mendorong pasien mencari
pertolongan atau berobat ke rumah sakit. Biasanya pada pasien dengan
Penyakit Paru Obstriksi Kronik (PPOK) didapatkan keluhan berupa sesak
nafas.
 Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien dengan PPOK biasanya akan diawali dengan adanya tanda-
tanda seperti batuk, sesak nafas, nyeri pleuritik, rasa berat pada dada, berat
badan menurun dan sebagainya. Perlu juga ditanyakan mulai kapan keluhan
itu muncul. Apa tindakan yang telah dilakukan untuk menurunkan atau
menghilangkan keluhan-keluhannya tersebut.
 Riwayat Penyakit Dahulu
Perlu ditanyakan apakah sebelumnya pasien pernah masuk RS dengan keluhan
yang sama.
 Riwayat Penyakit Keluarga
 Perlu ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit-
penyakit yang sama
b) Pengkajian Pola Kesehatan Fungsional Gordon di kutip dari Hidayat (2018).
 Persepsi kesehatan /penanganan kesehatan
Pada pengumpulan data tentang persepsi dan pemeliharaan kesehatan yang
perlu ditanyakan adalah persepsi terhadap penyakit atau sakit, persepsi
terhadap kesehatan, persepsi terhadap penatalaksanaan kesehatan seperti
penggunaan atau pemakaian tembakau, atau penggunaan alkohol dan
sebagainya.
 Nutrisi-metabolik
Pada pola nutrisi dan metabolik yang ditanyakan adalah diet khusus,/suplemen
yang di konsumsi, instruksi diet sebelumnya, nafsu makan, jumlah makan atau
jumlah minum serta cairan yang masuk, ada tidaknya mual-muntah, stomatitis,
fluktuasi BB 6 bulan terakhir naik/turun, adanya kesukaran menelan,
penggunaan gigi palsu atau tidak, riwayat masalah/penyembuhan kulit, ada
tidaknya ruam, kekeringan, kebutuhan jumlah zat gizinya, dll.
 Eliminasi
Pada pola ini yang perlu ditanyakan adalah jumlah kebiasaan defekasi perhari,
ada/tidaknya konstipasi, diare, inkontinensia, tipe ostomi yang di alami,
kebiasaan alvi, ada/tidaknya disuria, nuctoria, urgensi, hematuri, retensi,
inkontinensia, apakah kateter indwing atau kateter eksternal, dll.
 Aktivitas dan latihan
Pada pengumpulan data ini yang perlu ditanyakan adalah kemampuan dalam
menata diri antara lain seperti makan, mandi, berpakaian, toileting, tingkat
mobilitas di tempat tidur, berpindah, berjalan, dll.
 Kognitif-perseptual
Pada pola ini yang ditanyakan adalah keadaan mental, cara berbicara normal
atau tidak, kemampuan berkomunikasi, keadekuatan alat sensori, seperti
penglihatan pendengaran, pengecapan, penghidu, persepsi nyeri,kemampuan
fungsional kognitif
 Istirahat-tidur
Pengkajian pola tidur dan istirahat ini yang ditanyakan adalah jumlah jam tidur
pada malam hari , pagi hari, siang hari, merasa tenang setelah tidur, masalah
selama tidur, adanya terbangun dini, insomnia atau mimpi buruk.
 Persepsi diri/konsep diri
Pada persepsi ini yang ditanyakan adalah persepsi tentang dirinya dari
masalah-masalah yang ada seperti perasaan kecemasan, ketakutan atau
penilaian terhadap diri mulai dari peran, ideal diri, konsep diri, gambaran diri
dan identitas tentang dirinya.
 Peran/hubungan
Pada pola yang perlu ditanyakan adalah pekerjaan, statuspekerjaan,
kemampuan bekerja, hubungan dengan klien atau keluarga, dan gangguan
terhadap peran yang dilakukan.
 Seksualitas dan reproduksi
Kepuasan atau ketidakpuasan yang dirasakan oleh klien dengan seksualitas,
tahap dan pola reproduksi.
 Koping/toleransi stress
Pola koping yang umum, toleransi stress, sistem pendukung, dan kemampuan
yang dirasakan untuk mengendalikan dan menangani situasi.
 Nilai keyakinan
Yang perlu ditanyakan adalah pantangan dalam agama selama sakit serta
kebutuhan adanya rohaniawan, dll.
c) Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Fisik Head to Toe (Hidayat, 2018)
 Keadaan umum : Keadaan umum ini dapat meliputi kesan keadaan sakit
termasuk ekspresi wajah dan posisi pasien, kesadaran yang dapat meliputi
penilaian secara kualitatif seperti compos mentis, apathis, somnolent,
sopor, koma dan delirium.
 Pemeriksaan tanda vital : Meliputi nadi (frekuensi, irama, kualitas),
tekanan darah, pernafasan (frekuensi, irama, kedalaman, pola pernafasan)
dan suhu tubuh.
 Pemeriksaan kulit, rambut dan kelenjar getah bening. Kulit : Warna
(meliputi pigmentasi, sianosis, ikterus, pucat, eritema dan lain-lain), turgor,
kelembaban kulit dan ada/tidaknya edema. Rambut : Dapat dinilai dari
warna, kelebatan, distribusi dan karakteristik lain. Kelenjar getah bening :
Dapat dinilai dari bentuknya serta tanda-tanda radang yang dapat dinilai di
daerah servikal anterior, inguinal, oksipital dan retroaurikuler.
 Pemeriksaan kepala dan leher Kepala : Dapat dinilai dari bentuk dan
ukuran kepala, rambut dan kulit kepala, ubun-ubun (fontanel), wajahnya
asimetris atau ada/tidaknya pembengkakan, mata dilihat dari visus,
palpebrae, alis bulu mata, konjungtiva, sklera, pupil, lensa, pada bagian
telinga dapat dinilai pada daun telinga, liang telinga, membran timpani,
mastoid, ketajaman pendengaran, hidung dan mulut ada tidaknya trismus
(kesukaran membuka mulut), bibir, gusi, ada tidaknya tanda radang, lidah,
salivasi. Leher : Kaku kuduk, ada tidaknya massa di leher, dengan
ditentukan ukuran, bentuk, posisi, konsistensi dan ada tidaknya nyeri telan.
 Pemerksaan dada : Yang diperiksa pada pemeriksaan dada adalah organ
paru dan jantung. Secara umum ditanyakan bentuk dadanya, keadaan paru
yang meliputi simetris apa tidaknya, pergerakan nafas, ada/tidaknya
fremitus suara, krepitasi serta dapat dilihat batas pada saat perkusi
didapatkan bunyi perkusinya, bagaimana(hipersonor atau timpani), apabila
udara di paru atau pleura bertambah, redup atau pekak, apabila terjadi
konsolidasi jarngan paru, dan lain-lain serta pada saat auskultasi paru dapat
ditentukan suara nafas normal atau tambahan seperti ronchi, basah dan
kering, krepitasi, bunyi gesekan dan lain-lai pada daerah lobus kanan atas,
lobus kiri bawah, kemudian pada pemeriksaan jantung dapat diperiksa
tentang denyt apeks/iktus kordis dan aktivitas ventrikel, getaran
bising(thriil), bunyi jantung, atau bising jantung dan lain-lain.
 Pemeriksaan abdomen : data yang dikumpulkan adalah data pemeriksaan
tentang ukuran atau bentuk perut, dinding perut, bising usus, adanya
ketegangan dinding perut atau adanya nyeri tekan serta dilakukan palpasi
pada organ hati, limpa, ginjal, kandung kencing yang ditentukan ada
tidaknya dan pembesaran pada organ tersebut, kemudian pemeriksaan pada
daerah anus, rektum serta genetalianya.
 Pemeriksaan anggota gerak dan neurologis : diperiksa adanya rentang
gerak, keseimbangan dan gaya berjalan, genggaman tangan, otot kaki, dan
lain-lain
d) Pemeriksaan Penunjang
 Anamnesis : riwayat penyakit ditandai 3 gejala klinis diatas dan faktor-faktor
penyebab.
 Pemeriksaan fisik: 1) Pasien biasanya tampak kurus dengan barrel-shapped
chest (diameter anteroposterior dada meningkat). 2) Fremitus taktil dada
berkurang atau tidak ada. 3) Perkusi pada dada hipersonor, peranjakan hati
mengecil, batas paru hati lebih rendah, pekak jantung berkurang. 4) Suara nafas
berkurang.
 Pemeriksaan radiologi 1) Foto thoraks pada bronkitis kronik memperlihatkan
tubular shadow berupa bayangan garis-garisyang pararel keluar dari hilus
menuju ke apeks paru dan corakan paru yang bertambah. 2) Pada emfisema
paru, foto thoraks menunjukkan adanya overinflasi dengan gambaran diafragma
yang rendah yang rendah dan datar, penciutan pembuluh darah pulmonal, dan
penambahan corakan kedistal.
 Tes fungsi paru : Dilakukan untuk menentukan penyebab dispnea untuk
menentukan penyebab dispnea, untuk menentukan apakah fungsi abnormal
adalah obstimulasi atau restriksi, untuk memperkirakan derajat disfungsi dan
untuk mengevaluasi efek terapi, misalnya bronkodilator.
 Pemeriksaan gas darah.
 Pemeriksaan EKG
 Pemeriksaan Laboratorium darah : hitung sel darah putih

2. Diagnosa Keperawatan
a. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan spasme jalan napas,
hipersekresi jalan napas, disfungsi neuromuskuler, benda asing dalam jalan napas,
adanya jalan napas buatan, sekresi yang tertahan, hyperplasia dinding jalan napas,
proses infeksi, respon alergi, efek agen farmakologis (mis.anastesi)
b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidkseimbangan ventilasi-perfusi
c. Pola napas tidak efektif berhubungan depresi pusat pernapasan, hambatan upaya napas,
deformitas dinding dada, gangguan neuromuskular
d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dengan
kebutuhan oksigen.
e. Defisit nutrisi berhubungan dengan letidakmampuan menelan makanan, faktor
psikologis (stress, keengganan untuk makan)
3. Rencana Keperawatan

NO DIAGNOSA SLKI SIKI


KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan nafas Setelah diberikan asuhan 1. Monitor pola nafas
tidak efektif Bersihan keperawatan selama …x24 jam (frekuensi, kedalaman,
jalan napas tidak maka bersihan jalan nafas usaha napas)
efektif berhubungan meningkat dengan kriteria 2. Monitor sputum (jumlah,
dengan spasme jalan hasil : warna, aroma)
napas, hipersekresi a. Batuk efektif 3. Posisikan semi-Fowler atau
jalan napas, disfungsi b. Produksi sputum Fowler
neuromuskuler, benda menurun 4. Ajarkan teknik batuk efektif
asing dalam jalan c. Tidak ada suara nafas 5. Kolaborasi pemberian
napas, adanya jalan tambahan ( Mengi, nebulizer
napas buatan, sekresi Wheezing )
yang tertahan, d. Frekuensi nafas normal
hyperplasia dinding 20x/mnt
jalan napas, proses
infeksi, respon alergi,
efek agen
farmakologis
(mis.anastesi)

2 Gangguan pertukaran Setelah diberikan asuhan 1. Monitor pola napas (seperti


gas berhubungan keperawatan selama …x24 jam bradipnea, takipnea,
dengan diharapkan gangguan hiperventilasi, kussmaul,
ketidkseimbangan pertukaran gas klien dapat cheyne-Stokes, Blot,
ventilasi-perfusi teratasi dengan kriteria hasil : ataksik)
a. Tidak ada Dispnea 2. Monitor kemampuan batuk
b. Tidak terdapat bunyi efektif
napas tambahan 3. Monitor adanya sumabatan
c. Takikardia normal (60- jalan napas
100x/mnt) 4. Auskultasi bunyi napas
d. Tekanan parsial 5. Monitor nilai AGD
oksigen di darah arteri
(PaO2) normal (80-100
mmHg)
e. Tekanan parsial
karbondioksida di
darah arteri (PaCO2)
normal (35-45 mmHg)
f. pH arteri normal (7.35-
7.45)
g. Saturasi oksigen
normal (95-100%)

3. Pola napas tidak Setelah diberikan asuhan 1. Monitor kesimetrisan


efektif berhubungan keperawatan selama …x24 jam pergerakan dinding dada
depresi pusat diharapkan ketidakefektifan 2. Posisikan kepala pasien
pernapasan, hambatan pola nafas klien dapat teratasi sesuai dengan kebutuhan
upaya napas, dengan kriteria hasil : 3. Monitor saturasi oksigen
deformitas dinding a. Frekuensi napas dalam 4. Palpasi kesimetrisan
dada, gangguan rentan normal (16- ekspansi paru
neuromuskular 20x/mnt) 5. Dokumentasi hasil
b. Tidak ada penggunaan pemantauan
otot bantu napas 6. Informasikan hasil
c. Tidak ada pernafasan pemantauan
cuping hidung
d. Irama pernafasan
normal
4. Intoleransi Setelah diberikan asuhan 1. Identifikasi gangguan fungsi
aktivitas berhubungan keperawatan selama …x24 jam tubuh yang menyebabkan
dengan diharapkan intoleransi ativitas kelelahan
ketidakseimbangan klien dapat teratasi dengan 2. Monitor kelelahan fisik dan
antara suplai dengan kriteria hasil : emosional
kebutuhan oksigen. a. Klien tidak kelelahan 3. Sediakan lingkungan
b. Tidak ada dyspnea saat nyaman dan rendah stimulus
aktivitas 4. Lakukan latihan rentang
c. Tidak ada dyspnea gerak pasif dan atau aktif
setelah aktivitas 5. Anjurkan melakukan
d. Frekuensi nadi dalam aktifivas secara bertahap
rentan normal (60- 6. Kolaborasi dengan ahli gizi
100x/mnt) dengan cara meningkatkan
e. Tekanan darah dalam asupan makanan
rentan normal (120/80
mmHg)

5. Defisit nutrisi Setelah diberikan asuhan 1. Identifikasi status nutrisi


berhubungan dengan keperawatan selama …x24 jam 2. Monitor asupan makanan
letidakmampuan diharapkan intoleransi ativitas 3. Monitor berat badan
menelan makanan, klien dapat teratasi dengan 4. Sajikan secara menarik dan
faktor psikologis kriteria hasil : suhu yang sesuai
(stress, keengganan a. Pasien mampu 5. Ajarkan diet yang
untuk makan) menghabiskan porsi diprogramkan
makan yang telah 6. Kolaborasi dengan ahli gizi
disediakan untuk menentukan jumlah
b. Berat badan normal kalori dan jenis nutrient
c. IMT Dalam rentan yang dibutuhkan jika perlu
normal (18,5-24,9)
4. Implementasi
Setelah rencana disusun, selanjutnya diterapkan dalam tindakan yang nyata untuk
mencapai hasil yang diharapkan. Tindakan harus bersifat khusus agar semua perawat dapat
menjalankan dengan baik, dalam waktuyang telah ditentukan. Dalam implementasi
keperawatan perawat langsung melaksanakan atau dapat mendelegasikan kepada perawat
lain dipercaya

5. Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam proses keperawatan, dimana evaluasi
adalah kegiatan yang dilakukan secara terus menerus dengan melibatkan pasien, perawat
dan anggota tim kesehatan lainnya.
Tujuan dari evaluasi ini adalah untuk menilai apakah tujuan dalam rencana keperawatan
tercapai dengan baik atau tidak dan untuk melakukan pengkajian ulang
DAFTAR PUSTAKA

Arief Mansjoer. 2019. Kapita Selekta Kedokteran, edisi 4. Jakarta : Media Aesculapius FKUI
Carpenito Moyet, Lynda Juall. 2019. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta: EGC
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Penyakit Paru Obstruktf Kronik : Pedoman Praktis
Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia. Jakarta. 2018
Smeltzer, Suzanna C. 2019. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Brunner dan Suddarth
Edisi 8 Volume 2. Jakarta : EGC.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017.Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia:Definisi dan
Indikator Diagnostik. Jakarta Selatan:DPP PPNI
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2018.Standar Intervensi Keperawatan Indonesia:Definisi dan
Tindakan Keperawatan. Jakarta Selatan:DPP PPNI
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2019.Standar Luaran Keperawatan Indonesia:Definisi dan Kriteria
Hasil Keperawatan. Jakarta Selatan:DPP PPNI
Denpasar, …………….. 2022

Pembimbing klinik/CI Nama Mahasiswa

(Ns. Ni Sayu Kade Seridamayanti, S.Kep) (I Komang Budi Mahendra)


NIP: 19690924 199002 2 002 NIM: 219012786

Clinical Teacher/CT

(Ns. Ni Wayan Trisnadewi, S.Kep., M.Kes)


NIK: 2.04.09.186

Anda mungkin juga menyukai