Anda di halaman 1dari 13

KELOMPOK 10

NAMA ANGGOTA :

AGUSTIA AYU LESTARI

DHINDA RHOZANITA

IIN SAVERA
KONSEP DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KASUS COPD

KONSEP DASAR

A. DEFINISI
 COPD ( Chronic Obstructive Pulmonary Disease ) atau PPOK ( Penyakit
Paru Obstruktif Kronik ) merupakan suatu istilah yang sering digunakan untuk
sekelompok penyakit paru-paru yang berlangsung lama dan ditandai oleh
peningkatan resistensi terhadap aliran udara sebagai gambaran patofisiologi
utamanya. Ketiga penyakit yang membentuk satu kesatuan yang dikenal
dengan COPD adalah : Bronchitis kronis, emfisema paru-paru dan asthma
bronciale (S Meltzer, 2001).
 PPOK adalah kondisi ireversibel yang berkaitan dengan dispnea saat
aktivitas dan penurunan aliran masuk dan keluar udara paru-paru (Bruner
dan Suddarth, 2002).
B. KLASIFIKASI
Peenyakit yang termasuk dalam kelompok penyakit paru obstruksi kronik adalah
sebagai berikut :
1. Bronchitis kronis
a. Definisi
Bronchitis kronis merupakan gangguan klinis yang ditandai dengan
pembentukan mucus yang berlebihan dalam bronkus dan termanifestasikan
dalam bentuk batuk kronis dan pembentuk sputum selama 3 bulan dalam
setahun, paling sedikit 2 tahun berturut-turut. (Bruner dan Suddath, 2002).
b. Etiologi
Terdapat 3 jenis penyebab bronchitis yaitu :
1. Infeksi : stafilakokus, sterptokokus, pneumokokus, haemophilus
influenzae.
2. Alergi
3. Rangsang : misal asap pabrik, asap mobil, asap rokok, dll.
c. Manifestasi klinis
1. Peningkatan ukuran dan jumlah kelenjar mukus pada bronchi besar, yang
mana akan meningkatkan produksi mukus.
2. Mukus lebih kental
3. Kerusakan fungsi chilliary sehingga menurunkan mekanisme
pembersihan mukus. Oleh karena itu, “mucochilliary defence” dari paru
mengalami kerusakan dan meningkatkan kecendrungan untuk terserang
infeksi. Ketika infeksi timbul, kelenjar mukus akan menjadi hipertropi dan
hiperplasia sehingga produksi mukus akan meningkat.
4. Dinding bronchial meradang dan menebal (seringkali sampai 2 kali
ketebalan normal) dan mengganggu aliran udara. Mukus kental ini
bersama-sama dengan produksi mukus yang banyak akan menghambat
beberapa aliran udara kecil dan mempersempit saluran udara besar.
Bronchitis kronis mula-mula mempengaruhi hanya pada bronchus besar,
tetapi biasanya seluruh saaluran nafas akan terkena.
5. Mukus yang kental dan pembesaran bronchus akan mengobstruksi jalan
nafas, terutama selama ekspirasi. Jalan nafas mengalai kollaps, dan
udara terperangkap pada bagian distal dari paru-paru. Obstruksi ini
menyebabkan penurunan ventilasi alveolar, hypoxia dan asidosis.
6. Klien mengalami kekurangan oksigen jaringan : ratio ventilasi perfusi
abnormal timbul, dimana terjadi penurunan PaO2. Kerusakan ventilasi
dapat juga meningkatkan nilai PaCO2.
7. Klien terlihat cyanosis. Sebagai kompensasi dari hipoxemia, maka terjadi
polisitemia (overproduksi eritrosit). Pada saat penyakit memberat,
diproduksi sejumlah sputum yang hitam, biasanya karena infeksi
pulmonary.
8. Selama infeksi klien mengalami reduksi pada FEV dengan peningkatan
pada RV dan FRC. Jika masalah tersebut tidak ditanggulangi, hypoxemia
akan timbul yang akhirnya menuju penyakit cor pulmonal dan CHF.
2. Emfisema
a. Definisi
Perubahan anatomis parenkim paru yang ditandai pelebaran dinding
alveolus, duktus alveolaris dan destruksi dinding alveolar (Bruner dan
Suddath, 2002).
b. Etiologi
1. Faktor tidak diketahui
2. Predisposisi genetic
3. Merokok
4. Polusi udara
c. Manifestasi klinis
1. Dispenea
2. Trakipnea
3. Inspeksi : barrel chest, penggunaan otot bantu pernapasan
4. Perkusi : hiperresonan, penurunan fremitus pada seluruh bidang paru
5. Auskultasi bunyi napas : krekles, ronchi, perpanjangan ekspirasi
6. Hipoksemia
7. Hiperkapnia
8. Anoreksia
9. Penurunan BB
10. Kelemahan
3. Asthma bronchiale
a. Definisi
Suatu penyakit yang ditandai dengan tanggap reaksi yang meningkat dari
trachea dan bronkus terhadap berbagai macam rangsangan dengan
manisfestasi berupa kesukaran bernafas yang disebabkan oleh penyempitan
yang menyeluruh dari saluran nafas (Bruner dan Suddarth, 2002).
b. Etiologi
1. Alergen (debu, bulu binatang, kulit, dll)
2. Infeksi saluran nafas
3. Stress
4. Olahraga (kegiatan jasmani berat)
5. Obat-obatan
6. Polusi udara
7. Lingkungan kerja
8. Lain-lain (iklim, bahan pengawet)
c. Manifestasi klinis
1. Dispnea
2. Permulaan serangan terdapat sensasi kontriksi dada (dada terasa berat)
3. Wheezing
4. Batuk non produktif
5. Takikardi
6. Takipnea
C. ETIOLOGI
Secara keseluruhan penyebab terjadinya PPOK tergantung dari jumlh partikel gas
yang dihirup oleh seorang individu selama hidupnya. Partikel gas ini termasuk :
1. Asap rokok
a. Perokok aktif
b. Perokok pasif
2. Polusi udara
a. Polusi di dalam ruangan - asap rokok - asap kompor
b. Polusi di luar ruangan- gas buangkendaraan bermotor- debu jalanan
3. Polusi di tempat kerja ( bahan kimia, zat iritasi, gas beracun )
4. Infeksi saluran nafas bawah berulang
D. PATOFISIOLOGI
Saluran napas dan paru berfungsi untuk proses respirasi yaitupengambilan oksigen
untuk keperluan metabolisme dan pengeluaran karbondioksida dan air sebagai hasil
metabolisme. Proses ini terdiri dari tiga tahap, yaitu ventilasi, difusi dan perfusi.
Ventilasi adalah proses masuk dan keluarnya udara dari dalam paru. Difusi adalah
peristiwa pertukaran gas antara alveolus dan pembuluh darah, sedangkan perfusi
adalah distribusi darah yang sudah teroksigenasi. Gangguan ventilasi terdiri dari
gangguan restriksi yaitu gangguan pengembangan paru serta gangguan obstruksi
berupa perlambatan aliran udara di saluran napas. Parameter yang sering dipakai
untuk melihat gangguan restriksi adalak kapasitas vital ( KV ), sedangkan untuk
gangguan obstruksi digunakan parameter volume ekspirasi paksa detik pertama
( VEP 1 ), dan rasio volume ekspirasi paksa detik pertama terhadap kapasitas vital
paksa ( VEP 1/KVP ) ( Sherwood, 2001)
Faktor risiko utama dari PPOK adalah merokok. Komponen-komponen asap rokok
merangsang perubahan pada sel-sel penghasil mukus bronkus. Selain itu, silia yang
melapisi bronkus mengalami kelumpuhan atau disfungsional serta metaplasia.
Perubahan-perubahan pada sel-sel penghasil mukus dan silia ini mengganggu
sistem eskalator mukosiliaris dan menyebabkan penumpukan mukus kental dalam
jumlah besar dan sulit dikeluarkan dari sakuran napas. Mukus berfungsi sebagai
tempat persemaian mikroorganisme penyebab infeksi dan menjadi sangat purulen.
Timbul peradangan yang menyebabkan edema jaringan. Proses ventilasi terutama
ekspirasi terhambat. Timbul hiperkapnia akibat dari ekspirasi yang memanjang dan
sulit dilakukan akibat mukus yang kental dan adanya peradangan (GOLD, 2009).
E. MANIFESTASI KLINIS
Batuk merupakan keluhan pertama yang biasanya terjadi pada pasien PPOK. Bantuk
bersifat produktif, yang pada awalnya hilang timbul lalu kemudian berlangsung lama
dan sepanjang hari. Batuk disertai dengan produksi sputum yang pada awalnya
sedikit dan mukoid kemudian berubah menjadi banyak dan purulen seiring dengan
semakin bertambahnya parahnya batuk penderita.
Penderita PPOK juga akan mengelihkan sesak yang berlangsung lama, sepanjang
hari, tidak hanya pada malam hari, dan tidak pernah hilanh sama sekali, hal ini
menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas yang menetap. Keluhan sesak inilah yang
biasanya membawa penderita PPOK berobat kerumah sakit. Sesak dirasakan
memberat saat melakukan aktivitas dan pada saat mengalami eksaserbasi akut.
Gejala-gejala PPOK eksaserbasi akut meliputi :
1. Batuk bertambah berat
2. Produksi sputum bertambah
3. Sputum berubah warna
4. Sesak nafas bertambah berat
5. Bertambahnya keterbatasan aktivitas
6. Terdapat gagal nafas akut pada gagal nafas kronis
7. Penurunan kesadaran
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang yang diperlukan adalah sebagai berikut :
1. Pemeriksaan radiologi
a. Pada bronchitis kronik secara radiologis ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan :
1. Tubular shadows atau farm lines terlihat bayangan garis-garis yang
paralel, keluar dari hilus menuju apeks paru. Bayangan tersebut adalah
bayangan bronkus yang menebal.
2. Corak paru yang bertambah
b. Pada emfisema paru terdapat 2 bentuk kelainan foto dada yaitu :
1. Gambaran defisiensi arteri, terjadi overinflasi, pulmonari oligoemia dan
bula. Keadaan ini lebih sering terdapat pada emfisema panlobular dan
pink puffer.
2. Corakan paru yang bertambah
3. Pemeriksaan faal paru
Pada bronchitis kronik terdapat FEP 1 dan KV yang menurun, VR yang
bertambah dan KTP yang normal. Pada emfisema paru terdapat
penurunan FEP 1, KV dan KAEM (Kecepatan arum ekspirasi maksimal),
kenikan KRF dan VR sedangkan KTP bertmabah atau normal. Keadaan
diatas lebih jelas pada stadium lanjut, sedang pada stadium dini
perubahan hanya pada saluran napas kecil (small airways). Pada
emfisema kapasitas difusi menurun karena permukaan alveoli untuk difusi
berkurang.
2. Analisi gas darah
Pada bronchitis PaCO2 naik, saturasi hemoglobin menurun, timbul sianosis,
terjadi vasulkonstriksi vaskuler paru dan penambahan eritropoesis. Hipoksia
yang kronik merangsang pembentukan eritropoetin sehingga menimbulkan
polisitemia. Pada kondisi umur 55-60 tahun polisitemia menyebabkan jantung
kanan harus bekerja lebih berat dan merupakan salah satu penyebab payah
jantung kanan.
3. Pemeriksaan EKG
Kelainan yang paling dini adalah rotasi clock wise jantung. Bila sudah terdapat
kor pulmonal terdapat deviasi aksis ke kanan dan Pepulmonal pada hantaran II,
III, dan Avf. Voltrase QRS rendah di V1 rasio R/S lebih dari 1 dan V6 rasio R/S
kurang dari 1. Sering terdapat RBBB incomeplat
4. Kultur sputum, untuk mengetahui petoge penyebab infeksi.
5. Laboratorium darah lengkap
G. KOMPLIKASI
1. Hiposemia
Hiposemia didefinisikan sebagai penurunan nilai PaO2 kurang dari 55 mmHg,
dengan nilai 1 rasi oksigen <85%. Pada awalnya klien akan mengalami
perubahan mood, penurunan konsentrasi dan pelupa. Pada tahap lanjut timbul
ceanosis.
2. Asidosis respiratory
Timbul akibat dari peningkatan nilai PaCO2 (hiperkapmia). Tanda yang muncul
antara lain : nyeri kepala, vatique, lhetargi, dizzines, tachipnea.
3. Infeksi respiratori
Infeksi pernapasan akut disebabkan karena peningkatan produksi mukus,
peningkatan rangsangan otot polos bronchial dan edema mukosa. Terbatasnya
aliran udara akan meningkatkan kerja nafas dari timbulnya dispnea.
4. Gagal jantung
Terutama kor-pulmonal (gagal jantung kanan akibat penyakit paru), harus
diobservasi terutama pada klien dengan dispnea berat. Komplikasi ini sering kali
berhubungan dengan bronchitis kronis, tetapi klien dengan enfisema berat juga
dapat mengalami masalah ini.
5. Cardiac distritmia
Timbul akibat dari hiposemia, penyakit jantung lain, efek obat atau asidosis
respiratori.
6. Status asmatikus
Merupakan komplikasi mayor yang berhubungan dengan astma bronchial.
Penyakit ini sangat berat, potensial mengancam kehidupan dan seringkali tidak
berespon terhadap therapi yang biasa diberikan. Penggunaan otot bantu
pernafasan dan distensi vena leher seringkali terlihat.
H. PENATALAKSANAAN
Tujuan penatalaksanaan PPOK adalah :
1. Memperbaiki kemampuan penderita mengatasi gejala tidak hanya pada fase
akut, tetapi juga fase kronik
2. Memperbaiki kemampuan penderita dalam melaksanakan aktivitas harian
3. Mengurangi laju progresivitas penyakit apabila penyakitnya dapat dideteksi
lebih awal

Penatalaksanaan PPOK pada usia lanjut adalah sebagaai berikut :


1. Menidakan faktor etiologi/presipitasi, misalnya segera menghentikan
merokok, menghindari polusi udara
2. Membersihkan sekresi bronkus dengan pertolongan berbagai cara
3. Memberantas infeksi dengan antimikroba
4. Mengatasi bronkospasme dengan obat-obat bronkodilator
5. Pengobatan simtomatik
6. Penanganan terhadap komplikasi-komplikasi yang timbul
7. Pengobatan oksigen, bagi yang memerlukan
Tindakan rehabilitasi yang meliputi :
1. Fisioterapi, terutama bertujuan untuk membantu pengeluaran secret bronkus
2. Latihan pernapasan
3. Latihan dengan beban olahraga tertentu
4. Vocational guidance
Pathogenesis Penatalaksanaan ( Medis )
1. Pencegahan : mencegah kebiasaan merokok, infeksi, dan polusi udara
2. Terapi eksaserbasi akut di lakukan dengan :
a. Antibiotik
b. Terapi oksigen diberikan jika terdapat kegagalan pernapasan karena
hiperkapnia dan berkurangnya sensitivitas terhadap CO2
c. Fisioterapi
d. Bronkodilator
3. Terapi jangka panjang di lakukan :
a. Antibiotik untuk kemoterapi preventif jangka panjang
b. Bronkodiltor, tergantung tingkat reversibilitas obstruksi saluran napas
tiap pasien maka sebelum pemberian obat ini dibutuhkan
pemeriksaan obyektif dari fungsi faal paru
4. Latihan fisik untuk meningkatkan toleransi aktivitas fisik
5. Mukolitik dan ekspektoran
6. Terapi oksigen jangka panjang bagi pasien yang mengalami gagal napas tipe
II
ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
1. Biodata
2. Riwayat kesehatan
 Keluhan utama
 Riwayat kesehatan dulu
 Riwayat kesehatan keluarga

3. Pengkajian diagnostic COPD


 Chest X – Ray
 Pemeriksaan fungsi paru
 Total lung capacity ( TLC )
 Kapasitas inspirasi
 FEV1/FVC
 Arterial blood gasses ( ABG )
 Bronkogram
 Darah lengkap
 Kimia darah
 Skutum kultur
 Electrokardiogram ( ECG )
 Exercise ECG, stress test

4. Pemeriksaan fisik
 Objectif
a. Batuk produktif/nonproduktif
b. Respirasi terdengar kasr dan suara mengi ( whezing ) pada kedua
fase respirasi semakin menonjol
c. Dapat disertai batuk dengan sputum kental yang sulit dikeluarkan
d. Bernapas dengan menggunakan otot-otot napas tambahan
e. Sianosis, takikardi, gelisah, dan pulsus paradoksus
f. Fase ekspirasi memanjang disertai wheezing ( di apeks dan hilus )
g. Penurunan berat badan secara bermakna

 Subjektif
Klien merasa sukar bernapas, sesak dan anoreksia

 Psikososial
 Bronkodilator
 Kortikosteroid
 Pemberian oksigen
 Beta agnosis
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan bronkokontriksi,


peningkatan produksi sputum, batuk tidak efektif, kelelahan/berkurangnya tenaga
dan infeksi bronkopulmonal
2. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan napas pendek, mukus,
bronkokontriksi dan iritan jalan napas
3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan ventilasi
perfusi
4. Intolernsi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
dengan kebutuhan oksigen
5. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan dispnea,
kelemahan, efek samping obat, produksi sputum dan anoreksia, mual muntah

C. INTERVENSI KEPERAWATAN

NO Diagnosis keperawatan NOC NIC


( NANDA )
1. Bersihan jalan nafas tidak Status respirasi : a. Manajemen
efektif berhubungan dengan Kepatenan jalan jalan
 Bronkospasme nafas dengan skala b. Penurunan
 Peningkatan (1-5) setelah kecermasan
produksi secret diberikan perawatan c. Aspiration
 Menurunnya selama.....hari, d. Fisisoterapi
energi/fatigue dengan kriteria : dada
 Tidak ada e. Latih batuk
Ditandai dengan : demam efektif
 Klien mengeluh sulit  Tidak ada f. Terapi
bernafas cemas oksigen
 Perubahan  RR normal g. Pemberian
kedalaman jumlah  Irama nafas posisi
napas, penggunaan normal h. Monitoring
otot bantu  Pergerakan respirasi
pernafasan sputum i. Monitoring
 Suara nafas keluar dari tanda vital
abnormal seperti jalan nafas
wheezing, ronchi,  Bebas dari
dan cracles suara nafas
 Batuk tambahan
(presisten) dengan
/tanpa produksi
sputum
2. Gangguan pertukaran gas Status respirasi a. Manajemen
yang berhubungan dengan : pertukaran gas asam basa
 Kurangnya suplai dengan skala.... (1- tubuh
oksigen ( obstruksi 5) setelah diberikan b. Manajemen
jalan nafas oleh perawatan jalan napas
secret, selama....hari c. Latihan
bronkospasme, air dengan kriteria : batuk efektif
trapping )  Status d. Tingkatkan
 Destruksi alveoli mental aktivitas
dalam batas e. Terapi
Ditandai dengan normal oksigen
 Dyspnca  Bernapas f. Monitoring
 Confusion,lemah dengan respirasi
 Tidak mampu mudah g. Monitoring
mengeluarkan secret  Tidak ada tanda vital
 Nilai ABGs abnormal sinosis
(hipoksia dan  Pao paco
hiperkapnea) dalam batas
 Perubahan tanda normal
vital  Saturnasi O
 Menurunnya dalam
toleransi terhadap rentang
aktivitas normal
3. Ketidakseimbangan nutrisi : Status nutrisi intake a. Manajemen
Kurang dari kebutuhan cairan dan cairan
tubuh yang berhubungan makanan gas b. Monitoring
dengan : dengan skala... (1- cairan
 Dispnea fatique 5) setelah diberikan c. Status diet
 Efek samping perawatan selama d. Manajemen
pengobatan ...hari dengan gangguan
 Produksi sputum kriteria : makan
 Anoreksia,  Asupan e. Manajemen
nausea/vomiting makanan nutrisi
adekuat - f. Kolaborasi
Ditandai dengan : dengan dengan ahli gizi
 Penurunan berat skala...(1-5) untuk
badan  Intake cairan memberikan
 Kehilangan massa per oral terapi nutrisi
otot, tonus otot jelek adekuat, g. Konseling
 Dilaporkan adanya dengan nutrisi
perubahan sensasi skala...(1-5) h. Kontroling
rasa  Intake cairan nutrisi dilakukan
adekuat untuk
 Tidak bernafsu untuk
dengan memenuhi diri
makan, tidak tertarik
skala... (1-5) pasien
makan
i. Terapi menelan
Status nurisi intake j. Monitoring
nutrien gas dengan tanda vital
skala (1-5) setelah k. Bantuan untuk
diberikan perawatan peningkatan BB
selama..... l. Manajemen
 Intake kalori berat badan
adekuat
dengan
skala (1-5)
 Intake
protein,
karbohidrat
dan lemak
adekuat,
dengan
skala ....(1-
5)
Control berat badan
dengan skala ...(1-
5) diberikan
perawatan
selama...hari
dengan kriteria :
 Mampu
memelihara
intake kalori
secara
optimal (1-5)
 Mampu
memelihara
keseimbang
an cairan (1-
5)
 Mampu
mengontrol
asupan
makanan
secara
adekuat (1-
5)
4. Intoleransi aktivitas  Berpartisipa  Kolaborasi
berhubungan dengan si dalam dengan
ketidakseimbangan antara aktivitas fisik tenaga
suplaid dan kebutuhan tanpa rehabilitasi
oksigen disertai medikdalam
peningkatan merencanak
darah, nadi an program
dan RR terapi yang
 Mampu tepat
melakukan  Bantu klien
aktivitas untuk
sehari-hari ( mengidentifi
ADLs) kasi aktivitas
secara yang mampu
mandiri dilakukan
 Tanda-tanda  Bantu untuk
vital normal memilih
 Energi aktivitas
psikomotor yang sesuai
 Level dengan
kelemahan kemampuan
 Mampu fisik, sosial,
berpindah;d dan
engan psikologi
atayumengg  Bantu untuk
unakan alat mengidentifi
 Status kasi dan
kardiopulmo mendapatka
nari adekuat n sumber
 Sirkulasi yang
status baik diperlukan
 Status untuk
respirasi;per aktivitas
tukaran gas yang
davetilasi diinginkan
adekuat  Bantu klien
untuk
mendapatka
n alat
bantuan
aktivitas
seperti kursi
roda, krek
 Bantu untuk
mengidentifi
kasi aktivitas
yang disukai
 Bantu klien
membuat
jadwal
latihan di
waktu luang
 Monitor
respon fisik,
emosi, sosial
dan spiritual
5. Risiko tinggi penyebaran  Tidak  Monitor vital
infeksi yang berhubungan muncul sign, terutam
dengan penyakit kronis tanda-tanda ta pada
infeksi proses terapi
sekunder  Demonstrasi
 Klien dapat kan teknik
mendemons mencuci
trasikan yang benar
kegiatan  Ubah posisi
untuk dan berikan
menghindari pulmonari
infeksi toilet yang
baik
 Batasi
pengunjung
atas indikasi
 Lakukan
isolasi
sesuai
dengan
kebutuhan
individual

Anda mungkin juga menyukai