Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN DASAR PADA Tn. Y


DENGAN PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIS
(PPOK) DI RUANG PARU RSUD DR. H. ABDUL
MOELOEK

OLEH :

Nama Mahasiswa : Mulya Trianisa


NIM 2314901044

PRAKTIK PROFESI NERS STASE KEPERAWATAN DASAR


PROFESI PROGRAM STUDI PROFESI NERS JURUSAN
KEPERAWATAN POLTEKKES KEMENKES TANJUNGKARANG
T.A 2023/2024
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIS (PPOK)

1. KONSEP PENYAKIT
A. Definisi
PPOK adalah penyakit saluran napas yang bersifat kronik, progresif
irreversible atau reversibel sebagian yang ditandai dengan adanya obstruksi
saluran napas akibat reaksi inflamasi abnormal, hiperaktivasi saluran napas,
destruksi dinding alveolar dan bronchus yang menyebabkan terjadinya
penurunan jumlah oksigen yang masuk, memanjangnya masa ekspirasi akibat
penurunan daya elastisitas paru (Sulistiowati, 2017).
PPOK merupakan penyakit paru bersifat kronik dan menjadi salah satu
factor yang menyebabkan sesak napas bagi penderita karena ditandai oleh
hambatan aliran udara yang bersifat progresif dan berhubungan dengan respon
inflamasi paru terhadap partikel atau gas yang beracun atau berbahaya
(Rumampuk & Thalib, 2020).

B. Etiologi
Faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya Penyakit Paru Obstruksi Kronik
(PPOK),antara lain :
1. Faktor Eksternal
a. Polusi udara (bahan kimia, zat iritan, gas beracun)
b. Asap rokok, (perokok pasif) kebiasaan merokok menahun (perokok aktif)
c. Indoor Air Pollution atau polusi di dalam ruangan
Batubara, arang, kayu bakar ataupun bahan bakar biomass lainnya
sebagai penghasil energi untuk memasak, pemanas dan untuk kebutuhan
rumah tanggalainnya, sehngga menyebabkan polusi dalam ruangan.
2. Faktor Internal
a. Asap rokok atau zat kimia berbahaya yang masuk ke saluran pernafasan
kemudianmenyebabkan peradangan
b. Reaksi antigen-antibodi
c. Emosional : takut, cemas dan tegang
d. Aktivitas yang berlebihan juga dapat menjadi faktor pencetus
e. Umur (semakin tua semakin berisiko)
f. Keletihan, kelelahan, malaise.

C. Patofisiologi
Saluran napas dan paru berfungsi untuk proses respirasi yaitu
pengambilan oksigen untuk keperluan metabolisme dan pengeluaran
karbondioksida dan air sebagai hasil metabolisme. Proses ini terdiri dari tiga
tahap, yaitu ventilasi, difusi dan perfusi. Ventilasi adalah proses masuk dan
keluarnya udara dari dalam paru. difusi adalah peristiwa pertukaran gas antara
alveolus dan pembuluh darah, sedangkan perfusi adalah distribusi darah yang
sudah teroksigenasi. gangguan ventilasi terdiri dari gangguan restriksi yaitu
gangguan pengembangan paru serta gangguan obstruksi berupa perlambatan
aliran udara di saluran napas. Parameter yang sering dipakai untuk melihat
gangguan restriksi adalah kapasitas vital (kv), sedangkan untuk gangguan
obstruksi digunakan parameter volume ekspirasi paksa detik pertama (vep1), dan
rasio volume ekspirasi paksa detik pertama terhadap kapasitas vital paksa
(vep1/kvp) (sherwood, 2001).
Faktor risiko utama dari ppok adalah merokok. Komponen-komponen
asap rokok merangsang perubahan pada sel-sel penghasil mukus bronkus. selain
itu, silia yang melapisi bronkus mengalami kelumpuhan atau disfungsional serta
metaplasia. Perubahan-perubahan pada sel-sel penghasil mukus dan silia ini
mengganggu sistem eskalator mukosiliaris dan menyebabkan penumpukan
mukus kental dalam jumlah besar dan sulit dikeluarkan dari saluran napas.
mukus berfungsi sebagai tempat persemaian mikroorganisme penyebab infeksi
dan menjadi sangat purulen. timbul peradangan yang menyebabkan edema
jaringan. Proses ventilasi terutama ekspirasi terhambat. Timbul hiperkapnia
akibat dari ekspirasi yang memanjang dan sulit dilakukan akibat mukus yang
kental dan adanya peradangan (gold, 2009). Komponen-komponen asap rokok
juga merangsang terjadinya peradangan kronik pada paru. Mediator-mediator
peradangan secara progresif merusak struktur-struktur penunjang di paru. Akibat
hilangnya elastisitas saluran udara dan kolapsnya alveolus, maka ventilasi
berkurang. Saluran udara kolaps terutama pada ekspirasi karena ekspirasi normal
terjadi akibat pengempisan (recoil) paru secara pasif setelah inspirasi. Dengan
demikian, apabila tidak terjadi recoil pasif, maka udara akan terperangkap di
dalam paru dan saluran udara kolaps (gold, 2009).

D. Manifestasi Klinik
Tanda dan gejala akan mengarah pada dua tipe pokok, yaitu :
1. Batuk disertai peningkatan produksi sputum
Batuk bersifat produktif, yang pada awalnya hilang timbul lalu kemudian
berlangsunglama dan sepanjang hari. Batuk disertai dengan produksi
sputum yang pada awalnya sedikit dan mukoid kemudian berubah menjadi
banyak dan purulen seiring dengan semakin bertambahnya parahnya batuk
penderita.
2. Sesak Nafas
Penderita PPOK juga akan mengeluhkan sesak yang berlangsung lama,
sepanjang hari, tidak hanya pada malam hari, dan tidak pernah hilang sama
sekali, hal ini menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas yang menetap.
Keluhan sesak inilah yang biasanya membawa penderita PPOK berobat ke
rumah sakit. Sesak dirasakan memberat saat melakukan aktifitas dan pada
saat mengalami eksaserbasi akut.
a. Bertambahnya keterbatasan aktifitas
b. Terdapat gagal nafas akut pada gagal nafas kronis
c. Terdapat suara nafas tambahan (mengi atau wheezing)
d. Ekspirasi yang memanjang
e. Bentuk dada tong (barrel chest) pada penyakit lanjut.
f. Penggunaan otot-otot aksesori pernafasan (retraksi otot-otot
abdominal,mengangkat bahu saat inspirasi, nafas cuping hidung).

E. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang diperlukan adalah sebagai berikut :
1. Pemeriksaan radiologis
Pada bronchitis kronik secara radiologis ada beberapa hal yang
perlu diperhatikan:
a. Tubular shadows atau farm lines terlihat bayangan garis-garis yang
parallel, keluar darihilus menuju apeks paru. Bayangan tersebut adalah
bayangan bronkus yang menebal.
b. Corak paru yang bertambah.
2. Pemeriksaan faal paru
Pada bronchitis kronik terdapat VEP1 dan KV yang menurun, VR yang
bertambah dan KTP yang normal. Pada emfisema paru terdapat
penurunan VEP1, KV, dan KAEM (kecepatan arum ekspirasi
maksimal) atau MEFR (maximal expiratory flow rate), kenaikan
KRF danVR, sedangkan KTP bertambah atau normal. Keadaan diatas
lebih jelas pada stadium lanjut, sedang pada stadium dini perubahan
hanya pada saluran napas kecil (small airways). Pada emfisema
kapasitas difusi menurun karena permu-kaan alveoli untuk difusi
berkurang.
3. Analisis gas darah
Pada bronchitis PaCO2 naik, saturasi hemoglobin menurun, timbul
sianosis, terjadi vasokonstriksi vaskuler paru dan penambahan
eritropoesis. Hipoksia yang kronik merangsang pembentukan
eritropoetin sehingga menimbulkan polisitemia. Pada kondisi umur 55-
60 tahun polisitemia menyebabkan jantung kanan harus bekerja lebih
berat dan merupakan salah satu penyebab payah jantung kanan.
4. Pemeriksaan EKG
Kelainan yang paling dini adalah rotasi clock wise jantung. Bila sudah
terdapat kor pulmonal terdapat deviasi aksis ke kanan dan P pulmonal
pada hantaran II, III, dan aVF. Voltase QRS rendah Di V1 rasio R/S
lebih dari 1 dan V6 rasio R/S kurang dari 1. Sering terdapat RBBB
inkomplet.
5. Kultur sputum, untuk mengetahui patogen penyebab infeksi.
6. Laboratorium darah lengkap

F. Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan PPOK, yaitu :
1. Memperbaiki kemampuan penderita mengatasi gejala tidak hanya pada
fase akut, tetapi jugafase kronik.
2. Memperbaiki kemampuan penderita dalam melaksanakan aktivitas
harian.
3. Mengurangi laju progresivitas penyakit apabila penyakitnya dapat
dideteksi lebih awal. Penatalaksanaan PPOK pada usia lanjut adalah
sebagai berikut :
1. Meniadakan faktor etiologi/presipitasi, misalnya segera
menghentikan merokok, menghindari polusi udara.
2. Membersihkan sekresi bronkus dengan pertolongan berbagai cara.
3. Memberantas infeksi dengan antimikroba. Apabila tidak ada infeksi
antimikroba tidak perlu diberikan. Pemberian antimikroba harus
tepat sesuai dengan kuman penyebab infeksi yaitu sesuai hasil uji
sensitivitas atau pengobatan empirik.
4. Mengatasi bronkospasme dengan obat-obat bronkodilator.
Penggunaan kortikosteroid untuk mengatasi proses inflamasi
(bronkospas-me) masih controversial.
5. Pengobatan simtomatik.
6. Penanganan terhadap komplikasi-komplikasi yang timbul.
7. Pengobatan oksigen, bagi yang memerlukan. Oksigen harus
diberikan dengan aliran lambat 1-2 liter/menit.
8. Tindakan rehabilitasi yang meliputi:
a. Fisioterapi, terutama bertujuan untuk membantu pengelu-aran secret
bronkus.
b.Latihan pernapasan, untuk melatih penderita agar bisa me-
lakukan pernapasan yang paling efektif.
c. Latihan dengan beban olahraga tertentu, dengan tujuan untuk
memulihkan kesegaranjasmani.
d.Vocational guidance, yaitu usaha yang dilakukan terhadap
penderita dapat kembalimengerjakan pekerjaan semula.
e. Pengelolaan psikosial, terutama ditujukan untuk penyesu-aian diri
penderita dengan penyakit yang dideritanya.

2. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


A. Pengkajian
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d. sekresi yang tertahan (D.0001)
Gejala dan tanda mayor subjektif :
- Tidak tersedia
Gejala dan tanda mayor objektif :
- batuk tidak efektif
- tidak mampu batuk.
- sputum berlebih.
- Mengi, wheezing dan / atau ronkhi kering.
- Mekonium di jalan nafas pada Neonatus.
Gejala dan tanda minor subjektif :
- Dispnea
- Sulit bicara
- Ortopnea
Gejala dan tanda minor objektif :
- Gelisah
- Sianosis
- Bunyi napas menurun
- Frekuensi napas berubah
- Pola napas berubah
2. Pola Nafas tidak efektif b.d. hambatan upaya napas (D.0005)
Gejala dan tanda mayor subjektif :
- Dispnea
Gejala dan tanda mayor objektif :
- Penggunaan otot bantu pernapasan
- Fase ekspirasi memanjang
- Pola napas abnormal (mis. takipnea. bradipnea, hiperventilasi kussmaul
cheyne-stokes).
Gejala dan tanda minor subjektif :
- Ortopnea
Gejala dan tanda minor objektif :
- Pernapasan pursed-lip.
- Pernapasan cuping hidung
- Diameter thoraks anterior—posterior meningkat
- Ventilasi semenit menurun
- Kapasitas vital menurun
- Tekanan ekspirasi menurun
- Tekanan inspirasi menurun
- Ekskursi dada berubah
3. Gangguan pertukaran gas b.d. ketidakseimbangan ventilasi-perfusi
(D.0003)
Gejala dan tanda mayor subjektif :
- Dispnea
Gejala dan tanda mayor objektif :
- PCO2 meningkat / menurun
- PO2 menurun
- Takikardia.
- pH arteri meningkat/menurun.
- Bunyi napas tambahan.
Gejala tanda minor subjektif :
- Pusing.
- Penglihatan kabur
Gejala tanda minor objektif :
- Sianosis.
- Diaforesis.
- Gelisah.
- Napas cuping hidung
-
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang biasa ditemukan pada pasien dengan PPOK menurut SDKI
(2017) adalah sebagai berikut :
4. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d. sekresi yang tertahan (D.0001)
5. Pola Nafas tidak efektif b.d. hambatan upaya napas (D.0005)
6. Gangguan pertukaran gas b.d. ketidakseimbangan ventilasi-perfusi
(D.0003)
C. PERENCANAAN
Tujuan dan Intervensi
No Dx. Keperawatan (SIKI)
Kriteria Hasil
Intervensi utama: (Siki hal
1. Bersihan jalan Setelah dilakukan
186)
napas tidak efektif Tindakan keperawatan
Manajemen jalan napas
b.d sekresi yang diharapkan bersihan
Observasi:
tertahan jalan napas meningkat
1. Monitor pola napas
dengan kriteria hasil :
(frekuensi, kedalaman, usaha

1. Produksi sputum napas)

menurun 2. Monitor bunyi napas


tambahan (mis. gurgling,
2. Dsypnea berkurang mengi, wheezing, ronkhi
3. Batuk efektif kering)
meningkat 3. Monitor sputum (jumlah,
4. Mengi menurun warna, aroma)
5. Wheezing menurun Terapeutik:
6. Frekuensi nafas 1. Pertahankan kepatenan jalan
membaik napas dengan head-tilt dan
chin-lift (jaw-thrust jika
7. Pola nafas
curiga trauma servikal)
membaik
2. Posisikan semi-Fowler atau
Fowler
3. Berikan minum hangat
4. Lakukan fisioterapi dada,
jika perlu
5. Lakukan pengisapan lender
kurang dari 15 detik
6. Lakukan hiperoksigenasi
sebelum penghisapan
endotrakeal
7. Keluarkan sumbatan benda
padat dengan forcep McGill
8. Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi:
1. Anjurkan asupan cairan 2000
ml/hari, jika tidak
kontraindikasi
Kolaborasi:
1. Kolaborasi pemberian
bronkodilator,
Intervensi utama: (siki hal.
2. Pola nafas tidak Setelah dilakukan
247) Pemantauan respirasi
efektif b.d tindakan keperawatan
Observasi:
kelemahan otot diharapkan pola nafas
1. Monitor frekuensi, irama,
pernafasan membaik dengan
kedalaman, dan upaya napas
kriteria hasil :
2. Monitor pola napas (seperti
1. Kapasitas vital
bradipnea, takipnea,
membaik
hiperventilasi, Kussmaul,

2. Tekanan ekspirasi Cheyne-Stokes, Biot,

meningkat ataksik)

3. Monitor kemampuan batuk


3. Tekanan inspirasi
efektif
meningkat
4. Monitor adanya produksi
4. Dyspnea menurun
sputum
5. Penggunaan otot
5. Monitor adanya sumbatan
bantu nafas
jalan napas
menurun
6. Palpasi kesimetrisan
6. Frekuensi nafas
ekspansi paru
membaik
7. Auskultasi bunyi napas
8. Monitor saturasi oksigen

9. Monitor nilai AGD

10. Monitor hasil x-ray toraks

Terapeutik:

1. Atur interval waktu


pemantauan respirasi sesuai
kondisi pasien
2. Dokumentasikan hasil
pemantauan

Edukasi:

1. Jelaskan tujuan dan


prosedur pemantauan
2. Informasikan hasil
pemantauan, jika perlu

Intervensi Utama: (siki hal


3. Gangguan Setelah dilakukan
430) Terapi Oksigen
pertukaran gas b.d tindakan keperawatan
Observasi:
ketidakseimbangan diharapkan pertukaran
1. Monitor kecepatan aliran
ventilasi-perfusi gas meningkat dengan
oksigen
kriteria hasil:
2. Monitor posisi alat terapi
1. Dispnea menurun oksigen
3. Monitor aliran oksigen
2. Bunyi nafas
secara periodic dan pastikan
tambahan menurun
fraksi yang diberikan cukup

3. Pusing menurun 4. Monitor efektifitas terapi


oksigen (mis. oksimetri,
4. Penglihatan kabur analisa gas darah), jika perlu
menurun 5. Monitor kemampuan
melepaskan oksigen saat
5. Gelisah menurun
makan
6. Nafas cuping 6. Monitor tanda-tanda
hidung menurun hipoventilasi
7. Monitor tanda dan gejala
7. Pola nafas toksikasi oksigen dan
membaik atelektasis
8. Monitor tingkat kecemasan
akibat terapi oksigen
9. Monitor integritas mukosa
hidung akibat pemasangan
oksigen
Terapeutik:
1. Bersihkan secret pada
mulut, hidung dan trachea,
jika perlu
2. Pertahankan kepatenan jalan
nafas
3. Berikan oksigen tambahan,
jika perlu
4. Tetap berikan oksigen saat
pasien ditransportasi
5. Gunakan perangkat oksigen
yang sesuai dengat tingkat
mobilisasi pasien
Edukasi:
1. Ajarkan pasien dan keluarga
cara menggunakan oksigen
dirumah
Kolaborasi:
1. Kolaborasi penentuan dosis
oksigen
2. Kolaborasi penggunaan
oksigen saat aktivitas
dan/atau tidur
DAFTAR PUSTAKA

Sulistiowati, Sri. (2017). Dukungan Keluarga dan Efikasi Diri pada Pasien Penyakit
Paru Obstruktif Kronis (PPOK). Jurnal Keperawatan, Vol. 6, No. 2(2017) :101

Rumampuk, E., & Thalib, A. H. (2020). Efektifitas terapi nebulizer terhadap bersihan
jalan napas tidak efektif pada pasien penyakit paru obstruktif kronik (PPOK).
Jurnal Mitrasehar, 10 (2), 250–259.

Karakteristik Dan Kualitas Hidup Pasien Penyakit Paru Obstruksi Konik (PPOK) |
Asyrofy | NURSCOPE: Jurnal Penelitian Dan Pemikiran Ilmiah Keperawatan.
(N.D.). Retrieved November 7, 2022, From

PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator


Diagnostik Edisi 1. Jakarta Selatan : DPP PPNI
PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Definisi dan kriteria Hasil Edisi
1. Jakarta : DPP PPNI
PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Definisi dan Tindakan Edisi
1. Jakarta Selatan : DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai