Anda di halaman 1dari 33

ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH PADA PASIEN TN”A”

DENGAN GANGGUAN PPOK DIRUANG RAWAT INAP “SAKTI”


RS TK IV 02.07.05 DR.NOESMIR BATURAJA

DISUSUN OLEH :
1. HIKMATUL JANNAH
2. ISHAK KOMARUDDIN
3. MELDA FRANSISKA
4. META ENJELIA
5. NADHIFUL MUKHSI
6. NI KADEK ILBA VILALBA
7. NUR AFIFA BAMA
8. TAUFIK AMIR
9. WAHYU RIYANDIKA
10. WELLEN SEPRIADI
11. WELLYS PUTRI ANGGRAINI
12. YOGI PASA PRATAMA
13. DEVIYANA PUTRI SISTI

YAYASAN DARUL MA`ARIF AL-INSAN BATURAJA


AKADEMI KEPERAWATAN AL-MA`ARIF
TAHUN AKADEMIK 2018\2019
LAPORAN PENDAHULUAN
PPOK (PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK)
A. DEFINISI
 PPOK merupakan suatu istilah yang sering digunakan untuk sekelompok
penyakit paru-paru yang berlangsung lama dan ditandai oleh peningkatan
resistensi terhadap aliran udara sebagai gambaran patofisiologi utamanya. (S
Meltzer, 2001)
 PPOK merupakan obstruksi saluran pernafasan yang progresif dan
ireversibel, terjadi bersamaan bronkitis kronik, emfisema atau kedua-duanya
(Snider, 2003).

B. ETIOLOGI
Secara keseluruhan penyebab terjadinya PPOK tergantung dari jumlah partikel
gas yang dihirup oleh seorang individu selama hidupnya. Partikel gas ini termasuk :
1. asap rokok
a. perokok aktif
b. perokok pasif
2. polusi udara
a. polusi di dalam ruangan- asap rokok - asap kompor
b. polusi di luar ruangan- gas buang kendaraan bermotor- debu jalanan
3. polusi di tempat kerja (bahan kimia, zat iritasi, gas beracun)
4. infeksi saluran nafas bawah berulang

C. MANIFESTASI KLINIS
Batuk merupakan keluhan pertama yang biasanya terjadi pada pasien
PPOK. Batuk bersifat produktif, yang pada awalnya hilang timbul lalu kemudian
berlangsung lama dan sepanjang hari. Batuk disertai dengan produksi sputum yang
pada awalnya sedikit dan mukoid kemudian berubah menjadi banyak dan purulen
seiring dengan semakin bertambahnya parahnya batuk penderita.
Penderita PPOK juga akan mengeluhkan sesak yang berlangsung lama,
sepanjang hari, tidak hanya pada malam hari, dan tidak pernah hilang sama sekali, hal
ini menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas yang menetap. Keluhan sesak inilah
yang biasanya membawa penderita PPOK berobat ke rumah sakit. Sesak dirasakan
memberat saat melakukan aktifitas dan pada saat mengalami eksaserbasi akut.
Gejala-gejala PPOK eksaserbasi akut meliputi:
1) Batuk bertambah berat
2) Produksi sputum bertambah
3) Sputum berubah warna
4) Sesak nafas bertambah berat
5) Bertambahnya keterbatasan aktifitas
6) Terdapat gagal nafas akut pada gagal nafas kronis
7) Penurunan kesadaran

D. PATOFISIOLOGI
Saluran napas dan paru berfungsi untuk proses respirasi yaitu pengambilan
oksigen untuk keperluan metabolisme dan pengeluaran karbondioksida dan air
sebagai hasil metabolisme. Proses ini terdiri dari tiga tahap, yaitu ventilasi, difusi dan
perfusi. Ventilasi adalah proses masuk dan keluarnya udara dari dalam paru. Difusi
adalah peristiwa pertukaran gas antara alveolus dan pembuluh darah, sedangkan
perfusi adalah distribusi darah yang sudah teroksigenasi. (Sherwood, 2001).
E. KOMPLIKASI
1. Hipoxemia
Hipoxemia didefinisikan sebagai penurunan nilai PaO2 kurang dari 55 mmHg,
dengan nilai saturasi Oksigen <85%. Pada awalnya klien akan mengalami
perubahan mood, penurunan konsentrasi dan pelupa. Pada tahap lanjut timbul
cyanosis.
2. Asidosis Respiratory
Timbul akibat dari peningkatan nilai PaCO2 (hiperkapnia). Tanda yang muncul
antara lain : nyeri kepala, fatique, lethargi, dizzines, tachipnea.
3. Infeksi Respiratory
Infeksi pernafasan akut disebabkan karena peningkatan produksi mukus,
peningkatan rangsangan otot polos bronchial dan edema mukosa. Terbatasnya
aliran udara akan meningkatkan kerja nafas dan timbulnya dyspnea.
4. Gagal jantung
Terutama kor-pulmonal (gagal jantung kanan akibat penyakit paru), harus
diobservasi terutama pada klien dengan dyspnea berat. Komplikasi ini sering kali
berhubungan dengan bronchitis kronis, tetapi klien dengan emfisema berat juga
dapat mengalami masalah ini.
5. Cardiac Disritmia
Timbul akibat dari hipoxemia, penyakit jantung lain, efek obat atau asidosis
respiratory.
6. Status Asmatikus
Merupakan komplikasi mayor yang berhubungan dengan asthma
bronchial. Penyakit ini sangat berat, potensial mengancam kehidupan dan
seringkali tidak berespon terhadap therapi yang biasa diberikan.Penggunaan
otot bantu pernafasan dan distensi vena leher seringkali terlihat.

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang yang diperlukan adalah sebagai berikut:
1. Pemeriksaan radiologi
a. Pada bronchitis kronik secara radiologis ada beberapa hal yang perlu diperhatikan:
1) Tubular shadows atau farm lines terlihat bayangan garis-garis yang parallel,
keluar dari hilus menuju apeks paru. Bayangan tersebut adalah bayangan
bronkus yang menebal.
2) Corak paru yang bertambah
b. Pada emfisema paru terdapat 2 bentuk kelainan foto dada yaitu:
1) Gambaran defisiensi arteri, terjadi overinflasi, pulmonary oligoemia dan
bula. Keadaan ini lebih sering terdapat pada emfisema panlobular dan pink
puffer.
2) Corakan paru yang bertambah.
3) Pemeriksaan faal paru
Pada bronchitis kronik terdapat VEP1 dan KV yang menurun, VR yang
bertambah dan KTP yang normal. Pada emfisema paru terdapat penurunan
VEP1, KV, dan KAEM (kecepatan arum ekspirasi maksimal) atau MEFR
(maximal expiratory flow rate), kenaikan KRF dan VR, sedangkan KTP
bertambah atau normal. Keadaan diatas lebih jelas pada stadium lanjut, sedang
pada stadium dini perubahan hanya pada saluran napas kecil (small
airways). Pada emfisema kapasitas difusi menurun karena permukaan alveoli
untuk difusi berkurang.
2. Analisis gas darah
Pada bronchitis PaCO2 naik, saturasi hemoglobin menurun, timbul sianosis, terjadi
vasokonstriksi vaskuler paru dan penambahan eritropoesis. Hipoksia yang kronik
merangsang pembentukan eritropoetin sehingga menimbulkan polisitemia. Pada
kondisi umur 55-60 tahun polisitemia menyebabkan jantung kanan harus bekerja
lebih berat dan merupakan salah satu penyebab payah jantung kanan.
3. Pemeriksaan EKG
Kelainan yang paling dini adalah rotasi clock wise jantung. Bila sudah terdapat kor
pulmonal terdapat deviasi aksis kekanan dan P pulmonal pada hantaran II, III, dan
aVF. Voltase QRS rendah Di V1 rasio R/S lebih dari 1 dan V6 rasio R/S kurang
dari 1. Sering terdapat RBBB inkomplet.
4. Kultur sputum, untuk mengetahui petogen penyebab infeksi.
5. Laboratorium darah lengkap
G. PENATALAKSANAAN
Tujuan penatalaksanaan PPOK adalah:
1. Memeperbaiki kemampuan penderita mengatasi gejala tidak hanya pada fase akut,
tetapi juga fase kronik.
2. Memperbaiki kemampuan penderita dalam melaksanakan aktivitas harian.
3. Mengurangi laju progresivitas penyakit apabila penyakitnya dapat dideteksi lebih
awal.
Penatalaksanaan PPOK pada usia lanjut adalah sebagai berikut:
1. Meniadakan faktor etiologi/presipitasi, misalnya segera menghentikan merokok,
menghindari polusi udara.
2. Membersihkan sekresi bronkus dengan pertolongan berbagai cara.
3. Memberantas infeksi dengan antimikroba. Apabila tidak ada infeksi antimikroba
tidak perlu diberikan. Pemberian antimikroba harus tepat sesuai dengan kuman
penyebab infeksi yaitu sesuai hasil uji sensitivitas atau pengobatan empirik.
4. Mengatasi bronkospasme dengan obat-obat bronkodilator. Penggunaan
kortikosteroid untuk mengatasi proses inflamasi (bronkospasme) masih
kontroversial.
5. Pengobatan simtomatik.
6. Penanganan terhadap komplikasi-komplikasi yang timbul.
7. Pengobatan oksigen, bagi yang memerlukan. Oksigen harus diberikan dengan
aliran lambat 1 - 2 liter/menit.
Tindakan rehabilitasi yang meliputi:
1. Fisioterapi, terutama bertujuan untuk membantu pengeluaran secret bronkus.
2. Latihan pernapasan, untuk melatih penderita agar bisa melakukan pernapasan yang
paling efektif.
3. Latihan dengan beban oalh raga tertentu, dengan tujuan untuk memulihkan
kesegaran jasmani.
4. Vocational guidance, yaitu usaha yang dilakukan terhadap penderita dapat kembali
mengerjakan pekerjaan semula
Pathogenesis Penatalaksanaan (Medis)
1. Pencegahan : Mencegah kebiasaan merokok, infeksi, dan polusi udara
2. Terapi eksaserbasi akut di lakukan dengan :
a. Antibiotik, karena eksaserbasi akut biasanya disertai infeksi Infeksi ini
umumnya disebabkan oleh H. Influenza dan S. Pneumonia, maka digunakan
ampisilin 4 x 0.25-0.56/hari atau eritromisin 4×0.56/hari Augmentin (amoksilin
dan asam klavulanat) dapat diberikan jika kuman penyebab infeksinya adalah H.
Influenza dan B. Cacarhalis yang memproduksi B. Laktamase Pemberiam
antibiotik seperti kotrimaksasol, amoksisilin, atau doksisiklin pada pasien yang
mengalami eksaserbasi akut terbukti mempercepat penyembuhan dan membantu
mempercepat kenaikan peak flow rate. Namun hanya dalam 7-10 hari selama
periode eksaserbasi. Bila terdapat infeksi sekunder atau tanda-tanda pneumonia,
maka dianjurkan antibiotik yang kuat.
b. Terapi oksigen diberikan jika terdapat kegagalan pernapasan karena
hiperkapnia dan berkurangnya sensitivitas terhadap CO2
c. Fisioterapi membantu pasien untuk mengelurakan sputum dengan baik.
d. Bronkodilator, untuk mengatasi obstruksi jalan napas, termasuk di dalamnya
golongan adrenergik b dan anti kolinergik. Pada pasien dapat diberikan
salbutamol 5 mg dan atau ipratopium bromida 250 mg diberikan tiap 6 jam
dengan nebulizer atau aminofilin 0,25 - 0,56 IV secara perlahan.
3. Terapi jangka panjang di lakukan :
a. Antibiotik untuk kemoterapi preventif jangka panjang, ampisilin 4×0,25-
0,5/hari dapat menurunkan kejadian eksaserbasi akut.
b. Bronkodilator, tergantung tingkat reversibilitas obstruksi saluran napas tiap
pasien maka sebelum pemberian obat ini dibutuhkan pemeriksaan obyektif dari
fungsi faal paru.
c. Fisioterapi
4. Latihan fisik untuk meningkatkan toleransi aktivitas fisik
5. Mukolitik dan ekspektoran
6. Terapi oksigen jangka panjang bagi pasien yang mengalami gagal napas tipe II
dengan PaO2 (7,3Pa (55 MMHg)
Rehabilitasi, pasien cenderung menemui kesulitan bekerja, merasa sendiri dan
terisolasi, untuk itu perlu kegiatan sosialisasi agar terhindar dari depresi.
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddart. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah edisi 8 volume 2
. Jakarta, EGC.
Carpenito Moyet, Lynda Juall. 2006. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta:
EGC.
NANDA, 2012, Diagnosis Keperawatan NANDA : Definisi dan Klasifikasi
Price, Sylvia. 2003. Patofisiologi Volume 2. Jakarta: EGC.
Smeltzer C Suzanne. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah, Brunner and
Suddarth’s, Ed 8 Vol 1. Jakarta: EGC.
ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS

a. Pengkajian
1. Biodata

Penyakit paru obstruksi kronik terjadi pada setiap usia tetapi lebih sering dijumpai
pada usia dini seperti kasus timbul sebelum usia sepuluh tahun
2. Riwayat kesehatan

Keluhan utama yang timbul pada klien dengan asma bronkial adalah dispnea
Riwayat kesehaatn dahulu
Terdapat data yang menyatakan adanya faktor prediposisi timbul penyakit ini,
diantaranya adalah riwayat alergi dan riwayat penyakit dada bagian bawah
Riwayat kesehatan keluarga
Klien dengan asma bronkial sering kali didapatkan adanya riwayat penyakit
keturunan
Diagnosa keperawatan
Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan
 Bronkialisme
 Peningkatan produksi sekret
 Menurunya energi

Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan


 Kurangnya suplai oksigen

Ketidakseimbangan nutrisi berhubungan dengan


 Dispnea
 Efek samping pengobatan
 Produksi sputum
 Anoreksia/ nausea
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan
 Ketidakseimbangan antara suplai oksigen
 Resiko tinggi pengobatan infalsi berhubungan denganm penyakit kronis

Intervensi keperawatan
 Kolaborasi dengan turunnya rebilitasi medik, dalam merencanakan program
terapi
 Bantu klien untukmengidentifikasi aktivitas yang mampu
 Bantu untuk memilih aktivitas yang sesuai dengan kempuan fisik, sosial, dan
psikologi
 Demonstrasikan teknik mencuci yang benar
 Ubah posisi dan berikan pulmonal agar terlihat baik
 Lakukan isolasi sesuai dengan kebutuhan individu
 Monitor vital sign

Rasionalisasi
 Adanya perubahan resfirasi dan penggunaan otot tambahan meredakan
penyakit
 Ketidakmampuan mengeluarkan mukus
 Mencegah kelelahan dan mengurangi konsumsi oksigen untuk memfasilitasi
resolsi infeksi
 Mengurangi stres dan stimulasi yang berlebihan

Evaluasi

S : klien menyatakan batuk sudah efektif


O : respirasi 18 x/menit
A : masalah teratasi
P : intervensi dihentikan
S : klien mengatakan mampu bernafas dengan normal
O : respirasi 18x/menit
Nadi : 80x/menit
Td : 110/90 mmHg
S : 37,50c
A : masalah teratasi
P : intervensi dihentikan
DAFTAR PUSTAKA

Berdasarkan diagnosa medis dan nanda nic noc. Yogyakarta. Mediacatat kuwulak.
Gerufur .d. 2011. Pathopisiologi. Sumantri.irauan 2009 askon fuda dengan gangguan
sistem pernafasan ; jakarta sahemka .medika
ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH PADA PASIEN TN”A”
DENGAN GANGGUAN PPOK DIRUANG RAWAT INAP “SAKTI”
RS TK IV 02.07.05 DR.NOESMIR BATURAJA

I. data demograf
1. Biodata
Nama : tn”a”
Usia : 36 tahun
Jenis kelamin : laki-laki
Alamat : lubuk batang baru
Suku/bangsa : wni
Status : menikah
Agama : islam
Pekerjaan : polisi
Diagnosa medik : penyakit paru obtruksi kronik (ppok+HT)
No rm : 089849
Tanggal pengkajian : 10-12-2019

2. Penanggu jawab
Nama : ny. N
Usia : 30 tahun
Jenis kelamin : perempuan
pekerjaan : ibu rumah tangga
Hubungan : istri

Keluhan utama klien : nyeri dada, sesak nafas, nyeri efigestrium, mual
Riwayat kesehatan kesehatan
- Waktu timbulnya penyakit kapan ? jam ?
- Bagaiman awal munculnya
- Keadaan penyakit
- Usaha yang dilakukan untuk mengurangi keluhan
- Kondisi saat dikaji
P : klien mengatakan nyeri di dada
Q : klien mengatakan sesak nafas, nyeri dada
R : klien mengatakan nyeri dada dibagian
S : klien mengatakan susah beraktivitas
T : klien mengatakan ingin cepat sembuh

b. Riwayat kesehatan lalu


Klien mengatakan tidak ada
c. Riwayat kesehatan keluarga
Identifikasi berbagai penyakit keturunan yang umunya menyerang
Anggota keluarga terkena alergi asma

Riwayat psikososial
- Identifikasi klien tentang kehidupan sosialnya ; klien mudah berbaur
dengan lingkungannya
- Identifikasin klien ntang penyakit : klien mengatakan ingin cepat sembuh
dan beraktifatas kembali

Riwayat spritual
- suport system pada keluarga : keluarga klien mendukung uuntuk kesembuhan
klien
- ritual yang dijalankan : sholat

Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum klien :
- Tanda tanda distres : kesulitan bernafas, dan sesak nafas
- Penampilan dihubungkan dengan usia : klien terlihat rapi dan bersih
- Ekspresi wajah, bicara, mood ;
Ekspresi wajah ; gelisah
Bicara : lancar
Mood : kurang baik
- Tb : 167 cm
- Bb : 57 kg

b. Tanda tanda vital


- Suhu : 38oc
- Nadi : 97x/menit
- Td : 150/90 mmHg

c. Sistem pernafasan
- Hidung : simetris
- Leher : tidak ada
- Dada : -
- Bentuk dada : normal
- Gerakkan dada : terjadi rekresi di dada bagian kiri
- Apakah ada suara nafas tabahan ; tidak ada
- Suara nafas
trakea : ronchi
bronchial : ronchi

d. sistem kardiovaskuler
- konjungtiva bibir : tidak ada
- arteri karotis : tidak dikaji
- tekanan vena jugolaris : tidak dikaji
- ukuran jantung : tidak dikaji
- iktus kordis : tidak dikaji
- suara jantung : lubdog
- capilary retiling time : tidak dikaji

e. sistem pencernaan
- sklera : tidak
- bibir : kering
- mulut : tidak dikaji
- gaster : gerakkan peristaltic
- abdomen : tidak dikaji
- anus : tidak dikaji

f. sistem indra
- mata
Kelopak mata : simetris
Bulu mata : lentik
Alis : tebal
Lapang pandang : tidak dikaji
- hidung
penciuman : baik
perih hidung : tidak ada
sekret yang mengalami penciuman : tidak ada
- telinga
keadaan telinga : tidak dikaji
kanal auditori : tidak dikaji
membran typani : tidak dikaji
fungsi pendengaran : masih baik
g. sistem saraf
- fungsi cerebral
status mental : tidak dikaji
kesadaran :
eyes : 4
motorik : 6
verbal : 5
dengan gcs : 15
bicara : tidak dikaji
- fungsi kranial : tidak dikaji
- fungsi motorik : tidak dikaji
- fungsi sensorik : tidak dikaji
- fungsi cereblam : tidak dikaji
- refleks : bagus dan baik
- iritasi meningen : tidak dikaji

h. sistem muskuloskelatal
1. kepala : oval
2. vertebrata : tidak dikaji
3. pelvis : tidak dikaji
4. kaki : tidak dikaji
5. bahu : tidak dikaji
6. tangan : tidak dikaji

i. sistem integuman
- rambut : lurus, bersih
- kulit : tidak dikaji
j. sistem endokrin
- kelenjar tiroid : tidak ada pembengkakkan pada kelenjar tiroid
- percepatan pertumbuhan : tidak dikaji
- gejala kresisme atau gigantisme : tidak dikaji

k. sistem perkemihan
- edema permembren : tidak dikaji
- moon face : tidak dikaji
- edema anjarka : tidak dikaji
-
l. Sistem reproduksi
Laki laki : tidak dikaji

m. Sistem imun
- Alergi : tidak ada
- Imunisasi : tidak dikaji
- Riwayat tranpasi dan reaksi : tidak dikaji

AKTIVITAS SEHARI-HARI
a. Nutrisi
- Selera makan : tidak nafsu
- Menu makan 24 jam : bb
- Frekuensi makan : 3xsehari
- Makanan yang disukai dan makanan pantangan : tidak dikaji
- Pembatasan pola makanan : tidak dikaji
- Cara makan : bersama keluarga
- Ritual : berdoa
b. Cairan
- Jenis minuman yang dikunsomsi : air biasa
- Frekuensi minum : 16 gelas sehari
- Kebutuhan cairan : 2 liter

c. Eliminasi (bab dan bak)


- Tempat pembuangan : toilet
- Frekuensi : 1xsehari
- Konsistensi : tidak dikaji
- Kesulitan dan cara menangulanginya : tidak dikaji

d. Istirahat tidur
- Apakah cepat tidur : cepat tidur
- Jam tidur
Malam : 19:00
Pagi : 11:00
- Apakah tidur secara rutin : tidak rutin

e. Personal hygine
- Mandi : 2x sehari
- Gosok gigi 2x sehari

f. Rokok/ alkohol dan obat obatan


- Apakah merokok : ya merokok
- Jenis : tembakau
- Berapa banyak : 1 bungkus
- Kapan mulai merokok : sejak smp
- Apakah minum minuman keras : tidak
TEST DIAGNOSTIK
DATA LABORATORIUM

HEMATOLOGI HASIL NORMAL


WBC 12.00/ul 3-10 x 102/ul
RBC 5176 jt/ul 3.2 -5.3 x 104 /ul
HGB 15,1 gr% 12-16 gr%
HCT 45,6 vol% 30-47 vol %
PLT 256.000 x103/ul 128-434 x 103/ul
LYM % 22,4% 15-48 %
MXD % 9,7% 1-25%
NEUT % 67,9% 40-70%

KIMIA DARAH HASIL NORMAL


Urea 28 mg/100ml 10-50 mg/100ml
Creatanine l 0,9 ml/100ml 06-11 mg/100ml
B.A.P.P 145mg/100ml s/d 160 mg/100ml
THERAPY OBAT

NAMA DOSIS P S S M TANGGAL


OBAT
INJEKSI
Macobalamin 2x1 amp √ 10-12-2019

Ondancetron 2x1 amp √ 11-12-2019


Retaphil 2x1 amp √
Ceftriaxone 2x1 gr √
Macobalamin 2x1 amp √

macobalamin 2x1 amp √ √ 12-12-2019


ceftriaxone 2x1 gr √ √
ondancetron 2x1 amp √ √
ceptaphil 2x1 amp √ √

NAMA DOSIS P S S M TANGGAL


OBAT
ORAL
Amlodipin 1X10mg √ 10-12-2019
Amlodipin 1X10mg √ 11-12-2019
Amlodipin 1X10mg √ 12-12-2019
-Therapy IVFD RL Gtt xx x/mnt + aminophylin 1 ½ amp ggt 20 x/mnt
- Therapy IVFD RL Gtt xx x/mnt + aminophylin 1 ½ amp ggt 20 x/mnt
- Therapy IVFD RL Gtt xx x/mnt + aminophylin 1 ½ amp ggt 20 x/mnt
TABEL ANALISA DATA
NO DATA ETIOLOGI PROBLEM
1 Ds:klien mengatakan Nyeri akut berhubungan dengan
nyeri pada bagian dada inflamasi
ketika sesak nafas
Do:klien terlihat
meringis kesakitan saat
sesak
Skala nyeri:5
TD:150/90 Mmhg
N:97x/mnt
S:38 Oc
RR:32x/mnt

2 Ds :klien mengatakan Bersihan jalan nafas tidak efektif


sesak dan batuk-batuk berhubungan dengan penumpukan
Do:klien batuk-batuk, secret
klien sulit untuk
mengeluarkan secret
TD:150/90 Mmhg
N:97x/mnt
S:38 Oc
RR:32x/mnt

3 Ds : Gangguan pola tidur berhubungan


- klien mengatakan dengan nyeri
sering terjaga saat
tidur
-klien mengatakan
susah tidur karena nyeri
di bagian dada
Do : klien tampak terus
menguap, konjungtiva
anemis
TD:150/90 Mmhg
N:97x/mnt
S:38 Oc
RR:32x/mnt
RENCANA KEPERAWATAN

DIAGNOS TUJUAN INTERVENS IMPLEMENTA EVALUASI


A I SI
Nyeri akut Setelah dilakukan -Kaji TTV -mengkaji TTV S : klien
berhubunga tindakan R:untuk TD:150/90 mengatakan
n dengan keperawatanselam mengetahui Mmhg nyeri pada
inflamasi a 1x24 jam keadaan N:97x/mnt bagian
diharapkan nyeri umum klien S:38 Oc dadasaat
berkurang dengan -kaji skala RR:32x/mnt sesak nafas
kriteria hasil: nyeri -mengkaji skala O : klien
1.keluhan nyeri R: untuk nyeri tampak
menurun mengetahui Skala nyeri meringis
2.meringis skala nyeri pasein:5 kesakitan
menurun - lakukan -melakukan saat sesak
3.skala neri 0 kompres pada kompres pada nafas
jaringan jaringan sekitar Skala nyeri:5
sekitar dada dada TD:150/90
R:kompres Mmhg
hangat di N:97x/mnt
perlukan agar - berkolaborasi S:38 Oc
nyeri dengan tim RR:32x/mnt
berkurang medis dalam A : nyeri
-kolaborasi pemberian terapi akut
dengan tim berhubungan
medis dalam dengan
pemberian inflamasi
terapi P : intervensi
di lanjutkan
Bersihan Setelah dilakukan -kaji TTV -mengkaji ttv S: klien
jalan nafas tindakan TD:150/90 TD:150/90 mengatakan
tidak efektif keperawatan Mmhg Mmhg sesak dan
berhubunga selama 1x24 jam N:97x/mnt N:97x/mnt batuk-batuk
n dengan di harapkan jalan S:38 Oc S:38 Oc O:
penumpuka nafas pasien RR:32x/mnt RR:32x/mnt -klien
n secret efektif -atur posisi -mengatur posisi terlihat
-batuk efektif semi fowler semi fowler batuk-batuk
-produksi sputum -buang secret -Membuang -klien
menurun pada tempat secret pada terlihat susah
-frekuensi nafas sputum tempat sputum mengeluarka
17-20 x/mnt - identifikasi -mengidentifikasi n secret
kemampuan kemampuan TD:150/90
batuk batuk Mmhg
-ajarkan N:97x/mnt
batuk efektif -mengajarkan S:38 Oc
kepada batuk efektif RR:32x/mnt
pasien kepada pasien A : masalah
- kolaborasi - berkolaborasi batuk teratasi
dengan tim dengan tim P : intervensi
medis dalam medis dalam di lanjutkan
pemberian pemberian terapi
terapi
Gangguan Setelah dilakukan -identifikasi -mengidentifikasi S :
pola tidur tindakan pola aktivitas pola aktivitas dan - klien
berhubunga keperawatan dan tidur tidur mengatakan
n dengan selama 1x24 jam -mengidentifikasi sering
nyeri di harapkan klien -identifikasi faktor terjaga saat
bisa tidur dengan faktor pengganggu tidur tidur
nyenyak dengan pengganggu -membatasi -klien
kriteria hasil: tidur waktu tidur siang mengatakan
-keluhan sulit -batasi waktu -menetapkan susah tidur
tidur berkurang tidur siang jadwal tidur rutin karena nyeri
-keluhan istirahat -tetapkan - berkolaborasi pada bagian
tidak cukup jadwal tidur dengan tim dada
berkurang rutin medis dalam O :klien
- pemberian terapi tampak terus
berkolaborasi menguap,
dengan tim konjungtiva
medis dalam anemis
pemberian TD:150/90
terapi Mmhg
N:97x/mnt
S:38 Oc
RR:32x/mnt
A: masalah
belum
teratasi
P: intervensi
di lanjutkan
CATATAN PERKEMBANGAN
Tanggal Dp Catatan perkembanagan Paraf

10-12-2019 1 S : klien mengatakan nyeri pada bagian data ketika sesak


nafas
O : klien terlihat meringis kesakitan saat sesak nafas
 S:5
 Td : 150/90 mmHg
 Tp : 38oc
 Rr : 32x/menit
 N : 97x/menit
A : masalah belum teratasi
P : intervensi dilanjutkan

11-12-2019 1 S : klien mengatakan nyeri sedikit berkurang dibagian


dada
O : klien terlihat masih meringis
 S:4
 Td : 120/80 mmHg
 Tp : 36,9oc
 rr : 21x/menit
 n : 90x/menit
A : masalah sebagaian teratasi
P : intervensi dilanjutkan

12-12-2019 1

S: klien mengatakan tidak lagi merasa nyeri


O : klien tidak lagi terlihat meringis kesakitan
 s:0
 td : 130/70 mmHg
 tp : 36,9oc
 rr : 20x/menit
 n : 80x/menit
A : masalah belum terataasi
P : intervensi dilanjutkan

10-12-2019 2 S : klien mengatakan sesak dan batuk berdahak


O : klien tampak batuk batuk susah saat
mengluarkan sekret
 td : 150/90 mmHg
 tp : 38oc
 rr : 37x/menit
 n : 97x/menit
A : masalah belum teratasi
P : intervensi dilanjutkan

11-12-2019 2 S : klien mengatakan sedikit sesak dan batuk


berdahak
O : klien masih batuk batuk
 td : 120/80 mmHg
 tp : 36,9oc
 rr : 21x/menit
 n : 90x/menit
A : masalah sebagaian teratasi
P : intervensi dilanjutkan
12-12-2019 2
S : Klien mengatakan tidak lagi sesak nafas dan
batuk batuk
O : secret klien sudah keluar klien tidak batuk batuk
 td : 130/70 mmHg
 tp : 36,9oc
 rr : 20x/menit
 n : 80x/menit
A : Masalah klien belum teratasi
13-12-2019 2 P : intervensi dilanjutkan

S : klien mengatakan tidak sesak lagi


O : seckret klien sudah keluar
A : masalah teratasi
P : intervensi dihentikan pasien pulang
11-12-2019 3 S : klien mengatakan sering terjaga saat tidur klien
mengangatakan susah tidur karena nyeri dibagian
dada saat bernafas
O : klien tampak terus menguap konjungtiva anemis
 tp : 38oc
 td : 120/80 mmHg
 n : 97x/menit
 rr : 32x/menit
A : masalah belum teratasi
P : intervensi dilanjutkan

12-12-2019 3 S : klien mengatakan masih sedikit tidak nyenyak


saat tidur
O : klien tidak tampak menguap terus dan
konjungtiva klien mulai normal
 tp : 36,9oc
 td : 120/80 mmHg
 n : 90x/menit
 rr : 21x/menit
A : Masalah sebagaian teratasi
P : intervensi dilanjutkan

13-12-2019 3
S : klien mengatakan tidur sudah nyenyak
O : konjungtiva klien sudah normal dan klien
tampak segar
 td : 130/70 mmHg
 tp : 36,9oc
 n : 80x/menit
 rr : 20x/menit
A : masalah teratasi
P : intervensi dihentikan

Anda mungkin juga menyukai