Anda di halaman 1dari 42

LAPORAN PENDAHULUAN

PENYAKIT PARU OBSTRUKSI KRONIK ( PPOK )

Ruang Perawatan BPJS Lantai 5

Rumah Sakit Umum Hermina Tangerang

Laporan Ini Disusun Guna Memenuhi Tugas Orientasi

Disusun Oleh :

Ade Helmianti Amd.Kep

011221002

Perawat Pendidik :

Gunawan Sadewo

LAPORAN PENDAHULUAN
PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK (PPOK)

A. KONSEP DASAR MEDIS


1. Pengertian
Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) merupakan salah salah
satu gangguan pernapasan yang sering menjangkit para lansia. PPOK
adalah penyakit paru kronik yang ditandai oleh hambatan aliran udara
disaluran napas yang bersifat progresif nonreversible atau reversible
parsial (Ratnawati, 2017)
Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah sekelompok
penyakit paru yang menghambat aliran udara pada pernapasan saat
menarik napas atau menghembuskan napas. Udara harus dapat masuk dan
keluar dari paru-paru untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Ketika aliran
udara ke arah luar paru-paru terhambat, udara akan terperangkap di dalam
paru-paru. Hal ini akan mempersulit paru- paru mendapatkan oksigen yang
cukup bagi bagian tubuh yang lainnya. Emfisema dan bronkitis kronis
menyebabkan proses inflamasi yang berlebihan dan pada akhirnya
menimbulkan kelainan di dalam struktur paru-paru, sehingga aliran udara
terhambat secara permanen (Kemenkes, 2018)
2. Etiologi
Etiologi Penyakit Paru Obstruktif Kronik ini belum diketahui.
Timbulnya penyakit ini dikaitkan dengan faktor-faktor resiko yang
terdapat pada penderita antara lain:
a. Merokok sigaret yang berlangsung lama
b. Polusi udara
c. Infeksi paru berulang
d. Umur
e. Jenis kelamin
f. Ras
g. Defisiensi alfa-1 antitripsin
h. Defisiensi anti oksidan dll
Pengaruh dari masing-masing faktor-faktor resiko terhadap PPOK adalah
saling memperkuat dan faktor merokok dianggap yang paling dominan
dalam menimbulkan penyakit tersebut (Sumantri, 2016)
3. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK)meliputi :
a. Penurunan kemampuan melakukan aktivitas fisik atau pekerjaan yang
cukup berat dan keadaan ini terjadi Karena penurunan cadangan paru
b. Batuk produktif akibat stimulasi reflex batuk oleh mucus
c. Dispenea pada aktivitas fisik ringan
d. Infeksi saluran nafas yang sering terjadi
e. Hipoksemia intermiten atau kontinu
f. Hasil tes faal paru yang menunjukkan kelainan yang nyata
g. Deformitas toraks (Sumantri, 2016).
4. Patofisiologi
Asap rokok, polusi udara dan terpapar alergen masuk ke jalan
nafas dan mengiritasi saluran nafas. Karena iritasi yang konstan ini ,
kelenjar-kelenjar yang mensekresi lendir dan sel-sel goblet meningkat
jumlahnya, fungsi silia menurun, dan lebih banyak lendir yang dihasilkan
serta terjadi batuk, batuk dapat menetap selama kurang lebih 3 bulan
berturut-turut. Sebagai akibatnya bronkhiolus menjadi menyempit,
berkelok-kelok dan berobliterasi serta tersumbat karena metaplasia sel
goblet dan berkurangnya elastisitas paru. Alveoli yang berdekatan dengan
bronkhiolus dapat menjadi rusak dan membentuk fibrosis mengakibatkan
fungsi makrofag alveolar yang berperan penting dalam menghancurkan
partikel asing termasuk bakteri, pasien kemudian menjadi rentan terkena
infeksi.
Infeksi merusak dinding bronchial menyebabkan kehilangan
struktur pendukungnya dan menghasilkan sputum kental yang akhirnya
dapat menyumbat bronki. Dinding bronkhial menjadi teregang secara
permanen akibat batuk hebat. Sumbatan pada bronkhi atau obstruksi
tersebut menyebabkan alveoli yang ada di sebelah distal menjadi kolaps.
Pada waktunya pasien mengalami insufisiensi pernafasan dengan
penurunan kapasitas vital, penurunan ventilasi, dan peningkatan rasio
volume residual terhadap kapasitas total paru sehingga terjadi kerusakan
campuran gas yang diinspirasi atau ketidakseimbangan ventilasi-perfusi.
Pertukaran gas yang terhalang biasanya terjadi sebagai akibat dari
berkurangnya permukaan alveoli bagi pertukaran udara.
Ketidakseimbangan ventilasi–perfusi ini menyebabkan hipoksemia atau
menurunnya oksigenasi dalam darah. Keseimbangan normal antara
ventilasi alveolar dan perfusi aliran darah kapiler pulmo menjadi
terganggu. Dalam kondisi seperti ini, perfusi menurun dan ventilasi tetap
sama. Saluran pernafasan yang terhalang mukus kental atau bronkospasma
menyebabkan penurunan ventilasi, akan tetapi perfusi akan tetap sama
atau berkurang sedikit.
Berkurangnya permukaan alveoli bagi pertukaran udara
menyebabkan perubahan pada pertukaran oksigen dan karbondioksida.
Obstruksi jalan nafas yang diakibatkan oleh semua perubahan patologis
yang meningkatkan resisten jalan nafas dapat merusak kemampuan paru-
paru untuk melakukan pertukaran oksigen atau karbondioksida. Akibatnya
kadar oksigen menurun dan kadar karbondioksida meningkat.
Metabolisme menjadi terhambat karena kurangnya pasokan oksigen ke
jaringan tubuh, tubuh melakukan metabolisme anaerob yang
mengakibatkan produksi ATP menurun dan menyebabkan defisit energi.
Akibatnya pasien lemah dan energi yang dibutuhkan untuk memenuhi
kebutuhan nutrisi juga menjadi berkurang yang dapat menyebabkan
anoreksia (Sumantri, 2016)

5. Komplikasi
Komplikasi Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) yang dapat terjadi
antara lain :
a. Hipoksemia
Hipoksemia didefinisikan sebagai penurunan nialai Pa02 < 55 mmHg,
dengan nilai saturasi oksigen < 85%. Pada awalnya klien akan
mengalmi perubahan mood, penurunan konsentrasi, dan menjadi
pelupa. Pada tahap lajut akan timbul sianosis
b. Asidosis Respiratori
Rimbul akibat dari peningkatan nilai PaCO2 (hiperkapnea). Tanda yang
muncul antara lain nyeri kepala,fatigue,letargi,dizzines,dan takipnea.
c. Infeksi Respirator
Infeksi pernapasan akut disebabkan karena peningkatan produksi
mukus dan rangsangan otot polos bronkial serta edema mukosa.
Terbatasnya aliran udara akan menyebabkan peningkatan kerja napas
dan timbulnya dispnea.
d. Gagal Jantung
Terutama kor pulmonal (gagal jantung kanan akibat penyakit paru),
harus diobservasi terutama pada klien dengan dispnea berat.
Komplikasi ini sering kali berhubungan dengan bronkitis kronis, tetapi
klien dengan emfisema berat juga dapat mengalami masalah ini.
e. Kardiak Disritmia
Timbul karena hipoksemia, penyakit jantung lain, efek obat atau
asidosis respirator.
f. Status Asmatikus
Merupakan komplikasi mayor yang berhubungan dengan asma
bronkial. Penyakit ini sangat berat, potensial mengancam kehidupan,
dan sering kali tidak berespons terhadap terapi yang biasa diberikan.
Penggunan otot bantu pernapasan dan distensi vena leher sering kali
terlihat pada klien dengan asma (Sumantri, 2016)

6. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan radiologi
1) Foto thoraks pada bronkitis kronik memperlihatkan tubular shadow
berupa bayangan garis-garisyang pararel keluar dari hilus menuju
ke apeks paru dan corakan paru yang bertambah.
2) Pada emfisema paru, foto thoraks menunjukkan adanya overinflasi
dengan gambaran diafragma yang rendah yang rendah dan datar,
penciutan pembuluh darah pulmonal, dan penambahan corakan
kedistal.
3) Pada asma bronkhial, foto thoraks menunjukkan kesan
emphysematous, pembesaran jantung serta diafragma mendatar
atau menurun.
b. Test fungsi paru :
1) Spirometri (VEP1, VEP1 prediksi, KVP, VEP1/KVP)
Obstruksi ditentukan oleh nilai VEP1 prediksi (%) dan atau
VEP1/KVP (%). Obstruksi : % VEP1 (VEP1/VEP1 pred) < 80%
VEP1% (VEP1/KVP) < 75 % - VEP1 merupakan parameter yang
paling umum dipakai untuk menilai beratnya PPOK dan memantau
perjalanan penyakit. Apabila spirometri tidak tersedia atau tidak
mungkin dilakukan, APE meter walaupun kurang tepat, dapat
dipakai sebagai alternatif dengan memantau variabiliti harian pagi
dan sore, tidak lebih dari 20%.
Uji bronkodilatorDilakukan dengan menggunakan spirometri, bila
tidak ada gunakan APE meter. Setelah pemberian bronkodilator
inhalasi sebanyak 8 hisapan, 15-20 menit kemudian dilihat
perubahan nilai VEP1 atau APE, perubahan VEP1 atau APE <
20% nilai awal dan < 200 ml-Uji bronkodilator dilakukan pada
PPOK stabil.
2) Pemeriksaan gas darah.
3) Pemeriksaan EKG
4) Pemeriksaan Laboratorium darah
5) Uji provokasi bronkus
6) Pemeriksaan sputum
7) Pemeriksaan kadar IgE total dan IgE spesifik dalam sputum
(Syamsudin, 2016)
7. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Penderita PPOK ialah :
a. Meniadakan faktor etiologik atau presipitasi
b. Membersihkan sekresi bronkus dengan pertolongan berbagai cara.
c. Memberantas infeksi dengan antimikrobia. Apabila tidak ada infeksi
anti mikrobia tidak perlu diberikan.
d. Mengatasi bronkospasme dengan obat-obat bronkodilator (Amino-
phillin danAdrenalin).
e. Pengobatan simtomatik ( lihat tanda dan gejala yang muncul)
1) Batuk produktif beri obat mukolitik / ekspektoran.
2) Sesak nafas beri posisi yang nyaman (fowler), beri O2
3) Dehidrasi beri minum yang cukup bila perlu pasang infuse
f. Penanganan terhadap komplikasi-komplikasi yang timbul.
g. Pengobatan oksigen, bagi yang memerlukan, O2 harus diberikan
dengan aliran lambat : 1-2 liter/menit.
h. Mengatur posisi dan pola bernafas untuk mengurangi jumlah udara
yang terperangkap.
i. Memberi pengajaran mengenai tehnik-tehnik relaksasi dan cara-cara
untuk menyimpan energy.
j. Tindakan “Rehabilitasi”
1) Fisioterapi, terutama ditujukan untuk membantu pengeluaran
sekret bronkus
2) Latihan pernafasan, untuk melatih penderita agar bisa melakukan
pernafasan yang paling efektif baginya.
3) Latihan, dengan beban olah raga tertentu, dengan tujuan untuk
memulihkan kesegaran jasmaninya.
4) Vocational Suidance : Usaha yang dilakukan terhadap penderita
agar sedapat-dapat kembali mampu mengerjakan pekerjaan semula.
5) Pengelolaan Psikososial : terutama ditujukan untuk penyesuaian
diri penderita dengan penyakit yang dideritanya (Syamsudin, 2016)
Studi kasus pada penderita Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK)
rawat inap di RS Paru Dungus Madiun selama 3 hari dengan frekuensi terapi 2
kali per hari. Derajat sesak napas diukur menggunakan skala borg dan
ekspansi thoraks diukur dengan menggunakan pita ukur. Hasil penelitian
didapatkan bahwa nebulisasi dan chest physiotherapy dapat menurunkan
derajat sesak napas dan meningkatkan ekspansi thorakspada penderita penyakit
paru obstruksi kronis (PPOK) (Jurnal Polanka,2020).
PATHWAY PPOK

Faktor Predisposisi

Faktor Predisposisi

Edema , spasme bronkus, peningkatan secret bronkiolus

Bersihan jalan nafas Obstruksi bronkiolus awal fase ekspirasi


tidak efektif

Udara terperangkap dalam alveolus

Iritasi Jalan Nafas

Hipereksresi lendir dan


inflamasi peradangan

Bronkiolus menyempit dan Peningkatan produksi


sputum Penurunan nafsu
tersumbat

Nafas pendek Deficit pengetahuan Penurunan BB drastis

Gangguan pola nafas Deficit nutrisi

Pola nafas tidak efektif Obstruktif (kerusakan )


alveoli

hipoksemia
Rentan terhadap infeksi Alveoli mengalami kolaps
pernafasan
kelemahan
Penurunan ventelasi paru
Resiko infeksi
ADL dibantu
Ketidaksamaan ventelasi
Hipertermia paru
Intoleransi
aktivitas
Gangguan pertukaran
gas
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Pengkajian keperawatan pada pasien berupa identitas, riwayat
penyakit saat ini meliputi alasan pasien yang menyebabkan terjadi
keluhan/gangguan dalam mobilitas dan imobilitas, seperti adanya nyeri,
kelemahan otot, kelelahan, tingkat mobilitas dan imobilitas, daerah dan
lama terjadinya gangguan mobilitas. Riwayat penyakit yang diderita,
pengkajian fisik, sistem neurologis, kardiovaskuler, muskuloskeletas,
pernapasan. Gaya berjalan, perubahan intolernasi aktivitas, kekuatan otot
dan perubahan psikologis.
Pengkajian pada pernafasan dengan klien PPOK yang didasarkan
pada kegiatan sehari – hari. Ukur kualitas pernafasan antara skala 1 sampai
10. Dan juga mengidentifikasi faktor sosial dan lingkungan yang
merupakan faktor pendukung terjadinya gejala. Perawat juga
mengidentifikasi type dari gejala yang muncul antara lain, tiba-tiba atau
membahayakan dan faktor presipitasi lainnya antara lain perjalanan
penularan temperatur dan stress.
Pengkajian fisik termasuk pengkajian bentuk dan kesimetrisan
dada, Respiratory Rate dan Pola pernafasan, posisi tubuh menggunakan
otot bantu pernafasan dan juga warna, jumlah, kekentalan dan bau sputum.
Palpasi dan perfusi pada dada diidentifikasikan untuk mengkaji
terhadap peningkatan gerakan Fremitus, gerakan dinding dada dan
penyimpanan diafragma. Ketika mengauskultasi dinding dada pada
dewasa tua / akhir seharusnya diberi cukup waktu untuk kenyamanan
dengan menarik nafas dalam tanpa adanya rasa pusing.
Hal-hal yang perlu dikaji pada lansia antara lain :
a. Aktifitas / istirahatKeletihan, kelemahan, malaise, ketidak mampuan
melakukan aktifitas sehari-hari karena sulit bernafas.
b. Sirkulasi
Pembengkakan pada ekstremitas bawah, peningkatan tekanan
darah,takikardi.
c. Integritas ego
Perubahan pola hidup, ansietas, ketakutan,peka rangsang.
d. Makanan/cairan
Mual/muntah, anoreksia, ketidakmampuan untuk makan karena
distress pernafasan, turgor kulit buruk, berkeringat.
e. Higiene
Penurunan kemampuan/peningkatan kebutuhan bantuan melakukan
aktifitas sehari-hari, kebersihan buruk, bau badan.
f. Pernafasan
Nafas pendek, rasa dada tertekan, dispneu, penggunaan otot bantu
pernafasan.
g. Keamanan
Riwayat reaksi alergi / sensitif terhadap zat atau faktor lingkungan.
h. Seksualitas
i. Penurunan libido.
j. Interaksi social
Hubungan ketergantungan, kurang sistem pendukung, keterbatasan
mobilitas fisik.
Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan fisik dengan pendekatan persistem
dimulai dari kepala Sampai ujung kaki dapat lebih mudah.Dalam melakukan
pemeriksaan fisik perlu dibekali kemampuan dalam melakukan pemeriksaan fisik
secara sistematis dan rasional. Teknik pemeriksaan fisik perlu modalitas dasar
yang digunakan meliputi: inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi.
a. Penampilan umum Yaitu penampilan klien dimulai pada saat
mempersiapkan klien untuk pemeriksaan.
b. Kesadaran Status kesadaran dilakukan dengan dua penilaian yaitu
kualitatif dan kuantitatif,secara kualitatif dapat dinilai antara lain yaitu
composmentis mempunyai arti mengalami kesadaran penuh dengan
memberikan respon yang cukup terhadap stimulus yang diberikan,apatis
yaitu mengalami acuh tak acuh terhadap lingkungan sekitarnya, samnolen
yaitu mengalami kesadaran yang lebih rendah dengan ditandai tampak
mengai bahwa untuk, sopor mempunyai arti bahwa klien memberikan
respon dengan rangsangan yang kuat dan refleks pupil terhadap cahaya
tidak ada. sedangkan penilaian kesadaran terhadap kuantitatif dapat diukur
melalui penilaian (GCS) Glasgow Coma Scale dengan aspek membuka
mata yaitu, 4 respon verbal yaitu 5 dan respons motorik yaitu nilai 6
c. Tanda - Tanda Vital Tanda- tanda vital merupakan pemeriksaan fisik yang
rutin di lakukan dalam berbagai kondisi klien. Pengukuran yang paling
sering di lakukan adalah pengukuran suhu, dan frekuensi pernafasan.
d. Sistem neurologi Pada sistem neurologi kaji tingkat kesadaran dan refleks
e. Sistem pendengaran Pada sistem pendengaran kaji tingkat ketajaman klien
dalam mendengarkan kata kata, palpasi bentuk telinga, adanya cairan atau
tidak, adanya tekan ataupun lesi kulit
f. Sistem pernafasan Pada sistem pernafasan kaji bentuk dada, gerakan
pernafasan, adanya nyeri tekan atau tidak, adanya penumpukan cairan atau
tidak dan bunyi khas nafas serta bunyi paru-paru
g. Sistem kardiovaskular Pada sistem kardiovaskular kaji adanya sianosis
atau tidak, oedema pada ektremitas, adanya peningkatan JVP atau tidak ,
bunyi jantung
h. Sistem gastrointestinal Pada sistem gastrointesnital kaji bentuk abdomen,
frekuensi bising usus, adanya nyeri tekan atau tidak, adanya masa benjolan
atau tidak, bunyi yang dihasilkan saat melakuka perkusi
i. Sistem perkemihan Kaji adanya nyeri atau tidak adanya keluhan saat
miksi, adanya oedema atau tidak, adanya masa atau tidak pada ginjal
j. Sistem integumen Pada sistem integumen dilakukan secara anamnesis
pada klien untuk menemukan permasalahan yang dikeluhkan oleh klien
meliputi: warna kulit, tekstur kulit, turgor kulit, suhu tubuh, apakah ada
oedema atau adanya trauma kulit
k. Sistem musculoskeletal Kaji adnya deformitas atau tidak,adanya
keterbatasan gerak atau tidak
l. Pemeriksaan Penunjang Pada pemeriksaan penunjang ditulis tanggal
pemeriksaan, jenis pemeriksaan, hasil dan satuanya. Pemeriksaan
penunjang diantaranya: pemeriksaan laboratorium, foto rotgen, rekam
kardiografi, dan lain-lain
m. Therapy Pada therapy tulis nama obat lengkap, dosis, frekuensi pemberian
dan cara pemberian, secara oral, parental dan lain lain

2. Diagnosis Keperawatan
a. Gangguan Pertukaran gas berhubungan dengan Perubahan Membran
Alveolus-kapiler.
b. Defisit Nutrisi berhubungan dengan kurangnya asupan makanan,
ketidakmampuan menelan makanan.
c. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan; spasme jalan
napas, hipersekresi jalan napas.
d. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit/ infeksi
e. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan; depresi pusat
pernapasan, hambatan jalan napas, gangguan neuromuscular.
f. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai
dan kebutuhan O2.
g. Deficit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi
h. Resiko infeksi berhubungan dengan penyakit kronis, ketidakadekuatan
pertahanan tubuh primer dan sekunder
3. Intervensi Keperawatan
RENCANA TINDAKAN
Diagnosa Keperawatan
Luaran Intervensi
1. Gangguan Pertukaran gas Setelah dilakukan tindakan keperawatan Terapi Oksigen
berhubungan dengan selama 3x24 jam, maka pertukaran gas Observasi :
Perubahan Membran meningkat. 1) Monitor kecepatan aliran oksigen
Alveolus-kapiler. Kriteria Hasil : 2) Monitor posisi alat terapi oksigen
1) Tingkat kesadaran meningkat 3) Monitor aliran oksigen secara periodic dan
2) Dyspnea menurun pastikan fraksi yang diberikan cukup.
3) Bunyi napas tambahan menurun 4) Monitor efektivitas terapi oksigen (mis. Oksimetri,
4) Pusing menurun analisa gas darah)
5) Penglihataan kabur menurun 5) Monitor kemampuan melepaskan oksigen saat
6) Gelisah menurun makan.
7) Napas cuping hidung menurun 6) Monitor tanda-tanda hipoventilasi.
8) Pco2 membaik 7) Monitor tanda dan gejala toksikasi oksigen dan
9) Po2 membaik atelectasis
10) Pola napas membaik 8) Monitor tingkat kecemasan akibat terapi oksigen
monitor integritas mukosa hidung akibat
pemasangan oksigen.
Teerapeutik :
9) Bersihkan secret pada mulut, hidung dan trakea,
jika perlu.
10) Pertahankan kepatenan jalan napas
11) Siapkan dan atur peralatan pemberian oksigen
12) Berikan oksigen tambahan, jika perlu
13) Tetap berikan oksigen saat pasien ditransportasi.
14) Gunakan perangkat oksigen yang sesuai dengan
tingkat mobilitas pasien.
Edukasi :
15) Ajarkan pasien dan keluarga cara menggunakan
oksigen dirumah.
Kolaborasi :
16) Kolaborasi penentuan dosis oksigen
17) Kolaborasi penggunaan oksigen saat aktivitas
dan/atau tidur.
2. Defisit Nutrisi berhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen Nutrisi
dengan kurangnya asupan selama 3x24 jam, Tatus nutrisi membaik Observasi :
makanan, ketidakmampuan
menelan makanan. Kriteria Hasil : 1) Identifikasi status nutrisi
1) Porsi makanan yang dihabiskan 2) Identifikasi alrgi dan intoleransi makanan
meningkat. 3) Identifikasi makanan yang disukai
2) Kekuatan otot menelen meningkat 4) Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrisi
3) Perasaan cepat kenyang menurun 5) Identifikasi perlunya penggunaan selang
4) Berat badan membaik nasogatrik
5) Indeks masa tubuh membaik 6) Monitor asupan makanan
6) Frekuensi makan membaik 7) Monitor berat badan
7) Nafsu makan membaik 8) Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
8) Bising usus membaik Terapeutik :
9) Membran mukosa membaik 9) Lakukan oral hygiene sebelum makan
10) Fasilitasi menentukan pedoman makanan (mis.
Piramida makanan)
11) Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang
sesuai.
12) Berikan makanan tinggi serat dan tinggi protein
13) Berikan suplemen makanan
14) Hentikan pemberian makanan melalui selang
nasogatrik jika asupan oral dapat ditoleransi.
Edukasi :
15) Anjurkan posisi duduk
16) Ajarkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi :
17) Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan
(mis. Pereda nyeri, antiemetic).
Kolaborasi dengan ahli gizi unruk menentukan kalori
dan jenis nutrient yang dibutuhkan.
3. Bersihan jalan napas tidak Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manjemen jalan napas
efektif berhubungan selama 3x24 jam, maka Bersihan jalan Observasi :
dengan; spasme jalan napas,
hipersekresi jalan napas. napas meningkat. 1) Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman,
Kriteria Hasil : usaha napas).
1) Batuk efektif meningkat 2) Monitor bunyi napas tambahan (mis. Gurgling,
2) Produksi sputum menurun mengi, wheezing, ronchi kering)
3) Mengi menurun 3) Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)
4) Wheezing menurun Terapeutik :
5) Meconium menurun 4) Pertahankan kepatanan jalan napas dengan
6) Dispneu menurun head-tilt dan chin-lift (jaw-trust jika curiga trauma
7) Gelisah menurun servikal).
8) Frekuensi napas membaik 5) Posisikan semi fowler atau fowler
Pola napas membaik 6) Berikan minum hangat
7) Lakukan fisioterapi dada
8) Berika oksigen
Edukasi :
9) Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika
tidak terkotaminasi.
10) Ajarkan tehnik batuk efektif
Kolaborasi :
11) Kolaborasi pemberian bronkodilator
4. Hipertermia berhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen Hipertermi
dengan proses Penyaki/ selama 3x24 jam, maka Termoregulasi Observasi :
infeksi membaik. 1) Identifikasi penyebab hipertermi ( mis.
Kriteria Haasil : Dehidrasi, terpapar lingkungan panas,
1) Menggigil menurun penggunaan incubator).
2) Takikardi menurun 2) Monitor suhu tubuh
3) Suhu kulit membaik 3) Monitor kadar elitrolit
4) Suhu tubuh membaik 4) Monitor haluaran urine
5) Monitor komplikasi akibat hipertermi
Terapeutik :
6) Sediakan lingkunagan yang dingin
7) Longgarkan atau lepaskan pakaian
8) Kompres air hangat
9) Berikan cairan oral
10) Hindari pemberian antipiretik atau aspirin
11) Berikan oksigen
Edukasi :
12) Anjurkan tirah baring
Kolaborasi :
13) Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit
intravena.
5. Pola napas tidak efektif Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen jalan napas
berhubungan dengan; selama 3x24 jam, maka pola napas Observasi :
depresi pusat pernapasan, membaik. 1) Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha
hambatan jalan napas, Kriteria Hasil : napas).
gangguan neuromuscular. 1) Ventilasi semenit meningkat 2) Monitor bunyi napas tambahan (mis. Gurgling,
2) Kapasitas vital meningkat mengi, wheezing, ronchi kering)
3) Tekanan ekspirasi meningkat 3) Monitor sputum (jumlah, warna, aroma).
4) Tekanan inspirasi meningkat Terapeutik :
5) Dyspnea menurun 4) Pertahankan kepatanan jalan napas dengan head-
6) Penggunaan otot bantu napas tilt dan chin-lift (jaw-trust jika curiga trauma
menurun. servikal).
7) Pemanjangan fase ekspirasi menurun 5) Posisikan semi fowler atau fowler
8) Ortopnea menurun 6) Berikan minum hangat
9) Pernapasan cuping hidung menurun. 7) Lakukan fisioterapi dada
10)Frekuensi napas membaik 8) Berika oksigen
11)Kedalaman napas membaik Edukasi :
9) Ajarkan tehnik batuk efektif
Kolaborasi
10)Kolaborasi pemberian bronkodilator
6. Intoleransi aktifitas Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen energy
berhubungan dengan selama 3x24 jam, maka toleransi Observasi :
ketidakseimbangan suplai aktivitas meningkat. 1) Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang
dan kebutuhan O2. Kriteria Hasil : mengakibatkan kelelahan
1) Frekuensi nadi meningkat 2) Monitor kelelahan fisik dan emosional
2) Saturasi oksigen meningkat 3) Monitor pola dan jam tidur
3) Kemudahan melakukan aktivitas 4) Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama
sehari-hari meningkat melakukan aktivitas.
4) Kekuatan tubuh bagian atas Terapeutik :
meningkat. 5) Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus
5) Keluhan lelah menurun (mis. Cahaya, suara, kunjungan).
6) Dyspnea saat beraktivitas menurun. 6) Lakukan latihan rentang gerak pasif atau aktif.
7) Dyspnea setelah beraktivitas 7) Berikan aktivitas distraksi yang menenangkan
menurun. 8) Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur, jika tidak
8) Perasaan lemah menurun dapat berpindah atau berjalan.
9) Tekanan darah membaik Edukasi :
10) Frekuensi napas membaik 9) Anjurkan tirah baring
10) Anjurkan melakukan aktivitas ssecara bertahap
11) Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan
gejala kelelahan tidak berkurang.
12) Ajarkan strategi koping untuk mengurangi
kelelahan.
Kolaborasi :
13) Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara
meningkatkan asupan makanan.
7. Defisit pengetahuan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Edukasi komunikasi efektif
berhubungan dengan kurang selama 3x24 jam, maka tingkat Observasi :
terpapar informasi pengetahuan meningkat. 1) Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima
Kriteria Hasil : informasi.
1) Perilaku sesuai anjuran meningkat Terapeutik :
2) Verbalisasi minat dalam belajar 2) Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan
meningkat. 3) Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai
3) Kemampuan menjelaskan pengetahu- kesepakatan.
an tentang satu topic meningkat. 4) Berikan kesempatan untuk bertanya
4) Kemampuan menggambarkan Edukasi :
pengalaman sebelumnya yang sesuai 5) Jelaskan factor-faktor yang dapat meningkatkan
dengan topic. dan menurunkan komunikasi efektif
5) Perilaku sesuai dengan pengetahuan 6) Ajarkan cara melakukan verifikasi pada pesan
meningkat. yang diterima.
6) Pertanyaan tentang masalah yang
dihadapi menurun
7) Persepsi yang keliru terhadap
masalah menurun
8) Menjalani pemeriksaan yang tidak
tepat menurun
9) Perilaku membaik
8. Resiko infeksi berhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Pencegahan Infeksi
dengan penyakit kronis, selama 3x24 jam, maka tingkat infeksi Observasi :
ketidakadekuatan menurun. 1) Monitor tanda dan gejala infeksi.
pertahanan tubuh primer Kriteria Hasil : Terapeutik :
dan sekunder. 1) Kebersihan tangan meningkat 2) Batasi jumlah pengunjung
2) Kebersihan badan meningkat 3) Pertahankan teknik aseptic pada pasien beresiko
3) Nafsu makan meningkat tinggi
4) Demam menurun Edukasi :
5) Kemerahan menurun 4) Jelaskan tanda dan gejala infeksi
6) Nyeri menurun 5) Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar
7) Bengkak menurun 6) Ajarkan etika batuk
8) Kadar sel darah putih membaik 7) Anjurkan meningkatkan asupan cairan
DAFTAR PUSTAKA
Jurnal.polanka.ac.id/index.php/JKIKT. Penatalaksanaan Fisioterapi dengan
Nebulisasi dan Chest Physiotherapy terhahadap Derajat Sesak Napas dan
Ekspansi Thoraks pada Penderita Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK).
Volume 2 No.1 (April 2020)
Kemenkes, R. (2018). Penyakit Paru Obstruktif Kronis. Jakarta: Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia
(1st.ed). Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(1st.ed). Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia
(1st.ed). Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia
Ratnawati, E. (2017). Asuhan Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: Pustaka Baru
Press.
Ratnawati, A. (2018). Asuhan Keperawatan Maternitas.Yogyakarta: Pustaka Baru
Press.
Sumantri, I. (2016). Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem
Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika.
Syamsudin, S. (2016). Buku Ajar Farmakoterapi Gangguan Sistem Pernafasan.
Jakarta: Salemba Medika.
LAPORAN KASUS
Resume Asuhan Keperawatan

A. Pengkajian
1. Identitas
a. Identitas diri pasien
Nama : Tn. K
Tempat, Tgl Lahir : Subang, 03-februari- 1968
Umur : 54Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Suku : Jawa
Pekerjaan : wiraswasta
Ruang Rawat : Perawatan BPJS lantai 5
Alamat : kel. Batusari kec batu ceper kota Tangerang
Tanggal Masuk : 24 November 2022 Jam 12.00
Tanggal Pengkajian : 24 November 2022 jam 12.30
DPJP : dr. SP.P
Diagnosa : PPOK

b. Identitas Penanggung Jawab Nama : Tn. H


Usia : 48 Tahun
Alamat : kel. Batusari kec. Batu ceper kota tangerang
Pekerjaan : Wiraswasta
Hubungan dengan pasien : anak
2. Anamnesis
a. Keluhan Utama
Batuk 1 bulan, batuk tidak berdahak, sesak 1 bulan, pusing, lutut nyeri,
keringat malam hari, berat badan turun,tidak ada nyeri menelan.
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pada saat di lakukan pengkajian Tanggal 24 November 2022 jam 12.30
WIB, pasien dan keluarga pasien mengatakan Tn. K batuk sejak 1 bulan
yang lalu, batuknya tidak berdahak, sesak sejak 1 bulan yang lalu,kepala
pusing, lutut terasa nyeri,keringat dimalam hari, berat badan menurun, tidak
ada nyeri menelan, ada riwayat asma kurang lebih 10 tahun, riwayat di rawat
Rsup sitanala, lalu ke RS Hermina Tangerang untuk mendapatkan
penanganan lebih lanjut.

c. Riwayat Kesehatan Dahulu


Pasien mengatakan ada riwayat asma 10 tahun yang lalu
d. RiwayatKesehatan Keluarga
Keluarga mengatakan tidak ada riwayat penyakit ppok
e. Riwayat Alergi
Pasien mengatakan Tidak ada alergi

B. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum : Sakit sedang
2. Kesadaran : CM (Compos Mentis)
3. GCS : 15 (E4, M6, V5)
4. Tanda-tanda Vital : TD 130/80 mmhgS: 37.7°C, N: 88x/m,
RR: 26x/m, SPO2: 94%
5. Antropometri : BB : 45 kg, TB: 160cm
6. Pengkajian Persistem
Pengkajian Persistem Hasil Pemeriksaan
Sistem susunan syaraf pusat Kesadaran : CM
Kepala : tidak ada kelainan Wajah : tidak ada
kelainan Leher : tidak ada kelainan Sensorik : tidak
ada kelainan Motorik : tidak ada kelainan
Kekuatan otot : tidak ada kelainan
KU : Tampak lemas
Sistem Penglihatan Gangguan Penglihatan
Posisi mata : simetris
Besar pupil : isokor
Kelopak mata : tidak ada kelainan
Konjongtiva : tidak ananemis
Sklera : tidak ada kelainan
Alat bantu penglihatan : tidak ada
Kelainan: tidak ada
Sistem Pendengaran Tidak ada kelainan
Tidak menggunakan alat bantu
pendengaran
Respon terhadap suara baik
Sistem penciuman Tidak ada kelainan
Sistem pernafasan Pola nafas : syspnea : 26x/m Retraksi : ada
NCH : ada
Irama nafas : tidak teratur
Terpasang WSD : tidak
Suara nafas : wheezing Perkusi : sonor
Kesulitan bernafas : dyspneu Batuk dan sekresi :
ada
Sistem kardiovaskuler Warna kulit : normal
Nyeri dada : tidak ada
Denyut nadi : teratur
Sirkulasi : akral hangat
Pulsasi : kuat
CRT : < 2 detik
Sistem pencernaan Mulut mukosa bibir sedikit kering
Gigi tidak ada kelainan
Lidah bersih
Tenggorokan : tidak ada kelainan
Abdomen : myeri bila di tekan, mual ada
Anus : tidak tampak kelainan
BAB : normal
Sistem genital urinaria Hygine : bersih Kelainan : tidak ada
BAK : lancar
Sistem reproduksi Gangguan prostat : tidak ada
Sistem integumen Turgor kulit : elastis Warna : sawo matang
Integritas : tidak ada luka, kulit tampak elastis
Decubitus :tidak ada
Sistem musculoscletal Pergerakan : pasien tampak terbaring di tempat
tidur, lemas
Kekuatan otot : baik Nyeri sendi : ada Fraktur :
tidak ada
Odema : tidak ada
Sistem endokrin metabolic Leher : tidak ada distensi vena jugularis, tidak ada
pembesaran kelenjar tiroid
Ekstremitas : tidak ada kelainan bentuk

C. Pemeriksaan Penunjang
No RM : K. 31.xx.xx
Nama Pasien :Tn. K
Tanggal lahir : Subang, 03-februari-1968
1. Laboratorium
Laboratorium 24-11-22
Jam : 09.30

Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Satuan


Hematologi rutin 1
Hemoglobin 11.2 13,2-17,3 g/dl
Hematokrit 35 40-52 %
Leukosit 6,9 3,8-10,6 10^3/ul
Trombosit 264 150-440 10^3/ul
MCV 76 80-100
MCH 24 26-34
MCHC 32 32-36
KIMIA KLINIK
Glukosa puasa 70-120 Mg/dl
IMUNOLOGI 121
Rapid Antigen
SARS-CoV-2 negatif
Negatif

2. Foto Thorax AP Tanggal 24/11/22


Corakan bronkovaskuler meningkat, tampak hiperinflasi pada paru,dan
hemidiafragma yang mendatar.proyeksi lateral terlihat peningkatan
anteroposterior “ barrel chest” karena peningkatan udara diruang
retrosternal.
Kesan : paru obstrik kronik
7. Pola Kehidupan sehari-hari Sebelum sakit :
a) Pola aktivitas (makan/minum, mandi, berpakaian, dan berpindah)
1) Makan/minum : mandiri
2) Mandi : Mandiri
3) Eliminasi : Mandiri
4) Berpakaian : Mandiri
5) Berpindah : Mandiri
b) Pola nutrisi : pasien mengatakan makan 3x sehari, porsi makan : 1 porsi
c) Pola tidur : lama tidur 8 jam/hari, tidak ada gangguan pola tidur.
d) Pola eliminasi :
BAK : tidak ada kelainan warna kuning jernih, frekuensi 3-5x/hari,
warna kuning jernih
BAB : tidak ada kelainan, konsistensi lembek, warna kuning, frekuensi
1-2 hari sekali
e) Riwayat merokok : merokok
f) Riwayat minum minuman keras : tidak ada
g) Riwayat penggunaan obat penenang : tidak ada Saat sakit :
a) Pola aktivitas (makan/minum, mandi, eliminasi, berpakaian, berpindah)
1) Makan minum : mandiri, terkadang dibantu anaknya, nafsu makan
berkurang 1/2 porsi karena batuk
2) Mandi : hanya di lap saja dengan air hangat oleh anaknya.
3) Eliminasi : terpasang kateter
4) Berpakaian : dibantu oleh anaknya
5) Berpindah : di bantu oleh anaknya

b) Pola nutrisi : frekuensi makan 3x sehari, jenis makanan ML, porsi makan
1/2 porsi
c) Pola tidur : lama tidur 5 jam/hari
d) BAK : frekuensi 4-5/hari warna : kuning
e) BAB : normal

8. Sosial dan Budaya


a) Agama : islam
b) Pekerjaan : wiraswasta
c) Tinggal bersama : keluarga
d) Pendidikan paien : SMA
e) Suku : jawa
9) Proteksi
a) Status mental : orientasi penuh
b) Status psikologis : tenang
c) Penggunaan restrain : tidak ada
d) Pengkajian resiko jatuh : resiko sedang
10) Pengkajian fungsi
a) Kemampuan aktivitas sehari-hari : mandiri
b) Aktivitas : tirah baring
c) Alat ambulasi : tidak menggunakan
d) Ekstremitas atas : terpasang IVFD di tangan kiri
e) Kemampuan menggenggam : tidak ada kesulitan
f) Kemampuan koordinasi : tidak ada kelainan
g) Kesimpulan gangguan fungsi : tidak ada
11) Kebutuhan komunikasi
a) Bicara : dapat bicara normal
b) Bahasa sehari-hari : bahasa indonesia
c) Penerjemah : tidak
12) Kebutuhan privasi pasien : tidak
D. Penatalaksanaan medis
Diet dan Nutrisi : ML )Makan Lunak) Farmasi :
- IUFD RL 500 cc/ 24jam
- Methylprednisolon 3x 62,5 gr
- Lanzoprasole 1x1 tablet
- Kapsul batuk 2x1 kapsul
- Inhalasi combi / 6 jam
- Inhalasi pulmi/ 12 jam

E. Analisa Data
No Analisa Data Etiologi Masalah
1. DS : Jamur, virus, bakteri Ketidakefektifan
- Pasien mengatakan batuk bersihan jalan nafas

sudah 1bulan disertai dahak Saluran pernafasan atas


- pasien mengatakan sesak
Berkembang biak di bronkus

Sejak1 bulan yang lalu`


- pasien mengatakan lemas Kuman berlebih di bronkus

DO :
- k/u : sakit sedang, Kes: CM Proses peradangan
TD : 130/80 mmhg
S: 37.7°C, N : 100x/m, RR :
26x/m Merangsang sel-sel epitel
memproduksi mucus
SPO2 : 94 %, Akral hangat
- tampak pernafasan cuping Penumpukan sekret di bronkus

Hidung
- pasien tampak batuk dan sulit Ketidakefektifan bersihan jalan
nafas
mengeluarkan dahak
- suara nafas wheezing
2. DS : Faktor pencetus (infeksi) Intoleransi Aktivitas
- pasien mengatakan Lemas
- pasien mengatakan myeri pada Permiabilitas kapiler meningkat

lutut
Edema mukosa, sekresi produktif,
DO :
- Pasien tampak lemas kontraksi otot polos meningkat
- Tampak nyeri pada lutut
- Ku: sakit sedang
- TTV Konsentrasi 02 dalam darah
TD : 130/80mmhg menurun
S : 37.7°C, N: 100x/m, RR:
26x/m, SPO2 : 94% Suplai darah dan O2 ke jantung
berkurang

Kelemahan dan keletihan

Intoleransi Aktivitas

3. DS: Kuman berlebih di bronkus Resiko nutrisi kurang


- Pasien mengatakan batuk dari kebutuhan tubuh.
sejak 1 bulan yang lalu Proses peradangan
- Pasien mengatakan sesak 1
bulan yang lalu
Batuk berdahak
DO :
- Ku : sakit sedang Akumulasi sekret di bronkus
- kes : CM
TD : 130/80 mmhg
S : 37.7°C, N: 100x/m, RR:
26x/m, SPO2 : 94%
Mucus di bronkus meningkat

Anoreksia

Intake menurun

Resiko Nutrisi Kurang dari


Kebutuhan Tubuh
B. Intervensi Keperawatan
No SDKI SLKI SIKI
1. Bersihan jalan Setelah di lakukan 1. Monitor TTV
nafas tidak efektif Asuhan keperawtan paisen
berhubungan dengan selama 3x24 jam 2. Monitor status
pernafasan seperti
Peningkatan produksi Maka bersihan jalan
mucus nafas meningkat frekuensi, bunyi
Kriteria hasil
nafas, kecepatan,
- Batuk efektif
- Produksi sputum irama dan
menurun
kedalaman serta
- Sesak menurun
- Frekuensi nafas penggunaan otot bantu
normal 16-20x/menit
- nafas efektif nafas
dengan bunyi 3. identifikasi
nafas bersih dan jelas, kemampuan pasien
pasien dapat melakukan untuk batuk dan
batuk efektif untuk mengeluarkan sputum.
mengeluarkan sekret T
dengan kriteria hasil : 1. 1. Atur posisi tidur
- mempertahankan senyaman mungkin,
jalan nafas paten
semi fowler
dengan bunyi nafas
bersih / jelas 2. 2. Ciptakan
- menunjukkan
lingkungan yang
perilaku untuk
memperbaiki bersihan tenang dan kurangi
jalan nafas misalnya
kebisingan.
batuk efektif dan
mengeluarkan sekret. 3. 3. Libatkan
keluarga untuk
membersihkan minum
air hangat.
4. E
1. 1. Ajarkan pasien
latihan batuk efektif
dan nafas dalam
Kolaborasi
Kolarorasi dengan
DPJP untuk pemberian
terapi inhalasi
2. Intoleransi Aktivitas Setelah di lakukan O
berhubungan dengan Asuhan keperawtan 1. Identifikasi
ketidakseimbangan selama 3x24 jam maka gangguan fungsi
antara suplai dan toleransi aktivitas tubuh yang
kebutuhan oksigen meningkat, mengakibatkan
dan kelemahan Dengan kriteria hasil : kelemahan
- kemudahan
2. Monitor pola jam
dalam melalukan
Aktivitas tidur
sehari-hari
3. Monitor lokasi
Meningkat
- dispnea saat ketidaknyamanan
setelah aktivitas
selama melakukan
Menurun
- perasaan lemah aktivitas.
Menurun
T
- frekuensi nafas
16-20x/menit 1. Berikan aktivitas
distraksi yang
menenangkan
2. Lakukan rentang
gerak pasif/aktif
E
1. Anjurkan tirah
baring
2. Anjurkan
melakukan aktivitas
secara bertahap
3. Anjurkan
menghubungi perawat
jika tanda dan gejala
kelelahan tidak
berkurang

Kolaborasi
5. Kolaborasi
dengan dpjp
3. Resiko Nutrisi Kurang dari Setelah di lakukan O
Kebutuhan Tubuh
Asuhan 1. 1. Identifikasi status
berhubungan dengan nafsu
keperawtan nutrisi
makan berkurang
selama 3x24 jam
2. Identifikasi
Diharapkan
makanan yang
nutrisi dapat
Disukai
terpenuhi
3. Monitor
dengan kriteria
Berat badan.
hasil :
T
- pasien tidak
1. . Sajikan
mengeluh mual
makanan secara
dan muntah
menarik dan suhu
- pasien
yang sesuai
menghabiskan
2. Berikan makanan
porsi makannya
tinggi serat untuk
mencegah
konstipasi
3. Berikan makanan
tinggi kalori dan
tinggi protein
E
1. Ajarkan diet yang
diprogramkan
2. Anjurkan posisi
duduk jika mampu
Kolaborasi
Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis
nutrient yang
dibutuhkan.
A. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan
No Hari/Tanggal No. Implementasi Evaluasi Par
DX af

1. Hari ke 1 1 O S:
KAMIS - Monitor TTV pasien - Pasien nampak
24/11/2022 terpasang O2
- Monitor status - pasien
pernafasan seperti mengatakan batuk
08.00 frekuensi, bunyi nafas, Ada
kecepatan, irama dan - pasien
kedalaman serta mengatakan tidak
penggunaan otot bantu bisa mengeluarkan
Nafas Dahak
T
10.00 - Atur posisi tidur O:
senyaman mungkin, semi - pasien tampak
Fowler Batuk
- Menciptakan lingkungan TD 130/80 S: 37,7 N :
yang tenang kurangi 88x/i RR : 26x/i
kebisingan. - Suara nafas wheazing
- Melibatkan keluarga A : masalah belum
untuk memberikan teratasi
minum air hangat. P : intervensi dilanjutkan
E
12.00 - Ajarkan pasien latihan
batuk efektif dan nafas
Dalam
- menganjurkan
mengulangi tarik nafas
dalam hingga 3x

K
13.00 Kolarorasi dengan DPJP
untuk pemberian
oksigen dan,
terapi inhalasi combivent
4x dan pulmicort 2x

2. Hari ke 1 2 O S:
Kamis 1. Identifikasi - Pasien mengatakan
24/11/2022 gangguan gangguan lemas saat beraktivitas
fungsi tubuh yang - Pasien nyeri pada lutut
mengakibatkan O:
kelemahan - Pasien nampak lemas
2. Memonitor pola - Pasien nampak
jam tidur memegang lututnya
3. Memonitor lokasi A: masalah belum
dan teratasi
ketidaknyamanan P : intervensi dilanjutkan
saat melakukan
aktivitas`
T
1. Anjurkan tirah
baring
2. Menganjurkan
melakukan aktivitas
secara bertahap
3. Menganjurkan
menghubungi
perawat jika tanda
dan gejala kelehan
tidak berkurang

T
1. Anjurkan tirah
baring.
2. Menganjurkan
melakukan aktivitas
secra bertahap
3. Menganjurkan
menghubungi
peraway jika tanda
dan gejala
kelelahan tidak
berkurang.

K
- Kolaborasi dengan dpjp

10.00
4.

3
Hari ke 1 3 O S:
Kamis 1. Identifikasi status
24/11/22
10:00 Nutrisi - pasien mengatakan
1. identifikasi makanan mual
yang disukai - pasien mengatakan
2. memonitor berat tidak ada nafsu makan
badan O:
T - pasien nampak mual
1. menyajikan makanan - pasien nampak tidak
11:00 secara menarik dan ada nafsu makan
sushu yang sesuai. A : masalah belum
2. Memberikan makanan teratasi
yang tinggi kalori dan P: intervensi dilanjutkan
tinggi protein
3. Memberikan makanan
tinggi serat untuk
mencegah konstipasi.

12 :00 E
1. Menganjurkan
posisi duduk jika
mampu
2. Mengajarkan diet
yang diprogramkan

13 :00 Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan
ahli gizi untuk
menentukan jumlah
kalori dan jenis
nutrient yang
dibutuhkan.

4. HARI KE 2 Dx 1 O : S:
JUMAT - Memonitor ttv - Pasien mengatakan
25/11/22 - Memonitor status batuk berkurang
pernafasan pasien seperti - Pasien
frekuensi nafas mengatakanbatuk dan
kecepatan irama serta tidak bisa
penggunaan alat bantu mengeluarkan sputum
nafas O:
T: - Pasien nampak
- Mengatur posisi tidur terpasang O2
senyaman mungkin, Td : 120/89mmhg N :
semi fowler 86x/i S 37 C Rr : 24
- Menciptakan lingkungan x/i
yang tenang kurangi - Suara napas wheezing
kebisingan A: masalah teratasi
- Melibatkan keluarga sebagian
untuk memberikan P : intevensi
minum aii hangat dilanjutkan.
E:
- Ajarkan pasien batuk
efektif dan nafas dalam
- Menganjurkan
mengulangi tarik nafas
dalam hingga 3x
K:
Kolaborasi dengan DPJP
untuk pemberian oksigen
dan terapi inhalasi
combivent 4x dan
pulmicort 2x

Hari ke 2 O: S:
jumat Dx 2 1. Identifikasi - Pasien mengatakan
25/11/22 gangguan fungsi lemas saat beraktivtas
tubuh yang tapi sudah ada
mengakibatkan perbaikan dari
kelelahan sebelumnya.
2. Monitor pola jam - Pasien mengatakan
tidur nyeri lutut bekurang
3. Memonitor lokasi O:
dan ketidaknyaman - wajah pasin sudah
saat melakukan tidak nampak lemas
aktivitas - Pasien sudah mulai
T: belajar untuk
- Anjurkan tirah baring beraktivitas secara
- Menganjurkan aktivitas bertahap
secara bertahap A: masalah teratasi
- Menganjurkan sebagian
menghubungi perawat P : intervensi
jika tanda dan gejala dilanjutkan.
kelelahan tidak
berkurang.
K : kolaborasi dengan
DPJP

Hari ke 2 O: S:
Jumat Dx 3 - Identifikasi status nutrisi - Pasien mengatakan
25/11/2022 - Identifikasi makanan mual berkurang.
yang disukai - Nafsu makan pasien
- Monitor berat badan nampak meningkat
T: - tidak ada penurunan
- Menyajikan makan berat badan
secara menarik dan suhu O :
yang sesuai - mual berkurang
- Memberikan makanan - pasien menghabiskan
yang tinggi kalori dan makanannya 1/2 porsi
tinggi protein - tidak penurunan berat
- Memberikan makanan badan
tinggi serat untuk A: masalah tertasi
mencegah konstipasi sebagian
E: P : intervensi
- Menganjurkan posisi dilanjutkan.
duduk jika mampu
- Mengajarkan diet yang
diprogramkan
K : kolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis
protein yang dibutuhkan.

Hari ke 3 Dx 1 O : S: pasien mengatakan


Sabtu - R/ pulang TUTD sudah tidak sesak lagi
26/11/22 - memonitor ttv pasien dan batuk spontan
- memonitor status
pernafasan seperti bunyi O : ku sedang kes cm td
nafas, kecepatan irama : 110/79 mmhg, n :
dan kedalaman serta 80x/i s : 36,4C rr : 20x/i
penggunaan otot bantu
nafas. A : masalah teratasi
T:
- menciptakan lingkungan P : intervensi dihentikan
yang tenang dan kurangi
kebisingan
- menginformasikan
kepada keluarga dan
pasien bahwa hari ini
bisa pulang sesuai
intruksi dari dpjp karena
kondisi sudah stabil

E:
- mengedukasi pasien
tentang obat pulang yang
akan dikomsumsi saat
dirumah, srrta
menjelaskan surat
kontrrol setelah rawat
inap untuk kembali
kontrol ke dpjp

K:
- berkolaborasi dengan
farmasi klinis untuk
memberikan informasi
kepada pasien dan obat
obatan yang akan
dikomsumsi dirumah
- berkolaborasi dengan
security untuk kemanan
pasien saat pasien
pulang

Hari ke 3 Dx 1 O : S:
Sabtu - mengidentifikasi - pasien mengatakan
26/11/22 gangguan fungsi tubuh badan sudah terasa
yang mengakibatkan segar
kelemahan - Pasien mengatakan
- memonitor pola jam sudah tidak nyeri pada
tidur lututnya.
- memonitor lokasi dan
ketidaknyamanan saat O:
melakukan aktivitas. - Wajah pasien tampak
segar
T: - Sudah tidak terpasang
- menyediakan lingkungan oksigen
nyaman dan - Pasien sudah dapat
- melakukan rentang gerak beraktivitas kembali
pasif/aktif
- memberikan aktivitas A : maslah teratasi
ditraksi yang P : intervensi
menenangkan dihentikan.
- menginformasikan
kepada keluarga dan
pasien bahwa hari ini
bisa pulang sesuai
intruksi dari dpjp karena
kondisi sudah stabil

E
- : menganjurkan untuk
tirah baring.
- Menganjurkan
melakukan aktivitas
secara bertahap.
- Mengedukasi pasien dan
keluarga pasien tentang
terapi obat yang akan
dikomsusmsi setelah
pulang kerumah, serta
menjelaskan surat
kontrol kembali ke dpjp.

K:
- kolaborasi dengan
farmasi untuk obat
obatan yang diberikan
dan telah direspkan oleh
dpjp
- Kolaborasi dengan
security untuk keamanan
saat pasien pulang.

Hari ke 3 Dx 3 O: S:
Sabtu - Mengidentifikasi status - Nafsu makan pasien
26/11/2022 nutriisi tampak meningkat
- Mengindetifikasi
makanan yang disukai O :
- Memonitor berat badan - Pasien menghabiskan
makanan dalam 1
T: porsi
- Menyajikan makanan - Mual tidak ada
secara menaraik dan - Tidak ada penurunan
suhu yang sesuai berat badan
- Memberikan makanan
yang tinggi kalori dan A : Masalah teratasi
protein
- Memebrikan makanan P : intervensi dihentikan
yang tinggi serat untuk
mencegah konstipasi

E:
- Mengajarkan diet yang
diprogramkan

K : kolaborasi dengan ahli


gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis
nutrient yang dibutuhkan.

Anda mungkin juga menyukai